LAPORAN PENDAHULUAN
IMPAKSI DIRUANGAN OK
RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR
CI Lahan CI Institusi
(___________________) (____________________)
B. Etiologi
1. Penyebab lokal:
a. Posisi yang tidak teratur dari gigi-geligi dalam lengkung rahang.
b. Densitas (kepadatan) tulang di atas dan sekitarnya.
c. Keradangan yang menahun dan terus menerus sehingga dapat menyebabkan
bertambahnya jaringan mukosa di sekitarnya.
d. Tanggalnya gigi sulung yang terlalu cepat, ini mengakibatkan hilang atau
berkurangnya tempat untuk gigi permanen penggantinya.
2. Penyebab sistemik:
lOMoARcPSD|20041964
C. Klasifikasi
Klassifikasi menurut PELL & GREGORY Berdasarkan hubungan letak gigi molar
ketiga bawah terhadap ramus mandibula dan distal molar kedua bawah :
Kelas I :
Dimana terdapat ruangan yang cukup untuk ukuran mesiodistal mahkota gigi
molar ketiga bawah antara ramus mandibula dan permukaan distal gigi molar kedua
bawah.
Kelas II :
Ruangan antara permukaan distal gigi molar kedua bawah dan ramus mandibula lebih kecil
dari ukuran mesiodistal mahkota gigi molar ketiga bawah.
Kelas III:
Semua gigi molar ketiga bawah terletak dalam ramus mandibula.Berdasarkan hubungan
dengan dalamnya posisi gigi molar ketiga dalam tulang rahang.
lOMoARcPSD|20041964
osisi A :
Bagian tertinggi dari gigi molar ketiga terletak di atas atau pada batas garis oklusal gigi
rahang bawah.
Posisi B :
Bagian tertinggi dari gigi molar ketiga terletak di bawah garis oklusal, tetapi masih di
atas garis servikal dari gigi molar kedua.
Posisi C :
Bagian tertinggi dari gigi molar ketiga terletak di bawah garis servikal dari molar kedua.
D. Pemeriksaan Diagnosa
Impaksi dapat diperkirakan secara klinis apabila gigi antagonisnya sudah erupsi dan
hampir bisa dipastikan apabila gigi yang terletak pada sisi yang lainnya erupsi. Pada
kasus tertentu, gigi impaksi tidak dapat terlihat secara klinis tetapi dapat menyebabkan
gangguan pada daerah rongga mulut seperti rasa sakit, resorbsi gigi yang berdekatan
dan abses (Bianto, 2019).
Dental radiogram ini mernegang peranan yang pentjng dalam menegakkan
diagnosis yang secara klinis tidak terlihat, merencanakan perawatan dan
mengevaluasi hasil perawatan. Untuk menunjang ini, diperlukan radiogram yang dibuat
dengan teknik yang tepat (Kresnanda, 2018)
E. Penatalaksanaan
Pertumbuhan rahang yang kurang sempurna atau ketidak seimbangan antara besarnya
gigi dan besarnya rahang. Keadaan ini dapat menyebabkan maloklusi, sebab
gigi molar ketiga adalah gigi terakhir bererupsi dan tidakmendapatkan ruangan yang
cukup pada lengkung rahang, pengeluaran gigi molar ketiga hampir selalu
diindikasikan sebelum perawatan orthodonti untuk merawat maloklusi oleh karena letak gigi
yang berdesakan.Erupsi sebagian atau impaksi, Erupsi yang tertahan juga merupakan
prophylactic gigi molar ketiga, utamanya bila operkulum di atas mahkota gigi selalu terkena
trauma dan adanya hypertrophy gingival. ( Bianto, 2019)
Menurut Pederson (1996) ada 6 tahap untuk pencabutan gigi molar ketiga rahang bawah
impaksi, yaitu (Paramaputri, 2018) :
lOMoARcPSD|20041964
epitel odontogenik. Setelah folikel dibersihkan, alveolus diirigasi dengan saline dan
diperiksa dengan teliti. Yang penting bekenaan dengan impaksi gigi bawah adalah
kondisi bundel neurovascular alveolaris inferior yang sering terjadi pada kedalaman
alveolus. Semua potongan gigi dan serpihan tulang juga serpihan periosteu
dan mukosa harus dihilangkan. Tepi-tepi tulang harus dihaluskan dengan bur dan
kikir tulang. Penjahitan dilakukan terutama untuk menstabilkan jaringan terhadap
processus alveolaris dan terhadap aspek distobukal molar kedua didekatnya. Foto sinar-
X dibuat sesudah operasi selesai untuk kasus-kasus yang sulit dimana ada kemungkinan
terjadi fraktur mandibula atau cedera struktur sekitarnya.
6. Intruksi pasca bedah,tekankan perlunya meminum obat analgesik sebelum rasa
sakit timbul, seperti juga aplikasi dingin untuk mengontrol pembengkakan. Obat-
obat pengontrol rasa sakit sesudah pembedahan biasanya lebih potent daripada yang
diresepkan sesudah pencabutan dengan tang. Puncak rasa sakit sesudah pembedahan
impaksi adalah selama kembalinya sensasi daerah operasi sedangkan pembengkakan
maksimal biasanya terjadi 24 jam pasca pencabutan.
7. Tindak lanjut,kontrol dilakukan pada saat melepas jahitan, biasanya hari keempat atau
kelima sesudah operasi pada kunjungan ini daerah operasi diperiksa dengan teliti yaitu
mengenai penutupan mukosa dan keberadaan beku darah.
F. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d. agen cedera biologi
2. Kebutuhan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d.kesulitan mengunyah
makanan
3. Gangguan harga diri b.d. stigma berkenaan dengan kondisi
4. Kurang pengetahuan b.d kurang terpaparinformasi mengenai penyakit Resiko
infeksi b.d trauma pada kulit
lOMoARcPSD|20041964
DAFTAR PUSTAKA
Ruslin, M. 2018. Ondontektomi : Penatalaksanaan Gigi Impaksi Departemen Bedah Mulut dan
Maksilofasial, Fakultas Kedokteran Gigi,Universitas Hasanuddin : PT GAKKEN
Mansjoer, Arif dkk. 2017. Kapita Selekta Kedokteran. (fk). Media Aesculapius.
Nurarif, Huda. 2017. Asuhan Keperawatan Praktis berdasarkan penerapan diagnosa Nanda,
NIC, NOC dalam berbagai kasus. Yogyakarta : Mediaction
Prawirohardjo Sarwono. 2019. Ilmu Kandungan Yayasan Bina Pustaka. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Wilkinson Judith M. 2017. Diagnosis Keperawatan NIC dan NOC. Jakarta. EGC.