Analisis model studi adalah penilaian tiga dimensi terhadap gigi geligi
pada rahangatas maupun rahang bawah, serta penilaian terhadap hubungan
oklusalnya. Kedudukan gigi pada rahang maupun hubungannya dengan geligi
pada rahang lawan dinilai dalam arahsagital, transversal, dan vertikal.
Analisis model studi secara umum dilakukan dalam tiga dimensi yaitu
dalam arah:
Sagital,meliputi: hubungan molar pertama, kaninus, dan insisif tetap,
yaitu maloklusi kelas I, kelas II, atau kelas III Angle; ukuran overjet,
prognati atau retrognati maksila maupun mandibula, dan crossbite
anterior.
Transversal, meliputi: pergeseran garis median, asimetri wajah, asimetri
lengkung gigi, dan crossbite posterior
Vertikal, meliputi:ukuran overbite, deepbite, openbite anterior maupun
posterior, dan ketinggian palatum
1
- P1, P2 : puncak bonjol bukal
- M1: central fossa
Pengukuran dengan menggunakan symmetograph atau orthocross dengan
bidang orientasi pada mid palatal raphe dan bidang tuberositas
Bandingkan posisi geligi kiri dan kanan menggunakan
orthocross/symmetograph tersebut. Caranya:
- Menentukan lengkung gigi yang paling mendekati normal (misalnya
regio1/ kanan lebih normal dibandingkan regio kiri 2/ kiri) sebagai
acuan
- Meletakkan jarum symmetograph pada garis median model studi, atau
garis median orthocross berhimpit dengan garis median model studi
- Membandingkan titik-titik pada setiap gigi yang sama pada lengkung
regio sebelahnya terhadap lengkung yang dianggap normal tersebut
- Melakukan penilaian dalam arah transversal dan sagital.
.Contoh hasil pemeriksaan
- Dalam bidang transversal: 16 menjauhi median line 1 mm dibandingkan
26
- Dalam bidang sagital: 16 lebih ke anterior 1 mm dibandingkan 26
- Pengukuran pada setiap gigi yang dianggap malposisi, lalu membuat
kesimpulan akhir mengenai kesimetrisan kedua lengkung gigi,
misalnya:
o kedudukan gigi-gigi di regio 1, mejauhi median line dibandingkan
regio 2
o kedudukan gigi-gigi di regio 1, lebih ke anterior dibandingkan
regio 2
2
Gambar 1. Penilaian kesimetrisan lengkung gigi A. Symmetograph,
B. Untuk menilailengkung gigi, kedua jarum penunjuk pada
symmetographdiletakkan pada bidang median raphe
3
Mengukur panjang lengkung rahang menggunakan kawat lunak seperti
brass wire atau kawat kuningan. Kawat ini dibentuk melalui setiap gigi
dan ditempatkan pada permukaan oklusal pada geligi posterior sampai
incisal edge pada gigi anterior.
Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan ukuran panjang
lengkung gigi ideal dengan panjang lengkung rahang. Jika hasilnya negatif
berarti kekurangan ruangan, jika hasilnya positif berarti terdapat kelebihan
ruangan.
A B
Gambar 2.Pengukuruanpanjanglengkungmenurut Nance
menggunakan brass wire melibatkangigigeligi di mesial
molar pertama. A. rahangatas, B.rahangbawah
4
Mengukur ruangan mesiodistal yang tersedia pada studi model setiap
segmen
- Pengukuran dengan jangka yang kedua ujungnya runcing, dari mesial
molar kedua kanan pada puncak papil gusi pada tiap segmen
- Pada garis lurus yang telah disediakan pada status atau dapat dibuat
sendiri, masing-masing pengukuran rahang dipindahkan dan
dijumlahkan
Selisihantara keduanya menunjukkan keadaan ruangan yang tersisa.
5
A B
Gambar 4. Pengukuran Arch Length Discrepancy yang melibatkan molar
pertama permanen. A.Pengukuran panjang lengkung gigi,
B. Pengukuran panjang lengkung rahang secara segmental
6
ukuran mesiodistal gigi pada maksila dan mandibula yang benar penting untuk
menentukan ideal interdigitasi antara gigi maksila dan mandibula.
Tujuan:
mengetahui perbedaan ukuran gigi antara mandibula terhadap maksila
membantu dalam mempertimbangkan hubungan overbite dan overjet yang
mungkin akan tercapai setelah perawatan selesai
menentukan efek pencabutan pada oklusi posterior dan hubungan insisif
mengidentifikasi oklusi yang tidak tepat karena ukuran gigi yang tidak
sesuai.
Analisa Bolton terbagi dua yaitu rasio anterior (6 gigi anterior) dan rasio total (12
gigi dari M1 kanan-M1 kiri).
Prosedur:
mengukur dan mencatat ukuran mesiodistal gigi dalam mm
- 6 gigi anterior RA (13-23)
- 6 gigi anterior RB (33-43)
- 12 gigi RA (16-26)
- 12 gigi RB (36-46)
Pengukuran gigi sesuai dengan cara pengukuran pada analisis ALD.
menentukan rasio anterior
Jumlah 6 gigi anterior mandibula x 100 %
Jumlah 6 gigi anterior maksila
Rata-rata= 77,2 1,65
menentukan rasio total
Jumlah 12 gigi anterior mandibula x 100 %
Jumlah 12 gigi anterior maksila
Rata-rata= 91,3 1,91
Jika rasio anterior >77,2% 1,65, rasio total > 91,3% 1,91: maka ukuran
gigi maksila yang benar, mandibula terlalu besar dibanding seharusnya
7
Berdasarkan ukuran gigi maksila yang benar dilihat ukuran gigi mandibula
yang seharusnya pada tabel Bolton
Jika rasio anterior <77,2% 1,65, rasio total < 91,3% 1,91: maka ukuran
gigi mandibula yang benar, maksila terlalu besar dibanding seharusnya
Berdasarkan ukuran gigi mandibula yang benar dilihat ukuran gigi maksila
yang seharusnya pada tabel Bolton
Ukuran gigi maksila pasien dikurangi dengan ukuran gigi maksila pada tabel
Hasil pengurangan merupakan selisih kelebihan ukuran gigi maksila
8
Tabel 1.Tabel Bolton digunakanuntukmengetahuiukuran ideal enamgigi
anterior dankeduabelasgigi,
baikpadarahangatasmaupunrahangbawah
c. Analisis Howes
Dikemukakan oleh: Ashley E. Howes, tahun 1947.
Dasar Pemikiran:
1). Keadaan berjejal tidak hanya disebabkan ukuran gigi terlalu besar tetapi juga
disebabkan lengkung basal tulang rahang terlalu kecil, hanya pada rahang atas
2). Ada hubungan lebar lengkung gigi dengan panjang perimeter lengkung gigi
3). Ada hubungan basal arch dengan coronal arch.
Howes memikirkan suatu rumusan untuk mengetahui apakah basis apikal
cukup untuk memuat gigi geligi pasien.
Tujuan:
9
Untuk menentukan rencana perawatan dimana terdapat masalah
kekurangan basis apikal dan untuk memutuskan apakah akan dilakukan
pencabutan gigi, memperluas lengkung gigi atau ekspansi.
Prosedur:
Melakukan pengukuran:
- Panjang lengkung gigi: jumlah lebar mesiodistal gigi dari molar pertama
kiri sampai dengan molar pertama kanan
- Lebar lengkung rahang: diameter basis apikal (jarak antara titik terdalam
fosa kanina kanan dan kiri (ujung apeks gigi 14-24) diukur dari arah
depan dari model gigi
- Lebar lengkung gigi: jarak antara puncak bonjol bukal gigi 14-24 diukur
dari arah oklusal.
Menghitung dengan rumus:
a). Basis apikal x 100 = .............. %
Jumlah mesio distal 16-26
b). Lebar lengkung gigi (puncak bonjol 14-24) = .............mm
Lebar lengkung rahang (basis apikal) = .............mm -
Selisih = .............mm
Hasil Perhitungan
o Perhitungan a
- 44 % : basis apikal cukup lebar untuk semua gigi 16-26
- < 37% : lengkung basal sempit sehingga perlu ekstraksi
- 37-44% :dikategorikan dalam kasus yang meragukan.
Mungkindilakukan pencabutan gigi atau ekspansi. Jika lebar
lengkunggigilebih sempit dari lengkung rahang maka masih bisa
ekspansi
- > 44% : lebar lengkung basal lebih besar dari lebar lengkung gigi
sehingga ekspansi dapat dilakukan dengan aman.
o Perhitungan b
- LLG > LLR (selisih +) : tidak bisa diekspansi
- LLG = LLR (selisih 0) : normal
10
- LLG < LLR (selisih -) : dapat diekspansi
d. Analisis Pont
Dikemukakan oleh: DR.Pont, drg. Perancis, tahun 1909.
Dasar Pemikiran:
Dalam lengkung gigi dengan susunan gigi teratur terdapat hubungan
antara jumlah lebar mesiodistal keempat gigi insisivus atas dengan lebar lengkung
inter premolar pertama dan inter molar pertama.
Tujuan:
Untuk mengetahui apakah suatu lengkung gigi dalam keadaan kontraksi
atau distraksi atau normal.
o Kontraksi = kompresi = intraversion : sebagian atau seluruh lengkung
gigi lebih mendekati bidang midsagital.
o Distraksi = ekstraversion : sebagian atau seluruh lengkung gigi lebih
menjauhi bidang midsagital.
Menentukan apakah dibutuhkan ekspansi ke lateral
Menentukan sejauh mana ekspansi dapat dilakukan pada daerah premolar
dan molar
Prosedur:
Mengukur lebar mesio distal 4 gigi anterior rahang atas (12, 11, 21, 22)
Mengukur lebar lengkung gigi:
- regio premolar: jarak dari distal pit pada permukaan oklusal premolar
pertama kanan atas ke distal pit premolar pertama kiri atas
- regio molar: jarak dari mesial pit pada permukaan oklusal kanan atas
ke mesial molar pertama pit molar pertama kiri atasdan molar
Menghitung dengan menggunakan rumus pont lebar lengkung gigi pada
regio premolar dan molar yang ideal
a). Premolar indeks: jumlah mesiodistal gigi 12-22 x 100
80
b). Molar indeks: jumlah mesiodistal gigi 12-22 x 100
11
64
Pont menyarankan bahwa rasio gabungan insisif terhadap lebar
lengkung gigi melintang yang diukur dari pusat permukaan oklusal gigi,
idealnya adalah 0,8 pada fosa sentral premolar pertama dan 0,64 pada fosa
sentral molar pertama.
Menentukan selisih antara kedua hasil yang didapat
o LLG pasien = LLG Pont, maka LLG pasien normal (selisih 0)
o LLG pasien < LLG Pont, maka LLG mengalami konstriksi (selisih -)
o LLG pasien > LLG Pont, maka LLG mengalami distraksi (selisih +)
Pont juga menyarankan bahwa lengkung rahang atas dapatdiekspansi
sebanyak 1-2 mm lebih besar dari idealnya untuk mengantisipasi
kemungkinanterjadinya relaps.
12
model yang telah disusun kembali dalam lengkung gigi tersebutjuga
merupakan gambaran suatu hasil perawatan maka disebut juga prognosis
setup model.
Prosedur:
model kasus RA-RB disiapkan
memfiksasi model pada okludator yang sesuai, dengan
membuatkedudukan basis dari model sejajar dengan bidang oklusal
(model RB). Bidang oklusal dengan bidang mandibula sebaiknya
membentuk sudut rata-rata 15
kemudian dimulai memotong/memisahkan gigi-gigi dari model tersebut
pada aproksimal kontaknya dengan suatu pisau/gergaji, caranya:
- membuat lubang dengan gergaji 3mm di atasgingival margin
(fornix) antara gigi 11 dan 21
- dari lubang ini dibuat irisan arah horisontalkanan-kiri sampai M1
- dibuat irisan vertikal pada aproksimal M2-M1
- diberi tanda masing-masing gigi agar tidak keliru
- dibuat irisan vertikal pada setiap aproksimal
- masing-masing gigi dipisahkan
- menyusun kembali gigi-gigi tersebut dalam lengkung yang
dikehendaki dengan perantaraan wax
Pada saat penyusunan kembali, analisis sefalometri digunakan untuk
memperkirakan letak dan angulasi gigi insisif.
Untuk menjaga agar gigitan tidak berubah, dibuat gigitan lilin dalam
keadaan oklusi sentrik dan pemotongan tidak dilakukan pada seluruh gigi.
Diagnostic setup akan memperlihatkan jumlah ruang yang tersedia dan
yang tersisa sehingga dapat membantu dalam memilih gigi mana yang
akan diekstraksi serta bagaimana pergerakan gigi untuk menutup ruang
tersebut.
13
hasil cetakan yg belum diisi gips disiapkan
mengisi cetakan dengan gips 3 mm dr gingival margin
wax ditunggu hingga keras kemudiandiisi lagi dengan gips, tunggu,
cetakan dilepaskan
masing-masing gigi dipisahkan dengan terlebih dulu model difiksasi pada
okludator dan diberi tanda serta dipisahkan arah vertikal pada aproksimal
kontaknya
menyusun kembali gigi sesuai lengkung yang dikehendaki dengan cara
yang sama, untuk kasus:
o RB normal : RA mengikuti RB
o RA normal: RB mengikuti RA
o RA & RB tidak normal: tentukan RB lebih dulu
14
Deep overbite dapat disebabkan:
a). Dental:
- Supra oklusi gigi-gigi anterior
- Infra oklusi gigi-gigi posterior
- Kombinasi supraoklusi dan infraoklusi
- Inklinasi lingual gigi-gigi P dan M
b). Skeletal:
- Ramus mandibula yang panjang
- Sudut gonion yang tajam
- Pertumbuhan procesus alveolaris yang berlebihan
c). Kombinasi
Analisis deep overbite dapat dipelajari dari:
1). Cetakan model gigi-gigi penderita
2). Foto profil penderita
3). Langsung dari penderita
4). Dengan sefalometri radiografik
1). Mempelajari model gigi-gigi penderita
o Sempurna tidaknya kalsifikasi dilihat adanya benjolan yang tidak
sempurna rata pada model, pada palatum, prosesus alveolaris, dan lain-lain
o Adanya benjolan berarti kalsifikasi tidak sempurna
o Adanya gingiva tebal.
o Kurva Von Spee yang tajam
2). Dari foto profil penderita
o Jika Nasion SNA > 43%, maka SNA ke Mentum lebih pendek, berarti
ada infraklusi gigi-gigi posterior
o Jika NA SNA < 43% maka SNA ke Mentum lebih panjang, berarti ada
supraoklusi gigi-gigi anterior.
3). Langsung dari penderita
15
jika ada keragu-raguan deep overbite disebabkan oleh karena infraoklusi
gigi-gigi bukal (P dan M) saja atau bersama-sama dengan supraoklusi gigi-
gigi anterior
Prosedur:
mengambil sepotong stenz (wax) yang dilunakkan
meletakkan stenz tersebut di atas permukaan oklusal P dan M salah satu
rahang kanan atau kiri
penderita disuruh menggigit stenz sehingga kedudukan profil muka
penderita pada keseimbangan: NA - SNA = 43% NA Mentum
setelah stenz keras dilihat pada regio anteriornya:
o Jika deep overbite sama sekali hilang, sedang stenz masih tebal berarti
terdapat infraoklusi gigi-gigi P dan M
o Jika deep overbite masih ada, sedang stenz tergigit habis berarti adanya
supraoklusi gigi-gigi anterior
o Jika deep overbite masih ada, sedang stenz masih ada ketebalan, hal ini
berarti ada kombinasi keadaan tersebut di atas
4). Dari mempelajari sefalometri radiografik
Cara yang baik untuk menentukan deep overbite yang bersifat skeletal
type, dimana akan terlihat:
- Frankfurt Mandibulair Plane Angle kecil
- Panjang Ramus Mandibula lebih panjang
- Sudut gonion tajam
- Pertumbuhan ke arah vertikal dan bagian muka kurang
Pada keadaan normal dalam keadaan physiologic rest position (istirahat)
proporsi muka pada ukuran vertikal : Nasion ke Spina Nasalis Anterior
(SNA) = 43% dari jumlah panjang Nasion ke Mentum (Gnathion)
Ukuran ini sangat penting untuk mengetahui prognosis dari deep overbite
yaitu koreksinya ditujukan pada elevasi (ekstrusi) gigi-gigi bukal dan atau
depresi (intrusi) gigi-gigi anterior
Prognosa:
16
1. Dental: baik
2. Skeletal: tidak menguntungkan
3. Deep overbite karena kalsifikasi yang buruk dari alveolaris dan basal bone
biasanya buruk
a. Analisis Moyers
Diperkenalkan oleh Moyers, Jenkins dan staf ortodonsia Universitas Michigan.
Dasar Pemikiran:
Adanya korelasi antara satu kelompok gigi dengan kelompok lain. Dengan
mengukur jumlah lebar gigi dalam satu kelompok pada satu segmen
dimungkinkan dapat membuat suatu perkiraan yang tepat jumlah lebar gigi-
gigi dari kelompok lain dalam mulut yang sama.
Berdasarkan penelitian, ukuran gigi insisif permanen rahang bawah memiliki
hubungan dengan ukuran kaninus dan premolar yang belum tumbuh baik
pada rahang atas maupun rahang bawah
Kelompok gigi yang dipakai sebagai pedoman adalah 4 gigi insisif permanen
rahang bawah. Alasannya:
o Merupakan gigi permanen yang tumbuh paling awal
17
o Mudah diukur dengan tepat baik intraoral/ekstraoral (model)
o Ukurannya tidak bervariasi banyak dibanding RA
Tujuan:
untuk memprediksi kebutuhan ruang erupsi gigi C, P1 dan P2 yang belum
erupsi
Keuntungannya:
kesalahan sistematik yang minimal
dapat dilakukan dengan cepat
tidak memerlukan alat-alat khusus ataupun radiografi
dapat dilaksanakan oleh pemula karena tidak memerlukan keahlian khusus
walaupun pengukuran dan penghitungan dilakukan pada model, tetapi
mempunyai tingkat ketepatan yang baik di dalam mulut
metoda ini juga dapat dilakukan untuk menganalisis keadaan pada kedua
lengkung rahang.
Prosedur:
mengukur lebar mesiodistal ke empat gigi insisivus permanen bawah,
dijumlahkan dan dicatat pada formulir pemeriksaan
mencatat lebar ruang yang dibutuhkan untuk erupsi gigi C, P1 dan P2, sisi
kanan dan kiri baik untuk rahang atas maupun rahang bawah sesuai dengan
tabel Moyers, dengan menggunakan prosentase 75%
Ukuran tersebut dibandingkan dengan sisa ruangan yang tersedia setelah
keempat gigi insisif atas dan bawah disusun pada kedudukannya yang benar
pada rahang
Ruangan yang tersedia bagi gigi 3, 4, 5 diukur dari distal insisif lateral,
hingga mesial molar pertama tetap
Jumlah ruang yang harus tersedia pada rahang juga harus diperhitungkan
untuk penyesuaian hubungan gigi molar.
Catatan : Jika posisi distal gigi molar dua desidui atau sisi mesial gigi molar
pertama atas dan bawah masih end to end bite ( sejajar ) pada masing-masing
sisi tambahkan kebutuhan ruang untuk penyesuaian oklusi menjadi klas I
18
Angle ( Lee way space ) rata-rata sebesar 0.9 mm untuk rahang atas dan 1,7
mm untuk rahang bawah.
Kemungkinan yang bisa terjadi:
- tidak ada sisa ruang
- kurang ruang
- kelebihan ruang
b. Tanaka-Johnston
19
Dasar:
Tanaka dan Johnston mengembangkan cara lain penggunaan keempat
insisif rahang bawah untuk memperkirakan ukuran kaninus dan premolar
yang belum erupsi.
Keuntungan:
mempunyai keakuratan yang cukup baik dengan tingkat kesalahan yang kecil
sangat sederhana dan tidak memerlukan tabel atau gambaran radiografi apa pun
Prinsip Perhitungannya:
Ukuran lebar kaninus dan premolar pada satu kuadran mandibula sama
dengan setengah ukuran keempat insisif rahang bawah ditambah 10,5 mm.
Sedangkan perkiraan lebar ukuran kaninus dan premolar pada satu
kuadran maksila sama dengan ukuran keempat insisif rahang bawah
ditambah 11,0 mm.
c. Metode Nance
Dikemukakan pada tahun 1934, di Pasadena, Kalifornia, Amerika.
Dasar:
adanya hubungan antara jumlah mesiodistal gigi-gigi desidui dengan gigi
pengganti.
Tujuan:
untuk mengetahui apakah gigi tetap yang akan tumbuh cukup
tersedia/lebih/kurang ruang.
Gigi-gigi yang dipakai sebagai dasar : c m1 m2 dan gigi pengganti 3 4 5.
Fungsi:
untuk mengetahui besarnya Lee way space pada kasus-kasus mixed
dentition.
Lee way space: selisih ruang antara ruang yang tersedia dan ruang yang
digunakan. Masing-masing sisi : RA : 0,9 mm RB : 1,7 mm.
Prosedur:
20
mempersiapkan: model RA dan RB, rontgen foto regio III, IV, V, danjangka
sorong
Metoda ini memerlukan gambaran radiografi yang jelas dan tidak
mengalami distorsi. Distorsi gambaran radiografi pada umumnya lebih
sedikit terjadi pada foto periapikal dibandingkan dengan foto panoramik.
Namun, meskipun menggunakan film tunggal, seringkali sulit untuk
menghindari distorsi terutama pada gigi yang panjang seperti kaninus,
sehingga pada akhirnya akan mengurangi tingkat akurasi.
membuat foto ronsen periapikal untuk gigi C, P 1 , P2 yang belum erupsi pada
ke empat sisi rahang
Pada foto ronsen, diukur lebar mesiodistal masing-masing dan dilakukan
koreksi terhadap efek pembesaran dengan metode Huckaba yaitu lebar
mesiodistal P1 sesungguhnya dapat dihitung dengan rumus :
P1 : P1 Ro = M1 : M1 Ro
Mengukur lebar mesiodistal M1yang sudah erupsi langsung pada model
menjumlahkan hasil pengukuran yang sudah dikoreksi dan mencatatnya pada
formulir pemeriksaan
menjumlahkan mesiodistal gigi-gigi desidui: c, m1, m2, lalu dibandingkan
dengan hasil pengukuran dari ronsen untuk gigi C, P1 dan P2
Hasil perhitungan ini digunakan sebagai pertimbangan dalam pembuatan
lengkung ideal
Kemungkinan :
o hasil 1=2 : cukup o hasil 1<2 : kurang
o hasil 1>2 : kelebihan
21
A B
Gambar 8. Untuk menghitung perbesaran yang terjadi dilakukan
pembandinganantara ukuran padaA. Model studi
B. Gambaran radiografiperiapikal
Referensi:
1. Rakosi, T., dkk. Color Atlas of Dental Medicine, Orthodontic-Diagnosis.
Edisi I.Germany: Thieme Medical Publishers. 1993. hal. 3-4, 207-235.
2. Moyers, R.E. Handbook of Orthodontics. Edisi IV. Chicago : Year Book
Medical Publisher. 1988. hal 221-246.
3. Proffit, W.R., dkk. Contemporary Orthodontic. Edisi III. St. Louis :
Mosby, Inc. 2000.hal. 163-170.
4. www.google.com
22