OLEH :
NURFITRI AYU TRI DARNA
14220200018
Benigna Prostat Hipertropi (BPH) adalah pembesaran kelenjar dan jaringan seluler
kelenjar prostat yang berhubungan dengan perubahan endokrin berkenaan dengan proses
penuaan (Suharyanto, 2019).
Inggris telah mengeluarkan proyeksi prevalensi BPH bergejala di Inggris dan
Wales beberapa tahun ke depan. Pasien BPH bergejala yang berjumlah sekitar 80.000
pada tahun1991, diperkirakan akan meningkat menjadi satu setengah kalinya pada
tahun 2031. Namun demikian, tidak semua penderita BPH berkembang menjadi
penderita BPH bergejala.Prevalensi BPH yang bergejala pada pria berusia 40-49
tahun mencapai hampir 15%. Angka ini meningkat dengan bertambahnya usia,
sehingga pada usia 50-59 tahun prevalensinya mencapai hampir 25%, dan pada usia 60
tahun mencapai angka sekitar 43%.
Meskipun jarang mengancam jiwa, salah satu pokok permasalahannya
adalah gejala-gejala yang ditimbulkan pada pembesaran kelenjar prostat dirasakan
sangat tidak nyaman oleh pasien dan mengganggu aktivitas sehari-hari.Menurut
survei, berdasarkan pola penyakit pasien rawat jalan pada Rumah Sakit di Provinsi
Jawa Barat, Umur diatas 60 tahun pada 2003 penyakit BPH (Benigna Prostat
Hipertropi) menempati urutan ke-19 yaitu sebesar 1,37% (530 orang).
Sedangkan data yang diperolehdari Medical Record RSUD Dr.Adjidarmo
Rangkasbitung Lebak diRuang Duku tahun 2012 jumlahpenderita BPH (Benigna
ProstatHipertropi) menunjukkanbahwa penderita BPH di Ruang DukuRSUD Dr.
Adjidarmo Rangkasbitungcukup banyak, yaitu sebanyak 88orang (13,66 %) dari total
penderitasebanyak 644 orang dan mendudukiurutan ketiga dari 10 penyakit
terbanyak.Oleh karena itu peran perawatsebagai tenaga kesehatan diperlukanupaya
promotif (peningkatan) dengancara memberikan pendidikankesehatan tentang
penyakit, preventif(pencegahan) yaitu dengan caramemberitahu dan mengajarkan
polahidup yang sehat, kuratif (pengobatan)yaitu dengan cara menganjurkanklien untuk
melakukan pembedahanatau pengobatan lain, dan rehabilitative(pemulihan) dengan cara
memberikanasuhan keperawatan secara langsungpada penderita BPH (Benigna
ProstatHipertropi)
Menurut Nasrullah (2019), prinsip etik keperawatan adalah menghargai hak dan
martabat manusia, tidak akan berubah. Prinsip dasar keperawatan antara lain :
1) Autonomy (otonomi) adalah suatu bentuk respek terhadap seseorang dan sebagai
persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.Otonomi juga diartikan
sebagai kemandirian dan kebebasan individu untuk menuntut perbedaan diri.
2) Beneficience (berbuat baik) adalah suatu bentuk wujud kemanusiawian dan juga
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejadian yang disebabkan oeh diri sendiri
dan orang lain.
3) Justice (keadilan) adalah suatu bentuk terapi adil terhadap orang lain yang menjunjung
tinggi prinsip moral, legal dan kemanusiaan, prinsip keadilan juga diterapkan pada
pancasila Negara Indonesia pada sila ke 5 yakni keadilan sosial bagi seluruh Indonesia.
Dengan ini menunjukkan bahwa prinsip keadilan merupakan suatu bentuk prinsip yang
dapat menyeimbangkan dunia.
4) Non maleficience (tidak merugikan) adalah sebuah prinsip yang mempunyai arti bahwa
setiap tindakan yang dilakukan pada seseorang tidak menimbulkan secara fisik maupun
mental.
5) Veracity (kejujuran) Merupakan suatu nilai yang menjunjung tinggi untuk
menyampaikan kebenaran apa yang sebenarnya terjadi.
6) Fidelity ( loyalitas/ketaatan), Pada prinsip ini dibutuhkan orang yang dapat menghargai
janji dan berkomitmen kepada orang lain.
7) Confidentiality (kerahasiaan), Prinsip yang harus dilakukan oleh semua manusia yang
ada dibumi ketika mengiyakan suatu rahasia yang diberikan oleh orang lain. 8.
8) Accountability (akuntabilitas) Prinsip ini berhubungan dengan fidelity yang berarti
bahwa tanggung jawab pasti pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk menilai
orang lain. Prinsip ini juga diartikan sebagai standar pasti yang mana tindakan
seseorang profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
9) Moral (moralitas) Merupakan bagian dari prinsip etika keperawatan yang sangat
penting, termasuk advokasi, responsibilitas, dan loyalitas. Advokasi dapat diartikan
sebagai memberi saran dalam upaya melindungi dan mendukung hak-hak pasien.
Responsibilitas merupakan eksekusi terhadap tugas tugas yang berhubungan dengan
peran seseorang, dan loyalitas merupakan suatu konsep yang melewati simpati, peduli
dan hubungan timbal balik terhadap pihak yang secara langsung dengan orang lain
secara profesional.
10) Value (nilai) Merupakan sesuatu yang berharga, keyakinan yang dipegang sedemikian
rupa oleh seseorang yang menjadi standar prilaku seseorang.
E. Nursing Advokasi
Perawat advokat merupakan proses dimana perawat secara objektif memberikan
klien informasi yang dibutuhkan untuk membuat keputusan dan mendukung klien apapun
keputusan yang buat.
Perawat sebagai advokat yaitu sebagai penghubung antara klien-tim kesehatan lain
dalam rangka pemenuhan kebutuhan klien. Membela kepentingan klien dan membantu
klien,memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan tim kesehatan
dengan pendeketan tradisional maupun profesional.
Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan
tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien
dan membantu klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh
tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional. Peran advokasi
sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator dalam tahap
pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam
menjalankan peran sebagai advocat (pembela klien) perawat harus dapat melindungi dan
memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Azrul, Azwar. 2019, Peran Perawat Profesional dalam Sistem Kesehatan di Indonesia. UI,
Indonesia.
Cecep, Triwibowo, 2013, Manajemen Pelayanan Keperawatan Di Rumah Sakit, Trans Info Media.
Jakarta.
Jakarta: EGC.
Lewis, S. M., Heitkemper, M. M., and Dirknes, S. R., (2000), Medical Surgical Nursing:
Assesment and Management of Clinical Problem, 5 th edition, Mosby Inc., St. Louis,
Hopkins, J 2016, Antibiotic guidelines 2015-2016, Johns Hopkins Medicine, USA. [IAUI] Ikatan
Ahli Urologi Indonesia 2015, Guideline penatalaksanaan infeksi saluran kemih dan
genitalia pria 2015, Edisi ke-2