Anda di halaman 1dari 16

PEMERIKSAAN KLINIS EKSTRA ORAL DAN

INTRA ORAL PADA KASUS ORTODONTI


Blok Kelainan Maloklusi Dental 1

Kelas E
Kelompok 3
Disusun Oleh:

1. Nandya Asia Kanani (201811101)


2. Nasika Sarah Salsabila (201811102)
3. Nita Setyawati (201811108)
4. Nova Fadila (201811109)
5. Rafi Adzka Ibrahim (201811117)
6. Rai Amara (201811118)
7. Rayinda Putri M. Sanaiskara (201811121)
8. Riska Farida Nurazizah (201811123)
9. Safina Salsabila Wardhana (201811124)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO


(BERAGAMA)

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya, yang telah memberikan
izin kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Pemeriksaan
Klinis Ekstra Oral dan Intra Oral pada Kasus Ortodonti” tepat pada waktunya. Tidak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada dosen kami yang telah membimbing serta memberikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya baik dalam isi maupun
sistematikanya. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai pedoman dan
berguna untuk menambah pengetahuan para pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
membantu dalam penyusunan karya tulis ini.

Jakarta, 28 Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………..……….………………...………..i
DAFTAR ISI………………………………………………….………………………….............ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………..……………..……………..…...…….1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………....………..……...1
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………..…....…………….1
1.4 Manfaat Penulisan………………………………………..……………….…………...1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pemeriksaan Klinis Ekstra Oral……………………...…………………...……….......2
2.2 Pemeriksaan Klinis Intra Oral………………………………………………………....9

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan………………………………………………………………….………..12
3.2 Saran………………………………………………….……………………...……….12

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tahap pertama dalam analisis proporsi wajah yaitu melakukan analisis pada tampak
frontal. Telinga yang letaknya agak turun dan mata yang berjarak agak jauh (hipertelorisme)
dapat menandakan adanya sindrom atau microform anomali kraniofasial. Jika diduga terdapat
sindrom, tangan pasien juga harus dianalisis apakah ada syndactyly, karena terdapat beberapa
sindrom dental-digital. Pada tampak frontal, analisis apakah ada simetris bilateral pada wajah
dan proporsionalitas jarak kedua mata, hidung, dan mulut. Derajat kecil asimetris wajah bilateral
dilakukan dengan membandingkan foto wajah dengan foto wajah yang merupakan gabungan dari
dua bagian wajah kanan atau dua bagian wajah kiri. ‘Simetris normal’ ini biasanya dihasilkan
dari perbedaan kecil antara dua sisi, harus dibedakan dari dagu atau hidung yang cenderung
mengarah ke satu sisi, yang dapat mengakibatkan disproporsi yang parah dan masalah estetik.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, penulis dapat menulis rumusan masalah:

1. Bagaimana pemeriksaan klinis ekstra oral?


2. Bagaimana pemeriksaan klinis intra oral?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan dari makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan klinis ekstra oral.


2. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan klinis intra oral.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan dari makalah ini adalah:

1. Untuk memperoleh ilmu tentang pemeriksaan klinis ekstra oral.


2. Untuk memperoleh ilmu tentang pemeriksaan klinis intra oral.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemeriksaan Klinis Ekstra Oral


2.1.1 Analisis Frontal
Evaluasi terhadap fotografi frontal adalah penting dalam menganalisis disproporsi
dan asimetri wajah terhadap bidang transversal dan vertikal. Sebelum menganalisis, harus
ditentukan terlebih dahulu dua titik pada orbital dan garis nasion perpendikuler. Dari
pandangan frontal, dapat dianalisis proporsi wajah secara frontal, simetri wajah dan
bentuk wajah.1
Proporsi wajah secara frontal dapat dianalisis dengan menggunakan bidang
vertikal dan horizontal (Gambar 1). Dengan menggunakan bidang vertikal, wajah dapat
dibagi menjadi tiga bagian, bagian atas dari batas garis rambut ke titik glabella, bagian
tengah dari titik glabella ke titik subnasal dan bagian bawah dari titik subnasal ke titik
menton. Cara mengevaluasi lebar dari wajah dapat dilakukan dengan menggunakan garis-
garis vertikal yang membagi wajah menjadi lima bagian yang sama.1
Simetri wajah dapat dianalisis dengan cara wajah dibagi dua dengan
menggunakan garis simetri wajah yang melalui titik glabella, puncak hidung, titik tengah
bibir atas dan titik tengah dagu (Gambar 2).1
Bentuk wajah dapat dievaluasi berdasarkan indeks morfologi wajah (Gambar 3).
Bentuk morfologi wajah mempunyai hubungan terhadap lengkung gigi geligi, walaupun
hubungan secara langsung tidak dapat dipastikan. Titik yang menjadi pedoman adalah
nasion, zygoma, dan gnathion.1

2
Gambar 1. Proporsi wajah secara frontal. (a) Pembagian wajah berdasarkan bidang vertikal, (b) Pembagian wajah
berdasarkan bidang horizontal.

Gambar 2. Garis simetri wajah. Wajah dapat dibagi sepanjang bidang sagital dengan menggunakan garis simetri
wajah.

Gambar 3. Bentuk wajah.

3
2.1.2 Analisis Wajah Simetris
Bentuk muka : simetris / asimetris
Tipe muka : Menurut Martin (Graber 1972) dikenal 3 tipe muka yaitu :
- Brahisepali : lebar, persegi
- Mesosepali : lonjong / oval
- Oligisepali : panjang / sempit.2

Gambar. Hubungan antara bentuk muka dengan bentuk lengkung gigi

Menurut Ricket (Graber 1972) lebih tepat untuk bentuk kepala yaitu proyeksi
kepala terhadap bidang sagital sedangkan untuk tipe muka lebih tepat menggunakan
istilah fasial :
● Brahifasial
● Mesofasial
● Dolikofasial.2

Umumnya tipe muka berkaitan erat dengan bentuk lengkung gigi pasien.
Klasifikasi bentuk muka dan kepala menurut Sukadana (1976) berdasarkan:
● Indeks muka = Tinggi muka ( A) (Jarak N – Gn) x 100
● Lebar muka (B) (Jarak bizigomatik)

Klasifikasi indeks muka :


- Euriprosop ( muka pendek, lebar) : 80,0 – 84,9

4
- Mesoprosop (muka sedang ) : 85,0 – 89,9
- Leptoprosop (muka tinggi, sempit) : 90,0 – 94,9
Jika indeks : < 80,0 : Hipo Euriprosop
> 94,9 : Hiper Leptoprosop
¾ Indeks kepala = Lebar kepala (B) (jarak bizigomatik supra mastoideus) x 100
Panjang kepala (A) (Jarak Gl –Oc)

Klasifikasi indeks kepala :


- Dolikosepali (kepala panjang sempit) : 70,0 – 74,9
- Mesosepali (kepala sedang ) : 75,0 – 79,9
- Brahisepali (kepala lebar persegi) : 80,0 – 84,9
Jika indeks : < 70,0 : Hipo Dolikosepali

Gambar. Indeks bentuk muka

> 84,9 : Hiper Brahisepali


• Profil muka : Menurut Graber (1972) dikenal tiga tipe profil muka yaitu :
- Cembung (convex), bila titik petemuan Lcb-Lca berada didepan garis Gl-Pog
- Lurus (straight ), bila titik petemuan Lcb-Lca berada tepat pada garis Gl-Pog
- Cekung (concave), bila titik petemuan Lcb-Lca berada dibelakang garis Gl-Pog.2

5
Gambar. Indeks bentuk kepala

2.1.3 Analisis Wajah Seimbang


Pemeriksaan sistematis penampilan wajah dan gigi harus dilakukan dalam tiga
langkah berikut:1
1. Proporsi wajah di ketiga bidang ruang (makro-estetika).
Contoh masalah yang akan dicatat pada langkah pertama ini adalah asimetri, tinggi
wajah yang berlebihan atau kurang, kekurangan atau kelebihan manula atau
maksilaris, dan sebagainya. Dalam melakukan evaluasi ini, perlu diingat bahwa baik
perkembangan evolusioner dan prenatal pada wajah dapat memberikan wawasan
tambahan tentang asal mula dan pentingnya morfologi wajah yang tidak biasa.
2. Gigi yang berhubungan dengan wajah (estetika mini).
Ini termasuk tampilan gigi saat istirahat, saat berbicara, dan saat tersenyum. Ini
termasuk penilaian seperti tampilan gingiva berlebihan, tampilan gigi anterior yang
tidak memadai, ketinggian gingiva yang tidak sesuai, dan tingkat koridor bukal (ruang
gelap di sudut mulut di luar gigi).
3. Gigi berhubungan satu sama lain (mikro-estetika).
Ini termasuk penilaian proporsi gigi dalam tinggi dan lebar, bentuk dan kontur gingiva,
konektor dan lubang, lubang segitiga hitam, dan naungan gigi.
Penilaian pertama proporsi wajah adalah untuk memperhatikan pasien, memeriksa
dia untuk karakteristik perkembangan dan kesan umum. Manusia sangat mahir dalam
mengevaluasi wajah dan bahkan memiliki sistem saraf yang berdedikasi untuk tujuan itu.
Meski begitu, dengan wajah seperti halnya hal-hal lain, melihat rincian terlalu cepat

6
membawa risiko kehilangan gambaran besar. Adalah kesalahan bagi dokter gigi mana
pun untuk fokus hanya pada gigi setelah melihat sepintas ke wajah. Ini adalah kesalahan
besar bagi seorang dokter gigi untuk tidak mengevaluasi wajah dengan cermat.1
Wajah bagian bawah mungkin lurus atau cenderung anterior / posterior relatif terhadap
dahi. Kecenderungan ini juga disebut sebagai divergensi wajah, yang mungkin
dipengaruhi oleh latar belakang etnis atau ras pasien.1

Garis ditarik dari dahi ke dagu untuk menentukan apakah wajahnya sebuah
anterior divergent, garis berinklinasi ke anterior. Divergen posterior, garis berinklinasi ke
posterios. Lurus / ortognatik, garis lurus, miring tidak terlihat.1

Gambar. Macam-macam profil wajah.

2.1.4 Analisis Profil


Menurut Graber (1972) dikenal tiga tipe profil muka yaitu :
● Cembung (convex), bila titik pertemuan Lcb-Lca berada di depan garis
Gl-Pog
● Lurus (straight ), bila titik pertemuan Lcb-Lca berada tepat pada garis Gl-
Pog
● Cekung (concave), bila titik pertemuan Lcb-Lca berada di belakang garis
Gl-Pog2
Untuk menentukan profil muka digunakan 4 titik anatomis Gabella (Gl), Lip
Contour atas (Lca), Lip Contour bawah (Lcb) dan Pogonion (pog) serta garis
referensi Gl-Pog sebagai acuan :
● Glabella (Gl) : Titik terendah dari dahi terletak pada tengah-tengah di
antara alis mata kanan dan kiri.
● Lip contour atas (Lca) : Titik terdepan bibir atas.

7
● Lip contour bawah (Lcb) : Tiik terdepan bibir bawah
● Pogonoin (Pog) : Titik terdepan dari dagu di daerah symphisis mandibula.2

Gambar. Tipe profil menurut Graber : A. Cekung, B. Lurus, C. Cembung


Menurut Schwarz (Boersma,1987) Tipe profil bervariasi masing-masing menjadi :
● Cembung (Anteface ) bila titik Sub nasale (Sn) berada di depan titi Nasion
(Na)
● Lurus (Average face) bila titik Sub nasale (Sn) berada tepat segaris dengan
Nasion (Na)
● Cekung (Retroface) bila titik Sub nasale (Sn) berada di belakang titik
Nasion (Na)2
Masing-masing tipe ini masih bisa bervariasi dengan kombinasi :
● Retrognatik (Dorsaly rotated dintition ) : Bila gigi-geligi rahang bawah
berotasi ke arah belakang sehingga posisi titik Pog tampak lebih ke
belakang dari posisi Nasion.
● Ortogantik (Unrotated dentition): Bila gigi-geligi rahang bawah tidak
berotasi / posisinya normal titik Pog tampak lurus terhadap Nasion
● Prognatik (Ventraly rotated dentition) : Bila gigi-geligi rahang bawah
berotasi kedepan, dagu (titik Pog) tampak maju terhadap Nasion
● Nasion (Na) adalah titik terdepan dari sutura Fronto nasalis - Subnasale
(Sn) adalah titik titik terdepan tepat dibawah hidung2
Dengan demikian akan didapatkan 9 tipe muka :
➔ Cembung : Anteface dengan variasi retrognatik, ortognatik dan prognatik.
➔ Lurus : Average face dengan variasi retrognatik, ortognatik dan prognatik.
➔ Cekung : Retroface dengan variasi retrognatik, ortognatik dan prognatik.2

8
2.2 Pemeriksaan Klinis Intra Oral
2.2.1 Kebersihan Rongga Mulut /Oral Hygiene
Oral hygiene adalah suatu perawatan mulut dengan atau tanpa menggunakan
antiseptik untuk memenuhi salah satu kebutuhan personal hygiene klien. Secara
sederhana, oral hygiene dapat menggunakan air bersih, hangat dan matang. Oral hygiene
dapat dilakukan bersama pada waktu perawatan kebersihan tubuh yang lain seperti
mandi, menggosok gigi dll. Perawat perlu membantu penderita/keluarga untuk
melakukan perawatan tersebut guna meningkatkan peran serta aktif dalam memberikan
perawatan kepada penderita.3
Mulut merupakan bagian pertama dalam saluran makanan dan bagian dari system
pernafasan. Di dalam rongga mulut terdapat saliva yang berfungsi sebagai pembersih
mekanis dari mulut.3
Di dalam rongga mulut terdapat beberapa macam mikroorganisme meskipun
bersifat komensal, pada keadaan tertentu bias bersifat patogen apabila respon pejamu
terganggu. Pembersih mulut secara alamiah yang seharusnya dilakukan oleh lidah dan air
liur, bila tidak bekerja dengan semestinya dapat menyebabkan terjadinya infeksi rongga
mulut, misalnya penderita dengan sakit parah dan penderita yang tidak boleh atau tidak
mampu memasukkan sesuatu melalui mulut mereka.3
Pembersihan rongga mulut (Oral hygiene) memiliki tujuan sebagai berikut:
● Mencegah terjadinya infeksi
● Memberikan rasa nyaman pada daera mulut klien
● Mengurangi nyeri yang berlebihan
● Mencegah terjadinya komplikasi.3

2.2.2 Pemeriksaan Frenulum


Pemeriksaan frenulum dilakukan untuk mengetahui posisi perlekatannya
(insersio) pada marginal gingiva serta ketebalannya. Pemeriksaan frenulum labialis
dilakukan dengan cara menggunakan jari telunjuk dan ibu jari kedua tangan, tarik bibir ke
depan dan ke atas. Frenulum rendah ditandai dengan ujung frenulum mendekat
pada leher gigi, sedangkan frenulum tinggi ditandai dengan adanya ujung frenulum
yang mendekat muccobucco fold.

9
• Frenulum labii superior : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis
• Frenulum labii inferior : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis
• Frenulum lingualis : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis.3

2.2.3 Pemeriksaan Lidah


Keadaan lidah: normal / macroglossia / microglossia
Pasien yang mempunyai lidah besar ditandai oleh:
● Ukuran lidah tampak besar dibandingkan ukuran lengkung giginya
● Dalam keadaan relax membuka mulut, lidah tampak luber menutupi permukaan
oklusal gigi-gigi bawah.
● Pada tepi lidah tampak bercak-bercak akibat tekanan permukaan lingual mahkota
gigi (tongue of indentation)
● Gigi-gigi tampak renggang-renggang (general diastema)3

2.2.4 Pemeriksaan Palatum


Palatum : normal / tinggi / rendah serta normal / lebar / sempit
Pasien dengan pertumbuhan rahang rahang atas kelateral kurang (kontraksi)
biasanya palatumnya tinggi sempit, sedangkan yang pertumbuhan berlebihan (distraksi)
biasanya mempunyai palatum rendah lebar. Jika ada kelainan lainnya seperti adanya
peradangan, tumor, torus, palatoschisis, dll.3

2.2.5 Pemeriksaan Tonsil


Pemeriksaan tonsil dilakukan dengan menekan lidah pasien dengan kaca mulut,
jika dicurigai adanya kelainan yang serius pasien dikonsulkan ke dokter ahli THT
sebelum dipasangi alat ortodontik.
● Tonsila palatina : normal / inflamasi / hypertrophy.
● Tonsila lingualis : normal / inflamasi / hypertrophy.
● Tonsila pharyngea : normal / inflamasi / hypertrophy.3

10
2.2.6 Pemeriksaan Garis Tengah Lengkung Gigi (Pergeseran Midline)
Bentuk lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah terdiri dari parabola,
setengah elips, trapezoid, u-form, v-form, dan setengah lingkaran.
● Parabola : Kaki lengkung (dari P1 sampai M2 kanan dan kiri) berbentuk garis
lurus devergen ke posterior dengan posisi gigi M2 merupakan terusan kaki
lengkung, sedangkan puncak lengkung (C – C) berbentuk garis lengkung
(curved).
● Setengah elips: Kaki lengkung berbentuk garis lengkung konvergen ke posterior
ditandai oleh posisi gigi M2 mulai berbelok ke arah median line, sedangkan
puncak lengkung juga merupakan garis lengkung (curved).
● Trapezoid: Kaki lengkung merupakan garis lurus devergen ke posterior dan
puncak lengkung merupakan garis datar di anterior dari gigi C – C.
● U-form: Kaki lengkung merupakan garis lurus sejajar ke posterior, sedangkan
puncak lengkung merupakan garis lengkung.
● V-form: Puncak lengkung merupakan garis lurus devergen ke posterior, tetapi
puncak lengkung merupakan garis menyudut ke anterior ditandai dengan posisi
gigi I2 masih merupakan terusan kaki lengkung lurus konvergen ke anterior.
● Setengah lingkaran: Kaki lengkung dan puncak lengkung merupakan garis
lengkung merupakan bagian dari setengah lingkaran. Ini biasanya dijumpai pada
akhir periode gigi desidui sampai awal periode gigi campuran (mixed dentition).3,4

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada pemeriksaan ekstra oral, hubungan proporsional antara panjang wajah dan lebar
wajah (index fasial) menentukan tipe wajah secara keseluruhan dan proporsi dasar pada wajah.
Penting untuk diingat bahwa tinggi wajah tidak dapat diukur, kecuali jika lebar wajah diketahui,
dan lebar wajah tidak diukur ketika radiografi sefalometri lateral dilakukan.1 Pemeriksaan intra
oral yang dilakukan antara lain: oral hygiene, pemeriksaan frenulum, pemeriksaan lidah,
pemeriksaan palatum, pemeriksaan tonsil, dan pemeriksaan garis tengah lengkung gigi (midline).

3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan apabila ada kesalahan dalam
penulisan makalah ini, kritik dan saran sangat kami harapkan. Atas perhatian para pembaca,
kami mengucapkan terima kasih.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Proffit WR, Fields HW, Sarver DM, Contemporary Orthodontics 6ed. Missouri: Mosby
Elsevier; 2019: 149-152.
2. Rakossi T, Jonas I and Graber TM, Orthodontic Diagnosis; New york: Thieme Medical
Publisher Inc;1993:110-122.
3. Arnett GW, McLaughlin RP. 2004. Facial and Dental Planning for Orthodontists and
Oral Surgeons. Philadelphia: Moesby.
4. Cobourne MT, DiBiase AT. 2010. Handbook of Orthodontics. Philadelphia: Mosby
Elsevier.

13

Anda mungkin juga menyukai