Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

RUANGAN INTENSIVE CARE UNIT


(ICU)
Diajukan Untuk Memunihi Tugas Tahap Stase Keperawatan Kegawat Darurat dan Kritis

Koordinator :
Ns. Puji Astuti, M. Kep., Sp. Kep. MB

Dosen Pembimbing :

Ns. Achmad Fauji, M.Kep., Sp. Kep. MB

OLEH :

Gina Sonia

0432950922018

JURUSAN PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI

UNIVERSITAS BANI SALEH

TAHUN 2023
A. KONSEP RUANGAN ICU

1. Definisi ICU
ICU (Intensive Care Unit) adalah ruang rawat di rumah sakit yang dilengkapi dengan
staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien dengan perubahan
fisiologi yang cepat memburuk yang mempunyai intensitas defek fisiologi satu organ
ataupun mempengaruhi organ lainnya sehingga merupakan keadaan kritis yang dapat
menyebabkan kematian. Tiap pasien kritis erat kaitannya dengan perawatan intensif
oleh karena memerlukan pencatatan medis yang berkesinambungan dan monitoring
serta dengan cepat dapat dipantau perubahan fisiologis yang terjadi atau akibat dari
penurunan fungsi organ-organ tubuh lainnya
2. Karateristik Ruangan
a) Lokasi
Dianjurkan satu komplek dengan kamar bedah dan kamar pulih, berdekatan atau
mempunyai akses yang mudah ke Unit Gawat Darurat, laboratorium dan
radiologi.
b) Desain
Pelayanan ICU yang memadai ditentukan berdasarkan disain yang baik dan
pengaturan ruang yang adekuat. Disain berdasarkan klasifikasi pelayanan ICU
dapat dilihat pada tabel 2.
Ketentuan bangunan ICU adalah sebagai berikut:
1) Terisolasi
2) Mempunyai standar tertentu terhadap
- Bahaya api
- Ventilasi
- AC
- Exhaust fan
- Pipa air
- Komunikasi
- Bakteriologis
- Kabel monitor
3) Lantai mudah dibersihkan, keras dan rata.
Ruangan ICU dibagi menjadi beberapa area yang terdiri dari :
1) Area pasien :
- Unit terbuka 12-16 m/ tempat tidur
- Unit tertutup 16-20m/ tempat tidur.
- Jarak antara tempat tidur : 2 m.
- Unit terbuka mempunyai 1 tempat cuci tangan setiap 2 tempat tidur.
- Unit tertutup 1 ruangan 1 tempat tidur cuci tangan
- Harus ada sejumlah outlet yang cukup sesuai dengan level ICU. ICU tersier paling
sedikit 3 outlet udara-tekan, dan 3 pompa isap dan minimal 16 stop kontak untuk
tiap tempat tidur.
-Pencahayaan cukup dan adekuat untuk observasi klinis dengan lampu TL day light
10 watt/m. Jendela dan akses tempat tidur menjamin kenyamanan pasien dan
personil. Desain dari unit juga memperhatikan privasi pasien.
2) Area kerja meliputi:
- Ruang yang cukup untuk staf dan dapat menjaga kontak visual perawat dengan
pasien.
- Ruang yang cukup untuk memonitor pasien, peralatan resusitasi dan penyimpanan
obat dan alat (termasuk lemari pendingin).
- Ruang yang cukup untuk mesin X-Ray mobile dan dilengkapi dengan viewer
- Ruang untuk telepon dan sistem komunikasi lain, komputer dan koleksi data, juga
tempat untuk penyimpanan alat tulis dan terdapat ruang yang cukup resepsionis dan
petugas administrasi.
3) Lingkungan
Mempunyai pendingin ruangan/AC yang dapat mengontrol suhu dan kelembaban
sesuai dengan luas ruangan. Suhu 22- 25°C kelembaban 50-70%.
4) Ruang Isolasi
Dilengkapi dengan tempat cuci tangan dan tempat ganti pakaian sendiri.
5) Ruang penyimpanan peralatan dan barang bersih
Untuk menyimpan monitor, ventilasi mekanik, pompa infus dan pompa syringe,
peralatan dialisis, alat-alat sekali pakai, cairan, penggantung infus, troli, penghangat
darah, alat isap, linen dan tempat penyimpanan barang dan alat bersih.
6) Ruang tempat pembuangan alat / bahan kotor
Ruang untuk membersihkan alat-alat, pemeriksaan urine, pengosongan dan
pembersihan pispot dan botol urine. Desain unit menjamin tidak ada kontaminasi.
7) Ruang perawat
Terdapat ruang terpisah yang dapat digunakan oleh perawat yang bertugas dan
pimpinannya.
8) Ruang staf dokter
Tempat kegiatan organisasi dan administrasi termasuk kantor Kepala bagian dan
staf, dan kepustakaan.
9) Ruang tunggu keluarga pasien
10) Laboratorium
Harus dipertimbangkan pada unit yang tidak mengandalkan pelayanan terpusat
3. Karateristik Pasien
 Kriteria pasien masuk kerungan ICU
Apabila sarana dan prasarana ICU di suatu rumah sakit terbatas sedangkan
kebutuhan pelayanan ICU yang lebih tinggi banyak, maka diperlukan
mekanisme untuk membuat prioritas. Kepala ICU bertanggungjawab atas
kesesuaian indikasi perawatan pasien ICU. Bila kebutuhan pasien masuk di ICU
melebihi tempat tidur yang tersedia,Kepala ICU menentukan berdasarkan
prioritas kondisi medik, pasien mana yang akan dirawat di ICU. Prosedur untuk
melaksanakan kebijkana ini harus dijelaskan secara rinci untuk tiap ICU.
Dalam keadaan yang terbatas, pasien yang memerlukan terapi intensif (prioritas
1) lebih didahulukan disbanding dengan pasien yang hanya memerlukan
pemantauan intensif (prioritas 3)Penilaian objektif atas berat dan prognosis
penyakit hendaknya digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan
prioritas masuk ke ICU.
1. Pasien prioritas 1
Pasien yang termasuk dalam prioritas ini adalah pasien sakit kritis, tidak stabil
yang memerlukan terapi intensif dan tertitrasi, seperti: dukungan / bantuan
ventilasi, alatpenunjang fungsi organ / system yang lain, infus obat - obat
vasoaktif / inotropic, obat anti aritmia, serta pengobatan lain lainnya secara
kontinyu dan tertitrasi. Pasien yang termasuk prioritas 1 adalah pasien pasca
bedah kardiotorasik, sepsis berat, gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit yang mengancam jiwa.Institusi setempat dapat juga membuat kriteria
spesifik yang lain seperti derajat hipoksemia, hipotensi di bawah tekanan darah
tertentu. Terapi pada kriteria pasienprioritas 1 demikian, umumnya tidak
mempunyai batas.
2. Pasien prioritas 2
Kriteria pasien ini memerlukan pelayanan canggih di ICU, sebab sangat beresiko
bilatidak mendapatkan terapi intensif segera, misalnya pemantauan intensif
menggunakan pulmonary arterial catheter. Pasien yang tergolong dalam prioritas
2 adalah pasien yangmenderita penyakit dasar jantung – paru, gagal ginjal akut
dan berat, dan pasien yangtelah mengalami pembedahan mayor.Pasien yang
termasuk prioritas 2, terapinya tidak mempunyai batas, karena kondisimediknya
senantiasa berubah.
3. Pasien prioritas 3
Pasien yang termasuk kriteria ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil
statuskesehatan sebelumnya, yang disebabkan oleh penyakit yang mendasarinya,
ataupenyakit akutnya, secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh
dan ataumanfaat terapi di ICU pada kriteria ini sangat kecil, sebagai contoh
adalah pasien dengankeganasan metastatic disertai penyulit infeksi, pericardial
tamponade, sumbatan jalannapas, dan pasien penyakit jantung dan penyakit paru
terminal disertai komplikasipenyakit akut berat.Pengelolaan pada pasien kriteria
ini hanya untuk mengatasi kegawatan akutnya saja, danusaha terapi mungkin
tidak sampai melakukan intubasi atau resusitasi jantung paru
4. Pasien prioritas 4`
Pasien dalam prioritas ini bukan merupakan indikasi masuk ICU. Pasien yang
termasuk kriteria ini adalah pasien dengan keadaan yang “terlalu baik” ataupun
“terlaluburuk” untuk masuk ICU.
 Kriteria pasien kelur dari ruangan ICU
1. Pasien prioritas 1
Pasien dipindahkan apabila pasien tersebut tidak membutuhkan lagi
perawatanintensif, atau jika terapi mengalami kegagalan, prognosa jangka
pendek buruk, sedikitkemungkinan bila perawatan intensif diteruskan, sebagai
contoh : pasien dengan tigataua lebih gagal system organ yang tidak berespon
terhadapt pengelolaan agresif.
2. Pasien prioritas 2
Pasien dipindahkan apabila hasil pemantauan intensif menunjukkan
bahwaperawatan intensif tidak dibutuhkan dan pemantauan intensif selanjutnya
tidak diperlukanlagi.
3. Pasien prioritas 3
Pasien prioritas 3 dikeluarkan dari ICU bila kebutuhan untuk terapi intensif telah
tidakada lagi, tetapi mereka mungkin dikeluarkan lebih dini bila kemungkinan
kesembuhannyaatau manfaat dari terapi intensif kontinyu diketahui
kemungkinan untuk pulih kembalisangat kecil, keuntungan dari terapi intensif
selanjutnya sangat sedikit. Pasien yangtergolong dalam prioritas ini adalah
pasien dengan penyakit lanjut (penyakit paru kronis,penyakit jantung atau hepar
terminal, karsinoma yang telah menyebar luas dan lain -lainnya) yang tidak
berespon terhadap terapi ICU untuk penyakit akut lainnya.
4. Peran Dan Tanggung Jawab Perawat
 Tugas Perawat ICU
1. Caring Role, memelihara pasien dan menciptakan lingkungan biologis,
psikologis,sosiokultural yang membantu penyembuhan
2. Coordinating Role, mengatur keterpaduan tindakan – tindakan perawatan,
diagnostik dan terapeutik sehingga terjalin pelayanan yang efektif dan efisien
3. Therapeutic Role, sebagai pelaksana pelimpahan tugas dari dokter untuk
tindakan diagnostik dan terapeutik.
Dalam masalah kegawatan ini diperlukan 3 kesiapan, yakni :
- Siap mental
- Siap pengetahuan dan ketrampilan
- Siap alat dan obat
 Perawat ICU harus mampu
a) Membebaskan jalan nafas dari sumbatan
b) Memberikan nafas buatan
c) Pijatan jantung luar jika jantung berhenti
d) Posisi koma dan posisi shock
e) Memberikan terapi oksigen dan nebulasi
f) Melakukan suction, penghisapan jalan lendir pada nafas
g) Memasang infus / IV line untuk memasukkan obat atau cairan
h) Respirator untuk pernafasan bantuan
i) Laryngoskop untuk intubasi trachea
j) Monitor ECG untuk pemantauan aritmia
k) Drain thorak dan pompanya untuk pneumo / hematothorak
l) Memberikan obat – obatan darurat
m)Mengenali aritmia berbahaya
n) DC-Shock untuk defibrilasi
o) Merawat pasien dengan tekanan intrakranial meningkat
DAFTAR PUSTAKA

Lestari Dwi.L (2020). Laporan Konsep Ruangan ICU. Insitut Kesehatan Dan Sains Wiyata
Husada Samarinda https://pdfcoffee.com/lp-konsep-icu-lin-pdf-free.html Diakses 29
Mei 2020 Jam 19.00 WIB

Rodi Muhammad.(2018). Pedoman Pelayan ICU Rumah Sakit Tk II Dr.Soepraoen.


http://www.academia.edi/38146085/PEDOMAN-YAN-ICU-2019-odcx Diakses 29 Mei
2022 Jam 19.30 WIB

Kepmenkes. (2010). No 1778 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pelayan ICU Di Rumah Sakit.
https://perdatinaceh.files.wordpress.com Diakses 29 Mei 2022 Jam 20.58 WIB

Anda mungkin juga menyukai