Anda di halaman 1dari 13

Impaksi : impaksi gigi adalah gigi yg mengalami kesukaran/kegagalan bertumbuh normal pada lengkung rahang,

yang disebabkan oleh posisi yang salah, kekurangan tempat atau dihalang-halangi oleh gigi lain, tertutup tulang
yang tebal dan atau jaringan lunak disekitarnya
Defenisi dan istilah lain :
Impacted teeth : gigi yg tidak keluar karena terhalang oleh gigi sampingnya atau tulang
Malposed : gigi erupsi tidak pada tempatnya
Unerupted : gigi yg tidak erupsi pada waktunya
Eruptiodificilis: gigi yg impaksi disertai dengan keradangan disekitarnya
Impacteed teeth: retained teeth ; gigi yg terletak salah satu termasuk yg tidak erupsi, baik erupsi sebagian
maupun total.
Keluhan atau komplikasi yg dpt ditimbulkan oleh gigi impaksi, diantaranya :

Infeksi dapat berupa : pericoronitis, abses alveolaris akut/kronik, osteitis supuratif kronis, Nekrosis dan
osteomielitis

Resorbsi patologis gigi tetangga

Kista

Tumor

Rasa sakit

Fraktur rahang

Trismus

Tonsilitis

Nafas berbau

Lidah berselaput

Badan rasa tidak enak

Tinnitus aurius

Otitis

Gangguan pada mata


Frekuensi/ insiden gigi yang paling banyak mengalami impaksi :

Geraham belakang nomor 3 (M3) atas menurut literatur (orang barat)

Geraham belakang nomor 3 (M3) bawah (orang indonesia)

Gigi taring atas (C) (wanita bag.kanan)

Geraham depan pertama (P1) atas dan bawah

Gigi taring (C) bawah

Gigi seri pertama (I1) atas

Gigi seri kedua (I2) atas


Etiologi / Penyebab / Kausanya
Secara umum, tulang maksilla dan mandibula terlalu kecil sehingga tempat untuk M3 sangat kurang atau tidak
ada sama sekali.
Prediksi faktor lainnya :

Gigi yang berjejal

Kepadatan tulang (compacta)

Radang kronis

Prematur ekstraksi

Gigi sulung yang tanggalnya terlalu lama

Perubahan tulang akibat penyakit sistemik waktu anak-anak

Infeksi atau abses

Keturunan

Dan lain-lain

IMPAKSI

I.

Definisi dan Etiologi Impaksi

Impaksi gigi adalah kegagalan gigi untuk erupsi secara sempurna pada
posisinya akibat terhalang oleh gigi pada anteriornya maupun jaringan
lunak atau padat di sekitarnya. (Peterson, 2003). Gigi yang sering
mengalami impaksi gigi adalah gigi molar 3 rahang bawah, dan gigi
kaninus rahang atas. Ada sejumlah faktor yang diduga menjadi
penyebab terjadinya impaksi gigi. Faktor- faktor ini diklasifikasikan
menjadi faktor lokal, faktor sistemik, dan kondisi abnormal lainnya.
1.

Faktor lokal
Malposisi gigi lawan.
Densitas jaringan keras di sekitarnya.
Inflamasi Kronis yang meyebabkan fibrosis mukosa di sekitarnya.
Ruangan yang tidak cukup karena perkembangan rahang yang tidak sempurna atau karena retensi geligi
sulung..
Premature loss gigi sulung.
Nekrosis karena adanya infeksi.
Inflamasi pada tulang karena penyakit seperti parotitis.

1.

Faktor sistemik
Prenatal (keturunan, sifilis, malnutrisi)
post natal ( Rickets, anemia, endocrine dysfunction, penyakti pada rahang dan jaringan lunak di
sekitarnya )

2.

Kondisi Abnormal Lain


Cleidocranial dysostosis
Oxycephaly
Achondroplasia
Cleft

Odontektomi Molar Ketiga


Rahang Bawah
BY
Christ Bianto SW. drg.
Definisi.
Impaksi adalah gigi yang jalan erupsi normalnya terhalang atau terblokir, biasanya oleh
gigi didekatnya atau jaringan patologis. Impaksi diperkirakan secara klinis apabila gigi
antagonisnya sudah erupsi dan hampir bisa dipastikan apabila gigi yang terletak pada sisi
yang lain sudah erupsi (Pederson).
2. Etiologi impaksi
Penyebab dari gigi impaksi bisa disebabkan oleh faktor lokal dan faktor sistemik. Faktorfaktor tersebut meliputi:
Gigi yang berdekatan crowded atau tidak cukup tempat pada lengkung rahang.
Padatnya tulang diatas gigi impaksi.
Tebalnya jaringan lunak yang meliputi gigi impaksi.
Gigi sulung yang mengalami retensi dan ankylosis.
Keadaan patologis seperti : gigi supernumerary, odontoma, kista.
Impaksi dapat terjadi selain karena faktor lokal maupun sistemik yaitu:
Penyebab prenatal: Hereditas dan Miscegenation.
Penyebab postnatal: yaitu kondisi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan anak seperti
Ricketsia, Anemia, Congenital Syphilis, Tuberculosis, Disfungsi endokrin dan malnutrisi.
Kelainan genetika: Cleidocrainal distiosis, Oxycephaly, Progeria, Achondroplasia dan Cleft
palate.
3. Kondisi akibat gigi impaksi.
Gigi impaksi dapat menyebabkan gangguan pada daerah rongga mulut tertutama pada
daerah yang mengalami impaksi. Kondisi tersebut dapat berupa:
Infeksi : Pericoronitis, Alveolar abses akut/kronis, Osteitis suppurative kronis, Nekrosis,
Osteomyelitis.
Kecenderungan karies.
Rasa sakit.
Resorbsi gigi yang berdekatan.
Kista, tumor, fraktur.

4. Klasifikasi impaksi M3 rahang bawah.


secara garis besar gigi molar ketiga rahang bawah dapat dikelompokkan berdasarkan
kedalaman letaknya, posisinya terhadap gigi molar kedua, terhadap nervus alveolaris inferior,
dan terhadap ramus ascendens. Pemahaman terhadap posisi molar ketiga impaksi sangat
diperlukan karena posisi gigi molar ketiga impaksi dapat berkaitan erat dengan kesulitan
tindakan odontektominya.
Klasifikasi gigi molar ketiga impaksi rahang bawah telah diplublikasikan oleh Winter
tahun 1926 dan Pell & Gregory tahun 1942 yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
4.1. Klasifikasi gigi molar ketiga menurut Winter (1926).
vertikal
Horizontal
Inverted
Unusual
Mesioangular
Distoangular
Buccoangular
Linguoangular
4.2. Klasifikasi gigi molar ketiga menurut Pell & Gregory (1933).
- Berdasarkan ruang antara ramus dan sisi distal M2 : 3 klas
1. Klas I ruang cukup
2. Klas II ruang kurang
3. Klas III tdk ada ruang/M3 dalam ramus mandibula.
- Berdasarkan relasi antara ramus mandibula dan molar kedua meliputi.
1. Posisi A bagian tertinggi dari gigi terletak lebih tinggi atau sejajar dengan garis oklusal
gigi M2.
2. Posisi B bagian tertinggi dari gigi terletak diantara garis oklusal dan garis servikal gigi M2.
3. Posisi C bagian tertinggi dari gigi terletak dibawah servikal line gigi M2.

Fig. 7.15 a, b. Classification of impacted mandibular third molars according to Pell and Gregory
(1933): a. according tothe depth of impaction and proximity to the second molar; b their
position according to the distance between thesecondmolar and the anterior border of the ramus
of the mandible

4.3 Klasifikasi gigi molar ketiga menurut Archer ( gabungan antara Winter dengan Pell&
Gregory).

5. Odontektomi.
Definisi Odontektomi menurut Archer (1975).
Pengeluaran satu atau beberapa gigi secara bedah dengan cara membuka flap
mukoperiosteal, kemudian dilakukan pengambilan tulang yang menghalangi dengan tatah
atau bur.
Definisi Odontektomi menurut Pederson (1996).
Tindakan pembedahan untuk mengeluarkan gigi yang tidak dapat dilakukan dengan cara
ekstraksi biasa atau dapat dilakukan pada gigi yang impaksi atau tertanam di bawah tulang
atau mukosa.

6. Indikasi dan kontra indikasi Odontektomi gigi impaksi.


Indikasi dilakukan tindakan odontektomi gigi impaksi yaitu:
Sebagai tindakan pencegahan dari terjadinya infeksi karena erupsi yang terlambat
dan abnormal (Perikoronitis), dan mencegah berkembangnya folikel menjadi keadaan
patologis (Kista odontegenik dan Neoplasia).
Usia periode emas (akar 1/3 atau 2/3) dan sebelum mineralisasi tulag (15 25
th).
Bila terdapat infeksi (fokus selulitis).
Bila terdapat kelainan Patologis (odontegenik).
Maloklusi.
Terdapat keluhan rasa sakit atau pernah merasa sakit.
Gigi impaksi terlihat mendesak gigi molar kedua.
Diperkirakan akan mengganggu perawatan orthodonsia dan pembuatan protesa.
Akan mengganggu perawatan di bidang konservasi atau pembuatan mahkota gigi
pada gigi molar kedua.
Terdapat keluhan neurologi, misalnya : cephalgia, migrain, pain lokal atau diteruskan
(reffered).
Merupakan penyebab karies pada molar kedua karena retensi makanan.
Terdapat karies yang tidak dapat dilakukan perawatan.
Telah terjadi defek pada jaringan periodontal pada gigi molar kedua.
Karies distal molar kedua yang disebabkan oleh karies posisi gigi molar ketiga.
Kontraindikasi odontektomi gigi impaksi yaitu:
Apabila pasien tidak menghendaki giginya dicabut.
Bila panjang akar belum mencapai sepertiga atau dua pertiga.
Bila tulang yang menutupi gigi yang tertanam terlalu banyak.

Bila tulang yang menutupinya sangat termineralisasi dan padat yaitu pada pasien yang
berusia lebih dari 26 th atau usia lanjut.

Compromised Medical Status. Yaitu apabila kemampuan pasien untuk menghadapi tindakan
pembedahan terganggu oleh kondisi fisik atau mental tertentu.
Kemungkinan timbulnya kerusakan yang parah pada jaringan yang berdekatan.

a.

b.

c.

d.

e.

f.

7. Persiapan tindakan odontektomi.


Dalam mempersiapkan tindakan odontektomi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Dilakukan pemeriksaan foto Ro berupa foto periapikal, foto bitewing, foto oklusal, foto
panoramic dan foto lateral view of mandibula. Jenis foto yang diperlukan disesuaikan dengan
kebutuhan pada tindakan odontektomi. Dengan adanya foto Ro maka akan didapatkan
informasi tentang :
Bentuk gigi, jumlah, ukuran serta kurvatur akar.
Posisi akar atau mahkota dengan gigi sebelahnya atau struktur lainnya.
Klasifikasi impaksi.
Posisi bukal atau lingual gigi impaksi.
Hubungan akar gigi impaksi dengan struktur anatomis penting didekatnya.
Mengetahui dari klasifikasi gigi impaksi. Hal ini penting karena dengan mengetahui
klsifikasi maka operator dapat memperkirakan tingkat kesulitan yang akan dihadapi dalam
tindakan odontektomi sehingga operator dapat mempersiapkan prosedur operasi dengan lebih
baik.
Desain flap. Hal yang harus diperhatikan dalam membuat desain atau outlina flap adalah:
Suplai darah ke flap harus terpelihara. Dasar flap harus lebih panjang / lebar dari tepi
bebasnya, insisi sejajar dengan pembuluh darah untuk memberikan vaskularisasi
Flap harus cukup luas, sehingga lapangan operasi dapat terlihat dengan jelas..
Desain diusahakan menghindari saraf (n. mentalis) dan pembuluh darah yang berada didalam
Jika tulang diangkat, flap harus merupakan suatu flap yang tebal. Untuk flap mukoperiosteal,
periosteum diambil secara menyeluruh, tidak sobek , tidak lubang dan tidak terkoyak.
Jika dilakukan penutupan bone defect maka tepi flap harus didukung diatas dasar tulang.
Menentukan arah jalan keluar/pengambilan dengan trauma minimal yaitu :
Approach IO atau EO.
Searah dng arah erupsi.
Menentukan metode odontektomi yang dipilih dengan memperhatikan faktor intrinsik (gigi)
dan faktor extrinsik ( jaringan sekitar gigi). Ada 3 metode / cara yaitu:
Pengambilan tulang sekitar gigi yang cukup banyak.
Gigi impaksi dipotong-potong (tooth div. tech) = split = odontotomi.
Kombinasi cara keduanya.
Menentukan apakah memungkinkan pembedahan dilakukan dengan anestesi lokal atau
membutuhkan anestesi umum.
8. Penatalaksanaan tindakan Odontektomi pada gigi impaksi M3 rahang bawah.
Langkah-langkah pembedahan dilakukan sebagai berikut:
Mempersiapkan instrumentarium steril untuk tindakan odontektomi.
Pembedahan dilakukan dengan teknik asepsis. Sangat dianjurkan untuk memberikan
antibiotika dan antiflogistik sehari sebelum dilakukan odontektomi.
Selanjutnya dilakukan mandibular blok anestesi.

Dibuat garis insisi yang dimulai dari pertengahan bagian distal gig molar kedua ke
arah posterior membelok ke lateral agar insisi tetap berada di atas tulang untuk menghindari
trauma iris jaringan lunak, pembuluh darah di daerah lingual dan saraf lingualis. Insisi ke
arah anterior dibuat tepat pada gingiva dan pada bagian distal gigi molar kedua turun
ke arah kaudal dan kembali ke arah anterior sejajar garis oklusal untuk menghindari
kerusakan pada gingival attachment gigi molar kedua. Insisi dengan menggunakan teknik ini
mempunyai keuntungan, yaitu flap dapat dibuka dengan luas sesuai dengan kebutuhannnya,
dengan cara memperpanjang garis insisi ke arah anterior.

Pengambilan tulang yang menutupi gigi impaksi dan pemotongan gigi dilakukan
dengan menggunakan round bur putaran rendah dengan pendingin air garam fisiologis
0,09 % atau air steril. Dilakukan dengan cara memotong tulang lapis demi lapis sehingga
bagian gigi yang tertutup tulang terlihat. Selanjutnya pembukaan tulang dapat diperluas
denganmengambil tulang di sekeliling gigi impaksi dan berpedoman pada bentuk gigi yang
impaksi. P ada tahapan ini pemakaian fissure bur sangat tidak dianjurkan untuk menghindari
trauma pada jaringan yang lebih dalam.

Dalam melakukan pengambilan tulang yang meliputi gigi impaksi


perlu dipertimbangkan beberapa hal:
Pengambilan tulang harus cukup dan awal pengeboran dimulai dengan menyesuaikan letak
gigi sesuai dengan jenis klasifikasi grgr impalsinya.
Tidak melakukan pengambilan tulang secara berlebihan karena akan menyebabkan trauma
yang besar.
Tidak dianjurkan untuk menggunakan bur putaran tinggi (high speed) dikarenakan akan
sukar dalam mencapai akses yang jauh dan dalam serta tidak mungkin untuk dapat mencapai
teknik asepsis.
7. Pada semua kasus gigi molar ketiga impaksi dengan posisi miring, tindakan pembedahan
untuk mengeluarkan gigi tersebut sangat dianjurkan untuk melakukan pemotongan pada gigi
yang impaksi (split technique) dikarenakan:
Menghindari trauma pada gigi molar kedua dan trauma karena tekanan pada jatingan tulang
sekitar pada saat gigi diungkit dan menghindari trauma pada kanalis mandibula.
Menghindari terjadinya fraktur tulang mandibula akibat tekanan berlebihan
Memudahkan pengambilan gigi karena telah terbebas dari retensi j aringan sekitarnya

9. Odontektomi Molar Ketiga Rahang Bawah Metode Split Technique.


Adapun tahapan odontektomi dengan metode split technique adalah sebagai berikut
Dilakukan disinfeksi jaringan di luar dan di dalam rongga mulut
sebelum odontektomi, dapat digunakan obat kumur antiseptik selanjutnya dilakukan blok
anestesi.
Dibuat insisi dengan memperhitungkan garis insisi tetap akan berada di atas tulang
rahang setelah pengambilan jaringan tulang pasca odontektomi, dan selanjutnya dibuat flap.
Tulang yang menutup gigi diambil seminimal mungkin dengan perkiraan besar
setengah dari besar gigi yang akan dikeluarkan.
Selanjutnya dilakukan pemotongan gigi yang biasanya dimulai dengan memotong
pertengahan mahkota gigi molar ketiga impaksi ke arah bifurkasi atau melakukan
pemotongan pada regio servikal untuk memisahkan bagian mahkota dan akar gigi.
Selanjutnya dilakukan pemotongan menjadi bagian-bagian lebih kecil
sesuai dengankebutuhan. Mahkota gigi dapat dipotong menjadi dua sampai empat
bagian, demikian pula pada bagian akarnya, kemudian bagian-bagian tersebut dikeluarkan
satu per satu.

Selanjutnya dilakukan kuretase untuk mengeluarkan kapsul gigi dan jaringan


granulasi di sekitar mahkota gig1 dan dilanjutkan dengan melakukan irigasi dengan air steril
ataularutan saline 0,09 % steril.
Pada saat melakukan pemotongan tulang dan gigi
dengan menggunakan bur, tidakboleh dilakukan secara blind akan tetapi operator harus
dapat melihat secara langsung daerah yang dilakukan pengeboran. Tindakan pengeboran
secara blind akan dapat menyebabkan terjadinya trauma yang tidak diinginkan dijaringan
sekitarnya.
Penjahitan dilakukan mulai dari ujung flap dibagian distal molar kedua dan
dilanjutkan ke arah anterior kemudian ke arah posterior.

9.1. Odontektomi pada gigi molar ketiga impaksi vertikal.


Untuk melakukan odontektomi pada gigi molar ketiga impaksi pada posisi vertikal
seringkali ditemui kesulitan. Hal ini disebabkan oleh karena beberapa hal berikut:
Lebar mesiodistal antara gigi molar kedua dan ramus ascendens yang sempit, sehinggaarah
gerakan pencabutan ke distal tidak memungkinkan.
Akar gigi yang bengkok menuju distal sehingga gigi hanya dapat dikeluarkan dengan arah
menuju ke distal, tetapi tidak terdapat ruang cukup.
Gigi impaksi hanya dapat dikeluarkan dengan arah pencabutan vertikal.
Pada kasus posisi gigi yang sulit, misalnya mahkota menghadap ke lingual atau bukal dengan
ruang yang sempit.
Pada kasus-kasus yang demikian, penggunaan split technique akan memudahkan
tindakan odontektomi.
Dalam gambaran skematis di bawah ini dapat dilihat secara garis besar step by
steptindakan odontektomi pada kasus impaksi molar ketiga rahang bawah posisi vertikal,
sebagaiberikut:

Rencana garis insisi odontekomi gigi molar ketiga rahang bawah dengan tetap
mempertahankan keutuhan attached gingiva gigi molar kedua dan gigi-gigi lainnya.

Tulang yang menutup gigi molar ketiga impaksi dibuka


menggunakan round bur nomor 23.

Setelah gigi terlihat sampai dengan mahkota gigi di lingkar terbesar, gigi dipotong
menjadi dua bagian, mesial dan distal.

Selanjutnya gigi dikeluarkan satu per satu, dengan mendahulukan bagian distal.

Flap dikembalikan dan dijahit sesuai dengan prioritas agar flap dapat kembali ke
tempat semula.

Dalam melakukan pengeboran tulang di bagian bukal molar ketiga impaksi, tulang
bukal di regio molar kedua harus dijaga keutuhannya, agar tidak terjadi trauma pada akar
molar kedua.

9.2. Odontektomi Molar Ketiga Rahang Bawah posisi Mesioversi.


Gigi impaksi molar ketiga rahang bawah dengan posisi mesioversi dapat ditemukan
dengan keadaan mahkota gigi terletak di bawah atau di atas servikal gigi molar kedua dan
akar giginya dapat terletak jauh atau dekat dengan kanalis mandibula. Faktor lain adalah
mahkota bagian distal tertutup oleh tulang mandibula yang tebal. Pada keadaan mahkota gigi
terletak dibawah servikal mahkota molar kedua dan akar gigi terletak dekat dengan kanalis
mandibula, split technique sangat dianjurkan karena dapat mencegah terjadinya trauma pada
gigi molar kedua dan kanalis mandibula.
Tindakan odontektomi pada kasus gigi molar ketiga impaksi (A-C)
Gigi molar ketiga impaksi posisi mesioversi.
Setelah dibuat flap, dilakukan pengambilan sebagian tulang yang menutup gigi impaksi
dilanjutkan dengan memotong gigi menjadi dua bagian, mesial dan distal.
Bagian distal gigi molar ketiga impaksi (nomor 1) dikeluarkan dengan bein. Akar mesial
dipotong menjadi dua bagian (nomor 2 dan 3) dan dikeluarkan berurutan menurut
nomornya

9.3 Odontektomi Molar Ketiga Rahang Bawah Posisi Horizontal.


Odontektomi pada gigi molar ketiga impaksi pada posisi horizontal sering kali
lebih sulit dibandingkan posisi mesioversi. Hal ini disebabkan karena semua bagian mahkota

gigi tertanam di dalam tulang, sehingga akan ditemui kesulitan pada saat melakukan awal
pemotongan gigi.Pemotongan gigi dimulai dengan:
Memotong gigi untuk memisahkan mahkota dan akar gigi yang dimulai pada bagian distal
servikal gigi molar kedua impaksi.
Selanjutnya mahkota gigi dipotong menjadi dua bagian, bukal dan lingual. Setelah mahkota
gigi terpotong maka mahkota gigi dapat dikeluarkan. (No 1 &2)
Berikutnya akar molar ketiga impaksi dipotong menjadi dua dan setelah bagian distal dan
mesial terpisah, akar gigi dikeluarkan satu per satu yang dimulai pada akar distalnya.
(No3&4).

10. Instruksi Pasca Odontektomi.


Gigit tampon 30-60, tampon dapat diganti dengan tampon steril sampai beberapa
kali.
Tdk menghisap-hisap luka.
Tdk diperkenankan kumur-2. Pada keadaan perdarahan ringan diperkenankan untuk
menggigit tampon kembali.
Fungsi kunyah dikurangi.
Kompres es EO (pada pipi) untuk 15 setiap setengah jam sampai 4 jam setelah
odontektomi, hal ini akan mengurangi perdarahan dan pembengkakan.
Jaga kebersihan luka (pada hari ke-2 post.op.).
Diperkenankan makan dengan diet lunak.
Setelah makan mulut direndam dengan obat kumur antiseptik dan hanya boleh
dipergunakan 24 jam pascaodontektomi.
Menjaga kebersihan mulut dengan tetap menggosok gigi dan dihindari untuk
berkumur keras, air hanya dialirkan ke dalam rongga mulut dan hanya dengan
menggunakan air matang bukan air kran.
Hindari makan dan minum panas.
Tidak diperkenankan merokok.
Kontrol sehari post. op.
11. Faktor-faktor penyulit pada saat odontektomi.
Lengkung akar yang abnormal, bengkok, baik dalam arah mesial, distal atau
berbentuk seperti kait
Bentuk anatomi misalnya akar terpisah atau mengalami fusi.
Gigi ankylosis dan Hipersementosis
Kedekatan gigi impaksi dengan kanalis mandibularis.
Gigi yang terletak pada zona yang dalam.
Ketebalan tulang yang ekstrim, khususnya pada pasien usia tua.
Follicular space terisi dengan tulang,paling sering pada pasien diatas usia 25 tahun.
Ankilosis antara gigi dan tulang yang mana memerlukan pengambilan keseluruhan
tulang disekeliling mahkota gigi sebelum gigi tersebut dapat di luksasi, atau
dipotong-potong menjadi beberapa bagian dengan bur.

Akses yang sulit ke daerah operasi oleh karena :


Orbicularis oris yang kecil.
Ketidakmampuan pasien membuka mulut lebar.
Lidah yang besar dan tidak terkontrol gerakannya.
Penderita sensitif terhadap benda asing di dalam rongga mulut.
Usia penderita, semakin lanjut usia akan semakin sukar pembedahannya dan semakin
beresiko terjadi infeksi pascaoperasi (Coen, 2006).

12. Komplikasi Odontektomi pada saat Pembedahan.


Perdarahan
Tertekan / putusnya n.alv.inf.
Fraktura : akar, proc.alv.lingual, tulang rhg bagian lingual, mandibula terutama daerah
angulus.
Trauma pd gigi terdekat rusak, goyang, sampai tercabut.
Rusaknya tumpatan atau mahkota pada gigi molar kedua di samping molar ketiga yang
dilakukan odontektomi.
Masuknya gigi / sisa akar gigi ke dalam submand. Space, kanalis mandibularis atau spasia
regio lingual.
Alergi pada obat-obatan yang diberikan : antibiotika, analgetika maupun anaestesi lokal.
Syok anafilaktik.
Patahnya instrumen
13. komplikasi Pasca Bedah.
Rasa sakit atau pernah mengalami rasa sakit di regio gigi molar ketiga impaksi.
Pembengkakan.
Perdarahan sekunder.
Dry socket (alv. Osteitis).
Infeksi pada jaringan lunak maupun tulang.
Memar jaringan lunak ekstraoral dan dapat meluas sampai ke regio leher dan dada di regio
odontektomi atau bilateral.
Facial abses.
Trismus.
Fraktur rahang.
Emphysema.
Parestesi.
Aspirasi.
Luka di daerah sudut bibir.

Flap
Flap dibuat untuk mendapatkan jalan masuk ke struktur tulang atau gigi (Pedersen,
1996). Tipe flap menurut Fragiskos (2007) antara lain :
a. Trapezoid

-Dibentuk dengan membuat insisi horizontal sepanjang gingival dan dua insisi
melintang pada mukosa bukal
-Dasar flap yang lebih lebar sangat dibutuhkan untuk suplai darah yang baik dan
adekuat
-Flap tipe ini dibutuhkan untuk prosedur operatif yang luas
b.Triangular
-dibentuk dengan membuat insisi bentuk L dan insisi horizontal sepanjang gingival
-diindikasikan untuk pengambilan ujung akar, kista kecil dan apikoektomi
c. Envelope
- Flap tipe ini adalah hasil perluasan insisi horizontal sepanjang garis servikal gigi
-Biasa digunakan untuk pembedahan gigi insisivus, premolar dan molar
d.Semilunar
-Insisi flap berbentuk kurva
-Memberikan fasilitas jalan masuk ke apical
-Melindungi terkoyaknya tepi gingival
e.Pedikel
-Flap pedikel dibuat baik dibukal, lingual atau palatal
-Digunakan untuk migrasi atau transposisi untuk memperbaiki suatu cacat (contoh :
fistula oroantral atau nasoalveolar).
f.Flap insisi Y dan X
- Dibuat pada midline palatum
C.

Suturing

Suturing adalah memasukkan benang ke dalam flap mukoperiosteal dengan tujuan


mereposisi jaringan lunak ke tempat semula sebelum dilakukan operasi (Wray dkk.,
2003). Tipe suturing utama yang digunakan dalam bedah mulut antara lain : 1)
interrupted, 2) continuous dan 3) mattress sutures (Fragiskos, 2007).
1)Interrupted suture
-Merupakan tipe yang paling sederhana dan paling sering digunakan.
- Jarum masuk sejauh 2-3 mm dari tepi flap dan keluar dengan jarak yang sama dari
tepi yang berlawanan.
2)Continuous suture
-Biasanya ditujukan untuk luka permukaan yang panjang (contoh : untuk reconturing
alveolar ridge RA dan RB.

- Continuous suture terdiri dari dua macam, yaitu :

Continuous simple suture

Continuous locking suture

3)Mattress sutures suture


Terdiri dari dua tipe :
Horizontal mattres suture, yang terbagi menjadi dua lagi antara lain :
-Horizontal interrupted suture
- Horizontal continuous mattres suture
Vertical mattres suture
- Digunakan untuk insisi yang dalam.

Anda mungkin juga menyukai