TUBERCUKOLSIS (TBC)
Disusun Oleh:
Muhammad Kamaruzzaman
Eko Budiawan
Silatil Qaimah
Iin Mutmainah
Dinia Silvi
Lailatul Bariyah
Nurul Qamariyah
PROGRAM S1 KEPERAWATAN
PAITON PROBOLINGGO
2022
1
A. Tujuan
1. Tujuan instruksional umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang Tuberculosis selama 1 x 30 menit
diharapkan masyarakat mengerti tentang penyakit Tuberkulosis (TBC).
E. Kegiatan Penyuluhan
3. 5 Evaluasi:
menit - Menyebutkan
Menanyakan pada Klien tentang materi yang
telah diberikan dan reinforcement kepada klien - Melaksanakan
4. Terminasi :
- Mendengarkan
- Mengucapkan terimakasih atas peran serta
peserta. - Menjawab salam
3
F. Pengorganisasian
Protokol/pembawa acara : Eko Budiawan
Penyuluh : Kamaruzzaman
Observer : Iin Mutmainnah
Dinia silvi
Shilatil Qoimah
Fasilitator : Lailatul Badriyah
Nurul qomariyah
G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Pasien hadir di tempat penyuluhan. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh
mahasiswa S1 keperawatan universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo bersama
dengan pembimbing yang mendampingi di Ruang Paviliun Bouegenvill RSUD dr
H.Koesnadi
b. Pengorganisasian dilakukan sebelum pelaksanaan penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
a. Klien tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan penyuluhan selesai
b. Klien terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan.
3. Evaluasi Hasil
a. Ada umpan balik positif dari peserta seperti dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan pemateri.
4
H. Landasan Teori
1. Definisi
TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman micobacterium
tuberculosis. Sebagian besar kuman TBC menyerang paru-paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh yang lain. Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan
Mycobacterium tuberculosis yang hampir seluruh organ tubuh dapat terserang
olehnya, tapi yang paling banyak adalah paru-paru (IPD, FK, UI). Tuberculosis adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dengan gejala
yang sangat bervariasi ( Mansjoer , 1999).
TB Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC
(Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman menyerang Paru, tetapi dapat
juga mengenai organ tubuh lain (Dep Kes, 2003).
Kuman TB berbentuk batang mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam
pewarnaan yang disebut pula Basil Tahan Asam (BTA).
2. Penyebab
Etiologi Tuberculosis Paru adalah Mycobacterium Tuberculosis yang berbentuk
batang dan Tahan asam ( Price, 1997 ). Penyebab Tuberculosis adalah M. Tuberculosis
bentuk batang panjang 1 – 4 /mm. Dengan tebal 0,3 – 0,5 mm. selain itu juga kuman
lain yang memberi infeksi yang sama yaitu M. Bovis, M. Kansasii, M.
Intracellutare. Penyakit TBC paru disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium
Tuberculosis). Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan
terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan
Asam (BTA), kuman TBC cepat mati terhadap sinar matahari langsung, tetapi dapat
bertahan hidup selama beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan
tubuh kuman ini dapat Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun. Sumber
penularan adalah penderita TBC BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percik dahak). Droplet yang
mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam.
Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan.
Selama kuman TBC masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasa, kuman TB
tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui system peredaran
darah, system saluran limfe, saluran napas, atau penyebaran langsung kebagian-bagian
tubuh lainnya. Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan
5
dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasl pemeriksaan dahak negative (tidak
terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular.
Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh Myobacterium
Tuberculosis :
1. Herediter : resistensi seseornag terhadap infeksi kemungkinan diturunkan.
2. Jenis kelamin : pada akhir masa anak-anak dan remaja, angka kematian dan
kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan.
3. Usia : pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi.
4. Pada masa puber dan remaja dimana masa pertumbuhan yang cepat, kemungkinan
infeksi cukup tinggi karena diit yang tidak adekuat.
5. Keadaan stress : situasi yang penuh stress (injury atau penyakit, kurang nutrisi,
stress emosional, kelelahan yang kronik).
6. Meningkatnya sekresi steroid adrenaql yang menekan reaksi inflamasi dan
memudahkan untuk penyebarluasan infeksi.
7. Anak yang mendapat terapi kortikosteroid kemungkinan terinfeksi lebuh mudah.
8. Nutrisi : status nutrisi kurang
9. Infeksi berulang : HIV, Measles, Pertusis.
10. Tidak mematuhi aturan perubahan.
3. Klasifikasi Tuberculosis
Menurut DepKes (2003), klasifikasi TB Paru dibedakan atas :
1. Berdasarkan organ yang terinveksi
a. TB Paru adalah tuberculosis yang menyerang jaringan paru, tidak
termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB
Paru dibagi menjadi 2, yaitu :
b. TB Paru BTA Positif, disebut TB Paru BTA (+) apabila sekurang-
kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu) hasilnya
positif, atau 1 spesimen dahak SPS positif disertai dengan pemeriksaan
radiologi paru menunjukkann gambaran TB aktif.
c. TB Paru BTA Negatif , apabila dalam 3 pemeriksaan specimen dahak SPS
BTA negatif dan pemeriksaan rasiologi dada menunjukkan gambaran TB
aktif. TB Paru dengan BGA (-) dan gambaran radioogi positif dibagi
berdasarkan tingkat keparahan, bila menunjukkan keparahan yakni
kerusakan luas dianggap berat.
d. TB ekstra paru yaitu tuberculosis yang menyerang organ tubuh lain selain
paru, misalnya pleura, selapu otak, selapu jantung (pericardium), kelenjar
6
limfe, tulang persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing dan alat
kelamin. TBC ekstra paru dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu :
a. Gejala umum Tb paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa
sputum, malaise, gejala flu, demam ringan, nyeri dada, batuk darah. ( Mansjoer,
1999)
b. Gejala lain yaitu kelelahan, anorexia, penurunan Berat badan ( Luckman dkk, 93)
c. Demam : subfebril menyerupai influenza.
d. Batuk : batuk kering (non produktif), batuk produktif (sputum)
e. Hemaptoe
f. Sesak Nafas : pada penyakit TB yang sudah lanjut dimana infiltrasinya
sudah ½ bagian paru-paru.
7
g. Malaise : anoreksia, nafsu makan menurun, sakit kepala, nyeri otot,
keringat malam.
4. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien penyakit TBC apabila tidak
ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi, diantaranya yaitu :
a. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura , empiema, faringitis.
b. Komplikasi lanjut :
c. Obstruksi jalan napas, seperti SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberculosis)
d. Kerusakan parenkim berat, seperti SOPT atau Fibrosis paru Cor pulmonal,
amilosis, karsinoma paru, ARDS.
5. Cara penularan
Penyakit tuberculosis (TBC) bisa ditularkan melalui kontak langsung dengan
pasien TBC, seperti terpapar hembusan nafasnya, cairan tubuhnya, dan apabila
menggunakan sendok dan handuk secara bersamaan.
6. Pengobatan
Jenis obat yang dipakai
a. Obat Primer
b. Obat Sekunder
c. Isoniazid (H)
d. Ekonamid
e. Rifampisin (R)
f. Protionamid
g. Pirazinamid (Z)
h. Sikloserin
i. Streptomisin
j. Kanamisin
k. Etambutol (E)
l. (Para Amino Saliciclyc Acid)
m. Tiasetazon
n. Viomisin
o. Kapreomisin
8
Pengobatan TB ada 2 tahap menurut DEPKES 2000 yaitu :
a. Tahap INTENSIF
Penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah
terjadinya kekebalan terhadap rifampisin. Bila saat tahab intensif tersebut
diberikan secara tepat, penderita menular menjadi tidak tidak menular
dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TBc BTA positif
menjadi negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif. Pengawasan
ketat dalam tahab intensif sangat penting untuk mencegah terjadinya
kekebalan obat.
b. Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat jangka waktu lebih panjang
dan jenis obat lebih sedikit untuk mencegah terjadinya kelembutan. Tahab
lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten (dormant) sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan.
7. Pencegahan
Cara penularan TBC perlu diwaspadai dengan mengambil tindakan-tindakan
pencegahan selayaknya untuk menghindarkan infeksi tetes dari penderita ke
orang. Salah satu cara adalah batuk dan bersin sambil menutup mulut/hidung
dengan sapu tangan atau tissue untuk kemudian didesinfeksi dengan lysol atau
dibakar. Bila penderita berbicara, jangan terlampau dekat dengan lawan
bicaranya. Ventilasi yang baik dari ruangan juga memperkecil bahaya
penularan. Anak-anak dibawah usia satu tahun dari keluarga yang menderita
TBC perlu divaksinasi BCG sebagai pencegahan, bersamaan dengan
pemberian isoniazid 2-10 mg/kg selama 6 buan (kemoprofilaksis)
a. Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul
erat dengan penderita tuberkulosisi paru BTA postif. Pemeriksaan meliputi
tes tuberkulin, klinis dan radiologis. Bila tes tuberkulin positif, maka
pemeriksaan radiologis foto thorax diulang pada 6 dan 12 bulan mendatang.
Bila massih negatif diberikan BCG vaksinasi. Bila positif, berarti terjadi
konversi hasil tes tuberkulin dan diberikan kemoprofilaksis.
b. Mass chest x-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-kelompok
populasi tertentu misalnya : karyawan rumahsakit/puskesmas/balai
pengobatan, penghuni rumah tahanan dan siswa-siswi pesantren.
9
a. UNTUK PENDERITA :
1. Minum obat sampai habis sesuai petunjuk
2. Menutup mulut ketika batuk atau bersin
3. Tidak meludah di sembarang tempat
4. Meludah di tempat yang terkena sinar matahari langsung atau ditempat yang sudah ada
karbol/lisol
c. UNTUK KELUARGA :
1. Jemur kasur seminggu sekali
2. Buka jendela lebar-lebar agar udara dan sinar matahari bisa langsung masuk
d. PENCEGAHAN LAIN :
1. Imunisasi BCG pada bayi
2. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi
10
DAFTAR PUSTAKA
11