Anda di halaman 1dari 4

BELAJAR ORTHO

Simetris wajah
Diukur dari 3 garis:
Garis vertical: garis median (titik nasion-subnasion)
Garis horizontal 1:

Profil wajah
Diukur dari 3 titik:
1. Glabella
2. Titik paling anterior bibir atas
3. Pogonion (jaringan lunak pada dagu)

Sudut 0-10° = normal


Sudut >10° = cembung
Sudut <10° = cekung

Tonus bibir
1. Normal
2. Hipotonus  contohnya kelas II divisi 1
3. Hipertonus

Malposisi gigi
Arah vertical: infraversi (lebih ke dalam), supraklusi/ekstrusi
Arah sagital: distoversi, mesioversi, palatoversi, labioversi
Arah transversal (bergerak tapi tetap pada sumbu gigi): rotasi/mesial in distal out

Line of occlusion
Rahang atas: molar (sentral fossa), premolar (distal pit), insisif (cingulum)
Rahang bawah: molar (sentral fossa), premolar (distal pit), insisif (insisal)

Frenulum
Blanch test = menarik bibir
Rendah: jika mendekati papilla

Tinggi palatum  indeks metode korkhous


Menarik gharis khayal dari sentral fossa 16 ke 26 (lebar lengkung posterior), tarik garis
khayal tegak lurus ke titik paling terdalam di palatum
Rumus: tinggi palatum/lebar lengkung posterior x 100%

Simetris
Garis median RA: tarik garis khayal dengan patokan titik rugae palatina kedua ke garis
midpalatal raphe
Garis median RB: proyeksi garis median RA
Simetris lengkung: dari garis midpalatal raphe ke distal pit premolar dan sentral fossa molar,
jarak sisi kanan dan sisi kiri sama (simetris), beda (asimetris)

Over bite = jarak vertical  proyeksi insisal RA ke permukaan labial RB/jarak insisal ke
servikal insisif RB (normal: 1/3 insisal RB)
Over jet = jarak horizontal  permukaan labial insisif RA dengan labial insisif RB (normal: 1-
3 mm)

Maloklusi Angle
Kelas I: puncak bonjol mesiobukal M1 RA berada pada bukal groove M1 RB
Tipe 1: crowding anterior
Tipe 2: protrusif anterior
Tipe 3: cross bite anterior
Tipe 4: cross bite posterior
Tipe 5: mesial drifting

Kelas II: puncak bonjol mesiobukal M1 RA lebih ke anterior dari bukal groove M1 RB
Kelas II penuh: puncak bonjol distobukal berada pada bukal groove RB
Divisi I: protrusive
Divisi II: deep bite

Kelas III: puncak bonjol mesiobukal M1 RA lebih ke posterior dari bukal groove M1 RB
Tipe 1: edge to edge
Tipe 2: anterior tampak normal
Tipe 3: cameuh

Enam Kunci Oklusi Normal


1. Relasi gigi molar rahang atas dan rahang bawah
2. Angulasi mesio-distal gigi
3. Inklinasi labio-lingual gigi
4. Tidak terdapat gigi rotasi
5. Titik kontak baik  tidak ada diastema/spacing
6. Curva spee normal  menurut Andrew 0-1,5 mm

Analisis Model
1. ALD (Arch Length Discrepancy)
Tujuan: untuk mengetahui perbedaan panjang lengkung rahang dengan panjang
lengkung gigi sehingga diketahui berapa selisihnya agar dapat ditentukan indikasi
perawatannya.

Cara: diukur panjang lengkung gigi (lebar mesio-distal per gigi dari 16-26), ukur
panjang lengkung rahang, kemudian ditentukan selisihnya

Ada 2 metode
1) Nance: mengukur panjang lengkung rahang dengan menggunakan soft wire,
diletakkan melewati titik kontak gigi posterior dan tepi insisal gigi anterior.
Diukur dari titik kontak mesial 16 ke titik kontak mesial 26
2) Lundstorm: mengukur panjang lengkung rahang dengan cara segmental. Dibagi
ke 6 segmen, masing-masing 2 gigi (I1I2 + CP1 + P2M1)
Diukur selisihnya, lengkung gigi – lengkung rahang, kalau hasilnya
0 sampai -2 = pro slicing
-2 sampai -4 = pro ekspansi
lebih dari -4 = pro ekstraksi

2. Analisis Bolton (TSD: Tooth Size Discrepancy)


Membandingkan mesio-distal gigi RA dengan gigi RB, harus sesuai agar mendapatkan
oklusi ideal.
Kalau ada gigi anterior yang hilang, tidak bisa dilakukan perhitungan. Kalau gigi
posterior yang hilang, hanya bisa dihitung yang rasio anterior aja.
Diukur dengan tabel Bolton.

Ada 2
1) Anterior rasio (normal rata-rata = 77,2)
2) Overall rasio (normal rata-rata = 91,3)

Rumus:
Rasio anterior = mandibular 6” / maksila 6” x 100
Rasio posterior = mandibular 12”/ maksila 12” x 100

3. Kurva Spee
Jarak terdalam antara cusp tip P1 terhadap bidang datarnya (bidang datar: garis
khayal yang ditarik dari insisial gigi paling anterior ke puncak cusp tertinggi gigi paling
posterior)
Nilai normal = 0-1,5 mm (menurut Andrew)

4. Analisis Howes
Melihat lebar lengkung rahang. Apakah bisa diekspansi atau tidak.

Mengukur basis apikal:


- Pake solatip, dari distal 14 ke 24
- Pake jangka, dari fossa kanina sisi kanan ke sisi kiri (biasanya di apeks P1)

Ada 2 poin:
1) Indeks Howes
Kalau:
44% = lebar lengkung rahang sesuai dengan lebar lengkung 12 gigi
<37% = lebar lengkung rahang lebih kecil dibanding lebar lengkung gigi 
ekstraksi
37-44% = meragukan antara ekstraksi atau ekspansi
>44% = lebar lengkung rahang lebih besar dibanding lebar lengkung gigi  dapat
diekspansi dengan aman

2) Selisih lebar lengkung gigi dikurangi lebar lengkung rahang


Kalau:
Hasil negatif = ekspansi
Hasil positif = tidak aman untuk diekspansi
0 = normal

Etiologi Maloklusi
Etiologi maloklusi itu multifaktorial, ada 2:
1. Eksogen
a. Sistemik  nutrisi, penyakit (yang memengaruhi keseluruhan perkembangan)
b. Lokal  etiologinya memiliki efek hanya pada sistem mastikatori

1) Statik  efeknya hanya pada site yg spesifik (trauma)


2) Fungsional

2. Hereditary

Penyebab Maloklusi

Anda mungkin juga menyukai