Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan banyak karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
laporan kepaniteraan bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak dengan tema Space
Maintainer. Laporan ini merupakan salah satu prasyarat di kepaniteraan bagian
Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada.
Laporan ini terselesaikan dengan baik atas bantuan dari beberapa pihak.
Untuk itu penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. drg. Ignatius S. Jatmiko, M. Kes, Sp. KGA, selaku dokter pembimbing yang
telah memberikan waktunya untuk membimbing dan memberikan masukan
serta ilmu kepada penulis selama penyusunan laporan ini.
2. Seluruh dosen bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Gadjah Mada yang telah membantu dalam kelancaran proses
pembuatan laporan ini.
Dalam penulisan laporan ini, penulis sadar masih terdapat kekurangan,
oleh karena itu penulis sangat terbuka atas kritik dan saran demi
menyempurnakan laporan ini. Semoga dengan penulisan laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, 14 Agustus 2017

Penulis
I. PENDAHULUAN

Tujuan utama pada bidang kedokteran gigi anak adalah menjaga gigi desidui
didalam rongga mulut hingga waktunya tanggal. Perlu diingat bahwa sebagai
praktisi dalam bidang kedokteran gigi, kesehatan gigi yang normal tidak hanya
dilihat dari mahkota klinisnya saja yang dikelilingi oleh jaringan gingiva yang
sehat, akan tetapi dilihat juga dari segi jumlah, bentuk, ukuran, posisi, angulasi,
kontak oklusal, fonetik, dan estetik (Major, 1984). Perkembangan oklusi dari gigi
desidui menuju gigi permanen merupakan suatu rangkaian kejadian yang dapat
terjadi secara bertahap dan tepat waktu. Periode pergantian dari gigi ini
berpengaruh pada beberapa faktor seperti faktor fungsional, estetik dan oklusi,
apabila rangkaian ini terganggu maka akan muncul beberapa masalah yang akan
mempengaruhi perkembangan oklusi dan gigi permanen (Clarice, 2013).
Selama periode aktif pertumbuhan dan perkembangan, gigi desidui sangat
berperan dalam : 1) mempertahankan ruang tempat tumbuhnya gigi tetap; 2)
mempengaruhi bentuk wajah anak dan estetika; 3) pengunyahan dan fonetik; 4)
melindungi gigi tetap melalui perawatan gigi desidui sehingga memberi tempat
untuk gigi tetap yang sehat (Finn, 2003; Kemp dan Walters, 2003).
Gigi molar pertama desidui merupakan faktor penentu dalam
perkembangan oklusi gigi. Apabila ekstraksi dini gigi molar pertama desidui atau
premature loss tidak dapat dihindari karena karies yang sangat luas, maka dokter
gigi harus mempertimbangkan resiko kehilangan ruang sehingga dapat terjadinya
maloklusi (Barberia dkk., 2006). Pilihan yang dapat digunakan untuk
mempertahankan ruang gigi desidui yang hilang tersebut dengan menggunakan
space maintainer. Space maintainer digunakan untuk mempertahankan ruang
sampai gigi permanen pengganti erupsi (Setia dkk, 2013), tetapi apabila didapati
ruangan pada lengkung telah menyempit akibat shifting atau drifting gigi yang
telah mengalami penyempitan oleh beberapa sebab, seperti premature loss, perlu
dipertimbangkan penggunaan space regainer. Space regainer digunakan untuk
mendapatkan ruang pada keadaan kekurangan ruang atau terjadinya mesial
drifting pada celah yang mengalami premature loss (Andlaw dan Rock, 1992).
2
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Premature Loss dan Space Loss


Erupsi dan tanggalnya gigi desidui maupun tetap sangat bervariasi.
Variasi ini masih dianggap normal jika erupsi dan tanggalnya gigi tersebut
berkisar 6 bulan sebelum atau sesudah waktu erupsi (McDonald dkk., 2004).
Premature loss dapat didefinisikan sebagai hilangnya gigi desidui dari
lengkung gigi sebelum gigi permanen penggantinya cukup berkembang untuk
erupsi dan menempati ruang yang kosong dan sebelum gangguan oklusal
dimulai. Premature loss pada gigi desidui dapat terjadi akibat adanya karies,
erupsi ektopik atau trauma yang menyebabkan pergerakan gigi desidui atau
permanen yang tidak diinginkan dan berkurangnya panjang lengkung.
Kurangnya panjang lengkung dapat berakibat meningkatnya keparahan gigi
berjejal, rotasi, erupsi ektopik, crossbite, overjet dan overbite yang berlebihan
serta hubungan molar yang kurang baik. Premature loss gigi desidui tipe
apapun berpotensi menyebabkan berkurangnya ruang untuk menampung gigi
permanen yang akan menggantikannya (Mitchell, 2013).
Premature loss dari gigi desidui dapat menyebabkan gigi yang masih ada
mengalami drifting atau tilting ke area yang tidak bergigi. Hal ini bergantung
pada derajat crowding, usia pasien dan area tidak bergigi. Tipe gigi yang
mengalami premature loss juga akan memiliki efek yang berbeda (McDonald
dkk., 2004):
1. Gigi insisivus desidui: premature loss gigi insisivus desidui mempunyai
sedikit dampak, karena mereka tumbuh relatif awal pada periode gigi
bercampur.
2. Gigi kaninus desidui: tanggalnya gigi kaninus desidui terlalu cepat dapat
diikuti dengan hilangnya ruang, terutama pada rahang bawah dapat
menimbulkan resorpsi akar gigi insisivus lateralis permanen yang
crowded. Keadaan ini seringkali unilateral sehingga gigi insisivius yang
crowded dapat menyebabkan centerline shift (Fajriani, 2016). Untuk
mencegah hal ini terjadi maka dapat dipertimbangkan untuk pencabutan
3
gigi kontralateral.
3. Gigi molar pertama desidui: unilateral loss dari gigi ini dapat
menyebabkan centerline shift. Pada kebanyakan kasus, pencabutan gigi
kontralateral tidak diperlukan, namun harus tetap diobservasi.
4. Gigi molar kedua desidui: jika gigi molar kedua desidui hilang dapat
menyebabkan gigi molar pertama permanen miring ke mesial. Hal ini
biasa terjadi jika gigi molar kedua desidui hilang sebelum gigi molar
pertama permanen erupsi.
Menurut Phulari (2011), premature loss gigi desidui dapat menyebabkan
gangguan berupa:
1. Migrasi gigi yang masih ada menuju area dari gigi desidui yang
mengalami premature loss.
2. Jalan erupsi gigi permanen terganggu atau bahkan gigi permanen tidak
erupsi.
3. Tongue thrusting dapat berkembang.
4. Mengganggu fungsi fonetik jika gigi anterior desidui yang mengalami
premature loss.
5. Mengganggu penampilan estetik wajah, sehingga dapat mempengaruhi
psikologi anak terutama pada kehilangan gigi anterior.

B. Space Maintainer
Apabila ekstraksi gigi desidui yang terlalu dini tidak dapat dihindari maka
untuk mencegah kelainan pada lengkung gihi dan oklusinya perlu dibuatkan
space maintainer (Nakata dan Wei, 1988). Space maintainer adalah suatu alat
yg digunakan untuk mempertahankan atau mendapat kembali ruang setelah
kehilangan gigi desidui. Tujuan space maintainer adalah untuk mengela
terjadi kehilangan panjang, lebar dan perimeter lengkung dengan
mempertahankan posisi gigi yang masih ada. Space maintainer harus
memenuhi syarat seperti berikut:
a. Harus mempertahankan dimensi proksimal yang diiginkan disebabkan
oleh kehilangan gigi
4
b. Harus bersifat fungsional
c. Tidak boleh mengganggu erupsi gigi yang beroklusi
d. Tidak boleh mengganggu erupsi pengganti gigi permanen
e. Tidak boleh mengganggu bicara, mastikasi atau gerakan fungsional
mandibular
f. Harus sederhana dan kuat
g. Tidak boleh memberi tekanan yang lebih di gigi sebelah
h. Mudah dibersihkan
i. Tidak membatasi pertumbuhan dan fungsi normal (Rao, 2012) .
Space maintainer diindikasi apabila tekanan yang diberikan pada sesuatu
gigi tidak seimbang dan analisis ruang mengindikasikan bahwa ruang untuk
gigi penggantinya kemungkinan tidak cukup. Penutupan ruang secara
maksimal terjadi antara 6 bulan setelah pencabutan gigi. Oleh itu, alatnya
disarankan untuk diinsersi secepat mungkin. Premolar yg akan erupsi biasanya
membutuh 4-5 bulan untuk bergerak melalui 1 mm tulang yang seperti diukur
pada radiograf bitewing. Kontraindikasi penggunaan space maintainer, antara
lain tidak terdapat tulang alveolar yang menutup mahkota gigi tetap yang akan
erupsi, kekurangan ruang untuk erupsi gigi permanen, ruangan yang
berlebihan untuk gigi tetapnya erupsi, kekurangan ruang yang sangat banyak
sehingga memerlukan tindakan pencabutan dan perawatan orthodontik dan
gigi permanen penggantinya tidak ada. Pada beberapa keadaan penggunaan
space maintainer tidak diaplikasikan pada anak, yaitu jika gigi yang tanggal
sebelum waktunya adalah gigi insisivus sulung, maka pemasangan space
maintainer tidak perlu karena pertumbuhan daerah ini ke arah transversal
sangat laju dan pergeseran gigi-gigi kaninus ke arah mesial hampir tidak ada
(Rao, 2012).
Space maintainer secara umum dikelompokkan menjadi dua katagori,
yaitu lepasan dan cekat. Space maintainer lepasan adalah space maintainer
yang dapat dilepas dan dipasang sendiri oleh pasien. Alat ini dapat bersifat
fungsional atau nonfungsional, dan kebanyakan kasus bersifat bilateral.
Indikasi space maintainer lepasan adalah kehilangan gigi posterior bilateral
5
pada lengkung mandibula sebelum erupsi gigi permanen, kehilangan gigi
anterior, ketika dibutuhkan ruang untuk dipertahankan dalam periode waktu
yang singkat. Kontraindikasi dari space maintainer lepasan adalah pasien
yang tidak kooperatif, pasien alergi terhadap akrilik dan pasien epilepsi.
Keuntungan penggunaan space maintainer lepasan antara lain: alat dan gigi
dapat dibersihkan dengan mudah, dapat menjaga vertikal dimensi, dapat
dikombinasikan dengan tindakan preventif yang lain, dapat dipakai setengah
hari sehingga memungkinkan terjadinya sirkulasi darah pada jaringan lunak,
dapat dibuat dengan mudah dan estetis, dapat menstimulasi erupsi gigi
permanen, tidak memerlukan bands, pemeriksaan gigi dapat dengan mudah
dilakukan, dan dapat meciptakan ruang untuk erupsi gigi tanpa harus membuat
alat baru. Kerugian penggunaan space maintainer lepasan antara lain : ada
kemungkinan alat hilang, dapat patah, pasien tidak mau memakai alat, dapat
menahan pertumbuhan rahang ke lateral apabila klamer tidak pas, dan dapat
mengiritasi jaringan lunak (Rao, 2012).
Kelebihan space maintainer cekat dibanding space maintainer lepasan
antara lain adalah karena tidak dapat dilepas-lepas oleh pasien maka tidak
dapat hilang atau lupa digunakan sehingga alat space maintainer cekat ini
dapat diindikasikan untuk pasien yang tidak kooperatif. Selain itu, space
maintainer cekat tidak dapat pecah, tidak menghalangi pertumbuhan rahang
kelateral dan tidak mengiritiasi jaringan lunak. Sedangkan salah satu
kontraindikasi dari alat cekat ialah oral higiene yang buruk, karies rampan dan
skor plak yang tinggi (Mathewson dan Primosch, 1995).

C. Space Regainer
Kehilangan ruang dapat terjadi akibat dari pergerakan gigi molar atau
incisivus permanen karena premature loss dari gigi decidui molar atau
caninus. Kehilangan ruang tersebut dapat dikembalikan dengan menggunakan
alat space regainer (Tilakraj, 2003). Alat space regainer digunakan untuk
mendapatkan ruang pada keadaan kekurangan ruang atau terjadinya mesial
drifting pada celah yang mengalami premature loss (Andlaw dan Rock,
6
1992).
Space regainer merupakan plat aktif yang digunakan untuk memperoleh
kembali ruangan yang telah menyempit pada lengkung gigi. Besarnya ruang
yang dapat dikembalikan per kuadran adalah sekitar 2 mm jika bilateral dan 3
mm bila unilateral. Fungsi space regainer tidak menciptakan ruangan yang
baru tapi untuk mendapkan kembali ruangan yang pernah ada akibat shifting
atau drifting gigi yang telah mengalami penyempitan oleh beberapa sebab,
seperti premature lose, menegakkan kembali gigi permanen yang miring, dan
maloklusi kelas I tipe 5 (neutroklusi dengan mesial drifting). Perawatan space
regainer dilakukan sampai gigi permanen pengganti erupsi sempurna
(Nonong, 2011; Premkumar, 2015).
Indikasi pemakaian alat space regainer adalah pada premature loss gigi
molar desidui yang mengakibatkan terjadinya kekurangan ruang erupsi gigi
permanen. Kontraindikasi pemakaian alat space regainer, antara lain :
1. Apabila ruang yang akan terjadi akibat premature loss gigi desidui cukup
atau lebih bagi ruang erupsi gigi pengganti
2. Apabila dilakukan pencabutan untuk pencarian ruang pada perawatan
ortodontik
3. Apabila gigi pengganti tidak ada dan penutupan ruang diinginkan
4. Pasien alergi terhadap akrilik
5. Pasien tidak kooperatif
Syarat-syarat pembuatan space regainer, antara lain :
1. Terdapat kekurangan ruang mesio-distal untuk erupsi gigi permanen
pengganti
2. Mampu menciptakan jarak mesio-distal
3. Erupsi gigi antagonis tidak terganggu
4. Erupsi gigi permanen tidak terganggu
5. Tidak mengganggu fungsi bicara, pengunyahan, dan pergerakan
mandibula
6. Bentuk sederhana, mudah dalam perawatan, dan mudah untuk dibersihkan
(Snawder, 1980)
7
Terdapat beberapa tipe space regainer, antara lain (Premkumar, 2015):
1. Space regainer lepasan
a. Plat lepasan dengan finger spring
b. Plat lepasan dengan lingual arch
c. Knee spring
d. Split saddle regainer
e. Space regainer dengan skrup ekspansi
2. Space regainer cekat
a. Open coil space regainer
b. Gerber space regainer
c. Lingual arch
d. Lip bumpers
e. Headgears
f. Fixed intra-arch appliances
g. Pendulum appliance
h. 2 x 4 bonding

D. Analisis Ruang
Tujuan dari analisis gigi bercampur adalah untuk menentukan ruang yang
tersedia pada rahang untuk erupsi gigi permanen penggantinya. Radiograf dan
model studi merupakan elemen penting dalam menentukan kebutuhan ruang.
Untuk melakukan analisis ini pertama-tama dibutuhkan pengukuran panjang
lengkung rahang dan lebar mesiodistal gigi incisivus permanen mandibula.
1. Pengukuran panjang lengkung rahang
Cara konvensional untuk menentukan panjang lengkung rahang adalah
dengan melakukan pengukuran langsung pada model studi. Kawat
tembaga diadaptasikan dari bagian mesial molar satu permanen mengikuti
bentuk lengkung gigi hingga bagian distal gigi molar kedua desidui
kontralateral. Kawat dibentuk sesuai dengan lengkung ideal dan tidak
mengikuti bentuk lengkung gigi yang malposisi. Perhitungan perkiraan
jumlah ruang yang dibutuhkan untuk tumbuhnya gigi permanen pengganti
8
dilakukan ketika panjang lengkung ideal telah didapatkan,. Terdapat dua
metode yang dapat dilakukan untuk melakukan perhitungan ini yaitu:
a. Menggunakan radiograf yang dapat menunjang adanya perbesaran
b. Menggunakan rumus perhitungan ukuran gigi
Kedua metode ini berdasarkan hubungan antara pengukuran mesiodistal
gigi incisivus permanen mandibular dengan dua premolar dan caninus
permanen. Perbedaan nilai antara panjang lengkung dan ukuran gigi akan
mengindikasikan jumlah ruang yang tersedia yang akan membantu dalam
menentukan rencana interseptive dan/atau preventive space management
(Cameron dan Richard, 2013)
2. Analisis Nance
Metode ini didasarkan atas hubungan relatif antara lebar mesiodistal
kelompok gigi tertentu, yang dipilih adalah gigi III, IV, V dan kelompok
gigi penggantinya yaitu gigi 3,4,5. Nance menemukan adanya perbedaan
ukuran lebar III,IV,V dengan 3,4,5. Selisih tersebut disebut Lee Way
Space.
Lee way space RA = (III + IV + V) – (3 + 4 + 5) = 0,9 satu sisi
Lee way space RB = (III + IV + V) – (3 + 4 + 5) = 1,7 satu sisi
Prosedur metode ini adalah:
a. Menyiapkan model, kemudian ukurlah lebar mesiodistal III,IV,V
b. Menyiapkan foto roentgen 3,4,5 dan ukurlah (koreksi efek pembesaran
dengan metode Huckaba
c. Bandingkan 3,4,5 dengan jumlah III, IV,V
Ukurlah selisihnya apakah 0,9 RA, atau lebih atau kurang, demikian
pula untuk RB. Selisih tersebut (Lee way space) sebenarnya digunakan
untuk molar adjustment. Jika Lee way space kurang dari 0,9 RA dan 1,7
RB maka dibutuhkan penyediaan ruang dengan serial ekstraksi.
(McDonald dkk., 2004).
3. Analisis Moyers
Analisa moyers menggunakan gigi geligi dari segmen bukal insisivus
rahang bawah. Pengukuran ruang dapat dilakukan setelah erupsi gigi-
9
geligi insisivus rahang bawah permanen. Untuk menentukan cukupnya
panjang lengkung maka jumlah dari ruang yang tersedia untuk erupsi gigi
pengganti setelah gigi- geligi insisivus tumbuh sempurna dilakukan
pengukuran pada model studi. Lebar mesio distal dari setiap gigi- geligi
insisivus permanen rahang bawah dijumlahkan, lalu digunakan daftar
probabilitas pada tabel Moyers untuk memperkirakan berapa banyak ruang
yang dibutuhkan untuk erupsi gigi kaninus, premolar satu, dan premolar
dua berdasarkan jumlah lebar mesio distal gigi insisivus rahang bawah
dengan presentase 75% (Singh, 2007).
Analisis Moyers banyak dianjurkan karena mempunyai kesalahan
sistematik yang minimal. Metode ini juga dapat dilakukan secara cepat,
tidak memerlukan alat-alat khusus ataupun radiografi dan dapat
dilaksanakan pemula karena tidak memerlukan keahlian khusus. Walaupun
pengukuran dan perhitungan dilakukan pada model, tetapi mempunyai
tingkat ketepatan yang baik di dalam mulut. Metode ini juga dapat
dilakukan untuk menganalisis keadaan pada kedua lengkung rahang
(Muthu dan Sivakumar, 2009).
4. Kuswandari and Nishino method
Dasar pemikirannya adalah memperkirakan gigi 345 yang belum erupsi
melalui pengukuran gigi permanen yang telah erupsi. Gigi yang digunakan
sebagai pedoman yaitu gigi 16, 26, 32 dan 42 ( Kuswandari dkk., 2006).
5. Metode Huckaba
Metode ini digunakan untuk memperkirakan besarnya gigi yang belum
erupsi dengan menggunakan radiograf (Muthu dan Sivakumar, 2009).
Rumus : B = A’ x B’
A’
Keterangan : B = besar gigi yang belum erupsi
B’= besar gigi yang belum erupsi dalam ro’
A = besar gigi yang sudah erupsi
A’= besar gigi yang sudah erupsi dalam ro’
Setelah melakukan analisis ruang dan panjang lengkung, dapat diketahui

10
derajat crowding lengkung gigi. Menurut Andlaw dan Rock (1992), gigi dapat
digolongkan sebagai salah satu dari tipe berikut :
1. Gigi tidak berjejal dengan kelebihan ruang
Ciri-cirinya adalah terdapat spacing di antara gigi-gigi insisivus; ruang
yang tersedia dalam lengkung rahang melebihi ruang yang diperlukan
untuk gigi-gigi yang belum erupsi.
2. Gigi tidak berjejal dengan ruangan cukup
Ciri-cirinya adalah kontak normal di antara gigi-gigi insisivus; ruang yang
tersedia dalam lengkung sama dengan ruang yang diperlukan untuk gigi-
gigi yang belum erupsi.
3. Crowding ringan
Ciri-cirinya adalah sedikit overlap pada gigi-gigi insisivus; ruang yang
tersedia dalam lengkung rahang kurang sampai 4 mm dari yang diperlukan
untuk gigi-gigi yang belum erupsi.
4. Crowding berat
Ciri-cirinya adalah overlap rotasi atau pergeseran gigi-gigi insisivus; ruang
yang tersedia dalam lengkung rahang kurang melebihi 4 mm dari yang
diperlukan untuk gigi-gigi yang belum erupsi.

11
III. LAPORAN KASUS

I. Pertemuan pertama
A. Identitas Pasien
Nomor kartu : 147111
Nama pasien : Rini Widayanti
Umur/Jenis kelamin : 24 tahun 10 bulan / Perempuan

Pemeriksaan Subjektif
Motivasi:
Pasien datang atas motivasi dari orang tua dan operator untuk memeriksakan
giginya
Keluhan utama (CC):
Pasien mengeluhkan gigi yang berlubang di belakang bawah kiri
Keadaan sakit sekarang (PI):
Gigi yang berlubang sekarang tidak terasa sakit
Riwayat kesehatan dental (PDH):
 Pasien belum pernah memeriksakan gigi ke dokter gigi sebelumnya
 Gigi yang dikeluhkan sudah berlubang sejak 2 tahun yang lalu
 Gigi yang dikeluhkan pernah terasa sakit pada waktu makan makanan
yang keras masuk ke dalam lubang serta minum dingin dan sakitnya
semu sebentar.
12
 Pasien tidak makan obat atau ke dokter gigi untuk mengobati sakit
tersebut.
Riwayat kesehatan umum (PMH):
 Pasien tidak dicurigai menderita penyakit sistemik
 Pasien tidak memiliki alergi terhadap makanan, obat-obatan, maupun
cuaca
 Pasien tidak sedang dalam perawatan dokter atau pengobatan penyakit
apapun
 Pasien tidak memiliki kelainan perdarahan
Riwayat kesehatan keluarga (FH):
Gigi = Ayah : susunan gigi sedikit berjejal
Ibu : susunan gigi rapi
Umum = Ayah : sehat, normal, tidak dicurigai memiliki riwayat
penyakit sistemik
Ibu : sehat, normal, tidak dicurigai memiliki riwayat
penyakit sistemik
Pencegahan penyakit gigi
a. Menyikat gigi : 2x sehari, setelah makan pagi dan sebelum tidur
b. Topikal aplikasi fluor : tidak
c. Tablet fluor : tidak
d. Kumur-kumur : tidak

B. Pemeriksaan Objektif
Keadaan umum : sehat
Penampilan : kooperatif dan komunikatif
Berat badan : 36 kg
Tinggi Badan : 148 cm
Pemeriksaan luar mulut:
Bentuk muka : simetris, sehat, normal
Bibir : simetris, sehat, normal
Pipi : simetris, sehat, normal
13
Kelenjar limfe : tidak teraba
Lain-lain :-
Pemeriksaan dalam mulut:
Jaringan lunak : normal, sehat
Mukosa : normal, sehat
Lidah : normal, sehat
Gusi : normal, sehat
Langit-langit : normal, sehat
Jaringan keras : karies dentin
Jaringan keras
Oklusi : Molar kanan  Maloklusi Angle Klas I
Molar kiri  Maloklusi Angle Klas I

Pemeriksaan gigi geligi:

:
X X
X X X X ∑V

Keterangan : : Gigi belum erupsi ∑ : Gigi goyah O: Karies


X : Gigi sudah dicabut/tanggal V : Gigi tinggal akar : Tumpatan

14
Diagnosis gigi geligi

16 = Terdapat kavitas kedalaman email pada permukaan oklusal


D : Karies Email
TP : Fissure Sealant

55 = Terdapat kavitas kedalaman email pada permukaan oklusal


D : Karies Email
TP : Fissure Sealant

54 = Terdapat kavitas kedalaman email pada permukaan oklusal


D : Karies Email
TP : Fissure Sealant

63 = Terdapat kavitas kedalaman dentin pada permukaan labial


Sondasi :- Palpasi : -
Palpasi :- CE :+
D : Karies Dentin dengan Insensitif Dentin
TP : Opdent

64 = Terdapat kavitas kedalaman email pada permukaan oklusal


D : Karies Email
TP : Fissure Sealant

65 = Terdapat kavitas kedalaman email pada permukaan oklusal


D : Karies Email
TP : Fissure Sealant

26 = Terdapat kavitas kedalaman email pada permukaan oklusal


D : Karies Email
TP : Fissure Sealant

15
36 = Terdapat kavitas kedalaman email pada permukaan oklusal
D : Karies Email
TP : Fissure Sealant

75 = Terdapat kavitas kedalaman dentin pada permukaan


mesiodistolinguooklusal dan terdapat sisa akar gigi pada bagian distal.
Gigi dan sisa akar goyah derajat III.
Sondasi :- Palpasi : -
Palpasi :- CE :-
D : Gangrene disertai luksasi derajat III
TP : Exodonsia, ortho (Space maintainer)

74 = Terdapat kavitas kedalaman dentin pada permukaan bukal dan


permukaan distooklusal.
Sondasi :- Palpasi : -
Palpasi :- CE :+
D : Karies Dentin dengan Insensitif Dentin
TP : Opdent

32 = Terdapat gigi bagian distal berputar ke arah labial


D : Distolabiotorsiversi
TP : Ortho

31 = Terdapat gigi bagian mesial berputar ke arah labial


D : Mesiolabiotorsiversi
TP : Ortho

83 = Terdapat gigi bagian mesial berputar ke arah labial


D : Mesiolabiotorsiversi
TP : Observasi

16
84 = Terdapat kavitas kedalaman dentin pada permukaan distooklusal
Sondasi :- Palpasi : -
Palpasi :- CE :-
D : Karies Dentin dengan Insensitif Dentin
TP : Opdent

85 = Terdapat kavitas kedalaman dentin pada seluruh permukaan gigi


Sondasi :- Palpasi : -
Palpasi :- CE :-
D : Gangrene
TP : Exodonsia, ortho (Space maintainer)

46 = Terdapat kavitas pada permukaan oklusal dengan kedalaman email


D : Karies Email
TP : Fissure Sealant

C. RENCANA PERAWATAN
1. Exodonsia
2. Opdent
3. Fissure sealant
4. Topikal Aplikasi Fluor
5. Space maintainer (Ortho)
6. Kontrol

17
IV. RENCANA PERAWATAN

A. Pembuatan Model Studi dan Model Kerja


Pada tanggal 11 Agustus 2017 dilakukan pencetakan rahang atas dan
rahang bawah untuk pembuatan model studi.

B. Pengukuran dan Perhitungan


Pada kasus ini, rahang bawah pasien memiliki ruang kosong pada area
gigi 75 dan 85. Pengukuran dan perhitungan dilakukan untuk mengetahui
ketersediaan ruang erupsi gigi 33, 34, 35, 43, 44, dan 45 menggunakan
metode Moyers.
Untuk dapat memperkirakan besar ruang yang dibutuhkan untuk erupsi
gigi pengganti, dibutuhkan data jumlah ukuran mesiodistal gigi 32, 31, 41 dan
42. Untuk mengetahui ketersediaan ruang, pertama dilakukan pengukuran
lengkung ideal dengan menjumlahkan panjang mesiodistal gigi-gigi 32, 31,
41, 42 dan hasil perhitungan Moyers. Hasil tersebut kemudian dibandingkan
dengan panjang lengkung gigi yang tersedia antara gigi 36 dan 46 melalui
determinasi lengkung. Jika hasil perhitungan lengkung ideal lebih besar
daripada panjang lengkung yang tersedia, maka rahang mengalami
kekurangan ruang untuk erupsi gigi pengganti. Apabila hasil perhitungan
lengkung ideal lebih kecil daripada panjang lengkung yang tersedia, maka
rahang memiliki cukup ruang untuk erupsi gigi pengganti
1. Metode Moyers
Pengukuran dan perhitungan jumlah mesiodistal 32 31 41 42
Lebar mesio distal gigi 32 adalah 5,60 mm
Lebar mesio distal gigi 31 adalah 4,42 mm
Lebar mesio distal gigi 41 adalah 4,70 mm
Lebar mesio distal gigi 42 adalah 5,40 mm
Jumlah mesiodistal gigi 32 31 41 42 adalah 20,12 mm
Perhitungan jumlah ruang yang dibutuhkan untuk erupsi gigi 345 RB
Tabel Moyers 75 % untuk jumlah mesiodistal 20,0 mm adalah 20,4 mm
18
Tabel Moyers 75 % untuk jumlah mesiodistal 20,5 mm adalah 20,7 mm

Σ mesiodistal gigi 32, 31, 41, 42


0,12

20,0 20,12 20,5

0,5

Tabel Moyers 75%


x

20,4 y 20,7

0,3
Penghitungan :
0,12 = x
0,5 0,3
x = 0,072
Kebutuhan ruang erupsi menurut Tabel Moyers (y) adalah 20,7 mm +
0,072 mm = 20,772 mm

2. Determinasi Lengkung
Lengkung Ideal
Lengkung ideal adalah lengkung yang dapat mengakomodasi tumbuhnya
gigi-gigi permanen pada posisi yang benar (tidak malposisi). Panjang
lengkung ideal pada anak-anak dengan gigi bercampur diperkirakan
dengan menjumlahkan ukuran mesial-distal 4 gigi incisivus dengan dua
kali ukuran hasil penghitungan Moyers untuk kebutuhan ruang erupsi gigi
3, 4, dan 5.
Panjang lengkung ideal = jumlah mesiodistal gigi 32, 31, 41, 41 + 2 x
19
(Hasil perhitungan Moyers)
= 22,94 mm + 2 x (22,164 mm)
= 67,268 mm

Lengkung Perimeter
Lengkung perimeter adalah lengkung mula-mula yang mengakomodasi
tumbuhnya gigi geligi sebelum perbaikan malposisi gigi.
Lengkung Perimeter Rahang Bawah = lengkung perimeter kiri RB +
lengkung perimeter kanan RB
= 36,08 mm + 33,4 mm
= 69,48 mm

3. Analisis Ruang Rahang Bawah


Analisis ruang untuk erupsi gigi 345 RB dilakukan dengan
membandingkan hasil perhitungan dengan metode Moyers dan determinasi
lengkung.
a. Perhitungan secara langsung
Lengkung ideal yang diharapkan = 67,268 mm
Lengkung perimeter = 69,48 mm

20
Diskrepansi: selisih lengkung gigi mula-mula terhadap lengkung
ideal adalah 2,212 mm
b. Perhitungan secara tidak langsung
 Sisi kiri
1. Perhitungan Moyers : 22,164 mm
2. Ruang yang tersedia untuk erupsi gigi 3, 4, 5
= (lengkung perimeter kiri) - ( lebar mesiodistal 31, 32)
= 36,08 mm - 11,42 mm
= 24,66 mm
Terdapat kelebihan ruang sebesar 2,496 mm untuk erupsi gigi 3, 4,
5 kiri RB
 Sisi kanan
1 Perhitungan Moyers : 22,164 mm
2 Ruang yang tersedia untuk erupsi gigi 3, 4, 5
= (lengkung perimeter kanan) - ( lebar mesiodistal 41, 42)
= 33,4 mm – 11,52 mm
= 21,88 mm
Terdapat kekurangan ruang sebesar 0,284 mm untuk erupsi gigi 3,
4, 5 kanan RB

4. Kesimpulan
a. Terdapat kelebihan ruang untuk erupsi gigi geligi permanen 33, 34, 35
sebesar 2,496 mm sehingga membutuhkan space maintainer.
b. Terdapat kekurangan ruang untuk erupsi gigi geligi permanen 43, 44,
45 sebesar 0,284 mm sehingga membutuhkan space regainer.

C. Prosedur Perawatan
1. Penjelasan kepada pasien dan informed consent
Pasien dan orang tua pasien diberikan informasi mengenai prosedur
perawatan yang akan dilakukan meliputi manfaat perawatan, biaya,
lamanya perawatan, kemungkinan yang dapat terjadi selama perawatan,
21
dan hal-hal yang dapat mempengaruhi perawatan. Pasien juga dimotivasi
untuk selalu datang untuk kontrol alat tepat pada waktunya. Setelah semua
informasi disampaikan, orang tua pasien diminta untuk mengisi informed
consent tertulis
2. Insersi space maintainer dan edukasi pasien
Ketika insersi, alat harus diperiksa untuk melihat ada/tidaknya bagian plat
akrilik yang menekan atau melukai jaringan lunak di rongga mulut. Labial
arch dan U loop juga diperiksa agar tidak menyebabkan traumatik oklusi
pada mukosa rongga mulut.
Pasien perlu diberikan motivasi untuk selalu memakai alat dan menjaga
kebersihannya. Pasien dan orang tua pasien diminta untuk memperhatikan
ruang kosong pada lengkung gigi pasien, apakah bertambah besar atau
kecil, serta memperhatikan apakah gigi pengganti sudah mulai tumbuh
atau belum. Operator juga harus memberikan motivasi kepada pasien
untuk selalu datang kontrol pada waktunya
3. Kontrol
Kontrol dilakukan pada:
 Hari ke-2 pemakaian alat
 Hari ke-12 pemakaian alat
 Hari ke-30 pemakaian alat
Pada setiap kontrol, dilakukan pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan
objektif. Pemeriksaan subjektif meliputi keluhan pasien tentang alat yang
dipakainya. Hal-hal lain yang penting untuk ditanyakan antara lain adalah
apakah alat tersebut selalu dipakai oleh pasien, apakah pasien kesulitan
saat memakai dan melepas alat, apakah pasien sudah merasa nyaman saat
memakai alat, apakah alat dapat digunakan pasien saat makan.
Pemeriksaan objektif meliputi pemeriksaan jaringan lunak (adakah
gingiva/mukosa yang terkena trauma/iritasi akibat pemakaian alat), retensi
dan stabilisasi alat, oklusi traumatik yang ditimbulkan akibat pemakaian
alat (diperiksa dengan articulating paper).

22
D. Gambar dan Desain Alat

Keterangan:
1. Labial arch (Ø 0,7 mm)
2. C Klamer (Ø 0,7 mm)
3. Plat akrilik
4. Sekrup ekspansi
5. Anasir gigi

23
V. PROGNOSIS

Prognosis pada kasus ini adalah baik karena:


1. Usia pasien yang masih dalam masa tumbuh kembang, pasien kooperatif
dan komunikatif, serta memiliki kesadaran dan kemauan yang tinggi
terhadap perawatan yang akan dilakukan.
2. Kebersihan dan kesehatan rongga mulut baik;
3. Orang tua pasien ikut mendukung dan memotivasi anak sehingga
diperkirakan perawatan akan berjalan lancar dan berhasil.

24
DAFTAR PUSTAKA

Andlaw, R.J dan Rock, W.P., 1992, Perawatan Gigi Anak (terj), edisi 2, Widya
Medika, Jakarta.
Barberia, E., Lucavechi, T., Cardenas, D., Maroto, M., 2006, Free-end space
maintainers : design, utilization and advantages, J Clin Pediatr Dent.,
31(1):5-8.
Cameron, A.C. dan Richard, P. W., 2013, Handbook of Pediatric Dentistry,
Mosby Elsevier, Canberra
Clarice, S., 2013, Management of Premature Primary Tooth Loss in The Child
Patient, CDA Journal, 41(8): 612-6
Fajriani, B., 2016, Penatalaksanaan space maintainer pada anak, DIKGA,
Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia.
Finn, S.B., 2003, Clinical Pedodontic, 4th ed, W.B. Saunders Co., Philadelphia.
Kemp, J. dan Walters, C., 2003, Gigi si Kecil, Penerbit Erlangga, Jakarta
Kuswandari S., Nishino, M., Arita K., dan Abe Y., 2006, Mixed dentition space
analysis for Indonesian Javanese children, Pediatric Dental Journal, 16(1):
74-83.
Major, M., 1984, Wheeler’s dental anatomy, physiology, and occlusion 6th ed.,
Philadelphia: W B. Saunders Co: 29.
Mathewson, R. J. dan Primosch, R. E., 1995, Fundamentals of Pediatric Dentistry
3rd Ed., Quintessence, Chicago, 326-39.
McDonald R.E., David, R.A., dan Jeffrey A.D., 2004, Dentistry for the Child and
Adolescent, Mosby : USA
Mitchell, L., 2013, Introduction to Orthodontics, Oxford University Press, UK.
Muthu, M.S. dan Sivakumar, N., 2009, Pediatric Dentistry: Principles and
Practice, Reed Elsevier India, New Delhi
Nakata, M. Dan Wei, S. H. Y., 1988, Occlusal Guidance in Pediatric Dentistry,
Ishiyaku EuroAmerica Inc., Tokyo-St. Louis, 7-8.
Nonong, Y.H., 2011, Removable Space Regainer, Proceeding, 9739(4): 294-306.
Phulari, B. J., 2011, Orthodontics Principles and Practice, Jaypee, New Delhi.

25
Premkumar, S., 2015, Textbook of Orthodontics, Reed Elsevier India, New Delhi.
Rao, A., 2012, Principles and Practice of Pedodontics, Jaypee, New Delhi.
Setia, V., Pandit, IK., Srivastava,N., Gugnani, N., dan Sekhon, HK., 2013, Space
Maintainers in Dentistry: Past to Present, Journal of Clinical and Diagnosis
Research, & (10): 2402-2405.
Singh, G., 2007, Texbook of orthodontics 2 ed., Jaypee Brothers Medical
Publisher, New Delhi
Snawder, K.D., 1980, Handbook of Clinical Pedodontics, The C.V. Mosby
Company, St.Louis.
Tilakraj, T. N., 2003, Essentials of Pedodontics, Jaypee Brothers Medical
Publishers, New Delhi, Jaypee Brothers Medical Publishers, New Delhi.

26

Anda mungkin juga menyukai