Anda di halaman 1dari 31

ANALISIS DOWNS

Pembimbing :
drg. Melisa Budipramana, Sp. Ort
Nama Kelompok :
Dinda Rizkia
Muhammad Alfi Ghifari
Marthia Eka Nurdila
Syifa Syara Fina
Nisa Fachrizha Munier
Reisa Dahliani

1
BASIC FACIAL
TYPE’S

Ketika mengamati bentuk wajah, W B Downs mencatat bahwa pada umumnya


posisi mandibula (rahang bawah) dapat digunakan untuk menentukan
keseimbangan wajah seseorang.
Bentuk wajah yang “ideal” menunjukan keselarasan atau keindahan dari
kebanyakan orang, salah satunya adalah posisi mandibula (rahang bawah) yang
ortognatik, artinya tidak retrusif (melengkung) atau protrusif (menonjol).
Namun Downs mengakui bahwa bentuk wajah bisa retrusif atau protrusif,
namun tetap proporsional. Bentuk wajah yang terlihat protrusif pada bagian
kranium adalah orang-orang yang memiliki garis keturunan.
Downs menyimpulkan bahwa dalam pengamatannya terdapat 4
golongan bentuk wajah, yaitu:

1. Retrognathic : RB yang resesif. 2. Mesognathic : RB yang ideal


4. True Prognathism : Tonjolan dagu yang terlihat
3. Prognathic : RB yang menonjol jelas sehingga wajah terlihat panjang.
Semua atau salah satu dari golongan wajah diatas memiliki oklusi
yang normal, bentuk wajah yang seimbang dan proporsional.
Bidang Frankfort Horizontal memperkirakan posisi wajah saat
tubuh berdiri dalam jarak pandang yang jauh, Downs memilih
menggunakan Bidang Frankfort Horizontal (karena
keterbatasannya) sebagai referensi untuk menentukan tingkat
retrognatis, ortognatis atau prognatis.
Analisis Skeletal
Down
Analisis Skeletal
Down

• Sudut Fasial (Facial Angle


• Sudut Kecembungan
• Bidang A-B (A-B Plane)
• Sudut Frankfort Bidang Mandibula
• Sumbu Y ke FH
Sudut Fasial (Facial Angle)

• Gambaran derajat protrusi atau retrusi dari mandibula


terhadap wajah bagian atas. 
• Referensi : N-Pog dan FHP.
• Normal : 87,8° (82° -95°)
< 820 = dagu retrognati
> 950= dagu prognati
Sudut Kecembungan (Angle of Convexity)

● Gambaran letak posisi basal maksila pada batas anteriornya


(titik A) terhadap profil wajah (N-Pog).
● Referensi : N-A-Pog
o Sudut positif : maksila berada relatif lebih prominen
daripada mandibula.
○ Sudut negatif : tipe profil cenderung klas III skeletal
● Rentang sudut kecembungan :
-8,5° hingga 10°
A-B Plane

● Mengestimasi tingkat kesulitan kedudukan insisivus yang


benar, dan inklinasi axial yang cukup baik dari gigi-gigi
diregio insisivus dalam terapi orthodontic
● perpotongan garis fasial (N-Pog) dan perpanjangan garis A-
B
● -4,6 (-9- 0)
● Sudut positif, kemungkinan Class III maloklusi atau Class 1
oklusi dengan mandibula maju.
● Jika sudut negatif besar maka kemungkinan bentuk wajah
Class II
Sudut Bidang Mandibul (Mandibula Plane
Angle)

● Hubungan antara bidang Frankfort dengan garis singgung


batas bawah mandibula (bidang mandibula).
● Perpotongan bidang mandibula (MP) dan FHP.
● 21,9 (17-28)
● < 17= low angle
● > 28= high angle
● Sudut yang tinggi : prognosis dan perawatan yang sulit
Sumbu Y ke FH

● Mengetahui arah pertumbuhan dari muka ke


bawah ke depan
● Perpotongan garis S-Gn dan FHP.
● 59,4 (53-66)

o > 66° : lebih ke arah vertikal  

o < 53° : lebih ke arah horizontal    

(Jacobson, 1995)
Jarak/rentang Normal
Downs’
Materi control yang dipelajari oleh Downs berasal dari 20 subjek berkulit putih,
berusia antara 12-17 tahun dengan jumlah laki-laki dan perempuan yang sama. Cetakan
gigi, model, foto, dan radiografi sefalometrik, serta intraoral diambil dari masing-masing
individu. Semua individu memiliki oklusi klinis yang sangat baik.
Dental
Pattern (Pola
Gigi)
Cant of Occlusal
Plane

● Dalam kasus ini, gigi insisif sangat malposisi,


Downs merekomendasikan menggambar
bidang oklusal melalui daerah cusp gigi P1 dan
M1 yang tumpang tindih.
● Cant dari bidang oklusal adalah ukuran
kemiringan bidang oklusal ke Frankfurt
horizontal (Gambar 5-10).
Cant of Occlusal
Plane

• Sudut diukur dengan menerapkan metode yang sama yang digunakan untuk
mengukur sudut dari bidang mandibula ke bidang Frankfurt. Hubungan paralel dari
bidang akan menghasilkan pembacaan 0 derajat
• Jika bidang bagian anterior lebih rendah dari posterior, sudutnya akan POSITIF.
Sudut positif yang lebih besar ditemukan pada pola wajah Kelas II.
• Pengukuran sudut minimal +1,5 derajat, maksimal +14 derajat, dan rata-rata
+9,3 derajat.
Interincisal Angle (Sudut
Interincisal)

● Sudut interinsisal dibuat dengan melewatkan


garis melalui tepi insisal dan puncak akar gigi
I1 rahang atas dan bawah.
● Sudut ini relatif kecil pada individu dengan gigi
insisif yang mengarah ke depan pada basis gigi
tiruan.
● Pembacaan sudut minimal 130 derajat,
maksimal 150 derajat, dan rata-rata 135,4
derajat.
Incisor-Occlusal Plane Angle (Sudut Bidang Insisal-
Oklusal)

● Sudut bidang gigi insisal-oklusal menghubungkan


gigi insisif bawah dengan permukaan fungsionalnya
di bidang oklusal.
● Sudut dalam inferior dibaca sebagai deviasi positif
atau negatif dari sebuah sudut (yaitu, komplemen).
● Sudut positif meningkat saat gigi insisif condong ke
depan.
● Sudut minimal +3,5 derajat; maksimal, +20
derajat; dan rata-rata, 14,5 derajat (SD, 3,5).
Incisor-Mandibular Plane Angle (Sudut Bidang Insisial-
mandibular)

● Sudut bidang insisivus-mandibula dibentuk oleh


perpotongan bidang mandibula dengan garis yang
melewati tepi insisal dan puncak dari akar gigi I1
mandibula.
● Sudut ini positif ketika gigi insisif dimiringkan ke
depan pada basis gigi tiruan.
● Pembacaan sudut minimal -8,5 derajat; maksimal,
+7 derajat; dan mean, 1,4 derajat.
Protrusion of Maxillary Incisors (Protrusi Gigi Insisif
Maksila)

● Protrusi insisif maksila diukur sebagai jarak antara tepi


insisal I1 maksila ke garis dari titik A-pogonion.
● Jarak ini positif jika tepi insisal berada di depan garis
titik A-pogonion dan menunjukkan jumlah protrusi gigi
rahang atas.
● Hasil pembacaan negatif jika tepi insisal terletak di
belakang titik garis pogonion A dan menunjukkan posisi
gigi insisif maksila yang retrusi.
● Pembacaan sudut minimal -1,0 mm; maksimal, +5
mm; dan rata-rata, +2,7 mm.
The Polygon

2
1
• Poligon adalah metode yang efektif untuk menggambarkan analisis
sefalometri secara kuantitatif dan kualitatif.
• Poligon memiliki garis tengah vertikal, yang merepresentasikan rata-rata
dari berbagai pengukuran.
• Poligon menggunakan angka (kisaran) maksimum dan minimum dari
masing-masing pengukuran Downs
• Poligon dibagi menjadi dua poligon pada grafik dengan pola kerangka di
setengah bagian atas kertas dan poligon gigi di bagian bawah kertas.
• Angka-angka pada grafik yang menunjukkan maksimum dan minimum
terletak di setiap sudut yang dibentuk oleh poligon.

2
2
Interpretasi
Tracing
Sefalometri
Analisis Down

2
3
Interpretasi Tracing Sefalometri Analisis
Down
● Hasil tracing dari profil pasien dengan maloklusi
menunjukkan bahwa bibir terlalu protrusi dengan
bibir bawah yang terangkat karena M. Mentalis,
yang ditandai dengan adanya kontur yang tidak
beraturan pada daerah dagu.
● Sudut fasial 82° (normal 87°) sehingga masih dalam
kisaran normal.
● Sudut kecembungan 12° (normal 0°) yang berarti
gigi RA cenderung ke anterior profil wajah.
● A-B Plane -11,5° (normal, -4,6°) mengindikasikan
pola wajah Klas II yang parah.
Interpretasi Tracing Sefalometri Analisis
Down
● Sudut Frankfort bidang mandibula 19°, hampir
mendekati rata-rata normal 21,9°.
● Sumbu y menunjukkan 55° (normal 66°)
menandakan bahwa arah pertumbuhan mandibula
condong ke horizontal daripada vertikal.
● Bidang oklusal adalah 6° (normal 14°), masih dalam
kisaran normal.
● Sudut interinsisal 100°, menunjukkan gigi I RA dan
RB dalam kondisi proklinasi.
Interpretasi Tracing Sefalometri Analisis
Down
● Sudut gigi I RB ke bidang oklusal adalah 30° (Rata-rata
14,5°), dan gigi I RB ke bidang Mandibula adalah 17°
(Rata-rata 7°) yang menunjukkan bahwa gigi I RB miring
ke labial.
● Untuk menentukan sumbu gigi I RA berhubungan dengan
bidang AP, Ukuran gigi I RA tidak <13 mm (Rata-rata 2,7
mm) yang menunjukkan bahwa gigi I RA pasien mengalami
protrusi.
● Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami
Maloklusi Klas II divisi 1 yang disebabkan oleh RA yang
protrusi dan RB yang cenderung retrusi, gigi I RA pasien
mengalami proklinasi labial yang parah, sudut RB yang
rendah, dan mandibula yang condong tumbuh ke depan
(horizontal).
Interpretasi Tracing Sefalometri Analisis
Down

● Hasil tracing dari profil pasien dengan maloklusi


menunjukkan bahwa bibir dan rahang bawahnya
tampak menonjol.
● Sudut fasial 89° yang artinya mendekati rata-rata 87°
yang menunjukkan rahang bawah tidak terlalu
menonjol/retrusif. Sudut kecembungan -10° (normal
0°) yang berarti gigi RA cenderung ke posterior
profil wajah karena retrusif.
● A-B Plane 3° (normal, -4,6°) artinya maksila
mundur mandibular maju.
Interpretasi Tracing Sefalometri Analisis
Down

● Sudut Frankfort bidang mandibula 26° yang artinya


berada dalam kisaran normal (17-28 °).
● Sumbu y menunjukkan 55° (normal 66°)
menandakan bahwa arah pertumbuhan mandibula
condong ke horizontal daripada vertikal.
● Bidang oklusal adalah 6°yang artinya berada dalam
kisaran normal (normal 9.3°)
● Sudut interinsisal 110° (normalnya 135.5 ° yang
artinya terlalu akut, menunjukkan gigi I RA dan RB
dalam mengalami proklinasi.
Interpretasi Tracing Sefalometri Analisis
Down

● Sudut gigi I RB ke bidang oklusal adalah 26° (Rata-rata


14,5°), dan gigi I RB ke bidang Mandibula adalah 4°
(Rata-rata 1,4°) yang menunjukkan bahwa gigi I RB
cenderung ke labial.
● Untuk menentukan sumbu gigi I RA berhubungan
dengan bidang AP, Ukuran gigi I RA tidak 4 mm (Rata-
rata 2,7 mm) yang menunjukkan bahwa gigi I RA pasien
artinya tidak terlalu menonjol
● Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami
Maloklusi Klas III yang disebabkan oleh basis RA yang
direposisi, Posisi RB normal, gigi I RA pasien posisi
baik secara aksial, dangigi I RB miring ke labial.
DAFTAR
PUSTAKA

● Jacobson A. Radiographic Cephalometry From Basic to Videoimaging. Quintessence


Publishing Co Inc. Hongkong. 1995: 65-75.
THANKS

3
1

Anda mungkin juga menyukai