Anda di halaman 1dari 27

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Maloklusi

2.1.1. Definisi
Maloklusi adalah bentuk hubungan rahang atas dan rahang bawah yang
menyimpang dari bentuk standar yang diterima sebagai bentuk yang normal.
Maloklusi dapat disebabkan karena tidak adanya keseimbangan dento-fasial,
yang kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi
seperti

keturunan,

lingkungan,

pertumbuhan

dan

perkembangan,

konstitusional, fungsional, dan keadaan patologis.1

2.1.2. Etiologi
Etiologi Maloklusi berdasarkan klasifikasi Graber :
a. Faktor Umum
1) Hereditas
Anak adalah perpaduan dari orang tua yang mempunyai ketidaksamaan
material gen sehingga anak mewarisi perbedaan kedua orang tuanya yang
menghasilkan abnormalitas pada daerah dentofacial.
Menurut Lundstorm, yang sering diakibatkan oleh gen adalah :

Ukuran gigi
Dimensi lengkung rahang
Crowding atau spacing
Abnormalitas pada bentuk gigi
Abnormalitas pada jumlah gigi
Overjet
2) Kerusakan Kongenital
Faktor Umum Kongenital
2

Abnormalnya keadaan ibu selama hamil


Malnutrisi
Penyakit infeksi
Gangguan metabolism dan nutrisi
Kecelakaan selama hamil dan kelahiran anak
Tekanan intra-uterin
Kecelakaan traumatik pada fetus oleh tekanan eksternal
Faktor Lokal Kongenital
Abnormalitas pembentukan rahang
Celah pada wajah dan palatum
Makro dan mikroglossia
Cleido cranial dysostosis
Kondisi kongenital ini ditandai dengan unilateral atau bilateral,
sebagian atau keseluruhan tidak adanya tulang clavicula. Pasien bisa
ditunjukkan dengan beberapa keadaan :
o
o
o
o

Maxilla retrusi, mandibula protrusi


Bertahannya gigi decidue dan lambat erupsi gigi permanen
Adanya supernumerary teeth
Akar gigi pipih dan pendek

3) Lingkungan
Faktor Prenatal
German Measles

dan

penggunaan

obat

tertentu

seperti

Thalidomide selama kehamilan dapat menyebabkan kerusakan

congenital termasuk pembentukan celah.


Abnormal pembentukan fetus saat hamil.
Faktor Postnatal
Penggunaan forcep dapat menghasilkan luka pada TMJ yang dapat
mengarah pada ankylosis
Cerebral palsy (kelumpuhan otak) adalah kondisi yang ditandai
dengan tidak dapat diaturnya otot
Trauma yang mengakibatkan fraktur kondilus yang dapat
mengakibatkan terlambatnya pertumbuhan ditandai wajah yang
asimetris
Adanya jaringan parut yang timbul karena luka bakar atau operasi
celah bibir yang dapat membatasi pertumbuhan
3

Milwaukee braces untuk perawatan skoliosis. Braces ini digunakan


untuk menyangga mandibula. Penggunaannya yang lama dapat
menghambat pertumbuhan

4) Keadaan Metabolisme
Ketidakseimbangan Endocrin
Hypotiroidism, ditandai dengan :
o Terhambatnya pembentukan kalsium pada tulang dan gigi
o Tertundanya pembentukan benih gigi dan erupsi gigi
o Gigi decidue sering bertahan lama dan gigi permanen lama
untuk erupsi
o Abnormal resorpsi akar
o Susunan gigi yang tidak beraturan dan dapat terjadi crowding
Hypertiroidism, ditandai dengan :
o Menurunnya
maturasi
dan
peningkatan
metabolism
o Cepat tanggalnya gigi decidue
o Terdapat osteoporosis
o Cepat erupsi gigi permanen
Hypoparatiroidism, ditandai dengan :
o Perubahan metabolism kalsium
o Tertundanya erupsi gigi
o Perubahan morfologi gigi
o Tertundanya erupsi gigi decidue
o Gigi hypoplastic
Hyperparatiroidism, ditandai dengan :
o Demineralisasi tulang dan gangguan pada trabecular
o Gigi menjadi goyang karena kehilangan tulang cortical dan

resorpsi procesus alveolar


Gangguan Metabolisme

Penyakit febrile akut dipercaya memperlambat proses pertumbuhan


dan perkembangan. Mengganggu otot oro-facial dan dento-alveolar.
5) Kekurangan Nutrisi
Kekurangan nutrisi selama pertumbuhan mengakibatkan pembentukan
yang abnormal sehingga mengakibatkan maloklusi.

6) Kebiasaan
Abnormalitas mengisap
Mengisap jempol dan jari
Tongue thrust dan tongue sucking
Menggigit bibir dan kuku
Abnormal swallowing habit
Gangguan berbicara
Abnormalitas pernapasan
Tonsil dan adenoid
Bruxism
7) Posture
Anak anak yang senang menopang kepala mereka ke dagu
diobservasi telah menyababkan kerusakan mandibula.
8) Trauma dan Kecelakaan
Injury yang kita alami dapat mengakibatkan gigi menjadi non vital
yang tidak teresorpsi dan mengganggu erupsi gigi permanen sehingga
ke posisi abnormal.
b. Faktor Lokal
1) Jumlah gigi abnormal
2) Anomali ukuran gigi
3) Anomali bentuk gigi
4) Anomali labial frenum
5) Premature loss gigi decidue
6) Prolonged retention decidue
7) Ankylosis
8) Karies
9) Restorasi gigi yang tidak benar1
2.1.3. Klasifikasi

Class I
Lengkung mandibula normalnya mesiodistal berhubungan terhadap lengkung
maksila, dengan mesiobukal cusp dari M1 permanen maksila menutupi grove

bukal dari M1 permanen mendibula dan mesio lingual cusp M1 maksila


menutupi fossa oclusal dari M1 permanen mandibula ketika rahang
diistirahatkan dan gigi dalam keadaan tekanan.

Class II
Cusp mesiobukal m1 permanen maksila menutupiu antara cusp mesio bukal
M1 mandibula permanen dan aspek distal dari P1 mandibula. Juga
mesiolingual cusp M1 permanen maksila menutupi mesiolingual cusp dari M1
permanen mandibula.

Angle membagi class II maloklusi dalam 2 divisi dan 1 subdivisi berdasarkan


angulasi labiolingual dari maksila, yaitu ;
Class II divisi I
Dengan relasi Molar terlihat seoerti tipe kelas II, gigi insisivus maksila labio
version.
Class II divisi II
Dengan relasi molar terlihat seperti tipe kelas II, Insisivus maksila mendekati
normal secara anteroposterior atau secara ringan dalam linguoversion
sedangakan I2 maksila tipped secara labial atau mesial.

Class II sbdivisi
Saat relasi kelas II molar, terjadi oada satu sisi pada lengkung dental.

Class III
Lengkung dan badan mandibula berada pada mesial lengkuna maksila dengan
cusp mesiobukal M1 permanen maksila beroklusi pada ruang interdental di
antara ruang distal dari cusp distal pada M1 permanen mandibula dan aspek
mesial dari cusp mesial m2 mandibula.

Class III terbagi 2, yaitu :


Psedo class III maloklusi
Ini bukan maloklusi kelas 3 yang sebenarnya, tapi tampak serupa, disini
mandibula bergesar ke anterior dengan fossa gleroid dengan kontak premature
gigi atau beberapa alas an lainnya ketika rahang berada pada oklusi sentrik.
Kelas III subdivisi
Klasifikasi Dewey, yaitu modifikasi dari angle kelas I dan kelas III
Modifikasi angles kelas I
Tipe 1
Anle Class I dengan gigi anterior maksila crowding.
Tipe 2

Angle Class I dengan gigi I maksila labio version


Tipe 3
Angle Class I dengan gigi I maksila lingual version terhadap I mandibula.
( anterior cross bite ).
Tipe 4
M dan atau P pada bucco atau linguo version, tapi I dan C dalam jajaran
normal

( cross bite posterior ).

Tipe 5
M kea rah mesio version ketika hilangnya gigi pada bagian mesial gigi
tersebut,

( contoh hilangnya M susu lebih awal dan P2 ).

Modifikasi angles kelas III


Tipe 1
Suatu lengkungan saat dilihat secara individu bidang pada jajaran yang
normal, tetapi oklusi di anterior terjadi edge to edge.
Tipe 2
I mandibula crowding dengan I maksila ( akibat I maksila yang terletak kea
rah lingual ).
Tipe 3
Lengkung maksila belum berkembang sehingga terjadi cross bite pada I
maksila yang crowding dan lengkung mandibula perkembangannya baik dan
lurus.
8

Klasifikasi Bennette
Klasifikasi ini berdasarkan etiologinya:

Kelas 1
Abnormal lokasi dari satu atau lebih gigi sesuai faktor lokal.

Kelas II
Abnormal bentuk atau formasi dari sebagian atau keseluruhan dari salah satu
lengkung sesuai kerusakan perkembangan tulang.

Kelas III
Abnormal hubungan diantara lengkung atas dan bawah dan diantara salah satu
lengkung dan kontur fasial sesuai dengan kerusakan perkembangan tulang.1,2,3

2.2.

Perawatan Orthodontik

2.2.1. Pemeriksaan
Pemeriksaan Sujektif, Objektif, dan Penunjang
1. Case History ( riwayat pasien )
Mendapatkan dan mencatat informasi relevan dari pasien dan orang tua pasien
untuk membantu menegakkan diagnosis.
a. Personal detail
a. Nama , untuk tujuan komunikasi dan identifikasi
b. Umur, pertimbangan pertimbangan umur untuk membantu diagnosis dan
juga menciptakan rencana perawatan
c. Jenis kelamin, penting untuk melakukan rencana perawatan, seperti saat
dimana terjadi proses pertumbuhan yang berbeda antara perempuan dan lakilaki

d. Alamat dan pekerjaan, membantu dalam mengevaluasi status ekonomi dalam


memilih appliance yang tepat, alamat juga membantu dalam korespondensi
untuk membuat janji.
e. Keluhan utama, keluhan utama pasien harus dicatat sesuai dengan ucapan
yang

dikemukakan

oleh pasien.

Hal ini membantu klinisi dalam

mengidentifikasi atau mengenal prioritas dan keinginan pasien.


f. Medical history, sebelum melakukan perawatan ortho, riwayat medis pasien
harus dicatat. Untungnya sangat sedikit kondisi medis yang kontraindikasi
terhadap

penggunaan

orthodontics

appliances.

Sebaiknya,

perawatan

orthodontic ditunda pada pasien yang menderita epilepsy dyscrasias biasanya


membutuhkan managemen yang special jika direncanakan untuk dilakukan
ekstraksi. Pasien DM dapat dilakukan terapi orthodontic jika kadar gulanya
dibawa control dan lain-lain.
g. Riwayat dental, harus meliputi informasi pada umur erupsi gigi sulung dan
permanen, riwayat pencabutan, karies, restorasi dan trauma pada gigi
geliginya. Riwayat dental pasien terdahulu dapat membantu dalam
mengevaluasi sikap pasien dan orang tuanya terhadap perawatan
h. Riwayat prenatal, harus mencakup informasi kondisi ibu sebelum
mengandung dan tipe proses melahirkan, penggunaan obat-obatan.
i. Riwayat postnatal, meliputi informasi type cara makan, adanya kebiasaan dan
perkembangan normal
j. Family history, beberapa maloklusi seperti maloklusi akeletal klas II, klas III
dan kondisi congenital seperti cleft palate adalah merupakan kondisi yang
diturunkan 1

2. Pemeriksaan Umum
a. Pemeriksaan berat badan dan tinggi badan, sebagai kunci pemeriksaan fisik
dan kematangan pasien yang biasa memiliki korelasi dento-facial
b. Pemeriksaan gaya berjalan, abnormalitas gaya berjalan dihubungkan dengan
neuromuscular yang biasa memiliki korelasi dental

10

c. Pemeriksaan postur tubuh, menunjukkan pada cara pasien berdiri. Postur


abnormal dapat mempengaruhi maloklusi yang diakibatkan pada pertumbuhan
dalam hubungan maksila mandibula
d. Pemeriksaan fisik
3 tipe bentuk badan :
1. Aesthetis, orang kurus biasanya memiliki lengkung dental yang sempit
2. Pletonic, orang yang kelebihan berat badan umumnya lengkung dental yang
lebar dan petak
3. Atthetic, normal, tidak kurus dan tidak gemuk, lengkung dental dengan
ukuran normal
Seldom, klasifikasi:
1. Ectomorphic, secara fisik tinggi dan kurus
2. Mesomorphic, ukuran fisik rata-rata
3. Endomorphic, secara fisik pendek dan obesitas

Pemeriksaan Objektif

a.
b.

Pemeriksaan Extra Oral


Pemeriksaan bentuk kepala, tipe-tipenya:
Mesocephalic : bentuk kepala rata-rata, dengan lengkung gigi yang normal
Dolicocephalic : bentuk kepala panjang dan sempit, memiliki lengkung gigi

yang sempit
c. Branchycephalic : bentuk kepala lebar dan pendek, dengan lengkung gigi

a.
b.
c.

yang lebar
Pemeriksaan bentuk facial, tipe-tipenya :
Mesoprosopic : bentuk wajah normal atau rata-rata
Euryprosopic : bentuk wajah lebar dan pendek
Leptoprosopic : bentuk wajah panjang dan sempit
Evaluasi simetri wajah
Pemeriksaan kesimetrisan wajah pasien adalah bertujuan untuk menentukan
disproporsional wajah pada bidang vertical dan transversal. Ketidaksimetrisan
wajah dapat terjadi karena :

a. Defek congenital
b. Atropi atau hipertropi hemi-fasial
c. Ankilosis condilar unilateral atau hyperplasia
11

Pemeriksaan profil wajah


Pemeriksaannya dengan cara melihat wajah pasien dari samping.
Profil wajah dapat membantu dalam mendiagnosis penyimpangan hubungan
maksilo-mandibula.profil wajah diperkirakan dengan menghubungkan 2 garis,
yaitu :
-

Menghubungkan garis dahi dan titik A dijaringan lunak


Menghubungkan titik A dan pogonion jaringan lunak
Berdasarkan hubungan garis tersebut, maka terdapat 3 tipe profil wajah,
yaitu :

a. Straight profile : dua garis menbentuk suatu garis lurus


b. Convex profile : dua garis membentuk suatu sudut dengan kecekungan
jaringan lunak. Jenis profil terjadi sebagai akibat dari suatu maksila yang
prognatik atau mandibula retrognatik , seperti yang terlihat pada kasus
maloklusi klas II div I
c. Concave profile : dua garis membentuk suatu sudut yang kecembungan
terhadap jaringan. Tipe profile ini dihubungkan dengan mandibula prognatik
atau maksila retrognatik seperti pada maloklusi klas III.
Pemeriksaan facial divergen
Facial divergen didefinisikan sebagai suatu inklinasi anterior atau
posterior dari wajah bagian bawah terhadap dahi. Divergensi wajah umumnya
dipengaruhi etnik pasien dan latar belakang ras. Divergensi wajah dapat
dibagi dalam 3 tipe, yaitu :
a. Anterior divergen : suatu garis ditarik diantara dahi dan dagu, menunjukkan
suatu inklinasi kearah anterior terhadap dagu
b. Posterior divergen : suatu garis ditarik antar dahi dan dagu, menunjukkkan
suatu inklinasi kearah posterior terhadap dagu
c. Staright atau orthognati : garis antar dahi dan dagu adalah lurus terhadap
terhadap lantai.
Pemeriksaan hubungan antero-posterior rahang

12

Idealnya dasar skeletal maksila adalah 2-3mm didepan dasar skeletal


mandibula ketika gigi dalam keadaan oklusi. Perhitungan dilakukan dengan
meletakkan jari telunjuk dan jari tengah masing-masing pada titik A dan B
pada jaringan lunak. Pada pasien skeletal klas II, posisi jari telunjuk adalah
pada anterior terhadap jari tengah atau hand point upward. Pada pasien
skeletal klas III, posisi jari tengah didepan jari telunjuk atau hand point
downwards. Pada pasien dengan pola skeletal klas I, hand is at an even
level.
Pemeriksaan skeletal vertical
Secara normal, jarak dari suatu titik antara alis mata terhadap junction
hidung dengan bibir atas, akan sama dengan jarak dari titik akhir permukaan
bawah dagu.suatu pengurangan pada tinggi wajah bagian bawah diasosiasikan
dengan deepbite, sementara peningkatan tinggi atau panjang pada wajah
bagian bawah diasosiasikan dengan anterior openbite.
Hubungan vertical skeletal dapat juga diperkirakan dengan mempelajari
sudut yang terbentuk antara tepi bawah mandibula dan plane Frankfort
horizontal (suatu garis antaractitik paling atas dari eksternal auditory meatus
dan tepi inferior mata). Secara normal, dua bidang menyilang atau memotong
pada region occipital. Pada kasus dua bidang bertemu diluar regio occipital
mengindikasikan pertumbhan wajah horizontal. Jika dua bidang bertemu pada
bagian anterior terhadap regio occipital mengindikasikan pertumbuhan wajah
vertikal.
Evaluasi keseimbangan wajah
Keseimbangan wajah yang baik dapat dibagi dalam 3 bagian vertikal
yang sama dengan menggunakan 4 bidang horizontal, yaitu :
-

Pada level garis rambut


Supraorbital ridge
Dasar hidung
Tepi inferior dagu
13

Pada wajah bagian bawah, bibir atas menempati 1/3 bagian atas,
sementara dagu menempati 2/3 bagian sisanya.
Pemeriksaan bibir
Secara normal, bibir atas menutupi seluruh permukaan labial anterior
atas kecuali insisal 2-3mm. Bibir bawah menutupi seluruh permukaan labial
anterior bawah dan 2-3mm edge insisal anterior atas. Bibir dapat
diklasifikasikan dalam 4 tipe berikut, yaitu :
a. Competent lips : bibir pada kontak ringan, sementara otot-otot dalam keadaan
istirahat.
b. Incompetent lips : secara morfologi bibir pendek, tidak dapat membentuk
suatu pola penutupan bibir dalam keadaan istirahat. Penutupan bibir hanya
dapat dilakukan dengan kontraksi aktif dari otot-otot perioral dan mentalis.
c. Potentially incompetent lips : bibir normal yang gagal untuk membentuk suatu
pola penutupan bibir akibat proklinasi insisiv-insisiv atas.
d. Everted lips : bibir hipertropi dengan lemahnya kontinuitas otot-otot.
Pemeriksaan hidung
a. Ukuran hidung : secara normal hidung terletak pada 1/3 tinggi total wajah
(dari garis rambut sampai ke tepi bawah dagu)
b. Kontur hidung : bentuk hidung bias lurus, cembung atau crooked sebagai
akibat dari nasal injuries
c. Lubang hidung : berbentuk oval, harus simetri secara bilateral. Stenosis nostril
dapat mengindikasikan terhalangnya pernafasan hidung.
Pemeriksaan dagu
a. Mentolabial sulkus
adalah suatu cekungan yang terlihat dibawah bibir bawah. Sulkus mentolabila
yang dalam dapat dilihat pada maloklusi klas II div I sementara sulkus yang
dangkal pada bimaksilari protrusi.
b. Aktivitas mentalis
Secara normal, otot-otot mentalis tidak dapat menunjukkankontraksi apapun
saat posisi istirahat. Aktivitas hiperaktif mentalis dapat terlihat pada beberapa
keadaan maloklusi seperti kasus maloklusi klas II div I, hal ini menyebabkan
dagu berkerut.
c. Posisi dagu

14

Dagu yang menonjol biasanya dihubungkan dengan maloklusi klas III,


sementara gau yang resesif biasanya dihubungkan dengan maloklusi klas II.
Pemeriksaan sudut nasolabial
Sudut ini terbentuk antara tepi bawah hidung dan suatu garis yang
menghubungkan interseksi (penyilangan) hidung dan bibir atas dengan ujung
bibir (labrale superius). Sudut ini normalnya 110. Sudut ini berkurang jika
pasien memilki gigi geligi anterior maksila yang proklinasi atau prognatik
maksila. Sudut ini juga bisa bertambah pada pasien yang retognatic maksila
atau retroklinasi maksila anterior.

Pemeriksaan Intraoral
1. Pemeriksaan lidah
Abnormalnya lidah dapat mengacaukan keseimbangan otot yang
penting bagi terjadinya maloklusi. Adanya lidah yang berukuran besar
mengindikasikan adanya gigi pada margin lateral, memberikan gambaran
scallop pada lidah. Pasien yang lidahnya dapat mencapai ujung hidung
memiliki lidah yang panjang. Frenum lingual harus diperiksa tounge tienya.
Pasien yang memiliki tounge tie, biasanya terdapat suatu perubahan pada
posisi istirahat lidah seperti terhalangnya atau terganggunya pergerakan lidah.
2. Pemeriksaan palatum
Palatum harus diperiksa untuk menemukan hal-hal berikut :
a. Variasi kedalaman palatum terjadi pada hubungan dengan variasi bentuk
fasial. Kebanyakan pasien yang dolicofasial memiliki palatum yang dalam.
b. Adanya gelombang pada palatum dapat mengindikasikan suatu keadaan gigi
c.
d.
e.
3.

yang impaksi, adanya kista atau patologis tulang lainnya.


Ulserasi mukosa yang merupakan gambaran dari deepbite traumatic
Adanya celah pada palatum diasosiasikan dengan diskontinuitas palatum
Third tongue biasanya pada garis caninus.
Pemeriksaan gingiva

15

Gingiva diperiksa ada tidaknya inflamasi, resesi dan lesi mukogingiva


lainnya. OH yang buruk biasanya menyebabkan generalized marginal
gingivitis. Umum juga ditemukan anterior marginal gingivitis pada pasien
mouth breather dima mulut kering karena postur lip yang terbuka. Adanya
trauma oklusi mengindikasikan resesi gingival yang terlokalisasi. Pada pasien
yang mengkonsumsi drug seperti dilantin, biasanya gingivanya hiperplastic
(abnormal).
4. Pemeriksaan perlekatan frenal
Labial frenum maksila terkadang tebal. berserat dan perlekatannya
relativ lemah. Seperti sebuah perlekatan yang menyebabkan diastema midline
dimana kedua insisiv sentral tidak dapat berkontak dengan sisi proksimalmnya
masing-masing. Perlekatan frenbal yang abnormal dapat didiagnosis dengan
sutu tes, yaitu blance test, dimana bibir atas ditarik keatas dan keluar beberapa
lama, adanya blanching atau pemutihan(pucat) pada region papilla interdental
mendiagnosis frenum yang abnormal. Keabnormalan yang parah pada labiual
frenum mandibula dapat menyebabkan resesi gingiva didaerah tersebut.
5. Pemeriksaan tonsil dan adenoids
Ukuran dan tingkat inflamasi pada tonsil harus diperiksa. Inflamasi
tonsil menyebabkan perubahan pada lidah dan postur rahang, sehingga dapat
mengacaukan keseimbangan orofasial yang penting dalam terjadinya
maloklusi.
6. Pemeriksaan gigi geligi
Sistem dental diperiksa dan hasilnya dicatat :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Gigi yang terdapat dalam rongga mulut


Gigi-gigi yang belum erupsi
Gigi yang hilang
Status gigi ( gigi yang erupsi atau tidak erupsi)
Adanya karies, restorasi, malformasi, hipoplasia, atrisi, dan diskolorasi
Menemukan relasi molar
Over jet dan over bite, deep bite, open bite dan cross bite.

16

h. Malrelasi transversal seperti cross bite dan pergeseran pada midline atas dan
bawah.
i. Ketidakteraturan gigi individual seperti displacement, rotasi, intrusi, ekstrusi
j. Lengkung bawah dan atas harus diperiksa secara individual untuk
memoelajari bentuk lengkungnya dan kesimetrisannya. Bentuk lengkung
dapat normal, sempit maupun petak
Pemeriksaan Penunjang
Radiografi Sefalometri
Yaitu radiografi ekstra oral yang distandarisasi dan digunakan terutama
dibidang ortodonsi (untuk menunjukkan hub. gigi dan rahang dengan rangka
wajah). Orthodonsi surgery. Standarisasi diperlukan untuk memperoleh foto
dengan posisi yang selalu sama, terutama untuk membandingkan foto
sebelum, selama, dan sesudah perawatan.
Tipe sefalografi :
Lateral, yaitu menyediakan tampilan lateral tengkorak
Frontal, menyediakan tampilan antero-posterior tengkorak
Kegunaan :
Mempelajari pertumbuhan tulang kepala
Untuk membantu mendiagnosa
Untuk riset
Untuk mengevaluasi perawatan sebelumnya
Untuk rencana perawatan ortodonsi
Untuk melihat anomali pertumbuhan 1
2.2.2. Cara Menentukan Diagnosis Pada Perawatan Ortho
Menurut Rakosi dkk(1993),diagnosa didefinisikan sebagai sebuah alur
sistematis dalam menentukan kelainan,menemukan kelainan,perencanaan
terapi dan penjabaran indikasi, yang mengarahkan dokter untuk menentukan
tindakan. Pengertian diagnose adalah mengumpulkan dan menyimpulkan data
tentang problem klinis dengan tujuan menetukan ada atau tidaknya keadaan
abnormal (eka,2012)
Menurut Salzamann (1950) diagnosa dibedakan menjadi diagnisa
medis

(medical

diagnose)

yaitu

suatu

diagnosa

yang

menetapkan

penyimpangan dari keadaan normal yang disebabkan oleh suatu penyakit yang
17

membutuhkan tindakan medis atau pengobata, dan diagnose orthodontic yaitu


diagnosa yang menetapkan suatu kelainan atau anomali oklusi gigi gigi
(bukan penyakit) yang membutuhkan tindakan rehabilitasi
Diagnosa orthodonti berbeda dengan diagnose medis lainnya.
Diagnose medis berhubungan dengan hal hal yang bersifat patologis atau
penyakit, sedangkan diagnose orthodonti berhubungan dengan kelaian yang
berhubungan dengan hal hal menyangkut gigi, rahang dan wajah (dentofasial),
terutama dalam kelainan dalam hubungan gigi geligi rahang atas dan rahang
bawah.
Dalam diagnosa orthodonti, biasanya digunakan analisa individual
untuk mendapatkan diagnose yang benar. Informasi yang didapatkan harus
informative, relevan dan akurat. Kriterian diagnose orthodontic harus
mencakup keseluruhan system orofasial, dan juga selektif. Analisa individual
akan menunjukkan perkembangan system mastikasi tiap individu yang oleh
Andersen disebut individual optimum. (eka 2012)4
2.2.3. Prinsip Dasar Pemulihan Dan Rehabilitas Pada Kasus Maloklusi
Brook dan Shaw (1989) memperkenalkan prioritas dari indeks
prioritas perawatan ortodontik yang terdiri dari dua bagian, bagian yang
pertama menilai dan memberikan skor bagi faktor faktor oklusi dan
gangguan kesehatan rongga mulut. Bagian yang kedua adalah memberkan
skor untuk derajat gangguan estetik yang disebabkan karena malposisi gigi
geligi.
Kriteria yang merupakan dasar realistis untuk menilai perlunya
dilakukan perawatan orthodonti :
a. Jika dirasakan perlu bagi subjek untuk mendapatkan posisi postural adaptasi
dari mandibula.
b. Jka ada gerak menutup translokasi dari mandibula dari posisi istirahat/ dari
posisi postural adaptasi ke posisi interkuspal.

18

c. Jika posisi gigi sedemikian rupa sehingga terbentuk mekanisme refleks yang
merugikan selama fungsi oklusal dari mandibula.
d. Jika gigi dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan periodontal.
e. Jika susunan gigi berjejal/ tidak teratur yang bisa merupakan faktor
predisposisi dari penyakit periodontal.
f. Jika penampilan pribadi kurang baik akibat akibat posisi gigi.
g. Jika posisi gigi menghalangi fungsi bicara.3
2.2.4. Tujuan Perawatan Orthodontik
Tujuan perawatan atau fungsi terapi ortodonti adalah:
1) Efisiensi Fungsional
Banyak

maloklusi

yang

mempengaruhi

fungsi

normal

dari

sistem

stomatognatik. Perawatan ortodonti sebaiknya bertujuan pada perbaikan


fungsional dari bagian-bagian oro-fasial.
2) Keseimbangan Struktural
Regio oro-fasial terdiri dari sistem dento-alveolar, jaringan skeletal, jaringan
lunak & otot. Perawatan ortodonti yang stabil dapat diperoleh hanya dengan
mempertahankan suatu keseimbangan antara tiga sistem jaringan tersebut.
3) Estetis yang Harmonis
Sebagian besar alasan pasien yang datang mencari perawatan ortodonti adalah
untuk memperbaiki penampilan gigi dan wajah. Sebagian besar maloklusi
menyebabkan penampilan gigi yang tidak menarik dan karena itu
mempengaruhi cerminan diri seseorang, kesejahteraan dan kesuksesan dalam
bermasyarakat. Oleh karena itu, perawatan ortodonti bertujuan untuk
memperbaiki estetis pada individu.

2.2.5. Jenis Perawatan Orthodontik


Preventive Orthodontic
Meliputi prosedur yang dilakukan sebelum terjadnya maloklusi sebagai
antisipasi dari perkembangan maloklusi.1 Misalnya dalam periode anak yang
19

berada di dalam kandungan, asupan nutrisi ibu harus baik, sedangkan pada
saat periode postnatal harus dijaga kebersihan mulutnya (pemilihan dot yang
tepat , anak diajari menyikat gigi yang benar) serta dijaga kebiasaan buruk
seperti menghisap jari. 2

Interceptive orthodontic
Meliputi prosedur yang dilakukan pada tahap awal maloklusi untuk
menghilangkan atau mengurangi keparahan maloklusi.1 Misalnya tindakan
interseptif dengan memberikan space regainer untuk mendapatkan kembali
ruang yang menyempit akibat pencabutan atau hilangnya gigi decidui yang
terlalu cepat. 2

Curative Orthodontic
Merupakan tindakan perawatan pada maloklusi yang sudah nyata terjadi, gigi
yang malposisi digeser ke posisi normal dengan kekuatan mekanis yang
dihasilkan oleh alat orthodontic. Gigi dapat bergeser karena disebabkan
adanya

sifat

adaptive

respone

jaringan

periodontal.

Perawatan kuratif ini dilakukan pada gigi permanen.2


Surgical orthodontic
Prosedur bedah yang dilakukan bersama dengan atau sebagai perwatan
tambahan orthodontic. Biasanya untuk menghilangkan faktor etiologi atau
untuk merawat kelainan dentofasial yang sangat parah dan tidak bisa
disembunyikan dengan terapi orthodonti saja.1

Alat Orthodontic (Piranti) :


1. Removable Appliance (Piranti Lepasan)
20

Removable orthodonti adalah alat orthodonti yang dapat dipasang dan dilepas
dari rongga mulut pasien oleh pasien itu sendiri. Removable appliances ini
dapat digunakan untuk memperbaiki maloklusi ringan dengan efektif. Selain
itu, dapat juga digunakan sebagai lanjutan dari fixed orthodonti untuk menjadi
retensi

(Removable Appliance) 3

2. Fixed Appliance (Piranti Cekat)


Fixed Appliance adalah alat yang disesuaikan dengan gigi oleh operator
dan tidak dapat dilepas sendiri oleh pasien. Fixed appliance serbaguna dan
dapat digunakan untuk memperbaiki banyak kasus maloklusi.

(Fixed Appliance) 6
21

3. Functional Appliance
Functional Appliance digunakan baik untuk memindahkan gigi dan
memodifikasi pertumbuhan rahang. Tujuan yang paling umum adalah untuk
memperbaiki rahang. Kadang-kadang alat fungsional, adalah satu-satunya
perawatan ortodontik yang diperlukan untuk pasien. Namun peralatan lebih
umum tetap juga diperlukan dan baik dikenakan pada saat yang sama atau
setelah alat fungsional. Peralatan fungsional ketika ditunjukkan dikenakan
ketika pasien sedang mengalami percepatan pertumbuhan pubertas mereka.
Untuk membantu mengambil keuntungan dari pertumbuhan wajah yang
normal yang sudah terjadi. Peralatan fungsional yang baik dilepas atau cekat.

(Kloehn-type atau cervical headgear) 6

2.2.6. Hal-Hal Yang Perlu Di Pertimbangkan


Pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial
Perawatan yang dilakukan pada usia dini

dengan

memperhatikan

pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial akan memberikan hasil


perawatan yang lebih baik. Pertumbuhan tulang-tulang kraniofasial sangat
22

cepat terjadi pada usia muda. Sifat adaptive tulang memungkinkan alat
ortodonti menuntun anomali pertumbuhan ke arah normal.
Pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi
Sangat penting untuk diperhatikan. Kebanyakan orthodonti memulai
perawatan berdasarkan perkembangan gigi geligi dan bukan berdasarkan masa
pertumbuhan puber seseorang. Hal ini disebabkan karena perkembangan gigi
geligi lebih jelas dirongga mulut pada saat pemeriksaan klinis. Anomali yang
terjadi dirongga mulut mulai terlihat ketika gigi geligi erupsi.
Psikologi pasien
Persepsi estetis wajah mempengaruhi perkembangan perilaku dari masa awal
anak-anak sampai dewasa. Pada usia 6 bulan anank-anak telah dapat
membedakan wajah yang familiar yang tidak. Pada usia 6 bulan anak-anak
memiliki nilai cultural yang diinternalisasi dalam ketertarikan pada usia 8
tahun kriteria mereka dalam ketertarikan tidak sama dengan orang dewasa.7
2.2.7. Indikasi Dan Kontra Indikasi Perawatan Orthodontik
2.2.8. Cara menganalisis ruang pada model
Analisis model studi adalah penilaian tiga dimensi terhadap gigi
geligi pada rahang atas maupun rahang bawah, serta penilaian terhadap
hubungan oklusalnya. Kedudukan gigi pada rahang maupun hubungannya
dengan geligi pada rahang lawan dinilai dalam arah sagital, transversal,
dan vertikal.
1. Analisis Nance
Langkah pertama dalam analisis ini adalah mengukur lebar mesial
distal terbesar gigi menggunakan jangka berujung runcing atau jangka
sorong. Analisis Nance mengukur mesial distal setiap gigi yang berada di
mesial gigi molar pertama permanen. Jumlah lebar total menunjukkan
ruangan yang dibutuhkan untuk lengkung gigi yang ideal. Selanjutnya
panjang lengkung rahang diukur menggunakan kawat lunak seperti brass
23

wire atau kawat kuningan. Kawat ini dibentuk melalui setiap gigi, pada
geligi posterior melalui permukaan oklusalnya sedangkan

pada

geligi

anterior melalui tepi insisalnya. Jarak diukur mulai mesial kontak


molar pertama permanen kiri hingga kanan. Penilaian dilakukan dengan
cara membandingkan ukuran panjang lengkung gigi ideal dengan panjang
lengkung rahang. Jika hasilnya negatif berarti kekurangan ruangan, jika
hasilnya positif berarti terdapat kelebihan ruangan.

Gambar 1.

Pengukuruan panjang lengkung menurut Nance menggunakan

brass wire melibatkan gigi geligi di mesial molar pertama. A. Rahang


atas, B. Rahang
bawah.

2. Analisi Lundstrom
Teknik lain

untuk

mengukur

panjang

lengkung

rahang

diperkenalkan oleh Lundstrom, yaitu dengan cara membagi lengkung gigi


menjadi enam segmen berupa garis lurus untuk setiap dua gigi termasuk
gigi molar pertama permanen. Setelah dilakukan pengukuran dan
pencatatan pada keenam segmen selanjutnya dijumlahkan. Nilai ini
24

dibandingkan dengan ukuran

mesial

distal 12

gigi

mulai

molar

pertama permanen kiri hingga kanan. Selisih keduanya menunjukkan


keadaan ruangan yang tersisa.

Gambar 2. Teknik pengukuran panjang lengkung rahang secara


segmental menurut

25

Lundstrom.
3. Analisis Bolton
Bolton mempelajari pengaruh perbedaan ukuran gigi rahang bawah
terhadap ukuran gigi rahang atas dengan keadaan oklusinya. Rasio yang
diperoleh membantu dalam mempertimbangkan hubungan overbite dan overjet
yang mungkin akan tercapai setelah perawatan selesai, pengaruh pencabutan
pada oklusi posterior dan hubungan insisif, serta oklusi yang tidak tepat karena
ukuran gigi yang tidak sesuai. Rasio keseluruhan diperoleh dengan cara
menghitung jumlah lebar 12 gigi rahang bawah dibagi dengan jumlah 12 gigi
rahang atas dan dikalikan 100. Rasio keseluruhan sebesar 91,3 berarti sesuai
dengan analisis Bolton, yang akan menghasilkan hubungan overbite dan
overjet yang ideal. Jika rasio keseluruhan lebih dari 91,3 maka kesalahan
terdapat pada gigi rahang bawah. Jika rasio kurang dari 91,3 berarti
kesalahan ada pada gigi rahang atas. Pada tabel Bolton diperlihatkan
gambaran hubungan ukuran gigi rahang atas dan rahang bawah yang ideal.
Pengurangan antara ukuran gigi yang sebenarnya dan yang diharapkan
menunjukkan kelebihan ukuran gigi. Rasio anterior diperoleh dengan cara
menghitung jumlah lebar 6 gigi rahang bawah dibagi dengan jumlah 6 gigi
rahang atas dan dikalikan 100. Rasio anterior 77,2 akan menghasilkan
hubungan overbite dan overjet yang ideal jika kecondongan gigi insisif baik
dan bila ketebalan labiolingual tepi insisal tidak berlebih. Jika rasio anterior
lebih dari 77,2 berarti terdapat kelebihan ukuran gigi-gigi pada mandibula.

Jika kurang dari 77,2 maka terdapat kelebihan jumlah ukuran gigi rahang
atas.
26

Tabel 1. Tabel Bolton digunakan untuk mengetahui ukuran ideal enam gigi
anterior dan kedua belas gigi, baik pada rahang atas maupun rahang bawah.
4. Analisis Moyers
Moyers memperkenalkan suatu analisis dengan dasar pemikiran
bahwa berdasarkan studi yang dilakukan beberapa ahli,

terdapat

hubungan antara ukuran kelompok gigi pada satu bagian dengan bagian
lainnya. Seseorang dengan ukuran gigi yang besar pada salah satu bagian
dari mulut cenderung mempunyai gigi-gigi yang besar pula pada
tempat lain. Berdasarkan

penelitian,

ukuran gigi

insisif permanen

rahang bawah memiliki hubungan dengan ukuran kaninus dan premolar

27

yang belum tumbuh baik pada rahang atas maupun rahang bawah. Gigi
insisif rahang bawah telah dipilih untuk pengukuran pada analisis Moyers
karena gigi ini muncul lebih dulu di dalam rongga mulut pada masa geligi
campuran, mudah diukur secara akurat, dan secara langsung seringkali
terlibat dalam masalah penanganan ruangan.

Gambar 3. Pengukuran ruangan yang tersedia untuk gigi 3, 4, 5 dilakukan


setelah keempat
geligi anterior menempati kedudukan yang benar pada lengkung rahang
2.2.9. Rencana perawatan
Desain Alat

28

Anda mungkin juga menyukai