2.1
2.1.1
2.1.2
morfologi kasus.1,2
Cara Pembuatan Studi Model
Tahap pertama adalah tahap mencetak, pada tahap ini rahang pasien di
cetak, adapun tanda anatomis yang harus di cetak pada rahang atas adalah frenulum
labialis, vestibulum labialis, frenulum buccalis, gigi geligi, vestibulum buccalis,
tuberosita maksilla, hamular notch, fovea palatina, palatum, rugae palatina, papilla
insisifum, muccobucal fold. Sedangkan untuk rahang bawah tanda anatomis yang
harus di cetak adalah Frenulum labialis, vestibulum labialis, gigi geligi, vestibulum
buccalis,
retromolar
pads,
frenulum
lingualis,
retromylohyoid,
frenulum
9
Universitas YARSI
10
Bagian posterior model rahang atas tegak lurus terhadap garis median.3
Kedua sayap depan dari model rahang atas membentuk sudut 65 terhadap bagian
posterior model rahang atas.
Bagian anterior model RA membentuk sudut 25.
bagian anterior model RB membentuk kurva, dengan jarak tidak kurang dari 5 mm
dari permukaan labial gigi anterior RB.
Bagian proksimal model RB membentuk sudut 65 terhadap posterior model.
Proporsi model RA & RB harus seimbang antara art portion dengan anatomical
portion dengan perbandingan Art portion 1/3 dan Anatomical portion 2/3.5
11
Labial Frenulum
Yaitu lipatan membran mukosa digaris median, setelah anterior dari insisivus
sentral atas, meluas dari bagian dalam bibir atas kearah prosessus alveolaris
Nukkalis Frenulum
Yaitu lipatan membrane mukosa dibagian pipi
Tuber maxillare
Yaitu tonjolan maxille atau bagian ujung dari gigi
Palatum
Yaitu langit-langit dirongga mulut
Vestibulum / fornix
Yaitu saluran penghubung, ruang antara permukaan bukal dan labial gigi serta
gingival dan bagian dalam pipi serta bibir
A-H Line
Yaitu rahang atas dibagian palatum
Labial Frenulum
Bukkalis Frenulum
Lingual Frenulum
Trigonum Retromolar
Yaitu batas selaput lender yang bergerak dengan yang tidak bergerak
Vestibulum / fornix
Gambar 1.1 Model studi. A. Tampak depan, B. Tampak kiri, C. Tampak kanan.12
2.2
Universitas YARSI
12
permukaan oklusal gigi dengan bidang orientasi mid palatal raphe dengan bidang
dalam arah sagtal dan tranversal. Berdasarkan hasil analisisnya dapat diketahui
kuadran mana yang memerlukan expansi atau pecabutan demi mencapai
kesimetrisan.5
B. Analisa Bolton
Pada analisa Bolton, mempelajari pengaruh perbedaan ukuran gigi rahang atas
dan rahang bawah dengan perbandingan jumlah lebar mesiodistal gigi pada rahang
bawah terhadap rahang atas (12gigi : dari gigi M1 regio kiri ke M1 regio kanan
atau sebaliknya) dan juga jumlah mesio distal gigi anterior rahang atas serta rahang
bawah (6gigi: dari gigi C regio kiri ke C region kanan atau sebaliknya). Pada
metode pengukuran ini dapat diperoleh membantu dalam mempeetimbangkan
hubungan overbite dan overjet yang mungkin tercapai setelah perawatan,
mempertimbangkan pengaruh pencabutan terhadap oklusi pada region posterior
dan hubungan gigi insisivus dan membantu mengidentifikasi gangguan oklusal
Universitas YARSI
13
akibat ketidakserasian lebar mesiodistal gigi geligi oada rahang atas dan rahang
bawah.5,8
Cara pengukurannya
1. Ukur lebar mesiodistal gigi I, C, P1, P2 dan M1 kanan dan kiri rahang atas dan
rahang bawah lalu jumlahkan lebar mesiodistal dari ke 12 gigi tersebut pada tiap
rahangnya.
Lebar mesio distal gigi 46 - 36 (rahang bawah)
100% =
91,3%
Hasilnya harus 91,3 %. Apabila lebih dari itu maka terjadi kesalahan ukuran pada gigi
rahang bawah. Apabila kurang, terjadi kesalahan ukuran pada gigi rahang atas.10
2. Ukur lebar mesio distal gigi I1, 12 dan C rahang atas dan rahang bawah pada
region 1 sampai region 4 lalu hitung rasionya.
100% =
77,2%
Hasilnya harus 77,2 dengan syarat kecondongan gigi insisif baik dan ketebalan
bagian labiolingual gigi insisif tidak berlebih. Apabila lebih dari itu kesalahan terjadi pada
ukuran gigi anterior mandibula sedangakan apabila kurang, kesalah terjadi pada ukuran
gigi anterior maxilla. 8,9
Universitas YARSI
14
Gambar 2.2 Tabel Bolton digunakan untuk mengetahui ukuran ideal enam gigi anterior dan
kedua belas gigi, baik pada rahang atas maupun bawah.5
C. Analisis Arch Length Discrepancy (ALD) perbedaan ukuran lengkung rahang
Metode ini hampir serupa denga metode kesling hanya bentuk sederhananya.
Tujuannya adalah untuk mengetahui perbedaan panjang lengkung gigi sehingga
diketahui selisih agar dapat ditentukan indikasi perawatan. Discrepancy ruang
dapat diketahui dari sisa ruang penempatan gigi P1 dengan lebar mesiodistal gigi
tersebut untuk masing-masing rahang.
Pada metode determinasi lengung dilakukan dengan cara tidak langsung yaitu
mengukur panjang lengkung ideal yang direncanakan pada plastic transparam di
atas plat gelas. Kemudian membandingkan dengan jumlah lebar mesiodistal gigi
yang akan di tempatkan pada lengkung tersebut. 5,8
Universitas YARSI
15
16
Pont memikirkan sebuah metode untuk menentukan lebar lengkung ideal yang
didasarkan pada lebar mesiodistal mahkota keempat insisif rahang atas. Pont
menyarankan bahwa rasio gabungan insisif terhadap lebar lengkung gigi melintang
yang diukur dari pusat permukaan oklusal gigi, idealnya adalah 0.8 pada fosa
sentral premolar pertama dan 0.64 pada fosa sentral molar pertama. Pont juga
menyarankan bahwa lengkung rahang atas dapat diekspensi sebanyak 1-2 mm lebih
besar dari idealnya untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya relaps.
Menghitung dengan menggunakan rumus Pont lebar lengkung gigi pada regio
premolar dan molar yang ideal:11
a. Premolar indeks: jumlah mesiodistal gigi 12-22 x 100/ 80
b. Molar indeks: jumlah mesiodistal gigi 12-22 x 100/ 64
F. Analisis Diagnosis Setup
Diagnostic setup adalah teknik untuk menggambarkan bagaimana
mengatasi masalah ruang dalam tiga dimensi, yaitu dengan melepaskan gigi dari
tulang basal model dan menempatkannya kembali ke dalam kedudukan yang lebih
baik. Cetakan awal tidak digunakan untuk teknik ini, tetapi disimpan untuk model
studi. Pemotongan dilakukan hingga batas tulang alveolar, lalu dilakukan
pemotongan dalam arah vertikal hingga margin gusi menggunakan gergaji kecil
sehingga memungkinkan pemecahan gips tanpa menimbulkan kerusakan di daerah
titik kontak antara dua gigi.
Selanjutnya gigi diatur menggunakan lilin sesuai dengan posisi yang
diinginkan. Untuk menjaga agar gigitan tidak berubah, dibuat gigitan lilin dalam
keadaan oklusi sentrik dan pemotongan tidak dilakukan pada seluruh gigi. Pada
saat penyusunan kembali, analisis sefalometri digunakan untuk memperkirakan
letak dan angulasi gigi insisif. Diagnostic setup akan memperlihatkan jumlah ruang
yang tersedia dan yang tersisa sehingga dapat membantu dalam memilih gigi mana
yang akan diekstraksi serta bagaimana pergerakan gigi untuk menutup ruang
tersebut.9,12
G. Analisis Korkhaus
Sama seperti anaisis Pont. Menggunakan rumus Linder Hart untuk menentukan
lebar lengkung ideal dari premolar dan molar. Analisis ini menggunakan
pengukuran yang dibuat dari titik tengah garis antar premolar ke titik antara dua
insisif maksila. Menurutnya, untuk lebar gigi insisif atas dan jarak antara titik
Universitas YARSI
17
tengah garis premolar ke titik antara dua gigi insisif atas harus ada. Peningkatan
pengukuran ini menunjukkan prokunasi gigi anterior atas sedangkan berkurangnya
nilai menunjukkan retrokunasi anterior atas.11
2.2.2
Geligi Campuran
Tujuan analisis geligi campuran adalah untuk mengevaluasi jumlah ruangan
yang tersedia pada lengkung rahang untuk digantikan oleh gigi permanen dan
untuk penyesuaian oklusi yang diperlukan. Secara umum analisis geligi campuran
terbagi dalam tiga kelompok, yaitu analisis yabg mengatakan bahwa ukuran gigi
tetap yang belum erupsi dapat diperkirakan berdasarkan gambaran radiografis.,
yang kedua mengatakan bahwa ukuran gigi kaninus dan premolar dapat
diperkirakan berdasarkan ukuran gigi-gigi permanen yang sudah erupsi kedalam
rongga mulut, dan yang ketiga adalah kombinasi kedua metode tersebut.8,10
Universitas YARSI
18
Universitas YARSI
19
Gambar 2.4 Pengukuran ruangan untuk gigi 3,4, dan 5 dilakukan setelah keempat
geligi anterior mempunyai kedudukan yang benar pada lengkung rahang..14
Analisis Moyers banyak dianjurkan karna mempunyai kesalahan yang
mimal dalam analisisnya, dapat dilakukan dengan cepat, tidak perlu menggunakan
alat khusus serta dapat dilakukan oleh pemula karena tidak memerlukan keahlian
khusus. Walaupun pengukuran dilakukan pada model, tetapi mempunyai tingkat
keakuratan yang baik dalam mulut.9
Prosedur analisisnya dengan mengukur lebar mesial distal keempat insisif
rahang bawah satu persatu, lalu menjumlahkan keseluruhan hasil ukurannya untuk
melihat kemungkinan ukuran gigi kaninus, premolar pertama dan kedua yang akan
erupsi untuk masing-masing rahang berdasarkan tabel probabilitas dari Moyers
sebesar 75% . droschl kemudian mengembangkan penelitian dan membedakan nilai
tersebut berdasarkan jenis kelamin. Kemudian ukuran tersebut dibandingkan
dengan sisa ruangan yang tersedia setelah keempat gigi insisif atas dan bawah di
kedudukan yang benar pada rahang. Ruangan yang tersedia bagi 3, 4, 5 diukur dari
distal insisif lateral setelah gigi yang menempati kedudukannya benar, hingga
mesial molar pertama tetap. Jumlah ruang yang harus tersedia pada rahang harus
diperhitungkan untuk penyesuaian gigi molar.5,8,9
Universitas YARSI
20
Gambar 2.5 Tabel probabilitas Moyers untuk memperkirakan ukuran geligi 3, 4, 5 yang
akan erupsi pada rahang atas maupun rahang bawah. Droschl membedakan ukuran 3, 4, 5
berdasarkan jenis kelamin.15
C. Tanaka-Johnston
Tanaka dan Jhonston mengembangkan cara lain penggunaan keempat insisif
rahang bawah untuk memperkirakan ukuran kaninus dan premolaryang belum erupsi.
Menurut mereka, metode yang mereka temukan mempunyai keakuratan yang cukup
naik dengan tingkat kesalahan yang kecil. Metode ini sangat sederhana dan tidak
memerlukan tabel atau gambaran radiografi apapun.8
Perkiraan ukuran lebar kaninus dan premolar pada satu kuadran mandibula
sama dengan setengah ukuran keempat insisif rahang bawah ditambah 10,5 mm.
Sedangkan perkiraan lebar ukuran kaninus dan premolar pada satu kuadran maksila
sama dengan ukuran keempat insisif rahang bawah ditambah 11,0 mm.8,9
DAFTAR PUSTAKA
1. White, L. W. Modern Ortodhontic Treatment Planning and Theraphy. Edisi I.
California: Ormco Corporation. 1996. Hal. 24-27
2. Harty FJ. Kamus Kedokteran Gigi
3. Laviana A. Buku Panduan Skills Lab
Ortodonti
1.
Available
at
http://akademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2014/04/BPSL-Blok-8-2014-ortho.pdf. Akses
3 Oktober 2015
4. Walton, sir johm. Brains disease of nervous system. New York: oxford university
press
5. Rakosi T, et al. Color atlas of Dental medicine Ortodontic diagnose ed.1 . Germany:
Thieme Medical Publisher . 1993. Hal. 2-3, 207-235.
6. Sumardhi, dkk, 2005, Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi, Medan, USU
Press.
Universitas YARSI
21
7. Rakosi T, et al. Color atlas of Dental medicine Ortodontic diagnose ed.1 . Germany:
Thieme Medical Publisher . 1993. Hal. 2-3, 207-235.
8. Proffit WR, et al. Contamporary Orthodontic Ed.3 . st.lous : mosby inc. 2000
9. Moyers RE. Handbook of Orthodontic ed.4 . Chicago : Book medical Publisher. 1988
10. Staley, R.N. Textbook f Orthodontic. Edisi I. Philadelphia : W.B. Saunders. 2001.
11. Bhalajhi, S.I. Orthodontics The Art and Science. New Delhi: Arya (MEDI) Publishing
House. 1997. Hal 178
12. Graber, T.M, Orthodontic Current Principles and Techniques. Edisi II. Philadelphia:
Mosby Year Book. 1994. Hal 56-60, 297
13.https://www.google.co.id/search?
q=pengukuran+gigi+menggunakan+gambaran+radiografi&biw=1366&bih
=667&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0CAYQ_AUoAWoVChMIiYLJncGl
yAIVUnCOCh09DQtj#imgrc=sk4j458YFz8YiM%3A
14.https://www.google.co.id/search?
q=pengukuran+model+studi&espv=2&biw=1366&bih=667&source=lnms
&tbm=isch&sa=X&ved=0CAYQ_AUoAWoVChMIl4rU28GlyAIVzySOCh0vQ9f#tbm=isch&q=pengukuran+model+studi+menggunakan+jangka&im
grc=sV8QTRkQ8i1LLM%3A
15.https://www.google.co.id/search?
q=tabel+moyers&espv=2&biw=1366&bih=667&source=lnms&tbm=isch&
sa=X&ved=0CAYQ_AUoAWoVChMIk6LzjsalyAIV0hyOCh2Svwpd#imgrc=wZ
OB5MWjhdEBBM%3A
Universitas YARSI