Anda di halaman 1dari 47

KULIAH ORTODONSIA I

ANALISIS PROFIL WAJAH


ANALISIS MODEL
Ananda Firman Putranto, drg., M.Kes
ANALISIS PROFIL WAJAH
ANALISIS PROFIL WAJAH

• Saat ini bidang ilmu ortodonti mengalami kemajuan begitu pesat


sehingga dalam melakukan perawatan tidak hanya terfokus pada
susunan gigi dan rahang saja tetapi juga pada estetis jaringan lunak
wajah
• Untuk menganalisis wajah dengan menggunakan garis-garis imajiner
yang ditarik melalui titik-titik pada wajah, bidang dan sudut pada
jaringan lunak wajah
• Ada dua metode pengukuran yang dapat digunakan untuk
menganalisis wajah yaitu fotometri dan sefalometri
FOTOMETRI
• Metode fotometri banyak digunakan untuk
mengevaluasi konfigurasi wajah, baik dalam arah
frontal maupun lateral
• Dengan fotometri kita dapat menganalisis profil
wajah, simetri wajah, kecembungan jaringan lunak
wajah, serta bentuk wajah
• Fotometri penting untuk menegakkan diagnosis,
menentukan rencana perawatan, serta untuk
dokumentasi perkembangan dan kemajuan
perawatan.
FOTOMETRI FRONTAL

• Fotometri frontal 🡪 dapat menganalisis


proporsi wajah secara frontal, simetri wajah,
serta menganalisis disproporsi dan asimetri wajah
terhadap bidang transversal dan vertikal

• Sebelum menganalisis, harus ditentukan terlebih


dahulu 2 titik pada orbital dan garis nasion
perpendikuler
CARA ANALISIS PROFIL WAJAH

Ada 3 referensi dalam analisis profil wajah :


1. Menentukan relasi rahang dalam arah anteroposterior
2. Evaluasi bentuk bibit dan inklinasi insisivus
3. Evaluasi proporsi vertical wajah dan sudut dataran mandibula
Proporsi wajah secara frontal

• Dapat dianalisis dengan


menggunakan bidang vertikal
dan horizontal
• Dengan menggunakan bidang
vertikal, mengevaluasi lebar
dari wajah dapat dilakukan
dengan menggunakan garis-
garis vertikal yang membagi
wajah menjadi lima bagian
yang sama
• Jika menggunakan bidang
horizontal, wajah dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu
bagian atas dari batas garis
rambut (hairline) ke titik
glabella, bagian tengah dari
titik glabella ke titik
subnasale, dan bagian
bawah dari titil subnasale ke
titik menton
SIMETRI WAJAH

Dapat dianalisis dengan cara wajah


dibagi 2 dengan menggunakan garis
simetri wajah yang melalui titik glabella,
puncak hidung, titik tengah bibir atas
dan titik tengah dagu
BENTUK WAJAH

• Dapat dievaluasi berdasarkan indeks morfologi wajah


• Bentuk morfologi wajah mempunyai hubungan terhadap
lengkung gigi geligi. Titik yang menjadi pedoman adalah nasion,
zygoma, dan gnathion
• Ada beberapa jenis tipe wajah manusia berdasarkan bentuknya,
yakni : (a) brachifacial, (b) mesofacial, (c) dolichofacial
FOTOMETRI LATERAL

• Analisis wajah dengan metode fotometri pada pandangan


lateral dapat menganalisis :
1. Kecembungan profil wajah (konveksitas)
2. Proporsi wajah
3. Analisis hidung
• Analisis Kecembungan Profil Jaringan Lunak Wajah secara
Fotometri Lateral
⮚ Rakosi (1982)
⮚ Schwarz (1987)
⮚ Singh (2007)
ANALISIS KECEMBUNGAN PROFIL JARINGAN LUNAK
WAJAH SECARA FOTOMETRI LATERAL

⮚Rakosi (1982)
• Penentuan profil wajah menurut Rakosi menggunakan 3 titik anatomis yakni:
1. Glabella (G) : titik terendah dari dahi yang terletak ditengah alis mata kiri dan
kanan.
2. Labialis superior (Ls) : titik terdepan dari bibir atas.
3. Pogonion (Pog) : titik terdepan dari dagu yang terletak didaerah symphisis
mandibula

• Profil wajah menurut Rakosi ditentukan dengan cara menghubungkan garis yang ditarik
dari titik Glabella (G) ke titik Labialis superior (Ls) dengan garis yang ditarik dari Labialis
superior (Ls) ke titik Pogonion (Pog)
• Analisis Rakosi menghasilkan 3 tipe
profil wajah yaitu:
1. Lurus (straight), apabila kedua garis
tersebut membentuk suatu garis
lurus.
2. Cembung (convex), apabila garis
pertama lurus dan garis kedua
membentuk sudut cembung
karena dagu terletak lebih
posterior.
3. Cekung (concave), apabila garis
pertama lurus dan garis kedua
membentuk sudut cekung karena
letak dagu lebih ke anterior
⮚ Schwarz (1987)
• Menurut Schwarz, profil wajah dapat ditentukan dengan melihat
kesejajaran antara titik Subnasale (Sn) dengan titik Nasion (N). Adapun
tiga tipe profil wajah menurut Schwarz :
a. Lurus (average face)
b. Cembung (anteface)
c. Cekung (retroface)
• Lurus (average face)
Apabila titik Subnasale (Sn) berada tepat segaris dengan
titik Nasion (N)
• Cekung (retroface)
Apabila titik Subnasale (Sn) berada di depan titik Nasion (N)
• Cembung (anteface)
Apabila titik Subnasale (Sn) berada di belakang titik Nasion
(N)
⮚ Singh (2007)
• Analisis profil wajah menurut Singh ditentukan dengan cara menggabungkan dua buah
garis yang ditarik dari titik Nasion kulit (N’) ke titik Subnasale (Sn) dan dari titik Pogonion
kulit (Pog’) ke titik Subnasale (Sn)

• Analisis profil wajah menurut Singh menghasilkan 3 tipe profil wajah, yakni :
a. Lurus (straight/orthognatic profile), apabila kedua garis tersebut membentuk sebuah
garis lurus.
b. Cembung (convex profile), apabila kedua garis tersebut membentuk sudut yang
akut dengan kecekungan menghadap ke jaringan lunak.
c. Cekung (concave profile), apabila kedua garis tersebut membentuk sudut tumpul
dengan kecembungan menghadap ke arah jaringan lunak
ANALISIS PROPORSI WAJAH SECARA FOTOMETRI LATERAL

Dengan cara membagi wajah menjadi


tiga bagian, yaitu
1. sepertiga atas (trichion-glabella)
2. sepertiga tengah (glabella-
subnasale)
3. sepertiga bawah (subnasale-
menton)
ANALISIS HIDUNG SECARA FOTOMETRI LATERAL

• Dapat dilakukan dengan


menggunakan sudut nasofrontal
dan sudut nasofasial
• Sudut nasofrontal digunakan untuk
menganalisis hubungan antara
hidung dan dahi
• Sudut nasofasial digunakan untuk
mengevaluasi derajat proyeksi
hidung secara tidak langsung
ANALISIS ESTETIKA

• Analisis estetika dengan lingkup lebih kecil adalah lingkup


sepertiga bawah wajah
• Area analisis menilai hubungan gigi dan bibir
• Senyum pasien didapatkan pada saat pemotretan untuk rekam
medik selayaknya mengikuti panduan sesuai peruntukan analisis.
• Terdapat 3 tipe senyum berdasarkan komponen senyum
1. Tipe Senyum Berdasarkan Smile Arc
2. Tipe Senyum Berdasarkan Incisor Display
3. Tipe Senyum Berdasarkan Gingival Display
Tipe Senyum Berdasarkan Smile Arc

• Smile arc merupakan hubungan antara lengkung imajiner yang


ditarik sepanjang tepi insisal gigi-gigi anterior rahang atas dengan
tepi kontur bagian dalam bibir bawah pada saat senyum alami.
A. Pada smile arc yang optimal, atau biasa disebut consonant
smile, yaitu lengkung tepi insisal rahang atas bersesuaian
dengan tepi dari bibir bawah pada saat tersenyum.
B. Straight smile ditandai dengan lengkung tepi insisal gigi-gigi
rahang atas yang datar bila dibandingkan dengan lengkung
bibir bawah.
C. Reverse smile ditandai dengan lengkung tepi insisal gigi-gigi
rahang atas yang konkaf atau cekung terhadap lengkung bibir
bawah
Tipe Senyum Berdasarkan Incisor Display

• Incisor display adalah banyaknya insisivus sentralis yang terlihat pada saat
senyum
• Berdasarkan hubungan garis bibir atas dan garis insisivus maksilaris, maka
senyum dibagi menjadi 3, yaitu :
A. Senyum rendah (low smile) 🡪 memperlihatkan kurang dari 75% dari
keseluruhan insisivus maksilaris
B. Senyum sedang (average smile) menampakkan 75-100% insisivus maksilaris
C. Senyum tinggi (high smile) menampakkan panjang keseluruhan servikoinsisal
dari insisivus maksilaris dan batas gingiva
Tipe Senyum Berdasarkan Gingival Display

• Gingival display adalah jarak tegak lurus antara gingival line dengan batas
bibir atas
• Gingival line dibentuk dengan menarik garis lurus pada puncak servikal insisivus
sentralis maksilaris. Sedangkan batas bibir atas dibentuk dari menarik garis lurus
pada tepi inferior dari bibir atas.
• Berdasarkan gingival display, tipe senyum dibedakan menjadi gummy smile
dan non-gummy smile
ANALISIS MODEL
• Analisis Model Studi
• Analisis Geligi Permanen
• Analisis Geligi Pergantian
ANALISIS MODEL STUDI

• Analisis model studi adalah penilaian tiga dimensi terhadap gigi geligi pada RA maupun
RB, serta penilaian terhadap hubungan oklusalnya dalam arah sagital, transversal, dan
vertikal
• Untuk keperluan diagnosis ortodonti, model studi harus dipersiapkan dengan baik dan
hasil cetakan harus akurat. Hasil cetakan tidak hanya meliputi seluruh gigi dan jaringan
lunak sekitarnya, daerah di vestibulum pun harus tercetak sedalam mungkin
• Jika hasil cetakan tidak cukup tinggi, maka hasil analisis tidak akurat
Analisis model studi secara umum dilakukan dalam 3 dimensi yaitu dalam
arah :
1. Sagital 🡪 hubungan molar pertama, kaninus, dan insisif permanen,
yaitu maloklusi kelas I, kelas II, atau kelas III Angle; ukuran overjet,
prognati atau retrognati maksila maupun mandibula, dan crossbite
anterior.
2. Transversal 🡪 pergeseran garis median, asimetri wajah, asimetri
lengkung gigi, dan crossbite posterior
3. Vertikal 🡪 overbite, deepbite, openbite anterior maupun posterior, dan
ketinggian palatum
ANALISIS GELIGI PERMANEN

Keparahan suatu maloklusi sangat penting untuk dinilai dan


ditentukan dari berbagai sudut pandang. Untuk itu, diperkenalkan
bermacam-macam teknik analisis, di antaranya yang umum
digunakan :
a) Kesimetrisan Lengkung Gigi dalam Arah Sagital dan Transversal
b) Perbedaan Ukuran Lengkung (Arch Length Discrepancy)
c) Analisis Bolton
d) Analisis Howes
e) Index Pont
f) Diagnostic Setup
KESIMETRISAN LENGKUNG GIGI DALAM ARAH
SAGITAL DAN TRANSVERSAL

• Lengkung gigi yang kedudukannya


tidak simetris, biasanya bisa terlihat
sejak pemeriksaan estetika wajah,
namun bentuk lengkung yang tidak
simetris bisa juga dijumpai pada
wajah yang simetris
• Pada beberapa kasus, bisa juga
dijumpai keadaan asimetri hanya
pada lengkung giginya saja,
sementara lengkung rahangnya
normal
• Cara untuk mengetahui kesimetrisan
lengkung gigi pada rahang
menggunakan symmetograph
• Symmetograph diletakkan di atas permukaan oklusal gigi
dengan bidang orientasi mid palatal raphe lalu kedudukan
gigi di kwadran kiri dengan kanan dibandingkan dalam arah
sagital dan transveral.
• Berdasarkan hasil analisis ini dapat diketahui gigi geligi di
kwadran mana yang memerlukan ekspansi atau pencabutan
untuk mengembalikan kesimetrisan lengkung.
PERBEDAAN UKURAN LENGKUNG
(ARCH LENGTH DISCREPANCY)

• Analisis Nance mengukur mesial distal setiap gigi yang berada di mesial
gigi molar pertama permanen dengan menggunakan jangka berujung
runcing atau jangka sorong.
• Jumlah lebar mesial distal total menunjukkan ruangan yang dibutuhkan
untuk lengkung gigi yang ideal
• Lengkung rahang diukur menggunakan kawat lunak seperti brass wire
atau kawat kuningan. Kawat ini dibentuk melalui setiap gigi, pada geligi
posterior melalui permukaan oklusalnya sedangkan pada geligi anterior
melalui tepi insisalnya
• Jarak diukur mulai mesial kontak molar
pertama permanen kiri hingga kanan
• Penilaian dilakukan dengan cara
membandingkan ukuran panjang lengkung
gigi ideal dengan panjang lengkung
rahang
• Jika hasilnya negatif berarti kekurangan
ruangan, jika hasilnya positif berarti
terdapat kelebihan ruangan
• Analisis Lundstrom yaitu dengan cara membagi lengkung gigi menjadi 6
segmen berupa garis lurus untuk setiap 2 gigi termasuk gigi molar pertama
permanen
• Setelah dilakukan pengukuran dan pencatatan pada keenam segmen
selanjutnya dijumlahkan. Nilai ini dibandingkan dengan ukuran mesial distal 12
gigi mulai molar pertama permanen kiri hingga kanan. Selisih keduanya
menunjukkan keadaan ruangan yang tersisa
ANALISIS BOLTON

Bolton mempelajari pengaruh perbedaan ukuran gigi RB terhadap ukuran gigi RA dengan keadaan
oklusinya
Rasio keseluruhan diperoleh dengan cara menghitung jumlah lebar 12 gigi RB dibagi dengan jumlah 12 gigi
RA dan dikalikan 100
• Rasio keseluruhan sebesar 91,3 sesuai dengan analisis Bolton 🡪 menghasilkan hubungan overbite dan
overjet yang ideal.
• Jika rasio keseluruhan lebih dari 91,3 🡪 kesalahan terdapat pada gigi RB
• Jika rasio keseluruhan kurang dari 91,3 🡪 kesalahan terdapat pada gigi RA
Rasio anterior diperoleh dengan cara menghitung jumlah lebar 6 gigi RB dibagi dengan jumlah 6 gigi RA dan
dikalikan 100
• Rasio anterior 77,2 🡪 menghasilkan hubungan overbite dan overjet yang ideal jika kecondongan gigi
insisif baik dan bila ketebalan labiolingual tepi insisal tidak berlebih
• Jika rasio anterior lebih dari 77,2 🡪 terdapat kelebihan ukuran gigi-gigi pada mandibula
• Jika kurang dari 77,2 🡪 terdapat kelebihan jumlah ukuran gigi RA
Tabel Bolton untuk mengetahui ukuran ideal 6 gigi anterior
dan 12 gigi
baik pada RA maupun RB
INDEX PONT

Salah satu analisis model studi yang banyak digunakan ialah Analisis Pont
• Analisis Pont 🡪 menggambarkan adanya hubungan antara lebar
mesiodistal 4 gigi insisivus RA dengan lebar lengkung gigi di sentral fosa
premolar pertama permanen dan molar pertama permanen
• Analisis Pont membantu dalam menentukan lengkung gigi tergolong sempit,
lebar, atau normal; menentukan perlu tidaknya ekspansi lateral terhadap
lengkung gigi; dan menentukan besarnya kemungkinan ekspansi pada regio
premolar dan molar (Iyyer, 2003)
• Pont juga menyarankan bahwa lengkung
rahang atas dapat diekspansi sebanyak
1-2 mm lebih besar dari idealnya untuk
mengantisipasi kemungkinn
terjadinya relaps
Indeks Pont diperoleh melalui 2 cara :
1. Indeks premolar 🡪
(jumlah mesio distal keempat insisivus maksila : jarak interpremolar) x 100
2. Indeks molar 🡪
(jumlah mesio distal keempat insisivus maksila : jarak intermolar) x 100

Lebar mesiodistal gigi diperoleh dengan mengukur jarak dari titik kontak mesial
ke titik kontak distal gigi yang terbesar dengan menggunakan jangka sorong
ANALISIS GELIGI PERGANTIAN / CAMPURAN

• Tujuan analisis geligi campuran adalah untuk mengevaluasi


jumlah ruangan yang tersedia pada lengkung rahang untuk
digantikan oleh gigi permanen dan untuk penyesuaian oklusi
yang diperlukan

• Analisis geligi campuran terbagi dalam 3 kelompok, yaitu


a) Perkiraan Ukuran Gigi Menggunakan Gambaran Radiografi
b) Perkiraan Ukuran Gigi Menggunakan Tabel Probabilitas
c) Kombinasi kedua metoda tersebut
PERKIRAAN UKURAN GIGI MENGGUNAKAN
GAMBARAN RADIOGRAFI

• Metoda ini memerlukan gambaran radiografi yang jelas


dan tidak mengalami distorsi
• Distorsi gambaran radiografi pada umumnya lebih sedikit
terjadi pada foto periapikal dibandingkan dengan foto
panoramik
• Gigi yang dijadikan tolak ukur adalah molar sulung
• Perbandingan sederhana untuk mengetahui ukuran gigi sebenarnya yang
belum erupsi 🡪 perbandingan ukuran lebar molar sulung sebenarnya dengan
ukuran gigi tersebut pada gambaran radiografi = perbandingan lebar premolar
tetap yang belum erupsi dengan ukuran lebar premolar pada gambaran
radiografi
• Ketepatan pengukuran bergantung pada kualitas radiografi dan kedudukan
gigi di dalam lengkung. Teknik ini juga dapat digunakan untuk gigi lain baik
pada maksila maupun mandibula
PERKIRAAN UKURAN GIGI
MENGGUNAKAN TABEL PROBABILITAS

• Moyers memperkenalkan suatu analisis 🡪 terdapat hubungan


antara ukuran kelompok gigi pada satu bagian dengan bagian
lainnya
• Seseorang dengan ukuran gigi yang besar pada 🡪 cenderung
mempunyai gigi-gigi yang besar pula pada tempat lain
• Berdasarkan penelitian, ukuran gigi insisif permanen RB memiliki
hubungan dengan ukuran kaninus dan premolar yang belum tumbuh
baik pada RA maupun RB
• Gigi insisif RB telah dipilih untuk pengukuran pada Analisis Moyers,
karena gigi ini muncul lebih dulu pada masa geligi campuran,
mudah diukur secara akurat, dan secara langsung seringkali terlibat
dalam masalah penanganan ruangan
• Analisis Moyers dianjurkan karena mempunyai kesalahan sistematik
yang minimal
• Metoda ini dapat dilakukan dengan cepat, tidak memerlukan alat-alat khusus
ataupun radiografi, dan dapat dilaksanakan oleh pemula karena tidak
memerlukan keahlian khusus
• Pengukuran dan penghitungan dilakukan pada model, tetapi mempunyai
tingkat ketepatan yang baik di dalam mulut
• Metoda dapat dilakukan untuk mengalisis keadaan pada kedua lengkung
rahang
• Pengukuran ruangan yang tersedia untuk gigi 3, 4, 5 dilakukan setelah
keempat geligi anterior menempati kedudukan yang benar pada lengkung
rahang
• Prosedur analisisnya 🡪 mengukur lebar mesial distal terbesar keempat insisif RB satu
per satu 🡪 menggunakan jumlah keseluruhan angka tersebut untuk melihat
kemungkinan ukuran gigi kaninus, premolar pertama, dan premolar kedua yang akan
erupsi untuk masing-masing rahang berdasarkan tabel probabilitas dari Moyers sebesar
75%.
• Droschl kemudian mengembangkan penelitian dan membedakan nilai tersebut
berdasarkan jenis kelamin pria dan wanita
• Kemudian ukuran tersebut dibandingkan dengan sisa ruanga yang tersedia setelah
keempat gigi insisif atas dan bawah disusun pada kedudukannya yang benar pada
rahang
• Ruangan yang tersedia bagi gigi 3, 4, 5 diukur dari distal insisif lateral setelah gigi
tersebut menempati kedudukannya yang benar hingga mesial molar pertama
permanen
Tabel probabilitas Moyers digunakan untuk memperkirakan
ukuran 3, 4, 5 yang akan erupsi, baik pada RA maupun RB
Droschl membedakan ukuran 3, 4, 5 berdasarkan jenis
kelamin
TANAKA-JOHNSTON

• Tanaka dan Johnston mengembangkan cara lain penggunaan 4 gigi


insisif RB untuk memperkirakan ukuran kaninus dan premolar yang
belum erupsi
• Metoda yang mereka temukan mempunyai keakuratan yang cukup
baik dengan tingkat kesalahan yang kecil
• Metoda ini juga sangat sederhana dan tidak memerlukan tabel atau
gambaran radiografi apa pun
• Perkiraan ukuran lebar kaninus dan premolar pada satu kuadran
mandibula sama dengan setengah ukuran keempat insisif rahang
bawah ditambah 10,5 mm
• Perkiraan lebar ukuran kaninus dan premolar pada satu kuadran
maksila sama dengan ukuran keempat insisif rahang bawah
ditambah 11,0 mm
Kunci Oklusi

6 kunci oklusi normal menurut andrew( harus tau): hubungan molar kelas I
Angle, angulasi mahkota, inklinasi mahkota, tidak ada rotasi gigi, tidak ada
diastema antara gigi-gigi, dan dataran oklusal yang datar, oklusal plane (
cuve of spee normal diliat insisal insisivus sentralis hingga distal marginal ridge
gigi molar kedua ga lebih dr 1,5 mm kalau lebih positive)
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai