Anda di halaman 1dari 63

ANALISIS MODEL

ANALISIS MODEL STUDI


Pada analisis model studi dilakukan pengukuran dari aspek-
aspek :
• Pengukuran arah transversal (pergeseran garis median,
asimetri wajah, asimetri lengkung gigi, dan crossbite
posterior, scissor bite,cup to cup bite)
• Pengukuran arah sagital (hubungan molar pertama,
kaninus, dan insisif tetap, ukuran overjet, crossbite anterior,
edge to edge)
• Pengukuran arah vertikal (Ukuran overbite, deepbite,
palatal bite, openbite anterior maupun posterior, dan
ketinggian palatum)
OVERJET
Pengukuran overjet pada model dilakukan
dengan cara menempatkan penggaris besi
sejajar dengan dataran oklusal (Rakosi, 1993).
OVERBITE
CROSSBITE
Anterior Posterior
DIASTEMA
GARIS MEDIAN
Rahang Atas
GARIS MEDIAN
Rahang Bawah

• Dengan membuat titik perlekatan Frenulum


labial dan lingual
• Biasanya melewati kontak insisivus sentralis

PADA PASIEN DENGAN KEADAAN TIDAK


NORMAL KARENA SESUATU SEBAB,
MAKA GARIS MEDIAN MUKA DIPAKAI
SEBAGAI ACUAN
RELASI MOLAR
• Kelas 1 : cusp mesio bukal M1 atas tepat berada
pada bukal groove M1 bawah saat oklusi
• Kelas 2 : cusp mesiobukal M1 atas berada lebih
ke anterior dari bukal groove M1 bawah saat
oklusi
• Kelas 3 : cusp mesiobukal M1 atas lebih ke
posterior dari bukal groove M1 bawah saat
oklusi
RELASI KANINUS
• Kelas 1 : kedudukan puncak cusp C berada
pada tepat diantara gigi C dan P bawah
• Kelas 2 : kedudukan puncak cusp C atas
berada lebih ke anterior dari pertemuan C dan
P1 bawah
• Kelas 3 : kedudukan puncak cusp C berada
lebih ke posterior dari pertemuan C dan P1
bawah
KLASIFIKASI
• MENURUT ANGLE
– Kelas I, menurut modifikasi Dewey terbagi 5 tipe
KELAS 1 ANGLE KLASIFIKASI DEWEY

1. GIGI ANTERIOR BERJEJAL


2. GIGI ANTERIOR PROTUSI
3. GIGI ANTERIOR CROSSBITE
4. GIGI POSTERIOR CROSSBITE
5. GIGI POSTERIOR BERGESER / MIRING KE
MESIAL
• Kelas II, menurut modifikasi Dewey
terbagi 2 divisi
• Kelas III, menurut modifikasi Dewey
terbagi 3 tipe
Klasifikasi Skeletal
• Kelas 1: relasi rahang atas dan
rahang bawah normal
Kelas 2 : relasi rahang atas lebih ke anterior
dari rahang bawah (prognatik)
Kelas 3 : relasi rahang bawah lebih ke
anterior dari rahang atas (retrognatik)
Kedalaman palatum
• Dengan menggunakan palatal height index

• Ukur inter molar pada fossa sentral molar satu


RA kiri-kanan
• Ukur garis yang tegak lurus turun kearah
tengah palatum
Malposisi
• Mesial distal = mesioversi-distoversi
• Labio palatal = labioversi-palat0versi
• Buko palatal = bukoversi-linguoversi
• Vertikal = supraversi-infraversi
• Perputaran aksis = rotasi / torsi versi
• Pertukaran tempat = transposisi
• Penyimpangan aksis =aksisversi
• Kombinasi mis distolabioversi
Bentuk lengkung rahang

• Setengah elips
• Parabola
• U-form
• V-form
• Trapezoid
• Stgh lingkaran
• kesimetrisan
Kurva spee
Garis imajiner yang ditarik dari tepi incisal gigi
anterior dan puncak tonjol bukal gigi posterior bawah,
dilihat dari bidang sagital.
ANALISIS ALD (Arch Length Discrepancy)
Pengukuran Panjang Lengkung Gigi
Pengukuran Panjang Lengkung Rahang
Panduan Umum Kekurangan Ruangan
ANALISIS BOLTON/ TSD (Tooth Size
Discrepancy)
Rasio Anterior

mand "6” x 100=……(rata-rata 77,2 % ,SD 1,65


maks "6")

Rasio Total
mand"12” x 100=…(rata-rata 91,3%, SD 1,91
maks "12")
ANALISIS HOWES
Ukuran yang digunakan dalam analisis ini antara
lain:
•Jumlah total ukuran mesio distal gigi 16 – 26
•Lebar basis apikal, ditentukan dari titik
terdalam fossa kanina di apeks P1 RA
•Lebar lengkung gigi, diukur dari puncak bonjol
bukal gigi 14 ke 24
Indeks Howes
Indeks fossa kanina
100 x Basis Apikal =…………………………...%
Jumlah mesiodistal 16-26 
Indeks premolar
100 x Lebar puncak bonjol bukal 14-24 =…%
jumlah mesio distal 16-26
44% Basis apikal cukup

<37% Basis apikal terlalu sempit,


perlu pencabutan gigi
37 – 44% Kategori meragukan antara
pencabutan atau ekspansi
>44% Ekspansi dapat dilakukan
dengan aman

Indeks fossa kanina > indeks premolar ---) inklinasi gg


post divergen (kontriksi) --)ekspansi
Sebaliknya--) konvergen (distraksi)---)tidak bisa ekspansi
Analisis PONT
• Menentukan lebar lengkung ideal yang
didasarkan pada lebar mesiodistal empat gigi
insisif RA
• Melihat adanya kontraksi dan distraksi pada
lengkung gigi
• Filosofinya makin besar ukuran mesiodistal
empat gigi insisif RA  makin lebar pula
lengkung gigi antara premolar pertama dan
molar pertama supaya tidak terjadi crowding
Prosedur Analisis PONT
1. Mengukur lebar mesiodistal 12, 11, 21, 22 
Ʃmesiodistal 12, 11, 21, 22
Prosedur Analisis PONT
2. Mengukur jarak distal pit 14-24  lebar
lengkung anterior
3. Mengukur jarak sentral fossa 16-26  lebar
lengkung posterior
Prosedur Analisis PONT
4. Menghitung dengan indeks PONT 14-24
Ʃmesiodistal 12 11 21 22 x 100
80
Indeks Pont 14-24= rasio gabungan keempat
insisif RA terhadap lebar lengkung gigi
transversal ideal antara premolar satu diukur
dari distal pit 14 sampai 24
Prosedur Analisis PONT
4. Menghitung dengan indeks PONT 16-26
Ʃmesiodistal 12 11 21 22 x 100
64
Indeks Pont 16-26= rasio gabungan keempat
insisif RA terhadap lebar lengkung gigi
transversal ideal antara molar satu diukur dari
distal pit 16 sampai 26
Prosedur Analisis PONT
5. Interpretasi:
Lebar lengkung gigi Pont = Lebar lengkung gigi
pasien  normal
Lebar lengkung gigi Pont > Lebar lengkung gigi
pasien  kontraksi
Lebar lengkung gigi Pont < Lebar lengkung gigi
pasien  distraksi
Analisis Moyers
• Mengevaluasi jumlah ruangan yang tersedia pada
lengkung rahang untuk erupsi gigi permanen
pengganti dan untuk penyesuaian oklusi
• Berdasarkan penelitian, ukuran gigi insisif RB
memiliki hubungan dengan ukuran C, P1 & P2
yang belum tumbuh, pada RA & RB
• Gigi insisif RB  gigi ini tumbuh lebih dulu,
mudah diukur secara akurat
• Insisif RA memiliki banyak variasi dalam ukuran
 tidak digunakan
Analisis Moyers
 Mempunyai kesalahan sistematik yang minimal
 Dapat dilaksanakan oleh pemula karena tidak
memerlukan keahlian khusus
 Metoda ini juga dapat dilakukan dengan cepat
 Tidak memerlukan alat-alat khusus ataupun
radiografi
 mempunyai tingkat ketepatan yang baik di dalam
mulut.
 Dilakukan untuk menganalisis keadaan pada
kedua lengkung rahang.
Prosedur Analisis Moyers
1. Pengukuran lebar mesiodistal 32, 31, 41, 42
Prosedur Analisis Moyers
2. Menentukan besar ruangan yang diperlukan
32, 31, 41, 42 jika dalam posisi dan lengkung
rahang yang normal
Prosedur Analisis Moyers
3. Pengukuran sisa ruangan mulai distal gigi 32
sampai mesial gigi 36 dan distal gigi 42
sampai mesial gigi 46
Prosedur Analisis Moyers
4. Berdasarkan ukuran lebar mesiodistal gigi 32,
31, 41, 42, dilihat pada tabel moyers untuk
mendapatkan ukuran lebar gigi 3, 4, dan 5 RA
dan RB yang ideal menurut Moyers
5. Menghitung selisih dari hasil pengukuran dari
3,4,5 pada model dengan hasil dari tabel
Moyers
Tabel Moyers RA
Tabel Moyers RB
Determinasi lengkung rahang
• Mengetahui diskrepansi ukuran mesiodistal gigi
setelah lengkung ideal dirancang seideal mungkin
dari lengkung awal pasien.

• Bahan dan alat:


• Model studi
• Plat gelas atau mika tebal 2 mm
• Plastik transparan
• Kawat tembaga 0,7 mm
• Spidol fine biru dan merah
• Kaliper geser
• Alkohol
• Kapas
Prosedur Carey atau determinasi
lengkung
• Model studi diletakkan di meja datar
• Plat gelas diletakkan diatas model
• Diatas plat ditrh plastik transparan
• Ikuti semua kontur gigi dengan spidol biru
• Tentukan posisi puncak lengkung dengan beri
titik pada median line di interdental insicivus
• Tentukan titik distal dari molar dua kanan dan
kiri
Lengkung ideal
Dibuat dengan cara yang sama dan diperkirakan
perlu tidaknya protraksi/ retraksi

Perhitungan carey mencari ruang


1.Lebih besar dan stgh lebar mesiodistal gg p1, cbt gg P1
2.Lebih besar dari ¼ smpai ½ :
1. Cabut P1 satu sisi (midline geser)
2. Cabut p2 kanan kiri jika lengkung simetris
3. Ekspansi plus grinding jika kontraksi
3. Lebih kecil dr ¼ P1 ekspansi atau grinding
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai