Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENYAKIT TUBERCULOSIS

OLEH KELOMPOK 1

ALVIYATUL LAILA 14220200009


ASILAH AFNANI BISRI 14220200023
NURFITRI AYU TRI DARNA 14220200018
WAMILA MANGAR 14220200019
BUNGA JIHAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PADA PENYAKIT TBC (TUBERCULOSIS)
Materi : Tuberculosis
Pokok Bahasa : Tuberculosis
Hari/ tanggal : 28 Oktober 2022
Waktu pertemuan : 20 menit
Tempat : Kampus Fakultas Kesehatan Masyarakat
Sasaran : Pasien TBC dan keluarga pasien

I. LATAR BELAKANG
Masalah kesehatan yang terjadi pada sistem respirasi menjadi salah satu
dari 10 penyebab kematian tertinggi di dunia, termasuk di Indonesia. Salah satu
penyakit infeksi pada sistem respirasi yang masih menjadi masalah serius dalam
masyarakat Indonesia adalah Tuberculosis Paru (TB paru). Pada tahun 2020
penyakit tuberkulosis paru di Indonesia menempati peringkat kedua di dunia
setelah India (WHO, 2021).
Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah suatu penyakit infeksi menular
yang di sebabkan oleh oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis. Sumber
penularan penyakit pada pasien tuberkulosis BTA positif yaitu melalui percik
ludah atau dahak yang dikeluarkannya. Penyakit ini apabila tidak segera diobati
atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya
hingga kematian (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Tanda dan gejala seseorang
terjangkit Tuberkulosis Paru, antara lain batuk berdahak lebih dari dua minggu,
batuk dengan mengeluarkan dahak, dada terasa sakit atau nyeri dan dada terasa
sesak saat bernapas. Masa inkubasi mulai dari terinfeksi sampai pada lesi primer
muncul kurang lebih 4-12 minggu (Naga, 2014).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2016,
Tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian global. Dengan
berbagai upaya pengendalian yang dilakukan, insiden dan kematian akibat
tuberkulosis telah menurun, namun tuberkulosis diperkirakan masih menyerang.
Pada tahun 2016, diperkirakan terdapat 10,4 juta kasus baru (insidensi)
tuberkulosis di seluruh dunia, diantaranya 6,2 juta laki - laki, 3,2 juta wanita dan
1 juta adalah anak-anak (Listiono, 2019). Sementara jumlah total kasus
tuberkulosis yang ditemukan di Indonesia pada tahun 2021 yaitu 385. 295 kasus
(Kementerian Kesehatan RI, 2021).
Berdasarkan data pada Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, jumlah
kasus tuberkulosis di Provinsi Bali pada tahun 2019 sampai 2020 sebanyak
7.844 kasus yang tersebar diseluruh Bali. Pada tahun 2020 di Jembrana sebanyak
138 kasus, Tabanan 195 kasus, Badung 400 kasus, Gianyar 222 kasus ,
Klungkung 115 kasus, Bangli 33 kasus, Karangasem 225 kasus, Buleleng 495
kasus, dan Denpasar 1054 kasus (BPSP Bali, 2021). Berdasarkan data RSUD
Tabanan pada tahun 2021, jumlah penyakit tuberkulosis paru menempati
peringkat ketiga dari 10 besar penyakit yang ada dengan jumlah kunjungan
pasien 160 pasien. Salah satu masalah keperawatan yang sering dialami pasien
tuberkulosis adalah bersihan jalan napas tidak efektif. Bersihan jalan napas tidak
efektif adalah ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas
untuk mempertahankan jalan napas agar tetap paten (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2016).
Sekret atau dahak merupakan materi yang dikeluarkan dari saluran
napas bawah oleh batuk. Batuk dengan dahak menunjukkan adanya eksudat
bebas dalam saluran pernapasan. Orang dewasa normal bisa memproduksi
mukus sejumlah 100 ml dalam saluran napas setiap hari. Mukus ini digiring ke
faring dengan mekanisme pembersihan silia dari epitel yang melapisi saluran
pernapasan. Keadaan abnormal produksi mukus yang berlebihan (karena
gangguan fisik, kimiawi, atau infeksi yang terjadi pada membran mukosa),
menyebabkan proses pembersihan tidak berjalan secara adekuat normal,
sehingga mukus ini banyak tertimbun dan bersihan jalan napas akan tidak
efektif. Bila hal ini terjadi, membran mukosa akan terangsang, dan mukus akan
dikeluarkan dengan tekanan intrathorakal dan intra abdominal yang tinggi.
Mukus tersebut akan keluar sebagai dahak (Sekaradhi, 2021).
Pengeluaran dahak yang tidak lancar akibat dari bersihan jalan napas
tidak efektif adalah pasien mengalami kesulitan bernapas dan gangguan
pertukaran gas di dalam paru paru yang mengakibatkan timbulnya sianosis,
kelelahan, apatis serta lemah (Nugroho dan Kristiani, 2011). Dalam tahap
selanjutnya akan mengalami penyempitan jalan napas sehingga terjadi
perlengketan jalan napas dan terjadi obstruksi jalan napas. Untuk itu perlu
bantuan untuk mengeluarkan dahak yang lengket sehingga jalan napas kembali
efektif (Herman, 2018). Intervensi yang dapat dilakukan sebagai upaya yang
bisa diberikan oleh seorang perawat berdasarkan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI) salah satunya ada kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian nebulizer. Nebulizer adalah suatu alat yang dapat digunakan
untuk memberikan efek ringan terhadap respon batuk akan adanya sekret pada
saluran pernapasan (Anwari et al., 2019).
Sedangkan untuk tindakan mandiri perawat dapat melakukan terapi
komplementer berupa pemberian inhalasi sederhana dengan menggunakan bahan
alami seperti daun mint untuk mengatasi bersihan jalan napas tidak efektif.
Aroma terapi adalah suatu tindakan terapeutik. Salah satu aromaterapi yang
sering dipakai adalah daun mint (Amelia et al., 2018).
Pemberian inhalasi sederhana dengan tambahan daun mint dapat
mengurangi sesak napas karena daun mint mengandung aroma menthol dengan
manfaat sebagai anti inflamasi sehingga dapat membebaskan saluran
pernapasan. Daun mint dapat melegakan hidung sehingga membuat napas
menjadi lebih mudah, selain itu dapat sebagai anastesi ringan yang bersifat
sementara. Daun mint juga memiliki kandungan vitamin A dan C, serta
membantu mengobati flu dan menghentikan peradangan (Silitonga et al., 2020).
Penelitian yang dilakukan (Vega Tamara et al., 2022) dengan judul “Penerapan
Inhalasi Sederhana Menggunakan Aromaterapi Daunt Mint (Mentha Piperita)
Terhadap Sesak Napas Pada Pasien TB Paru” menyatakan bahwa setelah
dilakukan uji analisis dengan uji Wilcoxon diperoleh hasil data p value 0,008 <
0,05 yang artinya ada pengaruh aroma terapi daunt mint terhadap penurunan
sesak napas dan membantu mengeluarkan sekret pada pasien tuberkulosis paru.
Berdasarkan data tersebut, penulis tertarik untuk melaksanakan asuhan
keperawatan yang akan dituangkan dalam bentuk Karya Ilmiah Akhir Ners
(KIAN) dengan judul “Asuhan Keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Pada Pasien Tuberkulosis Paru di Ruang Dahlia Garing RSUD Tabanan Tahun
2022”.

II. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Pasien dan keluarga memahami dan mengerti tentang Hipertensi

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah diberikan penyuluhan pasien dapat :
1. Menyebutkan pengertian hipertensi
2. Menyebutkan penyebab hipertensi
3. Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi
4. Menyebutkan upaya pencegahan hipertensi
5. Menjelaskan kenapa hipertensi harus di cegah
IV. GARIS BESAR MATERI
1. Pengertian hipertensi
2. Penyebab hipertensi
3. Tanda dan gejala hipertensi
4. Upaya pencegahan hipertensi
5. Kenapa hipertensi harus dicegah

V. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Diskusi

VI. MEDIA
1. Materi SAP (Print Out)
2. Leaflet
VII. KEGIATAN PENYULUHAN
No Kegiatan Penyuluhan Respon Pasien Waktu
1 Pembukaan 5 menit
1. Memberi salam Menjawab salam
2. Memberi pertanyaan apersepsi Memberi salam
3. Menjelaskan tujuan penyuluhan Menyimak
4. Menyebutkan materi/ pokok
bahasa yang akan di sampaikan
2 Pelaksanaan 20 menit
Menjelaskan materi penyuluhan secara Menyimak dan
berurutan dan teratur memperhatikan
Materi :
1. Pengertian hipertensi
2. Penyebab hipertensi
3. Tanda dan gejala hipertensi
4. Upaya pencegahan hipertensi
5. Kenapa hipertensi harus dicegah

3 Evaluasi 10 menit
1. Menyimpulkan inti penyuluhan Memperhatikan
2. Menyampaikan secara singkat Menjawab
materi penyuluhan
3. Memberi kesempatan kepada
pasien untuk bertanya
4. Memberi kesempatan kepada
pasien untuk menjawab
pertanyaan yang dilontarkan
4 Penutup 5 menit
1. Menyimpukan materi Menyimak dan
penyuluhan yang telah Mendengarkan
disampaikan
2. Menyampaikan terimakasih atas Menjawab
perhatian dan waktu yang telah
di berikan kepada pasien
3. Mengucapkan salam Menjawab salam
MATERI PENYULUHAN TBC (TUBERCULOSIS)

A. DENISI
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan
bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk
mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan
bagian lain tubuh manusia.
TBC atau dikenal juga dengan Tuberkulosis adalah infeksi yang
disebabkan oleh basil tahan asam disingkat BTA, nama lengkapnya
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini pada umumnya menyerang paru-paru,
namun terkadang juga dapat menyerang organ lain seperti ginjal, tulang, limpa,
dan otak.
Tuberculosis berasal dari bahasa Latin “Tuberkel” yang artinya tonjolan
kecil dan keras yang terbentuk sewaktu sistem kekebalan tubuh membangun
dinding pengaman untuk membungkus bakteri Mycobacterium tuberculosis di
dalam paru-paru.

B. PENYEBAB
Tuberculosis paru disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sejenis
kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 mm dan tebal 0,3-0,6 mm.
Kuman ini juga tahan berada di udara kering dan kadaan dingin karena sifatnya
yang dormant, yaitu dapat bangkit kembali dan menjadi lebih aktif. Selain itu
kuman ini bersifat aerob (Ardiansyah, 2012, p.300).

C. TANDA DAN GEJALA


Gejala umum Tb paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum,
malaise, gejala flu, demam ringan, nyeri dada, batuk darah. ( Mansjoer, 1999)
Gejala lain yaitu kelelahan, anorexia, penurunan Berat badan ( Luckman dkk, 93)
a. Demam : subfebril menyerupai influenza.
b. Batuk : batuk kering (non produktif), batuk produktif (sputum)
c. Hemaptoe
d. Sesak Nafas : pada penyakit TB yang sudah lanjut dimana infiltrasinya
sudah ½ bagian paru-paru.
e. Nyeri dada
f. Malaise : anoreksia, nafsu makan menurun, sakit kepala, nyeri otot,
keringat malam.

D. UPACA PENCEGAHAN
Berkaitan dengan perjalanan alamiah dan peranan Agent, Hostdan Lingkungan
dari TBC, maka tahapan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :
1. Pencegahan Primer
Dengan promosi kesehatan sebagai salah satu pencegahan TBC paling
efektif, walaupun hanya mengandung tujuan pengukuran umum dan
mempertahankan standar kesehatan sebelumnya yang sudah tinggi.
Proteksi spesifik dengan tujuan pencegahan TBC yang meliputi ; (1)
Imunisasi Aktif, melalui vaksinasi BCG secara nasional dan internasional pada
daerah dengan angka kejadian tinggi dan orang tua penderita atau beresiko
tinggi dengan nilai proteksi yang tidak absolut dan tergantung Host tambahan
dan lingkungan, (2) Chemoprophylaxis, obat anti TBC yang dinilai terbukti
ketika kontak dijalankan dan tetap harus dikombinasikan dengan pasteurisasi
produk ternak, (3) Pengontrolan Faktor Prediposisi, yang mengacu pada
pencegahan dan pengobatan diabetes, silicosis, malnutrisi, sakit kronis dan
mental.
2. Pencegahan Sekunder
Dengan diagnosis dan pengobatan secara dini sebagai dasar pengontrolan
kasus TBC yang timbul dengan 3 komponen utama ; Agent, Host dan
Lingkungan.
Kontrol pasien dengan deteksi dini penting untuk kesuksesan aplikasi
modern kemoterapi spesifik, walau terasa berat baik dari finansial, materi
maupun tenaga. Metode tidak langsung dapat dilakukan dengan indikator anak
yang terinfeksi TBC sebagai pusat, sehingga pengobatan dini dapat diberikan.
Selain itu, pengetahuan tentang resistensi obat dan gejala infeksi juga penting
untuk seleksi dari petunjuk yang paling efektif.
Langkah kontrol kejadian kontak adalah untuk memutuskan rantai infeksi
TBC, dengan imunisasi TBC negatif dan Chemoprophylaxis pada TBC positif.
Kontrol lingkungan dengan membatasi penyebaran penyakit, disinfeksi dan
cermat mengungkapkan investigasi epidemiologi, sehingga ditemukan bahwa
kontaminasi lingkungan memegang peranan terhadap epidemi TBC. Melalui
usaha pembatasan ketidakmampuan untuk membatasi kasus baru harus
dilanjutkan, dengan istirahat dan menghindari tekanan psikis.
3. Pencegahan Tersier
Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TBC. Dimulai
dengan diagnosis kasus berupa trauma yang menyebabkan usaha penyesuaian
diri secara psikis, rehabilitasi penghibur selama fase akut dan hospitalisasi awal
pasien, kemudian rehabilitasi pekerjaan yang tergantung situasi individu.
Selanjutnya, pelayanan kesehatan kembali dan penggunaan media pendidikan
untuk mengurangi cacat sosial dari TBC, serta penegasan perlunya rehabilitasi.

Pencegahan TBC bisa juga berupa :


 Makan makanan yang baik dengan gizi yang seimbang
 Olahraga teratur
 Istirahat yang cukup
 Mengkonsumsi multivitamin yang membantu menjaga daya tahan tubuh
 Biasakan mencuci tangan
 Berhenti merokok, hindari minum minuman beralkohol, dan obat bius atau
penenang
 Mengatur sistem sirkulasi udara di rumah
 Membiarkan jendela terbuka agar sinar matahari dapat masuk
 Menggunakan masker saat kontak atau berada di dalam suatu ruangan
dengan penderita TBC
 Pemberian vaksin BCG ( Bacille Calmette-Guerin )
E. CARA PERAWATAN
1. Mengawasi minum obat
2. Memberikan makanan bergizi
3. Istirahat teratur
4. Mengingatkan pemeriksaan ulang
5. Lingkungan rumah yang sehat (mempunyai ventilasi dan pencahayaan yang
cukup)

F. KENAPA TUBERCULOSIS HARUS DICEGAH


DAFTAR PUSTAKA
MATERI PENYULUHAN
A. DEFINISI TUBERCULOSIS

B. PENYEBAB TUBERCULOSIS

C. TANDA DAN GEJALA TUBERCULOSIS


D. UPAYA PENCEGAHAN HIPERTENSI
a. .

E. KOMPLIKASI TUBERCULOSIS
Jika tidak terkontrol, Tuberculosis dapat menyebabkan terjadinya komplikasi
seperti:
F. CARA PENULARAN
G. PENGOBATAN
H. PENERAPAN SHOLAT DAN DOA TERHADAP PEMAKNAAN HIDUP
PASIEN HIPERTENSI
Spiritualitas merupakan kontributor healthrelated quality of life yang
penting bagi pasien dengan penyakit yang membatasi kehidupan. Spiritualitas
mengandung pengertian hubungan manusia dengan Tuhannya dengan
medium shalat, puasa zakat, haji, doa, dan sebagainya. Melalui terapi spiritual
care berupa shalat dan do’a mampu membentuk persepsi yang positif berupa
keyakinan kepada Tuhan, lebih dekat dengan tuhan, berserah diri kepada
tuhan sehingga menimbulkan mekanisme koping yang positif, permintaan
oksigen meningkat, jantung meningkatkan aliran darah sehingga
menimbulkan vasodilatasi pada pembuluh darah, aktivasi gelombang alfa di
otak, pelepasan endorphin, serotonin, dopamine, melatonin sehingga terjadi
respon adaptif pada diri seseorang untuk lebih menerima suatu penyakit,
ikhlas, bersyukur dan memohon ampunan sehingga hasil akhir yang dicapai
adalah meningkatnya makna hidup dan kualitas hidup.
Doa berpengaruh dalam proses penyembuhan. Benson menyimpulkan
bahwa ketika seseorang terlibat secara mendalam dengan doa yang diulang-
ulang (repetitive prayer), ternyata akan membawa berbagai perubahan
fisiologis, antara lain berkurangnya kecepatan detak jantung, menurunnya
kecepatan napas, menurunnya tekanan darah, melambatnya gelombang otak
dan pengurangan menyeluruh kecepatan metabolisme
Young & Koopsen (2007) mengungkapkan bahwa praktik keagamaan
seperti membaca ayat suci dan berdoa dapat menyokong kesehatan fisik dan
emosional. Dukungan spiritual lebih kepada penguatan iman, memberikan
harapan dan makna hidup sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup
pasien. Tingkat keimanan yang baik pada seseorang dapat menurunkan rasa
sakit dan meningkatkan energi pada orang tersebut, menurunkan tekanan
psikologis, mengurangi rasa depresi, menguatkan mental, meningkatkan
kesejahteraan dan fungsi sosial serta mengurangi gejala penyakit (Hasina et
al., 2020).

Beberapa ayat di dalam Al Qur’an yang menerangkan khasiat Al Quran


sebagai obat segala penyakit antara lain terdapat dalam surat Yunus ayat 57.
ُّ ‫ا فِى‬M‫فَ ۤا ٌء لِّ َم‬M‫ةٌ ِّم ْن َّربِّ ُك ْم َو ِش‬Mَ‫ ۤا َء ْت ُك ْم َّموْ ِعظ‬M‫ ْد َج‬Mَ‫ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ ق‬
ٌ‫ ة‬M‫دًى َّو َرحْ َم‬Mُ‫ ُدوْ ۙ ِر َوه‬M‫الص‬
‫ْن‬Mَ ‫لِّ ْل ُمْؤ ِمنِي‬
Artinya : “Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran
(Al-Qur'an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada
dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman”
Syekh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam kitab Minhaj al-
Muslim mengatakan, Rasulullah SAW biasa meletakkan tangannya pada
orang sakit seraya berkata: 
َ ‫ الَ ِشفَا َء ِإالَّ ِشفَاُؤ‬،‫ف َأ ْنتَ ال َّشافِي‬
‫ا ِد ُر‬MM‫ك ِشفَا ًء الَ يُ َغ‬ ِ ‫ اِ ْش‬،‫اس‬
َ َ‫ب الب‬ ِ ‫اس َأ ْذ ِه‬ ِ َّ‫اَللَّهُ َّم َربَّ الن‬
‫ َسقَ ًما‬ 
“Allahumma Rabbannasi adzhibi al-ba’sa. Isyfi anta as-syaafiyyu laa
syifaa-a illa syifaa-uka syifaa-an laa yughadiru saqama.” 
Yang artinya, “Ya Allah, Tuhan manusia, hilangkanlah penyakit.
Sembuhkanlah, karena Engkaulah Mahapenyembuh, karena tidak ada
kesembuhan selain kesembuhan dari-Mu dengan kesembuhan yang tidak
menimbulkan rasa sakit (yang lain).”

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai