Anda di halaman 1dari 50

ANALISIS DAN PERHITUNGAN

DALAM ORTHODONTI
Arya Prasetya Beumaputra
A. Ekstra Oral

1. Indeks Wajah:
lebar wajah (jarak bizigomatik) X 100
panjang wajah(jarak N-Gn)
Tipe wajah:
a. Euryprosope (pendek, lebar): 79-83,9
b. Mesoprosope (sedang) : 84-87,9
c. Leptoprosope (tinggi,sempit) : 88-92,9
Jika indeks wajah: <78,9 (hyper-
euryprosope)
>93 (hyper-leptoprosope)
Bizigomatik: jarak kedua titik terluar arcus
zygomaticus kanan dan kiri.
N: Nasion/titik tengah pada sutura
frontonasal.
Gn: titik terendah dari dagu.
Profil wajah ada 3:

1. Cembung (Convex)
2. Cekung (Concave)
3. Lurus (Straight)
Memakai 4 titik pedoman:
a. Glabella (ditengah-tengah antara alis
kanan dan kiri)
b. Lip contour atas (titik terdepan dari bibir
atas)
c. Lip contour bawah (titik terdepan dari
bibir bawah)
d. Pogonion (titik terdepan dari dagu, pada
symphisis mandibula)
Foto tampak samping pasien ditarik garis
melalui 4 titik diatas, akan tampak profil
wajah pasien.
2. Indeks Sefalik:

Lebar kepala (jarak supramastoideus ka&ki)


Panjang kepala (jarak Glabella-Occipitale)
X (dikalikan) 100
Klasifikasi kepala:
a. Brachycephalic (lebar, persegi): > 81
b. Mesocephalic (oval) : 76-80,9
c. Dolicocephalic (panjang,sempit): < 75,9
Bentuk kepala biasa berkaitan dengan
bentuk lengkung gigi.
Indeks kranial: pengukuran indeks
tengkorak kering.
Indeks sefalik: pengukuran pada kepala
manusia yang masih hidup.
3. Analisis Deep Over Bite dgn Metode
Thomson-Brodie
a. Pasien duduk dgn posisi sedemikian
shg bidang FHP (tepi tl orbital/tepat
bawah pupil-tepi atas meatus
auditorius/lekuk diatas tragus
telinga)sejajar lantai.
b. Memakai spidol tentukan posisi titik
N,SNA, dan Me pada muka psn.
c. Memakai sliding calipers,ukur jarak N-SNA,
misalnya 52,45 mm. Normalnya jarak N-SNA =
43% N-Me.Berarti jarak N-Me normal : 100%,
N-Me= 52,45 X 100 ; N-Me = 121,98mm;
siapkan caliper
43 dgn bentangan 121,98 mm.

d. Lunakkan malam merah setebal 2 cm,


letakkan di oklusal gigi post. kanan dan kiri
rahang bawah.
Ujung penunjuk atas caliper diletakkan
pada titik N pasien. Pasien diminta
menggigit malam sampai ujung
penunjuk bawah caliper tepat pd titik
Me, dgn jarak 121,98mm.
d. Periksa over bite pasien,
kemungkinan akan didapatkan:
a) Deep over bite psn hilang/OB
normal:2-4 mm, tapi malam masih
tebal, berarti DOB disebabkan
Oleh infra oklusi gigi posterior.
b) Deep over bite masih ada,malam
tergigit habis/ gigi post. berkontak,
berarti DOB disebabkan supra oklusi
gigi anterior.
c) Deep over bite masih ada dan
malam masih tebal, berarti DOB
disebabkan kombinasi infra oklusi
gigi post. dan supra oklusi gigi
anterior.
4. Analisis Deep Over Bite pada model studi

Bisa diukur langsung over bite pada model


studi.
Kurve Von Spee: lengkung yg
menghubungkan insisal insisivi dgn bidang
oklusal molar terakhir pada rahang
bawah.Normalnya kedalamannya tidak
lebih dari 1,5 mm. Kurve Von Spee (+):
bentuk kurve jelas dan dalam.
Keadaan Kurve Von Spee:
1) Kurve Von Spee tdk begitu curam,ttp
posisi tepi insisal gigi anterior bawah
tampak tinggi dibanding permukaan
oklusal gigi posterior,merupakan tanda
adanya supra oklusi gigi anterior bawah.
2) Kurve Von Spee sangat curam,posisi
insisal gigi ant. bawah tdk begitu
tinggi,mrpkan tanda infra oklusi gigi post.
3) Kurve Von Spee sangat curam disertai
posisi insisal gigi ant. bawah
tinggi,mrpkan tanda kombinasi infra
oklusi post. dan supra oklusi gigi
anterior bawah.
5. Analisis Deep Over Bite pada sefalometri
Ditandai:
1) Frankfurt Mandibular Plane Angle
/FMPA kecil,normalnya 17-28.
2) Sudut Gonion/ Ar-Go-Me kecil,
normal: 52-55.
3) Ramus mandibula pendek.
4) N-Me pendek dgn proporsi:
N-SNA <43%; SNA-
Me>57%:supra oklusi gigi ant.
bawah.
N-SNA>43%; SNA-Me<57%: infra
oklusi gigi post.
Analisis untuk kasus sentral diastema

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh


frenulum labii superior terhadap adanya sentral
diastema,dilakukan Blanche Test, dilakukan
dgn cara:
Bibir atas psn ditarik, amati papilla interdental
bagian palatinal gigi insisivus sentral kanan
dan kiri,apakah tampak pucat/ischemia.Bila
ada berarti ada perluasan fr.lab.sup. Yg
sebabkan sentral diastema.
Sentral diastema dapat disebabkan:

a. Faktor herediter
b. Adanya mesiodens
c. Septum interdental tebal
d. Frenulum labii superior yang tebal.
Analisis untuk kasus bernafas lewat mulut

Kebiasaan nafas lewat mulut dalam


jangka panjang akan berpengaruh thdp
periode pertumbuhan perkembangan
dentofasial.
Etiologi bernafas lewat mulut:
a. Kelainan bentuk anatomi:
Septum nasi yg bengkok
b. Keadaan patologis:
Nasal stenosis/ sumbatan pd hidung.
Tumor cavum nasi
Polip hidung
Tonsilitis
Adenoid
Tanda-tanda bernafas lewat mulut menurut
Moyers:
1. Rh atas sempit dan palatum tinggi.
2. Gigi-gigi ant. Proklinasi/labioversi, shg tampak
protrusif.
3. Gigi-gigi rahang atas dan bawah berjejal.
4. Deep over bite
5. Relasi M1 distooklusi atau neutroklusi.
6. Bibir bawah membesar dan pecah-pecah
7. Gingiva sering disertai gingivitis
8. Saliva mengental, populasi bakteri tinggi.
Tanda-tanda bernafas lewat mulut menurut
Salzman:
1. Berat badan berkurang
2. Mulut terbuka
3. Bibir bawah terletak antara permukaan labial
gigi depan rh bawah dan permukaan palatinal
gigi depan rh atas.
4. Lengkung rh atas sempit atau bentuk V
5. Palatum tinggi dan sempit.
6. Hidung tampak kotor dan bibir mengelupas
7. Sering pilek berulang/kronis
Test untuk mengetahui kebiasaan lewat
mulut:
1. Test reflek ala nasi/ kontrol alar
musculator:
Bernafas lewat hidung,maka refleks otot
cuping hidung(alanasi) akan baik.Saat
menarik nafas,secara refleks cuping
hidung akan bergerak dan lubang
hidung tampak membesar /refleks
alanasi (+).Kebiasaan nafas mulut
maka refleks alanasi negatif.
2. Cotton Butterfly Test

Untuk mengetahui apakah ada aliran udara


masuk melalui hidung sewaktu psn menarik
dan menghembuskan nafas, caranya:
Ambil kapas tipis,dipuntir tengahnya
sehingga menyerupai sayap kupu-
kupu/ dasi kupu-kupu, bagian tengah
dibasahi lalu tempelkan pd filtrum
diatas bibir atas,tiap sayap
diusahakan tepat pd lubang hidung.
Amati psn sewaktu bernafas:
Jika kapas di depan hidung tampak
tidak bergetar, berarti tdk ada aliran
nafas, psn bernafas lewat mulut.
Jika kapas bergetar, nafas lewat hidung.
LEE WAY SPACE

Adalah selisih jumlah lebar mesio distal


gigi decidui III,IV,V dan jumlah lebar mesio
distal gigi C,P1,P2.
Lee way space pada satu sisi:
RB: 1,7 mm
RA:0,9 mm
Jika pada dua sisi,RB:3,4 mm;RA
1,8mm
Cara mengukur III,IV,V dan C,P1,P2:
i. Gigi III,IV,V diukur langsung dalam
mulut psn dgn alat sliding calipers, tiap
gigi diukur kemudian dijumlahkan.
ii. Mengukur C,P1,P2 dilakukan pada
rofoto.
iii. Point i dan ii dibandingkan.
iv. Dilakukan pada rahang atas dan
rahang bawah kanan dan kiri.
Pengukuran Lee Way Space hanya
untuk prediksi,sehingga bisa ditentukan
perawatan sedini mungkin untuk
menghindari anomali.
Guna Lee Way Space:
a. Penyesuaian molar/ molar adjustment.
b. Pengaturan gigi anterior.
Masa Erupsi gigi sulung/decidui (dalam
bulan)
Gigi sulung Rahang atas Rahang bawah

Insisivi sentral 7 6
Insisivi lateral 9 7
Kaninus 18 16
Molar pertama 14 12
Molar kedua 24 20
Masa Erupsi Gigi Permanen (dalam tahun)
Gigi permanen Rahang atas Rahang bawah
Insisivi sentral 7-8 6-7
Insisivi lateral 8-9 7-8
Kaninus 11-12 9-11
Premolar 10-11 10-12
pertama
Premolar kedua 10-12 11-12
Molar pertama 6-7 6
Molar kedua 12-13 11-13
Gigi telah menembus gingiva, maka gigi
tersebut bererupsi dgn cepat sampai
hampir mencapai bidang oklusal.
Kemudian gigi tsbt terkena pengaruh
kekuatan kunyah dan kecepatan erupsi
berkurang sampai seakan-akan berhenti.
Gigi bererupsi jam 8 malam sd tengah
malam sekitar jam 1 malam, pagi atau
siang tdk erupsi atau malah sedikit intrusi.
Perbedaan siang malam ini tampaknya
mengikuti Circadian rhythm yg
kemungkinan mengikuti pelepasan
hormon pertumbuhan.
Erupsi gigi tampaknya sesuai dgn
pertumbuhan ramus mandibula kearah
vertikal, juga mengalami percepatan saat
terjadi growth spurt.
Metode Pont

Dasar:
Lengkung gigi/dental arch pada
susunan gigi teratur, terdapat hubungan
antara jumlah lebar mesio distal
keempat gigi insisivi RA dgn lebar
lengkung inter P1 dan inter M1.
Susunan normal, idealnya gigi lebar
membutuhkan lengkung yg lebar.
Gigi-gigi yg kecil membutuhkan lengkung
kecil.
Kemungkinan keadaan lengkung gigi:
a. Kontraksi/ penyempitan lengkung:
Sebagian/ seluruh lengkung gigi
lebih mendekati bidang mid sagital.
b. Distraksi/ pelebaran lengkung:
Sebagian/ seluruh lengkung gigi
lebih menjauhi bidang mid sagital.
Derajat kontraksi atau distraksi:

1. Mild degree: kontraksi/ distraksi hanya 5


mm
2. Medium degree: kontraksi/ distraksi 5-10
mm
3. Extreem degree: kontraksi/ distraksi lebih
dari 10 mm
Indeks Premolar: 80
Indeks Molar: 64
Jarak inter P1= lebar mesio distal ke-
empat insisivi RA X 100, dibagi 80.
Jarak inter P1= md I X 100
80
Jarak inter M1= md I X 100
64
Jarak inter P1: jarak tepi terdistal cekung
mesial permukaan oklusal P1 RA
Bila P1 hilang: diganti pd distobukal tonjol bukal
P1 RB
Jarak inter Molar 1:
Jarak pd cekung mesial permukaan
oklusal M1 RA.
Metode Pont dpt digunakan utk
menganalisa gigi bercampur dan
permanen, selama gigi P1 RA dan M1 RA
telah erupsi.
Cara analisanya dgn bandingkan ukuran
langsung pd model dgn ukuran memakai
rumus/ ukuran seharusnya.
Berdasar metode Pont, Korkhaus
menyatakan jarak insisivi permanen RA
dan Premolar 1 RA adalah:
jarak pada garis sagital antara titik
pertemuan insisivi permanen sentral
dan titik dimana garis sagital tsb
memotong garis transversal yg
menghubungkan P1 RA pd palatum.
Dibandingkan pengukuran langsung
dengan tabel Korkhaus, untuk
menyatakan adanya protraksi atau
retraksi.
Tabel Korkhaus
Jumlah lebar ke-empat insisivi Rahang Atas Jarak antara I P1 (Korkhaus)

27 16
27,5 16,3
28 16,5
28,5 16,8
29 17
29,5 17,3
30 17,5
30,5 17,8
31 18
31,5 18,3
32 18,5
32,5 18,8
33 19
33,5 19,3
34 19,5
34,5 19,8
35 20
35,5 20,5
36 21
Metode Howes

Dasar: adanya hubungan basal arch dgn


coronal arch.
Rumusannya:
1. Bila gigi dipertahankan dlm lengkung
yg seharusnya/ideal, lebar inter P1 RA
sekurang-kurangnya = 43% dari
ukuran mesio distal dental arch M1
M1 RA
Lebar inter P1 RA: diukur pada titik
bagian dalam puncak tonjol bukal.
Ukuran lengkung gigi: dari distal M1 kiri
RA sampai distal M1 kanan RA
Index Howes untuk inter P1:
Lebar P1-P1 = 43%
Md M1-M1
2. Seharusnya lebar interfossa canina
sekurang-kurangnya = 44% lebar mesio
distal M1-M1 RA.
Fossa canina: terletak pada apex P1 RA
Indeks Howes utk interfossa canina:
Lebar interfossa canina = 44%
Jumlah Md M1-M1
Kasus dgn lebar interfossa canina antara
37%-44% lebar Md M1-M1,dikatagorikan
dlm kasus yg meragukan, dimana
mungkin dilakukan pencabutan gigi atau
mungkin pelebaran lengkung. Untuk itu
perlu dipertimbangkan metode lain sbg
pembanding.
Bila lebar interfossa canina dibanding
jumlah Md M1-M1 kurang/ lebih kecil dari
37%, hal ini mengindikasikan basal arch
tdk mampu menampung geligi,shg
pencabutan hrs dilakukan.
Metode Kesling/ Diagnostic Set Up Model

Mrp suatu cara yg dipakai sbg pedoman


utk menentukan/ menyusun suatu
lengkung gigi dari model aslinya dgn
membelah/ memisahkan geligi pd hasil
cetakan, kemudian disusun kembali pada
basal archnya baik pd mandibula dan
maksila dlm bentuk lengkung yg
dikehendaki sesuai posisi aksisnya.
Cara ini digunakan sbg pertolongan yg
praktis utk menentukan diagnosis
rencana perawatan,maupun prognosis
perawatan suatu kasus secara individual.
Prosedur:
1. Siapkan cetakan (-) yg blm diisi gips
2. Isi dgn gips sampai 3 mm dari
margin gingiva.
3. Tunggu sampai agak keras, kemudian
separasi dgn malam wax cair panas
atau bisa dgn diolesi vaselin.
4. Tunggu wax keras,kemudian isi dgn
gips lagi sampai seperti biasa saat
mengisi cetakan negatif. Setelah keras
lepaskan dari cetakan.
5. Fiksasi di okludator,tandai masing-
masing gigi agar tidak keliru.
6. Buat irisan vertikal ditiap proksimal
gigi,kmd pisahkan masing-masing gigi.
Hal ini dilakukan pada satu sisi dahulu
(kanan atau kiri),sisi lain sbg pedoman
keadaan awal.
7. Susun kembali gigi-gigi tsb dlm lengkung
yg dikehendaki sesuai rencana dlm
determinasi lengkung dgn
mempertimbangkan over jet- over bite,
dgn bantuan wax .
Pd kasus RB normal,RA mengikuti RB.
RA normal, RB mengikuti RA.
RA dan RB tdk normal, ditentukan RB
terlebih dahulu. Model yg telah disusun
mrp gambaran hasil perawatan.
DETERMINASI LENGKUNG

Adalah suatu cara untuk menentukan


kebutuhan ruang untuk perawatan.
Siapkan glass plate, spidol ukuran fine 2
warna beda,plastik transparan,dan
celotape/untuk fiksasi.
Buat lengkung mula-mula untuk rahang
atas dan bawah,post. Melewati
pertengahan oklusal,ant. Melewati insisal.
Lengkung mula-mula dibuat dari distal
M1ke M1, buat RA dahulu.
Tandai kanan-kirinya,lebar tiap gigi, dan
grs tengah rh.
Lepas plastik, sesuai kontak oklusi dgn
RA,buat pada RB.
Harus ditentukan dulu Over jet
mula2,midline gigi RB,dan kunci oklusi pd
M1 (tandai dulu sisi distal atau mesial M1
RA berkontak di M1 RB pd posisi seperti
apa)
Buat lengkung mula2 RB
Kemudian buat lengkung ideal, yaitu
lengkung imajiner harapan kita setelah
perawatan selesai.
Tentukan Over jet ideal,RA mengikuti RB
pada kasus RB normal,RA normal,RB
mengikuti RA, dan keduanya tdk normal
tentukan RB dahulu.
Buat lengkung ideal RA dan RB berupa
garis lengkung yg smooth/ bayangkan gigi
dlm lengkung yang sempurna.
Dengan benang ukur panjang lengkung
mula2 RA dan RB.
Ukur juga panjang lengkung ideal RA dan
RB.Akan didapatkan selisih/discrepancy
panjang lengkung gigi.
Discrepancy tsbt mrpk kebutuhan ruang
dalam perawatan nanti.
Kebutuhan ruang diatasi dgn
grinding/slicing, ekspansi,atau
pencabutan,sesuaikan dgn hasil
perhitungan dan analisis.

Anda mungkin juga menyukai