9
10
karena overjet dapat dievaluasi secara jauh lebih cermat ketimbang hubungan
geraham dalam pemeriksaan klinis, maka hubungan geraham tidak dievaluasi
secara langsung.
Data mutakhir tentang karakteristik maloklusi untuk anak-anak (usia 8
11), remaja (12-17 tahun), dan orang dewasa (usia 18 50 tahun) dalam penduduk
Amerika Serikat, yang diambil dari NHANES III, disajikan dalam bentuk grafik
dalam Gambar 1-9 hingga 1-11.
Gambar 1-5. Ruang antara gigi-gigi yang berdekatan disebut diastema. Sebuah
maxillary midline diastema relatif lazim, terutama selama mixed dentition pada
kanak-kanak, dan menghilang atau berkurang lebarnya setelah gigi taring
permanen muncul. Koreksi spontan diastema anak-anak paling dimungkinkan
ketika lebarnya tidak lebih daripada 2 mm.
Gambar 1-6. Posterior crossbite muncul saat gigi posterior maxillary secara
lingual ditempatkan berhubungan dengan gigi rahang bawah, seperti pada pasien
ini. Posterior crossbite paling sering mencerminkan maxillary dental arch yang
sempit namun bisa pula timbul karena sebab-sebab yang lain. Pasien ini juga
memiliki anterior crossbite satu gigi, dengan gigi seri lateral terperangkap secara
lingual.
11
Gambar 1-8. Overbite didefinisikan sebagai tumpang tindih vertikal gigi seri.
Biasanya, tepi-tepi pemotong bawah bersentuhan dengan permukaan lingual gigi
seri atas pada atau di atas cingulum (biasanya terdapat overbite selebar 1 hingga 2
mm ). Dalam open bite, tidak ada tumpang tindih vertikal, dan jarak pisah gigi seri
diukur untuk mengkuantifikasi tingkat keparahannya.
Gambar 1-10. Ketidakteraturan gigi seri pada penduduk Amerika Serikat, 1989-
1994. Sepertiga dari total penduduk memiliki gigi seri dengan tingkat
ketidakteraturan moderat, dan hampir 15% memiliki ketidakteraturan yang parah
atau ekstrim. Perhatikan bahwa ketidakteraturan pada arch bawah lebih sering
terjada pada semua tingkat keparahan.
12
II/Kelas III, dan overbite/open bite mengindikasikan deviasi vertikal dari bentuk
ideal. Overjet sebesar 5 mm atau lebih, yang mengindikasikan maloklusi Kelas II
Angle, terjadi 23% pada anak-anak, 15% remaja, dan 13% orang dewasa (Gambar
1-12). Overjet terbalik, yang merupakan indikator maloklusi Kelas III, jauh lebih
jarang kejadiannya. Overjet terbalik dialami sekitar 3% anak-anak Amerika
Serikat dan meningkat hingga mencapai 5% pada remaja dan orang dewasa.
Masalah-masalah Kelas II dan Kelas III yang berat dan ekstrim, pada koreksi
ortodontik yang terbatas atau yang terlalu parah untuk koreksi non-bedah, terjadi
pada sekitar 4% penduduk, masalah kelas II dan III yang parah memiliki
prevalensi lebih tinggi pada kelompok hispanik daripada kelompok ras putih dan
hitam.
Gambar 1-12. Overjet (Kelas II) dan reverse overjet (Kelas III) dalam populasi
penduduk Amerika Serikat, 1989-1994. Hanya sepertiga penduduk yang memiliki
hubungan gigi incisif yang ideal dalam arah antero posterior, namun overjet hanya
meningkat secara moderat dalam kelompok sepertiga penduduk yang lain.
14
Gambar 1-13. Hubungan open bite/deep bite pada penduduk Amerika Serikat,
1989-1994. Separuh penduduk memiliki hubungan vertikal gigi incisif yang ideal.
Deep bite lebih sering kejadiannya daripada open bite, namun hubungan vertikal
bisa sangat bervariasi antar golongan rasial.
Gambar 1-14. Deretan gigi rahang bawah dari spesimen yang diambil dari goa
Krapina di Yugoslavia, yang ditaksir berusia 100.000 tahun. A. perhatikan
keteraturan yang sangat bagus dalam spesimen ini. Keteraturan yang hampir
sempurna atau crowding yang minimal merupakan temuan yang lazim dalam
kelompok ini. B. Crowding dan malalignment (ketidakteraturan) terlihat dalam
spesimen ini, yang memiliki gigi-gigi terbesar dalam temuan rangka ini yang
diambil dari kira-kira 80 individu. (Dari Wolpoff WH. Paleoanthropology, New
York, Alfred A. Knopf, 1998).
Gambar 1-15. Penurunan (secara umum) ukuran gigi manusia dapat dilihat
dengan membandingkan ukuran gigi dari situs-situs antropologis di Oafzeh, yang
berusia 100.000 tahun; gigi manusia Neanderthal, 10.000 tahun yang lampau; dan
populasi manusia modern. (Digambar ulang dari Kelly MA, Larsen CS, eds.
Advances ini Dental Anthropology, New York: Wiley-Liss, 1991).
17
Gambar 1-16. Penurunan jumlah gigi menandai evolusi primata. Pada populasi
manusia masa kini, geraham ketiga begitu sering tidak tumbuh sehingga diduga
bahwa gigi ini sedang mengalami proses eliminasi, dan variabilitas gigi seri lateral
dan pra-geraham kedua mengindikasikan tekanan evolusioner gigi-gigi ini.
pesat. Tekanan darah tinggi, penyakit jantung, diabetes, dan beberapa masalah
medis yang lain sudah begitu meluas di negera-negara maju jika dibandingkan
dengan negara-negara berkembang, dan lazim disebut penyakit peradaban.
Ada sejumlah bukti bahwa maloklusi meningkat dalam penduduk yang
lebih mapan setelah mengalami transisi dari pola hidup pedesaan menuju pola
perkotaan. Sebagai contoh, Corrucini melaporkan prevalensi yang lebih tinggi
untuk crowding, posterior crossbite, dan kesenjangan buccal segment pada remaja
perkotaan jika dibandingkan dengan remaja pedesaan Punjab, India Utara. Kita
bisa menyimpulkan bahwa maloklusi merupakan kondisi lain yang memburuk
akibat berubahnya kondisi-kondisi kehidupan modern, yang barangkali akibat
berkurangnya penggunaan perkakas kunyah dengan makanan-makanan yang lebih
lunak dewasa ini. Tentu saja, dalam kondisi-kondisi primitif, fungsi yang baik dari
rahang dan gigi merupakan prediktor penting dari kemampuan untuk bertahan
hidup dan bereproduksi. Sebuah perkakas kunyah yang baik sangat diperlukan
untuk mengunyah daging dan makanan dari tumbuhan yang dimasak setengah
matang atau tidak dimasak sama sekali. Menyaksikan dan mengamati seorang pria
aborigin Australia yang menggunakan semua otot bagian atas badannya untuk
mencabik-cabik sepotong daging kanguru dari seekor kanguru yang direbus
seadanya, misalnya, membuat kita dapat mengapresiasi menurunnya kebutuhan
akan perkakas kunyah yang menyertai kemajuan peradaban manusia (Gambar 1-
17). Satu usulan yang menarik yang diajukan para antropolog adalah bahwa
diperkenalkannya kebiasaan memasak, sehingga tidak dibutuhkan banyak upaya
dan tenaga untuk mengunyah makanan, adalah kunci bagi pertumbuhan dan
perkembangan otak manusia yang lebih besar. Tanpa makanan yang dimasak,
tidak ada kemungkinan untuk memenuhi kebutuhan energi yang dibutuhkan untuk
memperbesar otak. Dengan makanan yang dimasak, energi berlebih tersedia untuk
perkembangan otak dan rahang yang besar dan kuat tidak dibutuhkan lagi.
Penentuan tentang apakah perubahan fungsi rahang telah meningkatkan
prevalensi maloklusi diperrumit oleh kenyataan bahwa baik karies gigi maupun
penyakit periodontal, yang jarang terjadi pada diet primitif, meningkat pesat
ketika diet (pola makan) berubah. Patologi gigi yang dibawanya menyebabkan
19
sukar menentukan jenis oklusi yang akan timbul dalam keadaan tidakadanya
kehilangan gigi terdahulu, gingivitis, dan pecah periodontal. Meningkatnya
maloklusi pada masa modern ini tentunya sejalan dengan perkembangan
peradaban modern, namun penurunan ukuran rahang yang berkaitan dengan
disuse atrophy sulit didokumentasikan, dan hal ini sejalan dengan penyakit-
penyakit yang disebabkan stress yang bisa timbul sejauh ini. Walaupun sulit
mengetahui dengan pasti penyebab maloklusi spesifik tertentu, namun kita sudah
mengetahui kemungkinan-kemungkinan etiologis dan hal ini dibahas secara lebih
rinci pada Bab 5.
Masalah-Masalah Psikososial
Sejumlah kajian akhir-akhir ini telah mengkonfirmasi hal yang intuitif
sudah jelas: bahwa maloklusi parah cenderung menjadi cacat sosial. Karikatur
yang lazim tentang individu yang tidak terlalu cerdas dicirikan dengan gigi seri
bagian atas yang menonjol ke depan. Seorang perempuan sihir bukan hanya
menunggang sepotong gagang sapu, namun rahang bawahnya juga digambarkan
menonjol ke depan yang mencirikan maloklusi Kelas III. Gigi yang teratur dan
rapi dan senyum yang menawan mendatangkan status positif pada semua jenjang
sosial dan usia, sedangkan gigi yang menonjol atau tidak beraturan mendatangkan
status negatif. Anak-anak yang mengantisipasi perlakuan ortodontik biasanya
mengharapkan peningkatan dalam kesejahteraan sosial dan psikologis mereka dan
membutuhkan peningkatan dalam hal fungsi sebagai keuntungan sekunder
20
wajahnya. Masalah ini bukan sekedar kosmetik. Masalah ini bisa menimbulkan
efek yang besar terhadap kualitas kehidupan.
Fungsi Oral
Walaupun maloklusi parah jelas-jelas mempengaruhi fungsi oral, namun
fungsi oral sangat bagus beradaptasi dengan bentuk. Maloklusi ternyata biasanya
mempengaruhi fungsi bukan dengan membuat fungsi itu mustahil melainkan
dengan membuatnya menjadi sulit, sehingga dibutuhkan upaya tambahan untuk
mengkompensasi deformitas anatomis. Sebagai contoh, setiap orang
menggunakan gerakan mengunyah sebanyak yang diperlukan untuk mereduksi
food bolus ke dalam konsistensi yang memuaskan untuk ditelan, sehingga jika
gerakan mengunyah kurang efisien akibat adanya maloklusi maka individu yang
bersangkutan akan mengerahkan lebih banyak upaya untuk mengunyah atau
melunakkan makanan yang keras sebelum menelannya. Postur lidah dan bibir
beradaptasi terhadap posisi gigi sehingga aktivitas menelan jarang terpengaruh
(lihat Bab 5). Demikian pula, hampir setiap orang dapat menggerakkan rahang
sehingga hubungan lidah yang pas terbentuk untuk keperluan berbicara, sehingga
ucapan jarang terdistorsi walaupun orang yang bersangkutan mungkin harus
melakukan upaya keras untuk menghasilkan ucapan yang normal. Karena metoda
untuk mengkuantifikasi adaptasi fungsional sejenis ini sudah berkembang, ada
kemungkinan bahwa efek maloklusi terhadap fungsi akan lebih diapresiasi
ketimbang di masa lampau.
Hubungan maloklusi dan fungsi adaptif terhadap TMD, yang
termanifestasi sebagai rasa nyeri di dalam dan di sekitar persendian TM, jauh
lebih dipahami dewasa ini ketimbang beberapa tahun yang lampau. Rasa nyeri itu
bisa diakibatkan perubahan-perubahan patologis didalam persendian namun hal
itu lebih sering disebabkan kelelahan dan kejang otot. Nyeri otot hampir selalu
berkorelasi dengan suatu riwayat penekanan (clenching) atau pengkeretakan gigi
sebagai respons terhadap suatu situasi yang membawa stress atau penonjolan
rahang bawah secara terus-menerus ke posisi anterior atau posterior.
22