WENDELL WYLIE
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
ANALISIS SEFALOMETRI TWEED
Pertemuan dari ketiga bidang ini akan membentuk suatu segitiga yaitu dinamakan
segitiga Tweed dan terdapat tiga sudut yaitu :
1. FMA (Frankfort-Mandibular Plane Angle) yaitu sudut bidang Frankfort
mandibular. Sudut ini berguna untuk mengetahui hubungan pertumbuhan
dalam jurusan vertikal dan dalam jurusan antero-posterior.
1
Hal ini menyatakan bahwa pertumbuhan ke bawah dan ke depan
adalah normal., walaupun dijumpai maloklusi yang agak berat, masih bisa
diperoleh hasil perawatan yang memuaskan.
b) Bila sudut FMA antara 28-35 o
Angka tersebut menyatakan arah pertumbuhan yang kurang baik. Tapi
bila pada sudut FMA = 28, variasi normal IMPA 95 derajat s/d 85 tidak bisa
diterapkan. Tapi bila pada sudut FMA = 28 derajat, variasi normal IMPA
masih dapat diterapkan, berarti prognosanya masih baik. Pada sudut FMA
yang lebih besar dari 28 derajat biasanya prognosanya adalah tidak baik dan
formula IMPA = 905 o tidak dapat diterapkan.
c) Bila lebih besar dari 35 o
Menyatakan pertumbuhan ke arah bawah lebih besar. Dan bila 400
maka pencabutan gigi akan menyebabkan lebih kompleks dan pronosa untuk
perawatan orthodontik tidak menguntungkan.
bahwa agar diperoleh estetik yang baik dan hasil yang stabil maka FMA = 24o,
IMPA = 87o, FMIA = 69o.
2
HUBUNGAN DARI KETIGA SUDUT :
1. Hubungan antara FMA dan FMIA :
Jika FMA 30o atau lebih besar maka FMIA harus 65o. Kalau FMA lebih kecil
dari 30o maka FMIA harus 68o atau lebih.
2. Hubungan antara FMA dan IMPA.
Jika FMA lebih besar dari 25o, maka untuk setiap derajat dari angka tersebut
harus diikuti pengecilan yang sederajat dari IMPA.
Misalkan: kalau FMA = 32o (25o+7o) maka IMPA = 83o (90o-7o).
Nilai standar dan range sudut FMA, IMPA & FMIA menurut Tweed
Nilai Range
standar ( )
( )
3
BAB III
PENERAPAN ANALISIS TWEED PADA KASUS
BAB IV
ANALISA WENDELL WYLIE
4
Gambar 4.1 Titik-titik yang digunakan dalam analisis Wendell Wyle
Definisi-definisi :
1. Jarak Glenoid Fossa-Sella tursica.
Jarak antara titik paling posterior dari kepala sendi dan pusat dari selle tursica,
diukur pada FHP setelah diproyeksikan pada bidang tersebut, ini merupakan
ukuran dari Os Basis Cranii tepat dibelakang sella tursica sampai dengan glenoid
fossa.
Catatan; Beberapa hipotesa mengatakan bahwa pada beberapa kasus, Glenoid
Fossa terletak tepat diatas kepala kondilus.
2. Jarak Sella Tursica Fissura Pterygo Maxilla.
5
Jarak yang diukur dari proyeksi fissura Pterygo Maxilla dan pusat dari Sella
tursica pada FHP. Jarak ini merupakan ukuran dari Os Basis Cranii didepan
sella tursica sampai dengan fossa pterygo maxilla.
3. Jarak Fissura Pterygo Maxilla M1 atas.
Jarak ini diukur dari kedua titik yang diperoleh dari proyeksi Fissura Pterygo
Maxilla dan buccal groove dari M1 atas pada bidang FHP. Jarak ini merupakan
posisi antero-posterior dari M1 atas pada basis Maxilla.
4. Panjang Maxilla.
Dinyatakan oleh jarak antara Fissura Pterygo Maxilla dan ANS (Anterior Nasal
Spine) yang diproyeksikan pada FHP.
5. Panjang Mandibula;
Titik yang paling posterior dari kondilus dan titik yang paling depan dari menton
yang diproyeksikan pada garis yang menyinggung tepi inferior dari mandibula.
Jarak antara kedua titik tersebut ialah merupakan panjang seluruh mandibula. Hal
ini dipengaruhi tidak saja oleh bertambah besarnya tulang, tetapi juga oleh
dimensi dari sudut gonion.
6
Bila satu atau lebih dari satu dari ke empat perhitungan yakni yang meliputi
Os basis cranii dan maxilla lebih besar dari standar, kondilus akan tertarik lebih ke
belakang dari posisi normal, sehingga tipe muka adalah Retrognati. Perbedaan
nilai yang didapat dari pasien dan nilai standar ditulis dalam kolom retrognati.
Sebaliknya bila satu atau lebih dari satu perhitungan lebih kecil dari nilai
standar, maka kondilus akan terletak di depan posisi normal, sehingga tipe muka
Prognati. Perbedaan nilai standar dengan pasien ditulis daiam kolom prognati.
Sedangkan, untuk panjang mandibula adalah sebaliknya, perhitungan yang
lebih kecil dari nilai standar akan menyebabkan muka menjadi tipe retrognati,
sedangkan nilai yang lebih besar dari nilai standar akan menyebabkan muka
prognati dan perbedaannya ditulis di bawah tabel.
Tendensi kelas III : nilainya (+)
Tendensi kelas II : nilainya (-)
7
Gambar 4.3. Skema pengukuran displasia antero-posterior (Wendell Wylie)
8
Bila pada film, titik Gonion kanan dan kiri tidak berimpit, maka kita ambil
tengah- tengahnya.
- Panjangnya tepi inferior dari mandibula ; Menton Gonion.
- Angle condylien : sudut yang dibentuk oleh dua garis, yaitu garis Go Puncak
Condilus Me : C Go Me.
- Tinggi total dari muka : Na Me.
Tinggi total muka dibagi ;
45% : bagian atas = Nasal (Na ANS)
55% : bagian bawah = dental (ANS Me).
Dari 171 kasus antara umur 11 s/d 13 tahun, dapat dibagi menjadi 3 golongan :
1. Fasial yang baik keseimbangan (good)
2. Cukup baik (fair)
3. Jelek/buruk (poor)
Berikut adalah nilai rata-rata dari perbedaan perhitungan untuk tiap grup:
Dimension Good n=57 Fair n=61 Poor n=53
Condylar angle 122,49 0,71 125,33 0,60 129,26 0,79
Lower border of mand 63,30 0,46 65,75 0,55 64,24 0,66
Ramus height 54,81 0,56 52,13 0,55 52,30 0,59
Condyl to Frankfurt 0,54 0,38 -0,80 0,36 +0,81 0,51
Upper face height 50,65 0,38 48,93 0,35 49,02 0,46
Total face height 113,02 0,67 113,43 0,68 115,94 1,04
(UFH/TFH)x 100 43,84 0,32 43,16 0,26 42,16 0,27
Catatan : Tinggi muka total adalah lebih panjang pada anak laki-laki dari pada anak
perempuan.
9
Bila tinggi total muka adalah normal, dan profil Rontgenogram menunjukan
pasien yang mempunyai tedensi deep bite maka pembagian /division antara
daerah/bagian Nasal dan Dental akan terletak dibawah mean/rata-rata (Heavy
diagonal line), tetapi sebaliknya bila pembagian tersebut terletak diatas heavy
diagonal line, hal ini menunjukkan bahwa daerah/bagian Dental karena adanya
pertumbuhan vertikal dari processus alveolaris akan menunjukan ketidak seimbangan
terhadap total face height. Evaluasi ini berhubungan dengan keseimbangan, tetapi
tidak dengan ukuran kuantitatif.
Garis vertikal yang tebal, menunjukan tinggi muka total untuk kasus-kasus
yang mempunyai good facial type/pattern , terletak 68% pada garis Nasion Menton
(34% di kiri dan 34% di kanan) dan hanya 16% dan 2% terletak diantara (c c1 :
16%) dan ( d d1 : 2%).
Garis vertikal pada transparan digunakan untuk mengetahui nilai absolut
sedangkan garis oblique digunakan hanya untuk mengetahui nilai relatif atau proporsi.
10
Letakkan transparan tersebut pada film sehingga garis horizontal berimpit
dengan tepi inferior dari mandibula dan melalui titik menton.
Kemudian transparan itu digerakkan ke kanan dan ke kiri hingga garis-garis
radial memotong titik gonion dari film. Jika terlihat dua gonion maka yang akan
digunakan pertengahan dari kanan-kiri. Setelah itu kita dapat membaca panjangnya
tepi inferior dari mandibula, tinggi ramus,Condyle angle.
Seperti pada penggunaan transparan 1, maka kasus-kasus yang mempunyai
good facial pattern:
34% - terletak di kanan
Garis X (jadi antara garis y-y)
34% - terletak di kiri
16% - kanan
16% - kiri Garis x-x
2% - kanan Di luar garis z-z
2% - kiri
Pada poor face, maka tepi inferior dari mandibula akan menjadi pendek
Pasien dengan tinggi muka yang besar akan menunjukkan mandibular length yang
besar, demikian pula sebaliknya.
( T.M. besar maka mandibular length lebih besar dari rata-rata, sedangkan jika
T.M. kecil maka mandibular length lebih kecil dar rata-rata).
Facial type akan poor/jelek jika condyle membesar.
11