Anda di halaman 1dari 7

Praktikum Keperawatan Gawat Darurat

Dosen : Sudarman, S.Kep.Ns.M.Kes

LAPORAN PENDAHULUAN

INITIAL ASESSMENT

OLEH

Nama Mahasiswa : Shofiya eka febrianti

Stambuk : 14220200012

Kelas : B1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2022
A. Pengertian
Initial assessment merupakan suatu proses penilaian serta pemeriksaan yang
digunakan untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang dapat mengancam nyawa
seseorang dan pemeriksaan ini juga sering disebut pemeriksaan primer yang mencakup
beberapa hal yaitu: safety, response, shout fot help, airway, breathing, circulation or chest
compression, disability, dan exposure (Budiman, et al ,2019)

B. Prinsip
Menurut (Putrayudista, 2019) prinsip dalam initial assessment ini ada beberapa yaitu :
1. Prinsip dalam menolong pasien dengan selalu memperhatikan DANGER yang terdiri
dari 3A (Aman penolong, Aman pasien, Aman lingkungan).
2. Petugas kesehatan dapat melindungi diri dari tertularnya penyakit yang menular
dengan menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) seperti masker bedah, apron,
handscoon, kacamata dan lain sebagainya.

C. Initial Assessment / Pengelolaan Pasien


Initial assessment sering disebut juga dengan pengelolaan pasien yang sedang
mengalami masalah-masalah atau luka parah yang mengancam nyawa memerlukan
penilaian yang cepat dan pengelolaan yang tepat, meliputi (Wijaya. dkk, 2019) :
1. Persiapan
 Fase Pra-Rumah Sakit
Umunya dibagi menjadi 3 kategori pada kegawata daruratan, yaitu : penerima
pertama, Basic Emergency Medical Technicians (EMT-B), dan Paramedis
Emergency Medical Technicians (EMT-P), selain itu koordinasi baik antara
dokter di RS dengan petugas lapangan akan sangat menguntungkan pasien dan
pada fase pra-rs ini menitik beratkan pada penjaga airway, syok atau kontrol
pendarahan, imobilisasi pasien, dan segera dibawa ke RS terdekat yang memiliki
fasilitas yang memadai
 Fase Rumah Sakit
Fase Rumah Sakit ini harus dilakukan dengan perencanaan sesuai dengan fasilitas
yang di butuhkan oleh pasien gawat darurat saat pasien belum tiba di RS,dan suatu
sistem untuk pemanggilan tenaga medis tambahan harus sudah siap seperti tenaga
laboratorium dan radiologi, serta semua tenaga medis yang kontak langsung
dengan pasien harus menghindari kemungkinan penularan penyakit yang menular
seperti hepatitis dan AIDS dengan mengikuti anjuran menggunakan alat-alat
proteksi diri dari pusat kesehatan seperti masker bedah dan handscon bila terdapat
cairan tubuh pasien.

2. Triase
Menurut (Zainal, et al, 2020) trise terbagi menjadi 2 yaitu :
 Multiple Casualties
Banyaknya korban tidak melewati batas kemampuan RS dan dimana korban yang
mengalami multi trauma atau korban yang mengalami masalah yang mengancam
nyawa pasien akan di prioritaskan penanganannya
 Mass Casualties
Banyaknya korban tidak melewati batas kemampuan RS dan prioritas pemberian
tindakan pada pasien dapat di tentukan dengan pemberian label terlebih dahulu
pada kondisi pasien ini ditentukan menurut kejadian yang dialami.
- Label Hijau
Dengan kondisi pasien tidak terluka dan mengalami keluhan yang mengancam
nyawa.
- Label Kuning
Dengan kondisi pasien RR < 30x/menit, capillary refill < 2 menit, dan pasien
dalam kondisi sadar.
- Label Merah
Dengan kondisi pasien RR > 30x/menit, denyut nadi radialis teraba lemah,
capillary refill > 2menit.
- Label Hitam
Dengan kondisi pasien mengalami apnea atau henti nafas lebih dari 6 menit.

3. Primary Survey
Menurut (American College of Surgeons, 2018) primary Survey terdiri dari A-B-C-D-
E serta termasuk penilaian komplit tanda-tanda vital, meliputi :
- Airway (Jalan Nafas) dengan kontrol servikal
Membuka jalan nafas pasien dengan teknik Head Till Chin Left atau dengan
teknik Jaw Thurst (jika pasien di indikasi mengalami trauma spinal), dan jika
di curigai adanya sumbatan di jalan nafas pasien.
- Breathing (Pernafasan) dengan ventilasi
Dengan teknik Look Listen Feel yaitu :
1. Look (melihat), melihat kesimetrisan naik turunnya dada pasien,
pergerakan dada yang adekuat.
2. Listen (mendengar), mendengarkan adanya pergerakan udara pada kedua
sisi dada, jika ada gangguan maka suara nafas terdengar redup
3. Feel (merasakan), rasa nafas pasien apakah terasa adekuat atau lemah
- Circulation dengan kontrol perdarahan
Ada 3 penemuan klinisnya, yaitu :
1. Tingkat Kesadaran
2. Warna Kulit
3. Nadi
Serta pendarahan eksternal harus kita kenali dan di kelola pada primary survey
- Disability (Pemeriksaan Neurologis)
Dengan melakukan pemeriksaan GCS untuk mengetahui gangguan dan tingkat
kesadaran pasien itu sendiri.
- Exposure
Pakaian pasien harus dibuka secara menyeluruh dengan menggunting pakaian
pasien agar kita dapat melihat apakah ada jejas di bagian anggota tubuh pasien
serta memasangkan selimut untuk menghindari hipotermia setelah pakaian
pasien di buka.

4. Resusitasi
Resusitasi bersifat agresif dan pengolahan secara cepat pada kondisi pasien
yang berisiko masalah yang mengancam nyawa merupakan hal yang sangat mutlak
untuk mempertahankan hidup pasien (American College of Surgeons, 2018)

5. Transportasi untuk merujuk


Menurut Kepmenkes No.143/Menkes-Kesos/SK/II/2018 yang membahas tentang
Jenis Kendaraan Pelayanan Medis, meliputi :
1. Ambulan Transportasi
2. Ambulan Gawat Darurat
3. Ambulan Rumah Sakit Lapangan
4. Ambulan Pelayanan Medis Bergerak
5. Ambulan Jenazah
6. Ambulan Udara

6. Secondary Survey
Secondary survey merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan teliti dan
menyeluruh dari kepala sampai kaki (head to toe), meliputi (American College of,
2018) :
 Anamnesis
Riwayat “AMPLE” harus di ingat :
A = Allergy (alergi)
M = Medication (obat yang diminum saat ini)
P = Past Illness (penyakit yang di derita saat ini)
L = Last Meal
E = Event (kejadian trauma yang di alami)
 Pemeriksaan Fisik
- Kepala, mata, THT (telinga, hidung, tenggorokan)
- Leher
- Toraks
- Abdomen
- Punggung
- Perineum, rektum, uretra
- Ekstermitas
 Pemeriksaan Neurologi
Pemeriksaan neurologi dilakukan dengan teliti meliputi pemeriksaan tingkat
kesadaran, reaksi dan diameter pupil, perubahan status kesadaran neurologis ini
dapat dinilai melalui penilaian skor GCS.
7. Pemantauan dan re evaluasi berkesinambungan
Re evaluasi dilakukan dengan cara melaporkan setiap perubahan kondisi
pasien, respons pasien terhadap resusitasi, mencatat dan memonitor TTV dan jumlah
produksi urine, serta pasien yang ingin dirujuk harus dalam kondisi stabil dan
pemeriksaan penunjang yang telah di lakukan harus ikut dilampirkan (Zainal, et al,
2020)
DAFTAR PUSTAKA

American College of Surgeons (2018) ‘Committee on Trauma’. Elsevier. Available at:


https://www.researchgate.net/journal/18791190_Journal_of_the_American_Colleg
e.
Budiman. dkk, A. S. (2019) KEGAWATDARURATAN DASAR. Jakarta Timur: CV. Trans
Info Media.
Hartini. Response Time Perawat Di Ruang Instalasi Gawat Darurat. J Keperawatan
Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto. 2019
Putrayudhista, P. (2019) BTCLS & DISASTER MANAGEMENT. Tangerang Selatan:
Medhatama Restyan.
Trisyani, Y. and Theresia, S. I. M. (2019) Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana Sheesy.
Singapore: Elsevier.
Yasir L. Peran perawat dalam melakukan pengkajian di rumah sakit. 2019; P L. No Title.
2019
Zainal, saputra dkk, et al 2020 Keperawatan gawat darurat. Medan. Indonesia

Anda mungkin juga menyukai