Anda di halaman 1dari 10

The 13th University Research Colloqium 2021

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

Perbedaan Volume Residu Lambung Antara Metode


Intermittent Feeding dan Gravity Drip Dalam Pemberian
Nutrisi Enteral Pasien Kritis Terpasang Ventilasi Mekanik
Daryani1*, Cahyo Pramono2, Parwoso3
1
Ilmu Keperawatan/STIKES Muhammadiyah Klaten
2
Ilmu Keperawatan/STIKES Muhammadiyah Klaten
3
Ilmu Keperawatan/STIKES Muhammadiyah Klaten
* Email: daryani@stikesmukla.ac.id

Abstrak
Keywords: Pasien kritis didefinisikan sebagai pasien yang berisiko tinggi untuk
Intermittent Feeding; masalah kesehatan aktual ataupun potensial yang mengancam jiwa.
Gravity Drip; Pasien kritis dengan gagal nafas membutuhkan alat bantu
Volume Residu pernafasan yaitu ventilasi mekanik. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Lambung; Pasien
enterl pasien dilakukan dengan dua metode yaitu intermitten feeding
kritis.
dan gravity drip. Pemberian nutrisi enteral metode Intermiten
feeding di RSST sudah tersedia alat yaitu syringe pump. Metode
intermitten feeding dan gravity drip masing-masing ada keuntungan
dan kerugiannya. Tujuan penelitian ini mengetahui Perbedaan
Volume Residu Lambung antara metode intermittent feeding dan
gravity drip dalam pemberian nutrisi enteral pada pasien kritis yang
terpasang ventilasi mekanik di ICU RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten. Penelitian menggunakan eksperimen semu (quasi
exsperimen) dengan desain postest group yaitu pengambilan data
postest poestet dengan teknik sampling purposive sampling dan
jumlah sampel sebanyak 20 orang. Populasi pada penelitian ini
adalah semua pasien kritis dengan ventilator mekanik di ICU RSUP
dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten pada bulan Desember tahun 2019
sampai dengan Januari tahun 2020 sebanyak 120 orang. Analisa
menggunakan mann whitney. Hasil penelitian meliputi umur dengan
rerata 52,60 tahun pada kelompok gravity drip dan 57, 60 tahun
pada kelompok intermitten feeding, jenis kelamin mayoritas laki-laki,
pendidikan mayoritas SD dan pekerjaan mayoritas bekerja. Hasil
rerata dua metode uji statsitik didapatkan rerata volume residu
lambung metode gravity drip adalah 10,20 ml, metode intermitten
feeding adalah 4,10 ml. Ada perbedaan yang signifikan volume
residu lambung pada pasien kritis yang terpasang ventilasi mekanik
dalam pemberian nutirsi enteral metode intermittent feeding dan
gravity drip dengan uji statitik mann whitney didapatkan nilai p
value = 0,000

1093
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

1. PENDAHULUAN kegagalan organ (gagal jantung, gagal


Rumah sakit adalah institusi ginjal, sistem saraf pusat, disfungsi organ
pelayanan kesehatan yang multiple) infeksi (sepsis, pneumonia).
menyelenggarakan pelayanan kesehatan Ruangan ICU merawat pasien sakit berat
prorangan secara paripurna yang dan kritis secara khusus, dengan
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat perlengkapan khusus, dipantau secara ketat
jalan dan gawat darurat. Rumah sakit dan dilakukan total care. Pemantauan
adalah institusi kesehatan profesional yang dilakukan ketat dan berkelanjutan pada
pelayanannya diselenggarakan oleh dokter, keluhan atau gejala pasien, tanda-tanda
perawat, dan tenaga ahli lainya. Di dalam vital, saturasi oksigen, keseimbangan
Rumah Sakit terdapat banyak aktivitas dan cairan tubuh dan lain-lain. Bilamana
kegiatan yang berlangsung secara terdapat masalah dari pemantauan ini maka
berkaitan (1). akan segera dilakukan penatalaksanaan dan
Ruang pelayanan kritis di Rumah evaluasi. Perawatan dilakukan secara
Sakit ada bermacam-macam di antaranya menyeluruh dalam artian semua kebutuhan
HCU (Highcare unit), ICCU (Intensif dasar pasien diatur dan dibantu sedemikian
Cardio Care Unit) dan ICU (Intensif Care rupa untuk mendukung penyembuhan (5).
unit) yang merupakan bagian pelayanan Pemantauan permasalahan yang
khusus yang di tujukan untuk merawat sering terjadi pada klien di ICU adalah
pasien kritis, serta mengalami berbagai kegagalan nafas. Kegagalan pernafasan
trauma yang harus di rawat oleh tanaga merupaka indikasi yang paling umum bagi
kesehatan yang mempunyai skill khusus. pasien yang di rawat di ICU. Kegagalan
Sarana dan prasarana ruang perawatan pernafasan merupakan kondisi
kritis terdiri dari ventilator, EKG monitor, ketidakmampuan paru-paru menjaga
Oksigen, infus pump, Syringe pump, keseimbangan O2 dan CO2 di dalam tubuh
Rontgent portable dan berbagai alat serta ketidakmampuan paru menyediakan
diagnostic dan pertolongan pasien dengan O2 yang cukup atau mengurangi
kondisi kritis (2). penumpukan CO2 da dalam tubuh. Dalam
Ruang ICU atau Intensive Care Unit kondisi kegagalan pernafasan ini pasien
adalah suatu bagian dari rumah sakit yang membutuhkan alat bantu nafas yaitu
mandiri, dengan staf yang khusus dan ventilator (6).
perlengkapan yang khusus untuk Ventilator merupakan alat bantu
observasi, perawatan, dan terapi pasien- pernafasan yang di gunakan untuk pasien
pasien yang menderita penyakit akut, yang mengalami gagal nafas atau
cedera, atau penyulit-penyulit yang tidakmampuan bernafas secara mandiri.
mengancamnya dengan prognosis yang Ventilator akan membantu memberi
diharapkan masih reversible (3). Kondisi oksigen segar dengan tekanan tertentu
yang sering terjadi pada pasien di ICU kedalam paru-paru pasien untuk memenuhi
adalah hemodinamik yang tidak stabil kebutuhan oksigen pasien yang terganggu.
yang ditandai dengan peningkatan Mean Ventilator dianggap sebagai terapi suportif
Atrial Plessure (MAP), denyut jantung dan fisiologis yang utama karena dapat
frekuensi pernafasan serta penurunan memberikan dukungan ventilasi ketika
saturasi oksigen (4). mengalami gagal nafas dan mendapatkan
Pasien ICU dapat di bedakan menjadi terapi definitif untuk penyakit yang
pasien surgical dan pasien medical. Pasien mendasarinya. (7).
surgical adalah pasien post operatif yang Ventilasi mekanik rutin diperlukan
membutuhkan bantuan ventilator. pada pasien kritis di unit perawatan
Penyebab pasien surgical adalah trauma intensif. Tujuan utama penggunaan
kepala, trauma dada, trauma abdomen, ventilator mekanik adalah untuk
luka bakar dan trauma jalan nafas, menormalkan kadar gas darah arteri dan
transplantasi organ. Pasien medikal adalah keseimbangan asam basa dengan member
pasien dengan penyakit sistemik diataranya ventilasi adekuat dan oksigenasi (7).
Tujuan klinis dari pemasangan ventilator

1094
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

adalah memperbaiki hipoksemia, diberikan melalui NGT kedalam lambung


memperbaiki asidosis respiratorik, atau jejenum yang dapat dilakukan secara
menolong distress pernafasan, mencegah manual maupun dengan bantuan pompa
dan menolong atelectasis. Tujuan klinis mesin (9). Hasil penelitian mengatakan
lainnya adalah mengistirahatkan otot metode gravity drip dilakukan dengan
pernafasan, mengurangi konsumsi oksigen ketinggian lambung, kecepatan pemberian
sistemik dan miokardium, mengurangi ditentukan oleh gravitasi bumi sehingga
tekanan intra kranial, dan stabilisasi dalam pemberian tersebut nutrisi enteral
dinding dada. secara cepat masuk dalam lambung (5-10
Pasien kritis yang terpasang menit) (10).
ventilator, banyak alat-alat medis yang Nutrisi enteral merupakan salah satu
terpasang antara lain bedside monitor teknik pemberian makanan di rumah sakit
untuk manfaat untuk mngukur vital sign untuk pasien kritis. Pasien yang tidak dapat
monitor yaitu memungkinkan dokter dan makan secara oral atau dengan intake oral
para medis dapat mengevaluasi pasien yang tidak adekuat dengan keadaan saluran
lebih cepat, karena makin tidak stabil vital gastrointestinal yang berfungsi baik.
sign pasien. Infusion pump adalah suatu Metode pemberian nutrisi enteral pada
alat untuk mengatur jumlah cairan / obat pasien dengan kondisi kritis diantaranya
yang masukkan kedalam sirkulasi darah intermitten feeding yaitu, cara pemberian
pasien secara langsung melalui vena. nutrisi enteral menggunakan pompa
Syringe pump adalah sebuah alat elektronik dengan aturan pemberian yang
kedokteran yang berfungsi untuk telah ditetapkan, dengan mengatur tetesan
memasukkan cairan obat ke dalam tubuh cairan per jam dan diberikan sesuai dengan
pasien secara teratur dalam jangka waktu dosis atau jangka waktu tertentu. Misalnya
tertentu. Pemasangan kateter urine alias pemberian sebanyak 250-500 ml dalam
kateterisasi adalah prosedur memasukkan waktu ½ sampai 2 jam dengan frekuensi 3-
selang kateter melalui lubang kencing 4 kali sehari (9).
(uretra) menuju kandung kemih, tempat Keuntungan metode ini adalah
penampungan urin (8). kesiapan lambung dalam menerima nutrisi
Naso Gastrik Tube (NGT) penting enteral karena diberikan secara bertahap,
untuk mencukupi kebutuhan nutrisi pada lambung yang tidak terisi penuh akan lebih
pasien kritis yang terpasang ventilator dapat mencerna makanan dan pengosongan
karena nutrisi enteral yang sulit masuk lambung akan lebih cepat sehingga
tanpa selang. NGT adalah suatu selang mengurangi resiko terjadinya aspirasi. Hal
yang dimasukkan melalui hidung hingga ini tentu akan lebih berpengaruh pada
lambung sebagai alternatif memenuhi pasien kritis yang baru teratasi fase
kebutuhan nutrisi klien. NGT seringkali di kritisnya. Salah satu tujuan pemberian
gunakan pada pasien yang mengalami nutrisi pada pasien kritis yaitu mencegah
kesulitan dalam menelan dan pasien tidak komplikasi yang timbul sehubungan
sadar. NGT juga dapat digunakan sebagai dengan ketidaktepatan dalam pemberian
pencuci lambung yaitu mengeluarkan isi nutrisi enteral (9).
atau zat-zat yang ada di lambung. Kekurangan metode ini di bandingkan
Tujuan pemasangan NGT adalah dengan makan terus menerus, tingkat
sebagai alternatif dalam memberikan infuse lebih tinggi di perlukan untuk
makanan, berupa cairan atau obat-obatan menyediakan volume yang sama. Hal ini
mengirigasi atau mengeluarkan isi mungkin kurang baik ditoleransi, dengan
lambung karena keracunan atau resiko yang lebih tinggi dari masalah
perdarahan, mengurangi respon mual refluk, aspirasi, distensi abdomen, diare
muntah, sebagai alternatif pengambilan dan mual. Pemberian nutrisi enteral dapat
spesimen di lambung. Nutrisi enteral juga dilakukan dengan metode gravity drip
adalah nutrisi yang diberikan pada pasien adalah suatu cara pemberian nutrisi enteral
yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dengan bantuan gravitasi, yang dilakukan
nutrisinya melalui oral, formula nutrisi diatas ketinggian lambung dengan

1095
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

kecepatan pemberian ditentukan oleh Tirtonegoro Klaten pemberian nutrisi


gravitasi. Pemanfaatan gravitasi enteral pada pasien kritis diberikan secara
menjadikan nutrisi enteral secara cepat gravity drip. (Pemberian menggunakan
masuk dalam lambung (5-10 menit) dan corong yang disambungkan ke selang
langsung terisi penuh. Volume lambung nasogastric dengan kecepatan mengikuti
yang banyak mengakibatkan mortalitas dan gaya gravitasi). Gravity drip akan
pengosongan lambung menjadi lambat, menyebabkan terjadinya residu lambung
dan pada akhirnya residu dalam lambung lebih besar sehingga terjadi muntah.
meningkat (11). Pemberian nutrisi enteral dibagi menjadi
Keuntungan metode gravity adalah dua metode yaitu intermitten feeding dan
secara fisiologis mirip dengan pola makan gravity drip. Intermiten dan gravity drip di
yang khas memungkinkan mobilitas pasien RSST sudah tersedia alat sendiri yaitu
yang lebih besar. Metode gravity untuk syringe pump. Alat sudah tersedia namun
kenyamanan pemberian makan dan masing-masing metode ada keuntungan
melengkapi asupan oral. Metode gravity dan kerugiannya, melihat fenomena yang
drip dapat memfasilitasi transisi keasupan ada, sehingga peneliti menganggap perlu
oral, menghindari penggunaan peralatan untuk dilakukan penelitian tentang
yang mahal. Kekurangan metode ini adalah “Perbedaan Volume Residu Lambung pada
bolus yang besar mungkin buruk untuk pasien kritis yang terpasang ventilasi
ditoleransi, terutama bagi usus (9) mekanik dalam pemberian nutrisi enteral
Volume makanan yang banyak dalam antara metode intermittent feeding dan
lambung juga menyebabkan isi lambung gravity drip di ICU RSUP dr. Soeradji
semakin asam, sehingga akan Tirtonegoro Klaten.
mempengaruhi pembukaan sfingter
pylorus. Fisiologis tersebut beresiko 2. METODE
terhadap kejadian regurgitasi/ muntah, Penelitian menggunakan eksperimen
aspirasi paru dan pneumonia. Hal ini semu (quasi exsperimen) dengan desain
dihubungkan dengan kapasitas lambung postest group yaitu pengambilan data
yang terbatas dan volume residu lambung postest poestet dengan teknik sampling
yang lebih banyak, karena lambatnya purposive sampling dan jumlah sampel
pengosongan lambung. Refleks sebanyak 20 orang. Populasi pada
pengosongan lambung dihambat oleh isi penelitian ini adalah semua pasien kritis
yang penuh, kadar lemak yang tinggi dan dengan ventilator mekanik di ICU RSUP
reaksi asam pada awal usus halus (12). dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten pada
Dari hasil studi pendahuluan yang bulan Desember tahun 2019 sampai
dilakukan di ruang ICU RSUP dr. Soeradji dengan Januari tahun 2020 sebanyak 120
Tirtonegoro Klaten, dalam satu ruangan orang. Analisa menggunakan mann
ICU terdapat 8 tempat tidur, 7 tempat tidur whitney.
dan 1 tempat tidur untuk pasien isolasi.
Observasi di ICU RSUP dr. Soeradji 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tirtonegoro Klaten selama 6 bulan terakhir
(Januari-Juni 2019) di dapatkan (50-70)% 3.1. Karakteristik Subjek Penelitian
atau sekitar 98 pasien menggunakan Tabel 1 Rerata umur responden
ventilasi mekanik. Pasien yang terpasang penelitian di Ruang ICU RSUP dr.
ventilasi mekanik tersebut maka Soeradji Tirtonegoro Tahun 2019
diperlukan juga pemasangan NGT (Naso (n=20)
Gastric Tube) untuk memenuhi kebutuhan Kelompok N Min Maks Mean SD P
nutrisi enteral pada pasien kritis. Jumlah Intermitte 10 38 76 57,60 13,10 0,2
pasien yang terpasang NGT pada 6 bulan n Feeding
terakhir (Januari-Juni 2019) ada 62 pasien Gravity 10 31 69 52,60 17,92 83
yang terpasang NGT. Drip
Berdasarkan pengamatan penulis Berdasarkan tabel 1 diketahui umur
selama bertugas di ICU RSUP dr. Soeradji pada kelompok intermitten feeding

1096
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

dari 10 orang diperoleh rerata umur Berdasarkan tabel 2 pada kelompok


57,60 ± 13,10 tahun dan rerata umur intermitten feeding dari 10 subjek
gravity drip 52,60± 17,82 tahun. penelitian didapatkan jenis kelamin
Hasil uji homogenitas didapatkan laki-laki sebanyak 7 orang (70%),
nilai p value = 0,283 (α=0,05) jadi pendidikan responden mayoritas SD
umur responden homogeny. sebanyak 7 orang (70%), pekerjaan
responden sebanyak 7 orang (70%)
Berdasarkan karakteristik umur pada
bekerja dan diagnosa penyakit paling
kelompok intermitten feeding orang
banyak cramiotomy sebanyak 4
diperoleh rerata umur 57,60 tahun
orang (40%). Kelompok gravity drip
dan rerata umur gravity drip 52,60
mayoritas jenis kelamin laki-laki
tahun. Berdasarkan usia subjek
sebnayak 8 orang (80%), pendidikan
penelitian, dengan rentang usia
responden mayoritas SMP sebanyak
antara 38-76 tahun dan 31-69 tahun.
5 orang (50%), mayoritas responden
(13) mengatakan rentang usia yang
bekerja sebanyak 7 orang (70%) dan
lebar dapat mempengaruhi
mayoritas diagnosa penyakit
percepatan pengosongan lambung
cramiotomy sebanyak 8 orang
secara fisiologis. Kejadian infeksi
(80%).
saat masuk di ICU secara signifikan
Jenis kelamin juga mempengaruhi
meningkat seiring umur.
kecepatan pengosongan lambung
Berdasarkan hasil uji beda
secara fisiologis, yaitu pada jenis
didapatkan umur pada kelompok
kelamin wanita lebih lama (13).
intermitten dan gravity drip
Demografi lainnya yang dapat
homogen, hal ini berarti rentang
dipertimbangkan yaitu jenis kelamin.
umur pada kelompok intermitten
Jenis kelamin juga berkontribusi
feeding dan gravity drip sudah sama,
terhadap adanya respon pada pasien.
tidak ada beda.
Laki-laki memiliki sensitivitas lebih
rendah dibandingkan dengan
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Jenis
perempuan dalam merespon penyakit
Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan dan
(13). Pasien kritis dewasa antara
diagnose penyakit Tahun 2020
laki- laki dan perempuan berbeda
(n=20)
dalam merespon nyeri, sehingga
akan berpengaruh terhadap volume
Karakteristik Intermitten Gravity
Feeding Drip
residu lambung.
f % f % Berdasarkan diagnosa penyakit yang
Jenis Kelamin diderita subjek penelitian sebagian
Perempuan 3 30 2 20 besar adalah craniotomy. Diagnos ini
Laki-laki 7 70 8 80 termasuk dalam kategori pasien
Pendidikan kritis. Pasien kritis sangat
SD 7 70 5 50 berpengaruh terhadap volume residu
SMP 2 20 5 50 lambung adalah perfusi, kasus
SMA 1 10 0 0 craniotomy terbanyak dilakukan
PT 0 0 0 0 pada trauma yaitu 36,9% dan lebih
Pekerjaan banyak terjadi pada lakilaki
Bekerja 7 70 7 70
sebanyak 69,5%.4 Hal ini berkaitan
Tidak Bekerja 3 30 3 30
Diagnosa
dengan tingginya angka kecelakaan
PPOK 1 10 0 0 kendaraan bermotor yang paling
Cramiotomy 4 40 8 80 banyak melibatkan laki-laki dan
Asma 2 20 2 20 sering pada usia remaja
Spinal Cord Injury 2 20 0 0 keseimbangan gula darah,
CKD 1 10 0 0 keseimbangan elektrolit dan lain-
Jumlah 10 100 10 100 lain.

1097
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

3.2. Volume Residu Lambung tertentu. Misalnya pemberian


Tabel 3 Rerata Volume Residu sebanyak 250-500 ml melalui
Lambung pada pasien dengan kantong/botol secara drip dalam
intermitten feeding dan gravity drip waktu ½ sampai 2 jam dengan
di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro frekuensi 3-4 kali sehari. Intermittent
Klaten Tahun 2020 (n=20). feeding menyerupai pola makan yang
normal. Cara ini memungkinkan
Kelompok N Min Maks Mean SD
waktu flat-in-bed dan lebih banyak
Intermitten 10 3 5 4,10 0,99
kebebasan bergerak.
Feeding
Penggunaan pompa infus pada
Gravity 10 6 15 10,20 3,01
metode ini dimaksudkan agar
Drip
pemberian nutrisi enteral dapat
diberikan dengan tepat, yaitu volume
Hasil penelitian pada tabel 3 nutrisi enteral sesuai yang
menunjukkan bahwa volume residu diprogramkan dan dapat diberikan
lambung subyek sesudah pemberian sesuai waktu yang diprogramkan.
nutrisi enteral metode intermittent Infusion pump (pompa infus) atau
feeding adalah berkisar antara 3 syringe pump adalah peralatan medik
sampai dengan 5 ml dengan rerata yang digunakan untuk mengontrol
4,10 ± 0,99 ml. Volume residu pemberian cairan infus ataupun zat-
lambung subyek sesudah pemberian zat makanan yang diperlukan oleh
nutrisi enteral metode gravity drip tubuh secara elektronik. Penggunaan
adalah berkisar antara 6 sampai peralatan ini semua kontrol dilakukan
dengan 15 ml dengan rerata 10,20 ± secara otomatis sehingga akan
3,01 ml. memperkecil terjadinya kesalahan.
Hasil penelitian menunjukkan rerata Infus secara otomatis pada intinya
volume residu lambung dengan adalah pengaturan laju alirannya.
intermitten feeding yaitu 4,10 ml. Setting yang diberikan pada peralatan
Pemberian nutrisi enteral metode infusion pump meliputi: Flow (ml/hr)
intermittet feeding, dilakukan secara yaitu kecepatan aliran dan volume
bertahap sesuai dengan waktu jam (ml) yaitu jumlah volume pada botol
makan. Pemberian secara bertahap ini cairan infus. Setelah seluruh setting
akan lebih memaksimalkan motilitas telah diberikan, infusion pump siap
lambung sehingga pengosongan untuk distart. Sensor akan mendeteksi
lambung lebih cepat. Pengosongan tetesan dari botol infus dan mengirim
lambung dipermudah oleh gelombang sinyal kembali ke motor drive(15).
peristaltik pada antrum lambung dan Kondisi tersebut akan berulang terus
kecepatan pengosongan lambung pada sehingga cairan infus akan menetes
dasarnya ditentukan oleh derajat sesuai dengan setting flow rate.
aktivitas gelombang peristaltik Dalam kondisi operasional infusion
antrum. Gelombang peristaltik pada pump mempunyai atmosheric
antrum, bila aktif, secara khas terjadi pressure sebesar 70-106 kPa. Dalam
hampir pasti tiga kali per menit, pemberian nutrisi enteral metode
menjadi sangat kuat dekat insisura intermittent feeding digunakan nutrisi
angularis, dan berjalan ke antrum, enteral sebanyak 250 ml dan habis
kemudian ke pilorus (14). dalam 2 jam. Pada infusion pump
Intermittent feeding adalah sebuah diatur flow rate sebanyak 125 cc/jam
cara pemberian nutrisi enteral dan pada volume diatur volume yang
menggunakan pompa elektronik ada pada selang makan yaitu
dengan aturan pemberian yang telah sebanyak 250 ml. Artinya infusion
ditetapkan, dengan mengatur tetesan pump tersebut akan mengatur laju
cairan/jam dan diberikan sesuai aliran/kecepatan tetesan nutrisi enteral
dengan dosis atau jangka waktu sesuai yang diseting yaitu sebanyak

1098
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

125 cc/jam, sehingga dalam 2 jam nutrisi enteral metode intermittent


nutrisi enteral sebanyak 250 cc akan feeding lebih sedikit daripada volume
habis (15). Pemberian nutrisi enteral residu lambung pada pemberian
pada pasien kritis akan masuk ke nutrisi enteral metode gravity drip.
dalam korpus lambung, sehingga Dari hasil tersebut menunjukkan
terjadi gelombang peristaltik menekan bahwa pemberian nutrisi enteral
menuju usus duodenum dan terjadi metode intermittent feeding lebih
pengosongan lambung efektif di bandingkan dengan
pemberian nutrisi enteral metode
3.3. Perbedaan Residu Lambung
gravity drip. Hal diatas menunjukkan
Sebelum dilakukan uji beda terlebih
bahwa pengosongan lambung pada
dahulu dilakukan uji normalitas, hasil
pemberian nutrisi enteral metode
uji normalitas dapat dilihat pada tabel
intermittent feeding lebih cepat
4
daripada pengosongan lambung pada
pemberian nutrisi enteral metode
Tabel 4 Uji Normalitas Menggunakan
gravity drip, karena pemberian nutrisi
Shapiro Wilks (n=20)
enteral metode intermittent feeding
Statistik df p value
diberikan secara bertahap.
Volume Residu 0,856 20 0,007
Pemberian secara bertahap ini akan
Lambung
lebih memaksimalkan motilitas
lambung sehingga pengosongan
Berdasarkan tabel 4 diketahui uji lambung akan lebih cepat.
normalitas didapatkan nilai p value = Pengosongan lambung terjadi oleh
0,007. Hal ini berarti p <0,05 jadi data peristaltik yang kuat pada antrum
berdistribusi tidak normal. Uji lambung. Kontraksi antrum akan
statistik yang akan digunakan adalah diikuti oleh kontraksi pilorus yang
uji Mann Whitney berlangsung sedikit lebih lama dari
kontraksi duodenum. Apabila
Tabel 5 Perbedaan Volume Residu gelombang peristaltik kuat sampai di
Lambung pada Pasien Kritis yang antrum maka tekanan isi antrum naik,
Diberikan Nutrisi Enteral kontraksi diikuti oleh kontraksi
menggunakan metode intermitten pilorus sehingga mendorong kembali
feeding dan gravity drip (n=20) isi antrum yang masih bersifat padat
N Mean p value ke korpus lambung.
Rank Gelombang berikutnya mendorong
Volume Residu 10 5,50 0,000 terus dan menekan sedikit lagi menuju
Lambung duodenum. Pergerakan ke depan atau
(Intermitten belakang (maju/mundur) dari
Feeding) kandungan lambung bertanggung
Volume Residu 10 15,50 jawab pada hampir semua
Lambung pencampuran yang terjadi di perut.
(Gravity Drip) Disaat bersamaan, kehadiran makanan
terutama yang mengandung protein
Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa merangsang diproduksinya hormon
hasil uji statsitik didapatkan hasil p gastrin. Dengan dikeluarkannya
value = 0,000 (α:0,05) yang berarti hormon gastrin, merangsang
bahwa terdapat perbedaan yang esophageal sphincter bawah untuk
signifikan pada volume residu berkontraksi, motilitas lambung
lambung antara pemberian nutrisi meningkat, dan pyloric sphincter
enteral metode intermittent feeding berelaksasi. Efek dari serangkaian
dan gravity drip. aktivitas tersebut adalah pengosongan
Didapatkan hasil bahwa volume lambung (14).
residu lambung pada pemberian

1099
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

Volume makanan, kandungan lemak, dan dalam arti yang lebih sempit
tekanan onkotik, dan susunan fisik lemak (14).
makanan mempengaruhi motilitas Pada penelitian ini metode gravity
lambung (16). Pada pemberian nutrisi drip banyak digunakan pada kasus
enteral metode gravity drip, operasi craniotomy dengan jumlah
pemberian dilakukan diatas pasien sebanyak 8 orang (80%).
ketinggian lambung, kecepatan Secara teori untuk kasus-kasus
pemberian ditentukan oleh gravitasi pembedahan misalnya craniotomy
bumi sehingga dalam pemberian memang mempengaruhi jumlah residu
tersebut nutrisi enteral secara cepat lambung atau bisa disebut stres ulcer.
masuk dalam lambung (5-10 menit). Namun dalam penelitian ini hasil
Volume makanan yang banyak dalam yang didapatkan 10,2 ml atau kurang
lambung disamping memperlambat dari 10% dari volume makan yang
motilitas lambung juga akan diberikan yaitu ± 250 ml (15). Pada
menyebabkan isi lambung semakin saat pemberian nutrisi enteral metode
asam, sehingga akan mempengaruhi gravity drip tidak ada pasien dengan
pembukaan sfingter pilorus. Apabila craniotomi yang mengalami stres
volume meningkat (semakin asam) ulcer dan volume residu lambung
maka pengosongan akan lambat sebab diukur menunjukkan atau lebih
kontak usus dengan asam lambung banyak jika dibandingkan dengan
akan terjadi reflek inhibisi gerak pemberian nutrisi enteral dengan
lambung, komponen ingesta usus metode intermitten feeding.
(asam dan lemak) dalam ingesta Penatalaksanaan penderita dengan
meningkat maka pengosongan keluhan-keluhan seperti di atas selain
lambung berjalan lambat. Fungsi memerlukan obat-obatan juga
pengosongan lambung diatur oleh diperlukan tindakan-tindakan khusus,
pembukaan sfingter pilorus yang antara lain dengan pemberian
dipengaruhi oleh viskositas, volume, makanan sedikit demi sedikit atau
keasaman, aktifitas osmotik, keadaan dengan merubah komposisi makanan,
fisik serta emosi, obat-obatan dan misalnya dengan meningkatkan
olah raga (17). asupan cairan sehingga mengurangi
Volume lambung yang banyak juga terjadinya keterlambatan dalam
akan menggelembungkan atau pengosongan lambung. Lansia
menyebabkan distensi lambung memerlukan kecepatan lebih lambat
sehingga menimbulkan reflek pemberian formula makanan per
enterogastrik dari duodenum pada selang. Kecepatan formula lebih
pilorus yang akan memperlambat lambat dapat membantu menurunkan
pengosongan lambung. Faktor lain resiko diare akibat komplikasi
yang menghambat pengosongan pemberian makan per selang
lambung antara lain refleks nasogastrik pada kelompok umur ini
enterogastrik dari duodenum pada (16).
pylorus. Jenis-jenis faktor yang secara Faktor osmolalitas dari nutrisi enteral
terus menerus ditemukan dalam juga mempengaruhi pengosongan
duodenum dan kemudian dapat lambung. Seluruh subyek dalam
menimbulkan refleks enterogastrik penelitian ini menggunakan formula
adalah derajat peregangan lambung, nutrisi enteral yang dibuat oleh rumah
adanya iritasi pada mukosa sakit (hospital made) berupa sonde
duodenum, derajat keasaman chyme lengkap. Makanan sonde yang di buat
duodenum, derajat osmolaritas sendiri di rumah sakit dengan
duodenum dan adanya hasil-hasil kandungan nutrien yang seimbang
pemecahan tertentu dalam chyme, umumnya memiliki osmolalitas
khususnya hasil pemecahan protein sekitar 600 mOsm/kg air. Serum
normal memiliki osmolalitas sekitar

1100
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

300 mOsm/kg air. Formula enteral volume pemberian makan, kecepatan


dengan osmolalitas yang tinggi dan aliran dan masukan cairan adekuat,
diberikan dengan cepat akan menarik sangat penting dalam memberikan
cairan ke dalam usus dan makan per selang (6)
mengakibatkan gejala kram, nausea,
vomitus atau diare. Osmolalitas bukan 4. KESIMPULAN
masalah jika formula enteral Ada perbedaan yang signifikan volume
diberikan secara perlahan-lahan atau residu lambung pada pasien kritis yang
dengan cara tetesan yang konstan terpasang ventilasi mekanik terhadap
(model infus). Semakin rendah pemberian nutirsi enteral metode
osmolalitas, semakin cepat formula intermittent feeding dan gravity drip di
enteral dapat diberikan. ruang ICU RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro
Derajat toleransi pasien terhadap efek
osmolalitas bervariasi. Biasanya
REFERENSI
pasien lemah lebih sensitif terhadap
gangguan ini. Karenanya perawat 1. Haliman A dan AW. Cerdas Memilih
harus mengetahui tentang formula Rumah Sakit (Sebuah Komunikasi
osmolalitas dan harus mengobservasi Medical yang Jujur dan Harmonis).
serta secara aktif mencegah gangguan Yogyakarta: Rapha Publishing; 2012.
ini (6). Penelitian ini bertujuan untuk 2. Hanafie A. Peranan Ruangan
mengetahui efektifitas pemberian Perawatan Intensif ( ICU ) Dalam
nutrisi enteral metode intermittent Memberikan Pelayanan Di Rumah
feeding dan gravity drip terhadap Sakit. Usu Repos. 2008;
volume residu lambung pada pasien 3. Nasution MN. Manajemen Mutu
kritis. Pasien kritis adalah merupakan Terpadu. Bogor: Penerbit Ghalia
pasien yang secara fisiologis tidak Indonesia;
stabil (Rupi’i, 2010). Respon 4. Gattinoni L, Protti A, Caironi P CE.
hipermetabolik komplek terhadap Ventilator-induced lung injury: the
trauma akan mengubah metabolisme anatomical and physiological
tubuh, hormonal, imunologis dan framework. Crit Care Med. 2013;38(10
homeostasis nutrisi. Suppl):S Tusman G, Bohm SH,
Antibiotika yang digunakan juga Vazquez de Anda GF, do Campo JL,
dapat mempengaruhi mukosa saluran Lachmann B. “Alveolar recruitment
cerna dan hepatosit. Pasien yang strategy” improves arterial
lemah dengan pengosongan lambung oxygenation during general ana. 2013;
yang buruk dan gangguan menelan
serta gangguan mekanisme batuk 5. Potter & Perry AG. Fundamental of
mempunyai resiko terjadi aspirasi. Nursing: Fundamental Keperawatan.
Perkiraan volume residu gastric (VR) 3rd ed. jakarta: EGC; 2010.
yang sering pada pasien yang 6. Suddarth. B and. Text Book Of
mendapatkan nutrisi enteral Medical Surgical Nursing 12th
diasumsikan untuk mengurangi resiko Edition. China: LWW; 2010.
absorbsi. Pada prinsipnya semakin 7. Yunita R, Rondhianto W. Pengaruh
tinggi residual volume, semakin besar Open Suction System terhadap
resiko aspirasi yang berhubungan Kolonisasi Staphylococcus aureus
dengan pulmonal dan akan pada Pasien dengan Ventilator
merupakan komplikasi terberat dalam Mekanik di Ruang Intensive Care Unit
pemberian nutrisi melalui selang. ( ICU ) RSD dr . Soebandi Jember. E-
Komplikasi nutrisi enteral lebih sering Jurnal Pustaka Kesehat.
terjadi pada pasien yang 2015;3(1):103–10.
membutuhkan perawatan intensif 8. Dorland WAN. Kamus Saku
dibandingkan pada pasien yang Kedokteran Dorland. 28th ed. jakarta:
sakitnya lebih ringan. Suhu dan

1101
The 13th University Research Colloqium 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

EGC; 2011. 457–507 p. 6th ed. jakarta: EGC; 2005. 1106–1129


9. Metheny NA, Titler MG. Assessing 13. Taufik A. Korelasi volume residu
Placement of Feeding Tubes. AJN Am lambung dengan kadar laktat, scvo2
J Nurs [Internet]. 2001;101(5). darah dan nilai p(cv-a)co2 pada pasien
Available from: sepsis berat dan syok sepsis pasca
https://journals.lww.com/ajnonline/Ful resusitasi di icu rscm. 2014;1–83.
ltext/2001/05000/Assessing_Placement 14. Jayarasti. Anatomi Lambung. jakarta:
_of_Feeding_Tubes.17.aspx EGC; 2009.
10. Munawaroh SW, Handoyo, 15. Wayunah W, Nurachmah E, Mulyono
Astutiningrum D. Efektifitas S. Pengetahuan Perawat Tentang
Pemberian Nutrisi Enteral Metode Terapi Infus Mempengaruhi Kejadian
Intermittent Feeding dan Gravity Drip Plebitis dan Kenyamanan Pasien. J
Terhadap Volume Residu Lambung Keperawatan Indones.
pada Pasien Kritis di Ruang ICU 2013;16(2):128–37.
RSUD Kebumen. J Ilm Kesehat
16. Potter & Perry AG. Fundamental of
Keperawatan. 2012;8(3):1–5.
Nursing: Fundamental Keperawatan.
11. Dietitians Association of Australia 7th ed. jakarta: EGC; 2010.
29th National Conference. Poster
17. Lindseth GN. Gangguan lambung dan
Program. Nutr Diet [Internet].
duodenum. Dalam: Price SA, Wilson
2011;68(s1):xiii–xix. Available from:
LM (eds). Patofisiologi Konsep Klinis
https://doi.org/10.1261/j.1747-
Proses-Proses Penyakit. 6th ed. jakarta;
0080.2011.01504.x
2005.
12. Price, SA, Wilson L. Patofisiologi :
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

1102

Anda mungkin juga menyukai