Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : TBC

Sub Topik : Penanganan TBC

Sasaran : Mahasiswa tingkat II STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

Hari/Tanggal : Selasa, 20 Desember 2016

Jam : 09.00 wib

Waktu : 20 menit

Tempat : Ruang kuliah 21 STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

A. Latar belakang masalah

Secara umum, penyakit tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi

yang masih menjadi masalah kesehatan dalam masyarakat kita. Penyakit

tuberculosis paru dimulai dari tuberculosis, yang berarti suatu penyakit infeksi

yang disebabkan bakteri berbentuk (basil) yang dikenal dengan nama

Mycobacterium tuberculosis. Penularan penyakit ini melalui perantaraan

ludah atau dahak penderita yang mengandung basil berkulosis paru. Pada saat

penderita batuk, butir-butir air ludah bertebangan di udara dan terhisap oleh

orang sehat, sehingga masuk kedalam paru-parunya, yang kemudian

menyebabkan penyakit tuberculosis paru. (Sholeh S.Naga,2014)


Jika seorang telah terjangkit bakteri penyebab tuberculosis, akan

berakibat buruk, seperti menurunkan daya kerja atau produktivitas kerja,

menularkan kepada orang lain terutama pada keluarga yang tinggal serumah,

dan dapat menyebabkan kematian. Pada penyakit tuberculosis, jaringan yang

paling sering diserang adalah paru-paru. (Sholeh S.Naga,2014)

Menurut WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2012 ada 8,7 juta

kasus baru tuberkulosis (13% merupakan koinfeksi dengan HIV) dan 1,4 juta

orang meninggal karena tuberkulosis (WHO, 2012). Penderita tuberkulosis

paru yang tertinggi berada pada kelompok usia produktif (15-50 tahun) yaitu

berkisar 75%. Seorang pasien tuberkulosis dewasa diperkirakan akan

kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3-4 bulan sehingga berakibat pada

kehilangan pendapatan rumah tangganya yaitu sekitar 20-30%. Jika seseorang

meninggal akibat tuberkulosis, maka dia akan kehilangan pendapatannya

sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, tuberkulosis juga

memberikan dampak buruk lainnya, yaitu dikucilkan oleh masyarakat

(stigma) (WHO, 2012). (www.pps.unud.ac.id/2012)

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ibu dapat

menginformasikan dan mengetahui tentang penyakit TBC sehingga dapat

menjaga kesehatan dan lingkungan sekitar.


C. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIM)

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan mahasiswa dapat

menjelaskan kembali :

1. Pengertian TBC

2. Proses penularan TBC

3. Gejala gejala TBC

4. Pengobatan TBC

D. STRATEGI PELAKSANAAN

Strategi yang digunakan dalam penyampaian penyuluhan ini berupa :

1. Ceramah

2. Tanya jawab.

E. RENCANA PROSES PELAKSANAAN

NO Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta

1 2 Menit Pembukaan :

Memberi Salam - Menjawab

Menjelaskan tujuan Pembelajaran Salam

Menyebutkan materi/pokok bahasan - Mendengarkan

yang akan disampaikan dan

Memperhatikan
2 10 Pelaksanaan :

Menit Menjelaskan materi penyuluhan secara - Menyimak dan

berurutan dan teratur memperhatikan

Materi : -Menyimak dan

1. Pengertian TBC memperhatikan

2. Proses penularan TBC

3. Gejala gejala TBC

4. Pengobatan TBC

3 6 Menit Evaluasi :

-Meminta peserta menjelaskan atau -Bertanya,dan

menyebutkan kembali : menjawab

1. Pengertian TBC pertanyaan

2. Gejala gejala TBC

-Memberikan pujian atas keberhasilan

ibu menjelaskan pertanyaan dan

memperbaiki kesalahan,serta

menyimpulkan.

4 2 Menit Penutup :

-Mengucapkan terimakasih dan -Menjawab salam

mengucapkan salam
F. MEDIA PENYULUHAN

Media Penyuluhan yang digunakan:

1. Materi SAP

2. Lembar balik / leaflet

3. Flip cart

G. PENGORGANISASIAN

1. Moderator : Alga Fitriani Ratnaningsih

2. Penyaji : Mardiana Mutiara Dewi

3. Observer : Dwi Fatmawati

4. Operator : Anggi Widiaswati

5. Audiens : Ari Fitriana

Agung Purwantoro

Arlina Widiyaningrum

Devi Setya Oktaviana

Endang Yuliningsih

Novie Prawestiningtyas

Viana

Nico Beni

Axel Aseta Winona

Erny Padu Lemba

Petrosa Marina Depa

Priyanti Sriyanda Rihi


Lela Selfiana

H. Setting Tempat

lcd
operator Pen
yaji

I. Pengorganisasian
moderator
or

observer

I. KRITERIA EVALUASI

1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami pengertian TBC.

2. Mahasiswa mengetahui dan memahami bagaimana proses penularan

TBC.

3. Mahasiswa memahami dan mengetahui bagaimana gejala gejala

yang ditimbulkan dari penyakit TBC

4. Mahasiswa mengetahui cara pencegahan yang tepat dan benar

terhadap penyakit TBC.

MATERI

A. Pengertian TBC/Tuberkulosis
Tuberculosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh M. tuberculosis. Sebagian besar infeksi TB menyebar lewat

udara, melalui terhirupnya nucleus droplet yang berisikan organisme basil

tuberkel dari seorang yang terinfeksi. (Sylfia A. price &Lorraine M.

Willson,2012)

Tuberkulosis paru atau TB adalah penyakit infeksius yang terutama

menyerang parenkim paru. Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular

yang disebabkan oleh basil mikrobacterium tuberculosis masuk ke dalam

jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses

yang dikenal sebagai focus primer dari ghon. (Andra S.F & Yessie M.P, 2012)

Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus

meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan

setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan

setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia.

Kenyataan mengenai penyakit TBC di Indonesia begitu

mengkhawatirkan, sehingga kita harus waspada sejak dini & mendapatkan

informasi lengkap tentang penyakit TBC.

B. Proses Penularan TBC

Sumber penularan TBC adalah penderita TBC BTA positif.


Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk percikan dahak. Percikan dahak mengandung kuman dan dapat
bertahan diudara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat
terinfeksi jika percikan tersebut terhirup ke dalam pernapasan. Setelah kuman
TBC masuk dalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman teersebut dapat
menyebar dari paru ke bagian tubuh lain, melalui sistem peredaran darah,
sistem saluran limfe, saluran napas, atau penyebaran langsung ke bagian
tubuh lainnya.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil
pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan
dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap
menular.
Kemungkinan seseorang terinfeksi TBC ditentukan oleh konsentrasi
percikan dahak dalam udara dan lamanya menghirup udara terebut.

C. Gejala gejala TBC

Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala

khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis

tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk

menegakkan diagnosa secara klinik.

1. Gejala sistemik/umum

a. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya

dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang

serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.


b. Penurunan nafsu makan dan berat badan.

c. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan

darah).

d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

2. Gejala khusus

a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi

sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-

paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar,

akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang

disertai sesak.

b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru),

dapat disertai dengan keluhan sakit dada.

c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi

tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan

bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar

cairan nanah.

d. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus

otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak),

gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran

dan kejang-kejang.

Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat

terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC


dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita

TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada

anak usia 3 bulan 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita

TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi

berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.

D. Pengobatan Penderita TBC

1. TAHAP PENCEGAHAN

Berkaitan dengan perjalanan alamiah dan peranan Agent, Host dan

Lingkungan dari TBC, maka tahapan pencegahan yang dapat

dilakukan antara lain :

a. Pencegahan Primer

Dengan promosi kesehatan sebagai salah satu pencegahan TBC

paling efektif, walaupun hanya mengandung tujuan

pengukuran umum dan mempertahankan standar kesehatan

sebelumnya yang sudah tinggi.

Proteksi spesifik dengan tujuan pencegahan TBC yang

meliputi ; (1) Imunisasi Aktif, melalui vaksinasi BCG secara

nasional dan internasional pada daerah dengan angka kejadian

tinggi dan orang tua penderita atau beresiko tinggi dengan nilai

proteksi yang tidak absolut dan tergantung Host tambahan dan

lingkungan, (2) Chemoprophylaxis, obat anti TBC yang dinilai


terbukti ketika kontak dijalankan dan tetap harus

dikombinasikan dengan pasteurisasi produk ternak, (3)

Pengontrolan Faktor Prediposisi, yang mengacu pada

pencegahan dan pengobatan diabetes, silicosis, malnutrisi,

sakit kronis dan mental.

b. Pencegahan Sekunder

Dengan diagnosis dan pengobatan secara dini sebagai dasar

pengontrolan kasus TBC yang timbul dengan 3 komponen

utama ;Agent, Host dan Lingkungan.

Kontrol pasien dengan deteksi dini penting untuk kesuksesan

aplikasi modern kemoterapi spesifik, walau terasa berat baik

dari finansial, materi maupun tenaga. Metode tidak langsung

dapat dilakukan dengan indikator anak yang terinfeksi TBC

sebagai pusat, sehingga pengobatan dini dapat diberikan.

Selain itu, pengetahuan tentang resistensi obat dan gejala

infeksi juga penting untuk seleksi dari petunjuk yang paling

efektif.

Langkah kontrol kejadian kontak adalah untuk memutuskan

rantai infeksi TBC, dengan imunisasi TBC negatif dan

Chemoprophylaxis pada TBC positif. Kontrol lingkungan

dengan membatasi penyebaran penyakit, disinfeksi dan cermat

mengungkapkan investigasi epidemiologi, sehingga ditemukan


bahwa kontaminasi lingkungan memegang peranan terhadap

epidemi TBC. Melalui usaha pembatasan ketidakmampuan

untuk membatasi kasus baru harus dilanjutkan, dengan istirahat

dan menghindari tekanan psikis.

c. Pencegahan Tersier

Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan

TBC. Dimulai dengan diagnosis kasus berupa trauma yang

menyebabkan usaha penyesuaian diri secara psikis, rehabilitasi

penghibur selama fase akut dan hospitalisasi awal pasien,

kemudian rehabilitasi pekerjaan yang tergantung situasi

individu. Selanjutnya, pelayanan kesehatan kembali dan

penggunaan media pendidikan untuk mengurangi cacat sosial

dari TBC, serta penegasan perlunya rehabilitasi.

2. Pengobatan

Pengobatan dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan

tahap lanjutan. Lama pengobatan 6-8 bulan, tergantung berat

ringannya penyakit. Penderita harus minum obat secara lengkap dan

teratur sesuai jadwal berobat sampai dinyatakan sembuh. Dilakukan

tiga kali pemeriksaan ulang dahak untuk mengetahui perkembangan

kemajuan pengobatan, yaitu pada akhir pengobatan tahap awal,

sebulan sebelum akhir pengobatan dan pada akhir pengobatan.


E. Mendiagnosa TBC

Harus dilakukan pemeriksaan dahak dengan miskroskop. Seseorang

dipastikan menderita TBC bila dalam dahaknya terdapat kuman TBC. Dahak

yang diambil adalah dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu:

1. Pada waktu datang pertama kali untuk periksa ke unit pelayanan

kesehatan, disebut dahak Sewaktu pertama (S).

2. Dahak diambil pada pagi hari berikutnya segera setelah bangun tidur,
kemudian dibawa dan diperiksa di unit pelayanan kesehatan, disebut
dahak Pagi (P).
3. Dahak diambil di unit pelayanan kesehatan pada saat menyerahkan

dahak pagi, disebut dahak Sewaktu kedua (S).

F. Tempat pengobatan penderita TBC

Puskesmas, Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4), Rumah Sakit,

klinik dan dokter praktek swasta. Di Puskesmas, penderita bisa mendapatkan

pengobatan TBC secara cuma-cuma (GRATIS).

G. Mengetahui kemajuan pengobatan

Keluhan berkurang atau hilang, berat badan bertambah, nafsu makan

meningkat. Pemeriksaan dahak pada akhir tahap awal juga menunjukkan hasil

negatif
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, A. 2008, Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

pernapasan,Salemba Medika. Jakarta Hal: 72-82

Zulkifli Amin, Asril Bahar, 2006. Tuberkulosis Paru, Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam, Jakarta: UI
Naga S. Sholeh 2014, Paduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam, Penerbit Diva Press,

yogyakarta

Andra F.S & Yessie M.P 2013, Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit Nuha Medika,

Yogyakarta

A. Price Sylvia, M. Lorainne Wilson 2012, Patofisiologis: Konsep Klinis Proses-

Proses Penyakit, edisi ke 6, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai