Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS SEFALOMETRI TWEED DAN

WENDELL WYLIE

BAB I
PENDAHULUAN

Sefalometri didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari pengukuran-


pengukuran yang bersifat kuantitatif terhadap bagian-bagian tertentu dari kepala
untuk mendapat informasi tentang pola kraniofasial. Terdapat dua gambaran
radiografi yang biasa digunakan dalam sefalometri, yaitu gambaran lateral dan
gambaran frontal (Soemantri, 1999).
Sebelum dilakukan perawatan ortodonti, sebaiknya dilakukan terlebih dahulu
analisis sefalometri. Analisis dilakukan sebelum dilakukan perawatan ortodonti dan
untuk evaluasi perkembngan perawatan ortodonti. Analisis yang dapat digunakan
antara lain analisis Steiner, Downs, Tweed, Wits, Wendell-Wylie, Ricketts,
McNamara.
Analisis Tweed adalah salah satu perluasan pengetahuan penggunaan
sefalometri, untuk menganalisis pertumbuhan dari wajah. Analisis Wendell-Wylie
merupakan suatu metode orthogonale, yaitu digunakan untuk mengukur displasia
dalam arah vertikal, dengan mengukur tinggi total wajah. Metode ini tidak dapat
digunakan untuk mengetahui hasil perawatan ortodonti. Metode ini sangat berguna
dengan dilengkapinya metode Downs.

BAB II
ANALISIS SEFALOMETRI TWEED

Dr Charles H. Tweed melakukan penelitian dengan menggunakan 95 sampel


yang kebanyakan dari sampelnya diambil dari kasus non orthodontik pada individu
yang mempunyai outline wajah yang seimbang, beberapa sampel diambil dari
pasiennya yang lama dimana pasien tersebut belum pernah dilakukan pemeriksaan
sefalometri. Sampel tidak diambil dari wajah yang ideal, karena menurut Tweed
bahwa wajah ideal menurut tiap orang adalah berbeda, sehingga sangat sulit
mendapatkan sampel yang ideal.
Metode analisis cephalometri dari Tweed dilakukan sejak tahun 1946. Tweed
menggunakan cephalostat dari MARGOLIS di mana porion terletak 41/2 mm di atas
pusat auricularis.
Analisis Tweed adalah salah satu perluasan pengetahuan penggunaan
sefalometri, untuk menganalisis pertumbuhan dari wajah.
Segitiga diagnostik TWEED merupakan segitiga Tweed yang mempunyai
bidang-bidang sebagai berikut :
1. Bidang Frankfort Horisontal
Menurut Tweed, bidang ini dibuat dengan cara menghubungkan titik
yang terletak 4,5 mm diatas titik tengah geometris dari ear rod dengan titik
paling bawah dari orbita.
2. Bidang mandibula
Garis ini merupakan garis singgung yang ditarik sepanjang batas yang
paling bawah dari mandibula. Pada bagian anterior akan bertemu dengan
menton dan bagian posterior memotong jarak antara batas bawah mandibula
sebelah kiri dan kanan pada daerah sudut gonion diperpanjang sampai
bertemu dengan bidang Frankfort.
3. Garis yang ditarik pada sumbu panjang gigi insisif pertama bawah,
diperpanjang kearah atas sampai bertemu dengan bidang Frankfort dan kearah
bawah bertemu dengan bidang mandibula.

Gambar 2.1. Segitiga Tweed

Pertemuan dari ketiga bidang ini akan membentuk suatu segitiga yaitu dinamakan
segitiga Tweed dan terdapat tiga sudut yaitu :
1. FMA (Frankfort-Mandibular Plane Angle) yaitu sudut bidang Frankfort
mandibular. Sudut ini berguna untuk mengetahui hubungan pertumbuhan
dalam jurusan vertikal dan dalam jurusan antero-posterior.

Ada tiga macam pengelompokan besar sudut FMA, yaitu :


a) Bila besar FMA adalah antara 16o - 28o.

1
Hal ini menyatakan bahwa pertumbuhan ke bawah dan ke depan
adalah normal., walaupun dijumpai maloklusi yang agak berat, masih bisa
diperoleh hasil perawatan yang memuaskan.
b) Bila sudut FMA antara 28-35 o
Angka tersebut menyatakan arah pertumbuhan yang kurang baik. Tapi
bila pada sudut FMA = 28, variasi normal IMPA 95 derajat s/d 85 tidak bisa
diterapkan. Tapi bila pada sudut FMA = 28 derajat, variasi normal IMPA
masih dapat diterapkan, berarti prognosanya masih baik. Pada sudut FMA
yang lebih besar dari 28 derajat biasanya prognosanya adalah tidak baik dan
formula IMPA = 905 o tidak dapat diterapkan.
c) Bila lebih besar dari 35 o
Menyatakan pertumbuhan ke arah bawah lebih besar. Dan bila 400
maka pencabutan gigi akan menyebabkan lebih kompleks dan pronosa untuk
perawatan orthodontik tidak menguntungkan.

2. IMPA (Incisor-Mandibular Plane Angle) yaitu sudut bidang insisif


mandibular.
Tweed menggunakan riset selama 12 tahun dan menyimpulkan bahwa
dalam keadaan normal maka insisif bawah harus tegak lurus terhadap tulang
dasar dari mandibula. Dia mengambil geligi bawah sebagai dasar, untuk
menentukan kedudukan dari geligi atas biasanya pada kasus kelas I, kelas II
dan biprotrusi.
Besarnya IMPA adalah 90o5o. IMPA dapat digunakan untuk
mengetahui apakah dapat dilakukan pergeseran ke lingual dari gigi insisif
bawah, yaitu untuk mengurangi panjang lengkung gigi.

3. FMIA (Frankfort Mandibular-Incisor Angle) yaitu sudut Frankfort


mandibular insisif.
Pada umumnya nilai rata-rata dari FMA adalah kira-kira 25o dan IMPA
= 90 maka dengan sendirinya FMIA = 65o. Secara teoritis Tweed mengatakan
o

bahwa agar diperoleh estetik yang baik dan hasil yang stabil maka FMA = 24o,
IMPA = 87o, FMIA = 69o.

2
HUBUNGAN DARI KETIGA SUDUT :
1. Hubungan antara FMA dan FMIA :
Jika FMA 30o atau lebih besar maka FMIA harus 65o. Kalau FMA lebih kecil
dari 30o maka FMIA harus 68o atau lebih.
2. Hubungan antara FMA dan IMPA.
Jika FMA lebih besar dari 25o, maka untuk setiap derajat dari angka tersebut
harus diikuti pengecilan yang sederajat dari IMPA.
Misalkan: kalau FMA = 32o (25o+7o) maka IMPA = 83o (90o-7o).

Nilai standar dan range sudut FMA, IMPA & FMIA menurut Tweed
Nilai Range
standar ( )
( )

FMA Frankfort mandibular 25 16-35


Angle
IMPA Incisor Mandibular 90 85-95
Plane Angle
FMIA Frankfort Mandibular 65 60-75
Incisor Angle

3
BAB III
PENERAPAN ANALISIS TWEED PADA KASUS

Jika sudut FMPA = 35, IMPA = 91 dan FMIA = 53.


Pada kasus ini sudut FMIA adalah 53, ini artinya inklinasi gigi insisif bawah
harus digerakkan ke lingual sebanyak 12 untuk mencapai sudut FMIA = 65. Pada
tracing lateral sefalogram, dengan menggunakan protraktor letakkan pada apeks
insisif pertama bawah dan buat suatu titik -12 arah lingual pada sumbu panjang gigi
tersebut yang membentuk bidang mandibula gigi insisif bawah. Gambar suatu garis
titik-titik ke arah atas dari apeks apeks gigi insisif bawah dan perpanjang sampai
bertemu ke bidang Frankfort. Garis titik-titik ini menunjukkan inklinasi aksial gigi
insisif bawah yang diinginkan, jika sudut FMIA pada akhir perawatan = 65. Pada
incisal edge gigi insisif bawah diproyeksikan sepanjang bidang oklusal, dan ukur
jaraknya dalam milimeter dan didapatkan bahwa gigi insisif bawah yang tipping ke
lingual 12 akan lebih pendek masing-masing sisi dari lengkung gigi 5 mm, jadi
totalnya adalah -10 mm. Pada model pasien kita lakukan pengukuran ALD yaitu
selisih dari panjang lengkung yang tersedia dikurangi dengan panjang lengkung yang
dibutuhkan. ALD yang didapat ditambahkan dengan -10 mm dari pengukuran
sefalometri dan didapatkan Total Discrepancy. Dari total discrepancy yang didapat,
kita dapat menentukan apakah akan dilakukan ekstraksi gigi atau tidak.

BAB IV
ANALISA WENDELL WYLIE

Metode analisis ini merupakan suatu metode orthogonale, yaitu digunakan


untuk mengukur displasia dalam arah vertikal, dengan mengukur tinggi total wajah.
Metode ini tidak dapat digunakan untuk mengetahui hasil perawatan ortodonti.
Metode ini sangat berguna dengan dilengkapinya metode DOWNS.
Metode ini deperkenalkan pada tahun 1948, kemudian tahun 1952, Wylie
bekerja sama dengan Ernest L Johnson, mengajukan suatu metode yang dapat
mempelajari anomali dalam jurusan vertikal dengan mudah, dengan menggunakan 2
(dua) transparan.

Titik-titik yang digunakan dalam analisis Wendell Wylie

4
Gambar 4.1 Titik-titik yang digunakan dalam analisis Wendell Wyle

1. Condylion : adalah titik paling superior posterior pada


kondilus mandibularis
2. Sella : adalah titik pusat sella tursica
3. Orbita : adalah titik terbawah pada tepi bawah dari tulang
orbita
4. Nasion : adalah titik paling anterior dari sutura frontonasal
5. Menton : adalah titik terbawah dari simfisis mandibula
6. Pterygomaxilla : adalah titik paling rendah dari outline fissure
Pterigomaksillaris
7. Gonion : adalah titik pada ujung posterior dan inferior dari
sudut mandibula
8. Antero Nasal Spina : adalah titik dari tonjol anterior pada maksila
setingkat dengan marginal bawah dari aperture
nasal.

Berikut kajian mengenai metode analisa Wendell Wylie :


1. Displasia antero-posterior
2. Evaluasi Displasia dalam jurusan vertikal dengan menggunakan transparan.
1. Displasia Antero-Posterior

Definisi-definisi :
1. Jarak Glenoid Fossa-Sella tursica.
Jarak antara titik paling posterior dari kepala sendi dan pusat dari selle tursica,
diukur pada FHP setelah diproyeksikan pada bidang tersebut, ini merupakan
ukuran dari Os Basis Cranii tepat dibelakang sella tursica sampai dengan glenoid
fossa.
Catatan; Beberapa hipotesa mengatakan bahwa pada beberapa kasus, Glenoid
Fossa terletak tepat diatas kepala kondilus.
2. Jarak Sella Tursica Fissura Pterygo Maxilla.

5
Jarak yang diukur dari proyeksi fissura Pterygo Maxilla dan pusat dari Sella
tursica pada FHP. Jarak ini merupakan ukuran dari Os Basis Cranii didepan
sella tursica sampai dengan fossa pterygo maxilla.
3. Jarak Fissura Pterygo Maxilla M1 atas.
Jarak ini diukur dari kedua titik yang diperoleh dari proyeksi Fissura Pterygo
Maxilla dan buccal groove dari M1 atas pada bidang FHP. Jarak ini merupakan
posisi antero-posterior dari M1 atas pada basis Maxilla.
4. Panjang Maxilla.
Dinyatakan oleh jarak antara Fissura Pterygo Maxilla dan ANS (Anterior Nasal
Spine) yang diproyeksikan pada FHP.
5. Panjang Mandibula;
Titik yang paling posterior dari kondilus dan titik yang paling depan dari menton
yang diproyeksikan pada garis yang menyinggung tepi inferior dari mandibula.
Jarak antara kedua titik tersebut ialah merupakan panjang seluruh mandibula. Hal
ini dipengaruhi tidak saja oleh bertambah besarnya tulang, tetapi juga oleh
dimensi dari sudut gonion.

2. Penggunaan Metode Wendel Wylie


Seperti diawal telah disampaikan bahwa metode ini tidak cukup menganalisa
suatu kasus secara lengkap, tetapi secara relatif masih sesuai dengan nilai standar,
dimana nilai standar ini diambil pada usia berahirnya periode mixed dentition dan
pada permulaan dari periode gigi permanen (kira-kira 11,5 tahun).

Tabel 4.1 Daftar Nilai Standar


Pengukuran Laki-laki Perempuan
Fossa glenoid- Sella tursica 18 17
Sella tursica PTM 18 17
Panjangnya maxilla superior 52 52
PTM M1 RA 15 16
Panjangnya mandibula 103 101

Perlu dicatat bahwa pengukuran-pengukuran dilakukan secara langsung pada


Kodaktrace yang ada milimeter dan diharapkan tidak ada deformasi karena
pembesaran. Hal ini akan segera nyata apabila seluruh nilai terdiri dari tanda-
tanda standar, misalkan : Nilai Fossa glenoid Sella tursica bila nilainya lebih
besar dari tanda-tanda standar, menyebabkan mandibula retrusi, profil kelas II
type retrognatik. Juga bila nilai dari seorang pasien lebih besar dari nilai standar,
maka perbedaan antara nilai tersebut dan nilai standar ditulis dalam kolom
retrognati, dan bila nilainya lebih kecil dari nilai standar, maka perbedaannya
ditulis dalam kolom prognati.
Untuk keempat dimensi tersebut bila lebih besar dari nilai standar ditulis
dalam kolom retrognati, dan bila lebih kecil ditulis dalam kolom prognati. Tetapi
untuk dimensi yang kelima yaitu panjangnya mandibula, bila lebih besar dari nilai
standar ditulis dalam kolom prognati, dan bila lebih kecil ditulis dalam kolom
retrognatik. Kemudian nilai dari kolom tersebut dijumlahkan : net score ditulis
paling bawah. Perlu diketahui bahwa ;
Tendensi prognati : nilainya (+) positif.
Tendensi retrognati : nilainya (-) negatif.

6
Bila satu atau lebih dari satu dari ke empat perhitungan yakni yang meliputi
Os basis cranii dan maxilla lebih besar dari standar, kondilus akan tertarik lebih ke
belakang dari posisi normal, sehingga tipe muka adalah Retrognati. Perbedaan
nilai yang didapat dari pasien dan nilai standar ditulis dalam kolom retrognati.
Sebaliknya bila satu atau lebih dari satu perhitungan lebih kecil dari nilai
standar, maka kondilus akan terletak di depan posisi normal, sehingga tipe muka
Prognati. Perbedaan nilai standar dengan pasien ditulis daiam kolom prognati.
Sedangkan, untuk panjang mandibula adalah sebaliknya, perhitungan yang
lebih kecil dari nilai standar akan menyebabkan muka menjadi tipe retrognati,
sedangkan nilai yang lebih besar dari nilai standar akan menyebabkan muka
prognati dan perbedaannya ditulis di bawah tabel.
Tendensi kelas III : nilainya (+)
Tendensi kelas II : nilainya (-)

TABEL 4.2 WENDELL WYLIE


Standard Difference
Dimension Pasien Retrognatic Prognatic
Glenoid fs. S. turcica 17 18 17
S. turcica P.T.M 17 18 15 2
Panjangnya maxilla 52 52 60 8
P.T.M M1 atas 16 15 25 9
Panjangnya mandibula 101 103 113 12
TOTAL 17 14

Kesimpulan displasia antero - posterior Prog - Retro = 14 - 17 = - 3


Jangan menganggap bahwa dengan melakukan perhitungan-perhitungan
tersebut kita dapat mengetahui dengan pasti anomali dan dapat menentukan
prognosa dari suatu perawatan. Karena sukar untuk melakukan pengukuran-
pengukuran dengan tepat dari kelima elemen-elemen tersebut. Lebih baik kalau kita
melihat displasianya satu persatu.

Contoh analisis kasus dengan analisis Wendell Wylie

Seorang laki-laki dengan data-data


1. Fossa Glenoid - S : 20 mm
2. S - PTM : 24 mm
3. PTM - ANS : 60 mm
4. PTM - M1 atas : 23 mm
5. Panjang mandibula : 115 mm

7
Gambar 4.3. Skema pengukuran displasia antero-posterior (Wendell Wylie)

Tabel 4.3. Contoh Analisis Kasus

Dimension Penderita Retro Prog



Glenoid fossa S 18 17 20 2
S PTM 18 17 24 6
PTM ANS 52 52 60 8
PTM M1 atas 15 16 23 8
Panjang Mandibula 103 101 115 12
24 12

Jadi, displasia antero-posterior Prog - Retro = 12 - 24 = - 12


Mandibula lebih kecil 12 mm.
Kesimpulan: Retrognati dari mandibula.

3. Evaluasi Displasia dalam Jurusan Vertikal.

Yang Perlu Diukur :


- Tingginya dari Ramus ascendens : yaitu dari puncak kondilus s/d Gonion.

8
Bila pada film, titik Gonion kanan dan kiri tidak berimpit, maka kita ambil
tengah- tengahnya.
- Panjangnya tepi inferior dari mandibula ; Menton Gonion.
- Angle condylien : sudut yang dibentuk oleh dua garis, yaitu garis Go Puncak
Condilus Me : C Go Me.
- Tinggi total dari muka : Na Me.
Tinggi total muka dibagi ;
45% : bagian atas = Nasal (Na ANS)
55% : bagian bawah = dental (ANS Me).
Dari 171 kasus antara umur 11 s/d 13 tahun, dapat dibagi menjadi 3 golongan :
1. Fasial yang baik keseimbangan (good)
2. Cukup baik (fair)
3. Jelek/buruk (poor)
Berikut adalah nilai rata-rata dari perbedaan perhitungan untuk tiap grup:
Dimension Good n=57 Fair n=61 Poor n=53
Condylar angle 122,49 0,71 125,33 0,60 129,26 0,79
Lower border of mand 63,30 0,46 65,75 0,55 64,24 0,66
Ramus height 54,81 0,56 52,13 0,55 52,30 0,59
Condyl to Frankfurt 0,54 0,38 -0,80 0,36 +0,81 0,51
Upper face height 50,65 0,38 48,93 0,35 49,02 0,46
Total face height 113,02 0,67 113,43 0,68 115,94 1,04
(UFH/TFH)x 100 43,84 0,32 43,16 0,26 42,16 0,27

Catatan : Tinggi muka total adalah lebih panjang pada anak laki-laki dari pada anak
perempuan.

Proporsi dari bagian atas dinyatakan dengan formula :


T.M bagian atas x 100
T.M total

Ernest L Johnson menyatakan bahwa kenaikan tingginya muka tak ada


keseimbangan, hal ini oleh karena pertumbuhan dari prosesus alveolaris
disequilibrium (tidak seimbang) bila TTM naik facial tipe jelek.

4. Penggunaan Dua Transparan


Letakan transparan di atas film, garis Nasion harus melalui Nasion dari film
yang akan kita periksa dan garis Menton harus juga malalui garis Menton dari film
yang akan kita periksa. Garis vertikal (titik-titik tebal) digunakan untuk membantu
meletakan transparan pada tempatnya, yaitu untuk mendapatkan garis NasionMenton
dari film sejajar dengan garis NasionMenton transparan. Perhatikan garis ANS (garis
diagonal). 68% dari kasus yang mempunyai good facial type pattern maka ANS nya
terletak antara garis ANS transparan tersebut diatas yaitu 34% terletak diatas garis
ANS (transparan) dan 34% terletak dibawah garis ANS (transparan) atau antara a a1.
Dan hanya 16% ANS nya terletak diantara garis b b1, serta hanya 2% ANS nya
terletak diluar garis b b1 yang mempunyai good facial type/pattern.

9
Bila tinggi total muka adalah normal, dan profil Rontgenogram menunjukan
pasien yang mempunyai tedensi deep bite maka pembagian /division antara
daerah/bagian Nasal dan Dental akan terletak dibawah mean/rata-rata (Heavy
diagonal line), tetapi sebaliknya bila pembagian tersebut terletak diatas heavy
diagonal line, hal ini menunjukkan bahwa daerah/bagian Dental karena adanya
pertumbuhan vertikal dari processus alveolaris akan menunjukan ketidak seimbangan
terhadap total face height. Evaluasi ini berhubungan dengan keseimbangan, tetapi
tidak dengan ukuran kuantitatif.
Garis vertikal yang tebal, menunjukan tinggi muka total untuk kasus-kasus
yang mempunyai good facial type/pattern , terletak 68% pada garis Nasion Menton
(34% di kiri dan 34% di kanan) dan hanya 16% dan 2% terletak diantara (c c1 :
16%) dan ( d d1 : 2%).
Garis vertikal pada transparan digunakan untuk mengetahui nilai absolut
sedangkan garis oblique digunakan hanya untuk mengetahui nilai relatif atau proporsi.

10
Letakkan transparan tersebut pada film sehingga garis horizontal berimpit
dengan tepi inferior dari mandibula dan melalui titik menton.
Kemudian transparan itu digerakkan ke kanan dan ke kiri hingga garis-garis
radial memotong titik gonion dari film. Jika terlihat dua gonion maka yang akan
digunakan pertengahan dari kanan-kiri. Setelah itu kita dapat membaca panjangnya
tepi inferior dari mandibula, tinggi ramus,Condyle angle.
Seperti pada penggunaan transparan 1, maka kasus-kasus yang mempunyai
good facial pattern:
34% - terletak di kanan
Garis X (jadi antara garis y-y)
34% - terletak di kiri
16% - kanan
16% - kiri Garis x-x
2% - kanan Di luar garis z-z
2% - kiri
Pada poor face, maka tepi inferior dari mandibula akan menjadi pendek
Pasien dengan tinggi muka yang besar akan menunjukkan mandibular length yang
besar, demikian pula sebaliknya.
( T.M. besar maka mandibular length lebih besar dari rata-rata, sedangkan jika
T.M. kecil maka mandibular length lebih kecil dar rata-rata).
Facial type akan poor/jelek jika condyle membesar.

11

Anda mungkin juga menyukai