Anda di halaman 1dari 19

BLOK 19 MDL 4 FKG Unand

Analisis Geligi Tetap


Keparahan suatu maloklusi sangat penting untuk
dinilai dan ditentukan dari berbagai
sudut pandang. Untuk itu, telah diperkenalkan
bermacam-macam teknik analisis. Berikut ini
adalah beberapa di antaranya yang umum
digunakan.
a) Kesimetrisan Lengkung Gigi dalam Arah Sagital
dan Transversal
Lengkung gigi yang kedudukannya tidak simetris,
biasanya bisa terlihat sejak
pemeriksaan estetika wajah, namun bentuk
lengkung yang tidak simetris bisa juga dijumpai
pada wajah yang simetris. Pada beberapa kasus,
bisa juga dijumpai keadaan asimetri hanya
pada lengkung giginya saja, sementara lengkung
rahangnya normal. 1,4
Gambar 2. Penilaian kesimetrisan lengkung gigi A.
Symmetograph, B. Untuk menilai
kesimetrisan lengkung gigi, kedua jarum penunjuk
pada symmetograph
diletakkan pada bidang median raphe.1
6
Cara untuk mengetahui kesimetrisan lengkung gigi
pada rahang adalah menggunakan
symmetograph. Symmetograph diletakkan di atas
permukaan oklusal gigi dengan bidang
orientasi mid palatal raphe lalu kedudukan gigi di
kwadran kiri dengan kanan dibandingkan
dalam arah sagital dan transveral. Berdasarkan
hasil analisis ini dapat diketahui gigi geligi di

Langkah pertama dalam analisis ini adalah


mengukur lebar mesial distal terbesar gigi
menggunakan jangka berujung runcing atau jangka
sorong. Analisis Nance mengukur mesial
distal setiap gigi yang berada di mesial gigi molar
pertama permanen. Jumlah lebar total
menunjukkan ruangan yang dibutuhkan untuk
lengkung gigi yang ideal. Selanjutnya panjang
lengkung rahang diukur menggunakan kawat lunak
seperti brass wire atau kawat kuningan.
Kawat ini dibentuk melalui setiap gigi, pada geligi
posterior melalui permukaan oklusalnya
sedangkan pada geligi anterior melalui tepi
insisalnya. Jarak diukur mulai mesial kontak
molar pertama permanen kiri hingga kanan.
Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan
ukuran panjang lengkung gigi ideal dengan panjang
lengkung rahang. Jika hasilnya negatif
berarti kekurangan ruangan, jika hasilnya positif
berarti terdapat kelebihan ruangan. 1, 4,7
Teknik lain untuk mengukur panjang lengkung
rahang diperkenalkan oleh Lundstrom,
yaitu dengan cara membagi lengkung gigi menjadi
enam segmen berupa garis lurus untuk
setiap dua gigi termasuk gigi molar pertama
permanen. Setelah dilakukan pengukuran dan
pencatatan pada keenam segmen selanjutnya
dijumlahkan. Nilai ini dibandingkan dengan
ukuran mesial distal 12 gigi mulai molar pertama
permanen kiri hingga kanan. Selisih
keduanya menunjukkan keadaan ruangan yang
tersisa. 1
7

kwadran mana yang memerlukan ekspansi atau


pencabutan untuk mengembalikan

Gambar 3. Pengukuruan panjang lengkung menurut


Nance menggunakan brass wire

kesimetrisan lengkung. 1,4

melibatkan gigi geligi di mesial molar pertama. A.


Rahang atas, B. Rahang

b) Perbedaan Ukuran Lengkung (Arch Length


Discrepancy)

bawah.1

Gambar 4. Teknik pengukuran panjang lengkung


rahang secara segmental menurut

hubungan overbite dan overjet yang ideal. Jika


rasio keseluruhan lebih dari 91,3 maka kesalahan

Lundstrom. 1

A. B.

A. B.

A. B.

terdapat pada gigi rahang bawah. Jika rasio kurang


dari 91,3 berarti kesalahan ada pada gigi

8
Di Bagian Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Padjadjaran Bandung
dilakukan pengukuran dengan melibatkan molar
pertama permanen kiri dan kanan.
Pengukuran panjang lengkung rahang secara
segmental adalah dengan membagi lengkung
menjadi tiga segmen di tiap kuadran, yaitu segmen
pertama meliputi insisif sentral dan lateral,
segmen berikutnya kaninus, selanjutnya premolar
dengan molar pertama. Teknik pengukuran

rahang atas. Pada tabel Bolton diperlihatkan


gambaran hubungan ukuran gigi rahang atas dan
rahang bawah yang ideal. Pengurangan antara
ukuran gigi yang sebenarnya dan yang diharapkan
menunjukkan kelebihan ukuran gigi. Rasio anterior
diperoleh dengan cara menghitung jumlah
lebar 6 gigi rahang bawah dibagi dengan jumlah 6
gigi rahang atas dan dikalikan 100. Rasio
anterior 77,2 akan menghasilkan hubungan overbite
dan overjet yang ideal jika kecondongan gigi

untuk rahang bawah sama dengan rahang atas.

insisif baik dan bila ketebalan labiolingual tepi


insisal tidak berlebih. Jika rasio anterior lebih dari

Gambar 5. Pengukuran Arch Length Discrepancy


yang melibatkan molar pertama permanen.

77,2 berarti terdapat kelebihan ukuran gigi-gigi


pada mandibula. Jika kurang dari 77,2 maka

A.Pengukuran panjang lengkung gigi, B.


Pengukuran panjang lengkung rahang

terdapat kelebihan jumlah ukuran gigi rahang atas.


1,4

secara segmental.

Tabel 1. Tabel Bolton digunakan untuk mengetahui


ukuran ideal enam gigi anterior dan kedua

c) Analisis Bolton
Bolton mempelajari pengaruh perbedaan ukuran
gigi rahang bawah terhadap ukuran
gigi rahang atas dengan keadaan oklusinya. Rasio
yang diperoleh membantu dalam

belas gigi, baik pada rahang atas maupun rahang


bawah.1
10
d) Analisis Howes

mempertimbangkan hubungan overbite dan overjet


yang mungkin akan tercapai setelah perawatan

Howes memikirkan suatu rumusan untuk


mengetahui apakah basis apikal cukup

selesai, pengaruh pencabutan pada oklusi posterior


dan hubungan insisif, serta oklusi yang tidak

untuk memuat gigi geligi pasien. Panjang lengkung


gigi (Tooth Material/ TM) adalah jumlah

tepat karena ukuran gigi yang tidak sesuai. Rasio


keseluruhan diperoleh dengan cara menghitung

lebar mesiodistal gigi dari molar pertama kiri


sampai dengan molar pertama kanan. Lebar

jumlah lebar 12 gigi rahang bawah dibagi dengan


jumlah 12 gigi rahang atas dan dikalikan 100.

lengkung basal premolar atau fosa kanina


(Premolar Basal Arch Width/ PMBAW) merupakan

Rasio keseluruhan sebesar 91,3 berarti sesuai


dengan analisis Bolton, yang akan menghasilkan

diameter basis apikal dari model gigi pada apeks


gigi premolar pertama, yang diukur

Gambar 6. Pengukuran lebar lengkung gigi pada


analisis Pont. Patokan yang digunakan

menggunakan jangka sorong atau jangka berujung


runcing. Rasio diperoleh dari membagi

adalah sentral fosa premolar pertama permanen dan


molar pertama permanen. 1

PMBAW dengan TM dikalikan 100. Howes


percaya bahwa dalam keadaan normal

f) Diagnostic Setup

perbandingan PMBAW dengan TM kira-kira sama


dengan 44%, perbandingan ini
menunjukkan bahwa basis apikal cukup lebar untuk
menampung s emua gigi. Bila
perbandingan antara PMBAW dan TM kurang dari
37% berarti terjadi kekurangan lengkung
basal sehingga perlu pencabutan gigi premolar. Bila
lebar basal premolar lebih besar dari
lebar lengkung puncak premolar, maka dapat
dilakukan ekspansi premolar.

Diagnostic setup adalah teknik untuk


menggambarkan bagaimana mengatasi
masalah ruang dalam tiga dimensi, yaitu dengan
melepaskan gigi dari tulang basal model dan
menempatkannya kembali ke dalam kedudukan
yang lebih baik. Cetakan awal tidak
digunakan untuk teknik ini, tetapi disimpan untuk
model studi. Pemotongan dilakukan hingga
batas tulang alveolar, lalu dilakukan pemotongan
dalam arah vertikal hingga margin gusi

Analisis Howes berguna pada saat menentukan


rencana perawatan dimana terdapat

menggunakan gergaji kecil sehingga


memungkinkan pemecahan gips tanpa
menimbulkan

masalah kekurangan basis apikal dan untuk


memutuskan apakah akan dilakukan: (1)

kerusakan di daerah titik kontak antara dua gigi.


Selanjutnya gigi diatur menggunakan lilin

pencabutan gigi, (2) memperluas lengkung gigi


atau (3) ekspansi palatal. 3

sesuai dengan posisi yang diinginkan. Untuk


menjaga agar gigitan tidak berubah, dibuat

e) Index Pont

gigitan lilin dalam keadaan oklusi sentrik dan


pemotongan tidak dilakukan pada seluruh gigi.

Pont memikirkan sebuah metoda untuk


menentukan lebar lengkung ideal yang
didasarkan pada lebar mesiodistal mahkota
keempat insisif rahang atas. Pont menyarankan
bahwa rasio gabungan insisif terhadap lebar
lengkung gigi melintang yang diukur dari pusat
permukaan oklusal gigi, idealnya adalah 0,8 pada
fosa sentral premolar pertama dan 0,64 pada
fosa sentral molar pertama. Pont juga menyarankan
bahwa lengkung rahang atas dapat
diekspansi sebanyak 1-2 mm lebih besar dari
idealnya untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadinya relaps. 3
11

Pada saat penyusunan kembali, analisis sefalometri


digunakan untuk memperkirakan letak
dan angulasi gigi insisif. Diagnostic setup akan
memperlihatkan jumlah ruang yang tersedia
dan yang tersisa sehingga dapat membantu dalam
memilih gigi mana yang akan diekstraksi
serta bagaimana pergerakan gigi untuk menutup
ruang tersebut.
Pont
1.Mixed dentition
Universitas Gadjah Mada 9
2. Permanen
Gigi pedoman

METODE KORKHAUS
Jarak insisivus tetap atas dan premolar adalah jarak
pada garis sagital antara titik pertemuan insisivus
tetap sentral dan titik dimana garis sagital tersebut
memotong garis transversal yang menghubungkan
premolar pertama atas pada palatum.
METODE HOWES
(Ashley E. Howes, 1947)
Dasar:

dikategorikan dalam kasus yang meragukan.


Mungkin dilakukan pencabutan gigi atau pelebaran.
Bila lebar interfossa canina : jumlah M1-M1 <
37%, hal ini sebagai indikasi suatu basal arch
defisiensi sehingga pencabutan hams dilakukan.
Indeks Howes: Interfossa canina
= 44 %
Jumlah M1-M1
Universitas Gadjah Mada 11

1. Ada hubungan lebar lengkung gigi dengan


panjang perimeter lengkung gigi.

METODE THOMPSON & BRODIE

2. Ada hubungan basal arch dengan coronal arch.

h Menentukan lokasi (daerah) sebab-sebab


terjadinya deep overbite.

- Keseimbangan basal arch dengan lebar


mesiodistal gigi.
Universitas Gadjah Mada 10

h Deep overbite: suatu kelainan gigi dimana tutup


menutup (over lapping) gigi-gigi depan atas bawah
sangat dalam menurut arah bidang vertikal.

1. Bila gigi dipertahankan dalam lengkung


seharusnya lebar inter P1 sekurang-kurangnya = 43
% dari ukuran mesiodistal M1-M1.

h Normal overbite:

h lebar inter P1: dari titik bagian dalam puncak


tonjol bukal P1.

normalnya adalah = 2 - 4 mm

h ukuran lengkung gigi: distal M1 kanan X distal


M1 kiri (mesiodistal 654321 I 123456)

rata-rata tutup menutup = 1/3 panjang mahkota 1 .

h Dapat terjadi pada ketiga klas maloklusi Angle:


kelas I, II, III

(P1-P1)

h Keadaan ini sangat tidak menguntungkan untuk


kesehatan di kemudian hari serta keawetan gigi
geligi tersebut.dan melihat bagaimana pengaruhnya
pada gigi anak-anak.

= 43 %

Beberapa hubungan yang mungkin terjadi :

(M1-M1)

1. Deep overbite

2. Seharusnya lebar interfossa canina sekurangkurangnya = 44% lebar mesiodistal gigi

2. Palatal bite / Closed bite

Indeks Howes:

anterior sampai molar kedua.


Fossa canina terletak pada apeks premolar pertama.
Indeks Howes:
Interfossa canina
= ___________ 44 % Jumlah M1-M1
Kasus-kasus dengan lebar interfossa canina antara
37% - 44% lebar mesiodistal M1-M1, keadaan ini

3. Shallow bite
4. Edge to edge bite
5. Cross bite = reversed bite
6. Open bite
Deep overbite dapat disebabkan:
1. Dental:
a. Supra oklusi gigi-gigi anterior.

b. Infra oklusi gigi-gigi posterior.


c. Kombinasi a dan b.
d. Inklinasi lingual gigi-gigi P dan M.
2. Skeletal:
a. Ramus mandibulae yang panjang
b. Sudut gonion yang tajam
c. Pertumbuhan procesus alveolaris yang
berlebihan.
3. Kombinasi
h Pada keadaan normal dalam keadaan
physiologic rest position (istirahat) proporsi muka
pada ukuran vertikal : Nasion ke Spina Nasalis
Anterior (SNA) = 43% dari jumlah panjang Nasion
ke Mentum (Gnathion).
h Ukuran ini sangat penting untuk mengetahui
prognosis dari deep overbite yaitu koreksinya
ditujukan pada elevasi (ekstrusi) gigi-gigi bukal
dan atau depresi (intrusi) gigi-gigi anterior.
Universitas Gadjah Mada 12
Analisis deep overbite dapat dipelajari dari: 1.
Cetakan model gigi-gigi penderita
2. Foto profil penderita
3. Langsung dari penderita

a. Jika Nasion X SNA > 43%, maka SNA ke


Mentum lebih pendek, berarti ada infraklusi gigigigi posterior.
b. Jika NA X SNA < 43% maka SNA ke Mentum
lebih panjang, berarti ada supraoklusi gigi-gigi
anterior.
3. Langsung dari penderita
Mempelajari pada penderita, jika ada keraguraguan deep overbite disebabkan oleh karena
infraoklusi gigi-gigi bukal (P dan M) saja atau
bersama-sama dengan supraoklusi gigi-gigi
anterior.
Cara Thompson & Brodie:
a. Ambil sepotong stenz (wax) dilunakkan.
b. Letakkan stenz tersebut di atas permukaan
oklusal P dan M salah satu rahang atau kanan dan
kiri.
c. Penderita disuruh menggigit stenz sehingga
kedudukan profil muka penderita pada
keseimbangan: NA - SNA = 43% NA X Mentum
d. Setelah stenz keras dilihat pada regio
anteriornya:
h Jika deep overbite sama sekali hilang, sedang
stenz masih tebal berarti ada infraoklusi gigi-gigi P
& M.

4. Dengan sefalometri radiografik

h Jika deep overbite masih, sedang stenz tergigit


habis berarti adanya supraoklusi gigigigi anterior

1. Mempelajari model gigi-gigi penderita :

Universitas Gadjah Mada 13

- Sempurna tidaknya kalsifikasi dilihat adanya


benjolan yang tidak sempuma rata pada

h Jika deep overbite masih, sedang stenz masih


ada ketebalan; hal ini berarti ada kombinasi
keadaan tersebut di atas.

model, pada palatum, prosesus alveolaris, dan lainlain.

4. Dari mempelajari sefalometri radiografik :

- Adanya benjolan berarti kalsifikasi tidak


sempuma.

- Cara yang baik untuk menentukan deep overbite


yang bersifat skeletal type, dimana akan terlihat:

- Adanya gingiva tebal.

a. Frankfurt Mandibulair Plane Angle kecil.

- Kurva Von Spee yang tajam.

b. Panjang Ramus Mandibulae lebih panjang.

2. Dari foto profil penderita

c. Sudut gonion tajam


d. Pertumbuhan ke arah vertikal dan bagian muka
kurang.

Prognosa:

- alat goncang

1. Dental baik.

- gigi tekanan besar

2. Skeletal tidak menguntungkan.

- tidak dapat makan

3. Deep overbite karena kalsifikasi yang jelek dari


alveolaris dan basal bone biasanya jelek.

- fungsi kurang efektif

Alat: Bite plate anterior Perawatan:


h Perlu over correction
h Periode bertahap.
Bite Raiser
1 . Dasar pemakaian :
h siang malam
h makan/tidak
h aktif/tidak
2. Periode pemakaian :
h permulaan

METODE KESLING
Adalah suatu cara yang dipakai sebagai pedoman
untuk menentukan atau menyusun suatu lengkung
gigi dari model aslinya dengan membelah atau
memisahkan gigi-giginya, kemudian disusun
kembali pada basal archnya baik mandibula atau
maksila dalam bentuk lengkung yang dikehendaki
sesuai posisi aksisnya.
Cara ini berguna sebagai suatu pertolongan praktis
yang dapat dipakai untuk menentukan diagnosis,
rencana perawatan maupun prognosis perawatan
suatu kasus secara individual.
h Karena cara ini mampu untuk mendiagnosis
maka disebut : DIAGNOSTIC SET UP MODEL

h akhir perawatanlretainer

h Karena model yang telah disusun kembali dalam


lengkung gigi tersebut merupakan gambaran suatu
hasil perawatan maka disebut : PROGNOSIS SET
UP MODEL

h kombinasi

Prosedur:

3. Manipulasi:

1. Siapkan model kasus RA & RB.

a. Mat belum dipakai, dilihat bagian:

2. Fiksasi pada okludator yang sesuai, dengan


dibuat kedudukan basis dari model sejajar dengan
bidang oklusal (model RB).

h selang antara tahap 1X selesai

h anterior : gigi RA & RB saling kontak.


h posterior : gigi RA & RB saling kontak. Tekanan
ke seluruh gigi.
b. Alat dipakai:
Universitas Gadjah Mada 14

Universitas Gadjah Mada 15


Seharusnya bidang okiusal dengan bidang
mandibula (mandibulair plane) membentuk sudut
rata-rata 15X.

h anterior : gigi bawah kontak dengan pelat.

3. Kemudian dimulai memotong/memisahkan gigigigi dari model tersebut pada aproksimal

h posterior : gigi atas & bawah

kontaknya dengan suatu pisau/gergaji.

Saling terpisah dan tidak berkontak. Tekanan hanya


pada pelat di bagian anterior.

Cara:

h Bagaimana ketebalan bite plane?

a. Buat lubang dengan gergaji 3 mm di atas


gingival margin (fornix)

Tebal jarak besar

antara 1 1.

b. Dari lubang ini buat irisan arah horisontal kanan


kiri misalnya sampai M1
Universitas Gadjah Mada 16

Kasus:
1. Rahang Bawah normal
Rahang Atas mengikuti Rahang Bawah

c. Kemudian dari sini buat irisan vertikal pada


aproksimal M2-M1, terjadi irisan:

2. Rahang Atas normal

d. Beri tanda masing-masing gigi agar tidak keliru.

Rahang Bawah mengikuti Rahang Atas

e. Buat pada setiap aproksimal irisan arah vertikal.

3. Rahang Atas & Rahang Bawah tidak normal


Tentukan Rahang Bawah lebih dulu

f. Pisahkan masing-masing gigi.


g. Susun kembali gigi-gigi tersebut dalam lengkung
yang dikehendaki dengan perantaraan pelekatan
wax. Perlu diperhatikan:
Akan terlihat:
h cukup ruang
h kurang ruang, maka dilakukan pengurangan gigi
(pencabutan 1 / 2 gigi P1/P2).
Universitas Gadjah Mada 17
Rahang Atas:
1. cara sama
2. mengikuti Rahang Bawah
3. overjet, overbite dipertimbangkan.
Modifikasi Cara Kesling
1. Siapkan hasil cetakan yang belum diisi gips.
2. Isi dengan gips sampai 3 mm dari gingival
margin. ,
3. Tunggu sampai agak keras, kemudian separasi
dengan wax cair panas.
Universitas Gadjah Mada 18
4. Tunggu wax keras kemudian isi lagi dengan gips,
tunggu, lepaskan cetakan.
5. Dipisahkan masing-masing gigi dengan terlebih
dahulu model difiksasi pada okludator dan diberi
tanda serta dipisahkan arah vertikal pada
aproksimal kontaknya.
6. Susun kembali sesuai lengkung yang
dikehendaki dengan cara sama.

ANALISIS RUANG (CROWDING)


Penting untuk mengukur besarnya crowding di
dalam lengkung gigi, sebab bermacam-macam
perawatan tergantung pada beratnya crowding.
Untuk tujuan ini, diperlukan model studi.
Dasar : ketidakteraturan dan crowding biasanya
disebabkan karena kekurangan ruang.
Analisis ruang diperlukan untuk membandingkan
antara ruang yang tersedia dan ruang yang
dibutuhkan untuk mengatur gigi sebagaimana
mestinya.
Universitas Gadjah Mada 19
Perbandingan antara ruang yang tersedia dan ruang
yang dibutuhkan ditentukan, apakah di dalam
lengkung terjadi kekurangan ruang yang akhirnya
terjadi crowding, ataukah tersedia cukup ruang
untuk menampung gigi-gigi atau kelebihan ruang
yang akan membuat celah di antara gigi-gigi.
Analisis ini dapat dilakukan secara langsung pada
model studi atau dengan komputer yang menandai
dengan tepat dimensi lengkung dan gigi. Analisis
model studi menggambarkan 2 dimensi. Metode
komputer lebih disukai karena lebih mudah,
sedangkan cara yang lebih praktis model studi di
foto copy untuk mendapatkan gambaran 2 dimensi
dari pandangan oklusal, kemudian ditandai.
Gambaran yang akurat dapat diperoleh dengan cara
sederhana yaitu menempatkan model pada tengahtengah mesin foto copy untuk menghindari tepi
area gambaran di mana sering tampak distorsi.
Analisis yang dilakukan baik secara manual
maupun komputer adalah sebagai berikut:
h Tahap pertama dalam analisis ruang adalah
menghitung ruang yang tersedia. Hal ini dilakukan
dengan cara mengukur perimeter lengkung dari M1

- M1 melalui titik kontak dari gigi-gigi posterior


dan tepi insisal gigi-gigi anterior.

insisivus protrusif kekuatan crowding akan menjadi


lebih ringan.

Ada 2 cara sebagai dasar untuk melakukan hal


tersebut :

Pack fenomena yang sama, crowding dan protrusi


mempunyai sudut pandang yang sangat berbeda.
Dengan kata lain, jika tidak terdapat cukup ruang
untuk menyusun gigi dengan semestinya, akhirnya
akan terjadi crowding, protrusi atau (kemungkinan)
kombinasi dan keduanya. Oleh sebab itu, informasi
tentang seberapa besar insisivus protrusi harus
tersedia pemeriksaan klinik untuk mengevaluasi
hasil dari analisis ruang. Informasi ini berasal
daranalisis bentuk muka (atau jika tersedia dari
analisis sefalometrik).

1. Dengan pembagian lengkung gigi ke dalam


segmen-segmen yang dapat diukur sebagai garis
lurus perkiraan dari lengkung.
Universitas Gadjah Mada 20
2. Dengan membuat garis dari sepotong kawat
(atau garis kurva pada layar komputer) ke garis
oklusi kemudian dibuat garis lurus untuk diukur.
Cara pertama lebih disukai untuk penghitungan
secara manual, sebab reliabilitasnya lebih besar.
Cara lain yang dapat dipakai dengan tepat adalah
program komputer.
h Tahap kedua adalah menghitung jumlah
kebutuhan ruang untuk mengatur gigi. Hal ini
dilaksanakan dengan mengukur lebar mesiodistal
pada masing-masing gigi dari titik kontak ke titik
kontak, dan kemudian lebar mesiodistal gigi-gigi
individual tersebut dijumlahkan.
Apabila jumlah lebar gigi-gigi permanen lebih
besar daripada jumlah ruang yang tersedia, terdapat
kekurangan ruang pada perimeter lengkung dan
akan terjadi crowding. Jika ruang yang tersedia
lebih besar daripada ruang yang dibutuhkan
(kelebihan ruang), akan terjadi celah pada beberapa
gigi dapat diperkirakan.
Analisis ruang berdasarkan pada 2 asumsi penting :
1. Posisi anteroposterior insisivus baik (gigi
insisivus terlalu protrusif atau retrusif).
2. Ruang yang tersedia tidak akan berubah karena
pertumbuhan. Tidak ada asumsi yang dapat diambil
dengan semestinya.
Universitas Gadjah Mada 21
Dengan memperhatikan asumsi pertama, harus
diingat bahwa protrusif insisivus secara relatif biasa
terjadi dan meskipun tidak biasa retrusi dapat
terjadi. Ada interaksi antara crowding gigi dan
protrusi atau retrusi. Jika gigi-gigi insisivus
posisinya ke arah lingual (retrusi), maka akan
terjadi crowding satu atau beberapa gigi, tetapi jika

Asumsi kedua, bahwa ruang yang tersedia tidak


berubah selama pertumbuhan, unru orang dewasa
adalah valid, tetapi tidak boleh untuk anak-anak.
Pada anak-anak dengan proporsi muka baik,
kecenderungan berpindah gigi geligi terhadap
rahang selar pertumbuhan relatif sangat kecil atau
tidak ada, tetapi gigi-gigi sering bergeser ke arah
anterior atau posterior dengan penyimpangan
rahang. Oleh karena itu, analisis ruang kurang
akurat kurang berguna pada anak-anak dengan
problem skeletal (kelas II, kelas III, muka panjang,
muka pendek). Bahkan pada anak-anak dengan
proporsi muka baik, posisi molar permanen
berubah ketika molar desidui digantikan oleh
premolar. Jika analisis ruang dikerjakan pada. gigi
bercampur, penting untuk menyesuaikan ruang
yang tersedia untuk menggambarkan pergeseran
posisi molar agar dapat diantisipasi.
Universitas Gadjah Mada 22
DETERMINASI LENGKUNG GIGI
Determinasi lengkung gigi dilakukan untuk
mengetahui diskrepansi ukuran mesiodistal gigi
(kebutuhan ruang) setelah lengkung ideal dirancang
seideal mungkin dari lengkung mula-mula yang ada
pada pasien.
Metode determinasi lengkung gigi merupakan salah
satu cara penetapan kebutuhan ruang untuk
pengaturan gigi-gigi dalam perawatan ortodontik.
Metode ini dikembangkan di klinik bagian
ortodonsia FKG UGM, dan merupakan
penyederhanaan dari metode analisis Set up model
yang dikemukakan oleh Kesling (1956).
Metode ini mempunyai prinsip dasar yang sama
dengan metode Kesling, yaitu menetapkan

diskrepansi antara lengkung gigi yang


direncanakan dengan besar gigi yang akan
ditempatkan pada lengkung tersebut pada saat
melakukan koreksi maloklusi. Perbedaannya
adalah, pada metode Kesling dilakukan langsung
pada model dengan memisahkan gigi-gigi yang
akan dikoreksi dengan cam menggergaji masingmasing mahkota gigi dari bagian processus
alveolarisnya setinggi 3 mm dari marginal gingiva,
kemudian menyusun kembali pada posisi yang
benar. Diskrepansi ruang dapat diketahui dari sisa
ruang untuk penempatan gigi Premolar pertama
dengan lebar mesiodistal gigi tersebut untuk
masing-masing sisi rahang.
Pada metode determinasi lengkung dilakukan
dengan cara tidak langsung yaitu dengan mengukur
panjang lengkung ideal yang direncanakan pada
plastik transparan di atas plat gelas, kemudian
membandingkan dengan jumlah lebar mesiodistal
gigi yang akan ditempatkan pada lengkung
tersebut. Dengan metode ini perencanaan
perawatan akan lebih mudah dilakukan karena
tidak periu membuat model khusus (Set up model),
jadi langsung bisa dilakukan pada model studi.
Bahan dan alat yang digunakan :
1. Model studi

b. Penapakan lengkung pasca koreksi (lengkung


ideal)
1. Membuat lengkung ideal pada rahang atas
2. Membuat lengkung ideal pada rahang bawah
c. Pengukuran diskrepansi lengkung
1. Mengukur diskrepansi lengkung ideal rahang
atas
2. Mengukur diskrepansi lengkung ideal rahang
bawah
d. Menetapkan cara pencarian ruang
Penjelasan :
a. Menapak lengkung pra koreksi :
Lengkung pra koreksi juga disebut sebagai
lengkung mula-mula atau lengkung awal
sebelum perawatan dilakukan.
1. Penapakan pada rahang atas
a. Model studi rahang atas diletakkan di atas meja
datar sejajar lantai.

2. Plat gelas/mika tebal 2 mm

b. Plat gelas atau mika diletakkan di atas


permukaan oklusal gigi-gigi.

3. Plastik transparan

c. Di atas plat dilapisi plastik transparan.

4. Kawat tembaga diameter 0,7 mm

d. Dengan pengamatan tegak lurus bidang plat,


penapakan dilakukan dengan spidol biru mengikuti
lebar mesiodistal gigi (lebar mesiodistal terbesar)
dari gigi M2 kanan X M2 kiri, sehingga akan
terbentuk lengkung yang berkelok-kelok mengikuti
posisi gigi yang tidak teratur.

5. Spidol F (Fine) 2 warna (biru dan merah)


6. Kaliper geser skala 0,05 mm
7. Alkohol / thinner
8. Kapas
Universitas Gadjah Mada 23
Cara kerja :
a. Penapakan lengkung pra koreksi (lengkung
awal / lengkung mula-mula)
1. Menapak lengkung awal pada rahang atas
2. Menapak lengkung awal pada rahang bawah
3. Mengecek ketepatan hasil penapakan

e. Menetapkan posisi puncak lengkung, dengan


cara membuat titik pada puncak lengkung sesuai
dengan posisi median line gigi di daerah interdental
Insisivus sentral atas.
f. Menetapkan basis lengkung dengan membuat
titik pada kedua kaki lengkung (kanan dan kiri) di
daerah distal gigi yang paling distal yang posisinya
normal.
Contoh :

h Jika koreksi gigi akan dilakukan hanya sampai


gigi Insisivus lateral kanan dan kiri, basis lengkung
dibuat di sebelah distal gigi kaninus kanan dan kiri.

Untuk mengetahui ketepatan penapakan dilakukan


pengecekan hasil penapakan dengan cara
melakukan pengukuran dengan kaliper geser :

h Jika koreksi dilakukan sampai gigi kaninus


kanan dan kiri atau akan diperkirakan dilakukan
pencabutan P1, basis lengkung dibuat di sebelah
distal P2 kanan dan kiri.

a. Jarak puncak lengkung rahang atas dengan


rahang bawah hams sesuai dengan besar overjet
pasien.

Universitas Gadjah Mada 24


h Jika koreksi dilakukan sampai P2 kanan dan kiri
basis lengkung ditetapkan pada distal gigi M1.
g. Mentransfer posisi basis lengkung rahang atas ke
model rahang bawah:
h Model rahang atas dan bawah dioklusikan
secara sentrik.
h Posisi basis lengkung gigi rahang atas ditransfer
ke gigi rahang bawah dengan membuat garis pada
permukaan bukal mahkota gigi rahang bawah
kanan dan kiri, tepat pada sisi distal gigi rahang
atas yang dipilih sebagai basis lengkung. Posisi
basis lengkung gigi rahang atas tidak selalu akan
sama dengan posisi distal gigi rahang bawah.
2. Penapakan pada rahang bawah :
a. Plat gelas diletakkan pada permukaan oklusal
model gigi rahang bawah.
b. Plastik transparan dibalik supaya posisi kanan
dan kiri rahang atas sesuai dengan rahang bawah,
kemudian titik basis lengkung rahang atas
dihimpitkan pada posisi basis yang telah dibuat
pada rahang bawah tadi.
c. Kemudian dilakukan penapakan dengan spidol
biru mengikuti lebar mesiodistal terlebar dari gigi
M2 kanan X M2 kiri, terbentuk lengkung
berkelok-kelok mengikuti posisi gigi yang ada.
d. Menetapkan posisi puncak lengkung dengan cara
membuat titik pada puncak lengkung rahang bawah
di daerah interdental Insisivus sentral bawah.
e. Menetapkan basis lengkung dengan membuat
titik pada kedua kaki lengkung rahang bawah
(kanan dan kiri) di daerah distal gigi yang paling
distal yang posisinya normal. Posisi basis lengkung
rahang bawah tidak hams sama dengan gigi rahang
atas.
3. Pengecekan hasil penapakan :

b. Lebar kaki lengkung rahang atas dan bawah pada


hasil penapakan di plat gelas hams sesuai dengan
lebar pada model studi.
b. Penapakan lengkung pasca koreksi (lengkung
ideal)
Lengkung pasca koreksi adalah lengkung ideal
untuk masing-masing pasien (individual),
direncanakan oleh operator berdasarkan kondisi
ideal yang mungkin dapat dicapai dalam
perawatan. Dengan mengacu pada okiusi normal,
posisi dan
Universitas Gadjah Mada 25
relasi rahang serta kemampuan alat yang dipakai
untuk melakukan koreksi terhadap gigi, kemudian
ditetapkan :
h Apakah akan melakukan koreksi median line?
Hal ini sulit dilakukan dengan alat lepasan jika
hams menggeser banyak gigi untuk mengoreksi
garis median yang sedikit bergeser.
h Apakah akan melakukan koreksi relasi molar
pertama (klasifikasi Angle)? Hal ini sulit dilakukan
dengan alat lepasan jika hares menggeser banyak
gigi posterior.
h Apakah malposisi ringan pada gigi posterior
akan dikoreksi atau sudah dianggap normal raja?
Dengan alat lepasan akan sulit dikerjakan untuk
mengoreksi gigi posterior yang rotasi ringan.
h Apakah akan melakukan retrusi gigi anterior
sacara maksimal untuk mengkompensasi rahang
yang protrusif? Hal ini dilakukan pada kasus
maloklusi tipe skeletal atau kombinasi
dentoskeletal dengan koreksi retrusi kompensasi
pada gigi-gigi anterior.
h Apakah lengkung ideal dibuat terlebih dahulu
pada rahang atas diikuti rahang bawah, atau
sebaliknya? Tergantung pada posisi rahang yang
dianggap normal dan kemampuan gigi-gigi untuk
mengkompensasi diskrepansi rahang tersebut.

1. Penapakan pada rahang atas :


a. Plat gelas diletakkan pada permukaan oklusal
model rahang atas dan plastik transparan dibalik
dikembalikan pada posisi semula.
b. Tetapkan posisi puncak lengkung ideal rahang
atas yang akan dibuat, yaitu:
h Jika tidak ada retrusi, puncak lengkung tetap.
h Retrusi maksimal sampai inklinasi gigi insivus
atas tegak yaitu dengan meletakkan titik spidol
merah tepat setinggi foramen insisivum.
c. Ukur besar retrusi gigi anterior atas yang telah
ditetapkan denagn mengukur posisi puncak
lengkung mula-mula ke posisi puncak lengkung
ideal dan hitung besar perubahan overjet yang
terjadi dengan mengurangi besar overjet mula-mula
dengan besar retrusi rahang atas yang telah
ditetapkan. Apabila nilainya negatif akan terjadi
crossbite anterior jika tidak dilakukan retrusi pada
rahang bawah.
d. Tetapkan beberapa titik posisi gigi lain yang
dianggap normal (jika ada). Hubungkan titik basis
lengkung kanan dan kiri ke puncak lengkung
membentuk lengkung ideal rahang atas.
Universitas Gadjah Mada 26
2. Penapakan pada rahang bawah :
a. Plat gelas dipindahkan ke model rahang bawah.
Plastik transparan dibalik, posisi basis dipaskan
pada posisi semula.
b. Tetapkan overjet akhir yang akan direncanakan
dengan menetapkan posisi puncak lengkung ideal
rahang bawah di belakang puncak lengkung ideal
rahang atas.
c. Tetapkan besar retrusi (mungkin juga protrusi)
pada rahang bawah yang harus dilakukan dengan
mengukur jarak posisi titik puncak lengkung awal
ke puncak lengkung ideal rahang bawah.
d. Tetapkan beberapa titik posisi gigi lain yang
dianggap normal (jika ada). Hubungkan titik basis
lengkung kanan dan kiri ke puncak lengkung ideal
rahang bawah.
c. Pengukuran diskrepansi lengkung :

Diskrepansi lengkung adalah perbedaan antara


panjang lengkung ideal yang dirancang dengan
jumlah lebar mesiodistal gigi-gigi yang akan
ditempatkan pada lengkung tersebut. Hal ini dapat
dilakukan dengan mempertimbangkan apakah perlu
dilakukan koreksi median line gigi atau tidak?
1. Pengukuran pada rahang atas :
a. Kawat tembaga dibuat melengkung diletakkan
tepat pada plastik transparan sesuai dengan
lengkung ideal rahang atas yang telah dibuat.
b. Dengan spidol tetapkan posisi basis kanan dan
kiri pada kawat.
c. Tetapkan posisi puncak lengkung tepat pada
posisi median line rahang atas. Jika perlu dilakukan
koreksi median line. Tetapkan posisi puncak
lengkung ideal dengan menggeser posisi median
line ke posisi yang benar sesuai dengan besar
pergeseran gigi yang ada.
d. Kawat tembaga diluruskan, ukur panjang
lengkung ideal :
h Dari basis kanan ke puncak lengkung
bandingkan dengan jumlah lebar mesiodistal gigigigi sisi kanan, selisih pengukuran merupakan
besar dikrepansi lengkung sisi kanan.
h Dari basis kiri ke puncak lengkung bandingkan
dengan jumlah lebar mesiodistal gigi-gigi sisi kiri,
selisih pengukuran merupakan besar dikrepansi
lengkung sisi kiri.
2. Pengukuran pada rahang bawah :
a. Kawat tembaga diluruskan tanda spidol pada
kawat dibersihkan dengan kapas alkohol atau
thinner.
b. Dengan cara yang sama seperti pada rahang atas,
lakukan juga pengukuran pada rahang bawah.
Universitas Gadjah Mada 27
d. Menetapkan cara pencarian ruang
Menurut Carey, apabila kekurangan ruang tiap sisi
lengkung yang didapatkan :
1. Lebih besar dari setengah lebar mesiodistal gigi
P1, --> cabut gigi PI pada sisi tersebut.

2. Lebih besar dari seperempat sampai setengah


lebar mesiodistal gigi P1 dianjurkan untuk
dilakukan :

a. Enamel stripping
Pengurangan enamel dapat
dilakukan

h Pencabutan satu P1 pada salah satu sisi


lengkung jika ada pergeseran median line.

pada

sisi

distal/mesial gigi sulung atau

h Pencabutan dua P2 kanan dan kin jika lengkung


gigi sudah simetris
h Ekspansi kombinasi grinding mesiodistal gigi
jika lengkung gigi kontraksi.
3. Lebih kecil dari seperempat lebar mesiodistal
gigii P1 dapat dilakukan :
h Penggrindingan lebar mesiodistal gigi anterior
jika pasien tidak rentan karies.
h Ekspansi jika lengkung gigi kontraksi.

permanen. Enamel stripping


selain menyediakan ruangan
juga dapat membentuk gigi
permanen ke bentuk yang lebih
baik atau memperbaiki titik
kontak.

Gambar hasil penapakan :

Enamel

dilakukan

Keterangan : __________ lengkung pra koreksi


(awal/mula-mula)
lengkung pasca koreksi (ideal)

stripping
dengan

menggunakan metal abrasive


strip

atau

menggunakan

dengan
bur

yang

dipasang pada high speed airturbine


2.5 Indikasi
Ekstraksi

Ekstraksi

atau

Pada

Non

Perawatan

Ortodonti
Penyedian tempat untuk koreksi letak
gigi gigi yang berdesakan dapat diperoleh
dari enamel stripping, ekspansi lengkung
geligi, distalisasi molar, memproklinasikan
insisivus dan pencabutan gigi permanen. 3

handpiece.

memudahkan
enamel
dapat

Untuk

pengurangan

didaerah
dipasang

posterior
separator

diantara molar dan premolar


selama

3-5

hari

sehingga

didapatkan diastema diantara


gigi-gigi tersebut. Banyaknya
enamel yang dibuang tanpa
membahayakan gigi tersebut

1. Tindakan Non ekstraksi

adalah 0,25 mm tiap sisi gigi.

Enamel

stripping

bila

lengkung

gigi,

dan

dapat

dilakukan dengan baik tidak

dilakukan baik dalam arah

memberikan efek negatif pada

sagital

gigi

transversal. Gejala klinis yang

yang

enamelnya.

dikurangi
Bila

stripping

enamel

dilakukan

(protraksi)

terlihat

maupun

pada

defisiensi

pada

lengkung gigi adalah kontraksi

semua gigi insisivus maka

lengkung gigi, gigitan silang

akan didapat ruangan 2 mm di

(anterior maupun posterior),

regio anterior sedangkan bila

gigi yang berjejal serta koridor

dilakukan pada seluruh rahang

bukal yang lebar. Hal ini dapat

akan didapat ruagan sebesar 5-

diatasi

6 mm di rahang tersebut. Perlu


diupayakan
stripping

bahwa

melakukan

ekspansi

pada

lengkung

giginya.

Ekspansi

dapat

tetap

mengatasi kekuarangan ruang

mempertahankan bentuk gigi

3-8 mm dengan melebarkan

dan kontak dengan gigi yang

jarak intermolar lengkung gigi

berdekatan.

atas sekitar 4-10 mm dan lebar

bahwa

juga

enamel

dengan

Harus

sesudah

diingat
dilakukan

intermolar

lengkung

gigi

enamel stripping gigi harus

bawah sekitar 4-6 mm. Adkins

diulas dengan bahan aplikasi

dkk menyatakan bahwa tiap

topikal yag mengandung flour

penambahan

untuk

terjadinya

intermolar, akan menambah

karies pada gigi tersebut.


b. Ekspansi
Ekspansi
adalah
suatu

panjang lengkung gigi sebesar

mencegah

prosedur

untuk

melebarkan

0,77

mm.

Bila

mm

lebih

diperlukan

ekspansi kurang dari 4 mm,

pada periode gigi bercampur,


dapat digunakan alat ekspansi

ekspansi

cekat

dikombinasi

lepasan dengan spring dan

dengan bedah.
c. Distalisasi Gigi Molar atas
Distalisasi gigi molar aas

screw ekspansi yang diaktivasi

bertujuan untuk memperoleh

sebesar

1-2

putaran

per

ruangan

guna

memperbaiki

minggu

yang

menghasilkan

susunan

gigi

geligi

pergerakan

0,20-0,50

mm.

atau

memperbaiki hubungan gigi

Pada periode gigi permanen,

molar.

alat eksoansi yang digunakan

diinginkan adalah pergerakan

dapat berupa quad helix, w-

bodili

spring TPA atau arc-wire. Bila

dengan

ekspansi diperlukan sekitar 5-

resorpsi akar dan loss of

12

anchorage gigi anterior ke

mm

ekspansi

diindikasikan
cekat.

alat

Aktivasi

labial.

Pergerakan

yang

semaksimal mungkin
minimalnya

Indikasi

resiko

distalisasi

sebesar 0,5-1 mm atau 2 kali

molar atas adalah pada kasus

putaran per hari. RPE dapat

maloklusi klas II ringan hingga

mengekspansi

hanya

sedang, terutama pada kasus

pada lengkung gigi tetapi juga

yang disebabkan oleh prematur

lengkung rahang denga usia

loss, pada kasus gigi berjejal

optimal

RPE

ringan hingga sedang, baik

puncak

masa

untuk tipe wajah mesofacial

Pada

kasus

atau brachifacial, profil wajah

ekstrem,

bila

lurus atau flat dan masih

adalah

penggunaan
pada

pertumbuhan.
skeletal

tidak

diperlukan ekspansi lebih dari

mempunyai

12

pertumbuhan.

mm

diindikasikan

alat

potensi
Alat

untuk

distalisasi gigi molar dapat

tertanam

intraoral

atau

kemudian

Headgear

merupakan

ekstraoral.

didalamnya,
ujung

kawat

alat

distalisasi lainnya disolder atau

distalisasi molar ekstra oral

dimasukkan kelingual palatal

yang paling sering digunakan.


selain

sheath dari cincin gigi molar. 3


2. Tindakan Ekstraksi
Pencabutan gigi permanen perlu

menghasilkan efek ortodonti

dilakukan apabila diskrepansi total

juga efek ortopedik pada usia

menunjukan kekurangan

pertumbuhan,

tidak

lebih dari 8 mm. Diskrepansi total

menyebabkan

hilangnya

Kelebihan

headgear

penjangkaran

pada

terdiri

atas

diskrepansi

tempat

model,

gigi

diskrepansi

anterior, dapat digunakan pada

kedalaman

kasus asimetri, dan memiliki

perkiraan banyaknya keholangan

kontrol

Headgear

penjangkaran. Untuk mendatarkan

molar

kurva spee yang kedalamannya

sebesar 3 mm dalam 3 bulan.

kurang dari 3 mm diperlukan

Banyak macam alat distalisasi

tempat 1 mm, bila lebih besar

molar

daripada 5 mmdiperlukan tempat 2

vertikal.

mendistalisasi

intra

gigi

oral.

Hilgers

sefalometrik,
kurva

dan

pendulum adalah salah satu

mm.

alat intra oral yang sering

pencabutan gigi permaen pada

dipakai. Alat ini terdiri atas

masa

plat palatal akrilik berdiameter

diperhatikan bahwa gigi permanen

25

kawat

yang lain ada meskipun saat itu

distalisasi dari beta-titanium

masih belum erupsi. Pemilihan gigi

berdiameter

yang akan dicabut membutuhkan

mm

dengan

0,032

yang

Sebelum

spee

geligi

dilakukan

pergantian

perlu

pertimbangan yang kompleks yang

dapat

menyangkut

perubahan

semua

aspek

menyebabkan
profil

pasien,

pasien

dengan

perawatan ortodontik. Beberapa hal

misalnya

yang perlu diperhatikan sebelum

profil yang lurus dengan

mencabut gigi permanen antara lain

adanya pencabutan dapat

sebagai berikut :
Prognosis gigi, misalnya

menyebabkan

profil

menjadi cekung.

adanya karies yang besar


Tujuan preawatan apakah perawatan
komprehensif ataukah perawatan
kompromo atau bahkan hanya penunjang.

disertai kelainan patologis


pada

apikal

yang

seandainya
prognosis

dirawat
gigi

1.3 Jenis-jenis Oklusi


a. Oklusi Ideal merupakan konsep teoretis

tersebut

dari

Kedokteran Gigi, oklusi ideal adalah


keadaan beroklusinya semua gigi, kecuali

dari letak yang normal


Banyaknya tempat yang

insisivus central bawah dan molar tiga

dibutuhkan

lengkung antagonisnya dan didasarkan

dan

atas,

dimana

tersebut.
Relasi insisivus
Kebutuhan
penjangkaran
apakah

perlu

penjangkaran

hubungan

suatu keadaan oklusi. Menurut Kamus

atau tidak
Profil
pasien

beroklusi

dengan

dua

gigi

di

pada bentuk gigi yang tidak mengalami

letak kekurangan tempat

dan

karakteristik ideal yang harus dimiliki

diragukan.
Letak gigi yang kadangkadang sangat menyimpang

oklusal

fungsional yang mencakup prinsip dan

dalam jangka lama masih

struktur

b.

keausan.
Oklusi Normal, menurut Leory Johnson
menggambarkan oklusi normal sebagai
suatu kondisi oklusi yang berfungsi secara

digunakan

harmonis dengan proses metabolic untuk

maksimum

mempertahankan struktur penyangga gigi


dan rahang berada dalam keadaan sehat.

apakah

pencabutan yang dilakukan

Oklusi

gigi-geligi

secara

normal

dikelompokkan dalam 2 jenis, yaitu:

dapat

1.

oklusi statik merupakan hubungan gigi

digunakan sebagai panduan oklusi (oklusal

geligi rahang atas (RA) dan rahang bawah

guidance), bukan pada balancing side.


c.
Oklusi sentrik adalah posisi kontak

(RB)

dalam

keadaan

tertutup

atau

maksimal dari gigi geligi pada waktu

hubungan daerah kunyah gigi-geligi dalam

mandibula dalam keadaan sentrik, yaitu

keadaan tidak berfungsi (statik). Pada

kedua kondisi berada dalam posisi bilateral

oklusi statik, hubungan cusp fungsional

simetris di dalam fossanya. Sentris atau

gigi geligi posterior (premolar) berada

tidaknya posisi mandibula ini sangat

pada posisi cusp to marginal ridge dan

ditentukan oleh panduan yang diberikan

cusp fungsional gigi molar pada posisi

oleh kontak antara gigi pada saat pertama

cusp to fossa. Sedang pada hubungan gigi


anterior dapat ditentukan

jarak

berkontak. Keadaan ini akan mudah

gigit

berubah bila terdapat gigi supra posisi

(overjet) dan tinggi gigit (overbite) dalam


satuan

milimeter

(mm).

Jarak

ataupun overhanging restoration.

gigit

Kontak gigi geligi karena gerakan

(overjet) adalah jarak horizontal antara

mandibula dapat diklasifikasikan sebagai

incisal edge gigi incisivus RA terhadap

berikut:

bidang labial gigi insisivus pertama RB.

Intercupal Contact Position (ICP),

Dan tinggi gigit (overbite) adalah jarak

adalah kontak maksimal antara gigi geligi

vertikal antara incisal edge RB sampai

dengan antagonisnya
Retruded Contact Position (RCP),

incisal edge RA.


2. oklusi dinamik merupakan hubungan

adalah kontak maksimal antara gigi geligi

antara gigi geligi RA dan RB pada saat

pada saat mandibula bergerak lebih ke

seseorang melakukan gerakan mandibula

posterior dari ICP, namun RB masih

ke arah lateral (samping) ataupun kedepan

mampu bergerak secara terbatas ke lateral.


Protrusif Contact Position (PCP)

(antero-posterior). Oklusi dinamik timbul


akibat gerakan mandibula ke lateral,
kedepan

(anterior)

dan

adalah kontak gigi geligi anterior pada saat

kebelakang

(posterior). Oklusi yang terjadi karena

RB digerakkan ke anterior
Working Side Contact

pergerakan mandibula ini sering disebut

(WSCP) adalah kontak gigi geligi pada

artikulasi. Pada gerakan ke lateral akan

saat RB digerakkan ke lateral.

ditemukan sisi kerja (working side) yang

Selain klasifikasi diatas, secara umum pola

ditunjukan dengan adanya kontak antara

oklusi

cusp bukal RA dan cusp molar RB; dan

diklasifikasikan sebagai berikut:

sisi

keseimbangan

Working

side

dalam

(balancing
oklusi

side).
dinamik

1.

akibat

gerakan

RB

Position

dapat

Bilateral balanced occlusion, bila gigi


geligi posterior pada kerja dan sisi

keseimbangan, keduanya dalam keadaan


kontak
2. Unilateral balanced occlusion, bila gigi
geligi posterior pada sisi kerja kontak dan
sisi keseimbangan tidak kontak
3. Mutually protected occlusion, dijupai
kontak ringan pada gigi geligi anterior,
sedang pada gigi posterior
4. Tidak dapat ditetapkan, bila tidak
dikelompokkan dalamklasifikasi diatas.
(Hamzah, Zahreni,dkk)
1.4

Hubungan

Mandibula

Maksila
Relasi sentrik
mandibula

Terhadap

merupakan

terhadap

hubungan

maksila,

yang

menunjukkan posisi mandibula terletak 1-2


mm lebih kebelakang dari oklusi sentris
(mandibula terletak paling posterior dari
maksila) atau kondil terletak paling distal
dari

fossa

glenoid,

tetapi

masih

dimungkinkan adanya gerakan dalam arah


lateral. Pada keadaan kontak ini gigi-geligi
dalam

keadaan

Intercuspal

Contact

Position (ICP) atau dapat dikatakan bahwa


ICP berada pada posisi RCP.
Jarak Inter-Oklusal (Psycological Rest
Position)

yaitu

jarak

antara

oklusal

premolar RA dan RB dalam keadaan


istirahat, rileks dan posisi tegak lurus. Pada
keadaan ini otot-otot pengunyahan dalam
keadaan istirahat, hal ini menunjukkan
otot-otot kelompok elevator dan depressor
tonus adan kontraksinya dalam keadaan
seimbang, dam kondil dalam keadaan

netral

atau

tidak

tegang.

Posisi

ini

dianggap konstan untuk setiap individu.


Maloklusi adalah oklusi abnormal yang
ditanda dengan tidak benarnya hubungan
antar lengkung di setiap bidang spatial atau
anomaly abnormal dalam posisi gigi.
Maloklusi adalah kondisi oklusi
intercuspal dalam pertumbuhan gigi
diasumsikan sebagai kondisi yang tidak
reguler. Keadaan ini dikenal dengan istilah
maloklusi tetapi batas antara oklusi normal
dengan tidak normal sebenarnya cukup
tipis. Maloklusi sering pula tidak
mengganggu fungsi gigi secara signifikan
dan termodifikasi pemakaian gigi.1
Maloklusi terjadi pada kondisi-kondisi
berikut ini :
1.Ketika ada kebutuhan bagi subjek untuk
melakukan posisi postural adaptif dari
mandibula.
2.Jika ada gerak menutup translokasi dari
mandibula, dari posisi istirahat atau dari
posisi postural adaptif ke posisi
interkuspal.
3.Jika posisi gigi adalah sedemikian rupa
sehingga terbentuk mekanisme refleks
yang merugikan selama fungsi
pengunyahan dari mandibula.
4.Jika gigi-gigi menyebabkan kerusakan
pada jaringan lunak mulut.
5.Jika ada gigi berjejal atau tidak teratur,
yang bias merupakan pemicu bagi
terjadinya penyakit periodontal dan gigi.
6.Jika ada penampilan pribadi yang kurang
baik akibat posisi gigi.
7.Jika ada posisi gigi yang menghalangi
bicara yang normal
Klasifikasi Skeletal
Salzmann (1950) yang pertama kali
mengklasifikasikan struktur lapisan
skeletal.

Kelas 1 Skeletal
Maloklusi ini dimana semata-mata dental
dengan tulang wajah dan rahang harmoni
dengan satu yang lain dan dengan posisi
istirahat kepala. Profilnya orthognatic.
Kelas 1 dental ditentukan berdasarkan
maloklusi dental :
divisi I
Malrelasi lokal insisor, caninus , dan
premolar.
divisi II
Protrusi insisor maksila
divisi III
Lingouversi insisor maksila
divisi IV
protrusi bimaksilari
kelas II Skeletal
ini menyangkut maloklusi dengan
perkembangan distal mandibular
subnormal dalam hubungannya terhadap
maksila.
Dibagi menjadi dua divisi:
divisi I
lengkung dental maksila dalam batas
sempit dengan crowding pada regio
caninus, crossbite bisa saja ada ketinggian

wajah vertikal menurun. Gigi anterior


maksila protrusif dan profilnya retrognatic.
divisi II
merupakan pertumbuhan berlebih
mandibula dengan sudut mandibula yang
tumpul. Profilnya prognatic pada
mandibula.3
Pada maloklusi kelas 1, relasi antar molar
pertama normal, tetapi garis oklusi gigigigi di daerah depan dari molar pertama
tersebut tidak tepat.
Pada maloklusi kelas 2, tampak molar
pertama bawah tampak lebih belakang dari
pada molar atasnya sehingga relasi tidak
lagi normal. Kondisi ini merupakan
overbite / gigitan berlebih.
Pada maloklusi kelas 3 ini merupakan
kebalikan dari Kelas 2, yaitu molar
pertama atas yang tampak lebih belakang
daripada molar pertama bawah. Kondisi ini
merupakan underbite atau terkadang
disebut gigitan terbalik.

Anda mungkin juga menyukai