BAB II
LANDASAN TEORI
Epidemiologi
Diperkirakan bahwa 90% dari anak-anak usia sekolah di seluruh dunia dan
sebagian besar orang dewasa pernah menderita karies. Prevalensi karies tertinggi
terdapat di Asia dan Amerika Latin. Prevalensi terendah terdapat
di Afrika. Di Amerika Serikat, karies gigi merupakan penyakit kronis anak-anak
yang sering terjadi dan tingkatnya 5 kali lebih tinggi dari asma. Karies merupakan
penyebab patologi primer atas penanggalan gigi pada anak-anak. Antara 29%
hingga 59% orang dewasa dengan usia lebih dari limapuluh tahun mengalami
karies.
Klasifikasi
-Lokasi
Secara umum, ada dua tipe karies gigi bila dibedakan lokasinya, yaitu karies yang
ditemukan di permukaan halus dan karies di celah atau fisura gigi.
Celah dan fisura adalah tanda anatomis gigi. Fisura terbentuk saat perkembangan
alur, dan tidak sepenuhnya menyatu, dan membuat suatu turunan atau depresio
yang khas pada strutkur permukaan email. Tempat ini mudah sekali menjadi
lokasi karies gigi. Celah yang ada daerah pipi atau bukal ditemukan di gigi
geraham.
5
Ada tiga macam karies permukaan halus. Karies proksimal, atau dikenal juga
sebagai karies interproksimal, terbentuk pada permukaan halus antara batas
gigi. Karies akar terbentuk pada permukaan akar gigi. Tipe ketiga karies
permukaan halus ini terbentuk pada permukaan lainnya.
Karies proksimal adalah tipe yang paling sulit dideteksi. Tipe ini kadang tidak
dapat dideteksi secara visual atau manual dengan sebuah eksplorer gigi. Karies
proksimal ini memerlukan pemeriksaan radiografi.
Karies akar adalah tipe karies yang sering terjadi dan biasanya terbentuk ketika
permukaan akar telah terbuka karena resesi gusi. Bila gusi sehat, karies ini tidak
akan berkembang karena tidak dapat terpapar oleh plak bakteri. Permukaan akar
lebih rentan terkena proses demineralisasi daripada enamel atau email
karena sementumnya demineraliasi pada pH 6,7, di mana lebih tinggi dari
enamel. Karies akar lebih sering ditemukan di permukaan fasial, permukaan
interproksimal, dan permukaan lingual. Gigi geraham atas merupakan lokasi
tersering dari karies akar.
Laju penyakit
Penyebab
Ada empat hal utama yang berpengaruh pada karies: permukaan gigi, bakteri
kariogenik (penyebab karies), karbohidrat yang difermentasikan, dan waktu.
-Gigi
Ada penyakit dan gangguan tertentu pada gigi yang dapat mempertinggi faktor
risiko terkena karies. Amelogenesis imperfekta, yang timbul pada 1 dari 718
hingga 14.000 orang, ada penyakit di mana enamel tidak terbentuk
sempurna. Dentinogenesis imperfekta adalah ketidaksempurnaan pembentukan
dentin. Pada kebanyakan kasus, gangguan ini bukanlah penyebab utama dari
karies.
Anatomi gigi juga berpengaruh pada pembentukan karies. Celah atau alur yang
dalam pada gigi dapat menjadi lokasi perkembangan karies. Karies juga sering
terjadi pada tempat yang sering terselip sisa makanan.
-Bakteri
7
Bakteri pada mulut seseorang akan mengubah glukosa, fruktosa, dan sukrosa
menjadi asam laktat melalui sebuah proses glikolisisyang disebut fermentasi. Bila
asam ini mengenai gigi dapat menyebabkan demineralisasi. Proses sebaliknya,
remineralisasi dapat terjadi bila pH telah dinetralkan. Mineral yang diperlukan
gigi tersedia pada air liur dan pasta gigi berflorida dan cairan pencuci mulut.
Karies lanjut dapat ditahan pada tingkat ini. Bila demineralisasi terus berlanjut,
maka akan terjadi proses pelubangan.
-Waktu
-Faktor lainnya
Selain empat faktor di atas, terdapat faktor lain yang dapat meningkatkan karies.
Air liur dapat menjadi penyeimbangan lingkungan asam pada mulut. Terdapat
keadaan di mana air liur mengalami gangguan produksi, seperti pada sindrom
Sjögren, diabetes mellitus, diabetes insipidus, dan sarkoidosis.
Karies botol susu atau karies kanak-kanak adalah pola lubang yang ditemukan di
anak-anak pada gigi susu. Gigi yang sering terkena adalah gigi depan di rahang
atas, namun kesemua giginya dapat terkena juga. Sebutan "karies botol susu"
karena karies ini sering muncul pada anak-anak yang tidur dengan cairan yang
manis (misalnya susu) dengan botolnya. Sering pula disebabkan oleh seringnya
pemberian makan pada anak-anak dengan cairan manis.
Ada juga karies yang merajalela atau karies yang menjalar ke semua gigi. Tipe
karies ini sering ditemukan pada pasien dengan xerostomia, kebersihan mulut
yang buruk, pengonsumsi gula yang tinggi, dan pengguna metamfetamin karena
obat ini membuat mulut kering. Bila karies yang parah ini merupakan hasil karena
radiasi kepala dan leher, ini mungkin sebuah karies yang dipengaruhi radiasi.
Bila enamel dan dentin sudah mulai rusak, lubang semakin tampak. Daerah yang
terkena akan berubah warna dan menjadi lunak ketika disentuh. Karies kemudian
menjalar ke sarafgigi, terbuka, dan akan terasa nyeri. Nyeri dapat bertambah hebat
dengan panas, suhu yang dindin, dan makanan atau minuman yang manis. Karies
gigi dapat menyebabkan napas tak sedap dan pengecapan yang buruk. Dalam
9
kasus yang lebih lanjut, infeksi dapat menyebar dari gigi ke jaringan lainnya
sehingga menjadi berbahaya.
Diagnosis
Teknik yang umum digunakan untuk mendiagnosis karies awal yang belum
berlubang adalah dengan tiupan udara melalui permukaan yang disangka, untuk
membuang embun, dan mengganti peralatan optik. Hal ini akan membentuk
sebuah efek "halo" dengan mata biasa. Transiluminasi serat optik
direkomendasikan untuk mendiagnosis karies kecil.
Perawatan
Struktur gigi yang rusak tidak dapat sembuh sempurna, walaupun remineralisasi
pada karies yang sangat kecil dapat timbul bila kebersihan dapat
dipertahankan. Untuk lesi yang kecil, florida topikal dapat digunakan untuk
merangsang remineralisasi. Untuk lesi yang besar dapat diberikan perawatan
khusus. Perawatan ini bertujuan untuk menjaga struktur lainnya dan mencegah
perusakan lebih lanjut.
Secara umum, pengobatan lebih awal akan lebih nyaman dan murah dibandingkan
perawatan lanjut karena lubang yang lebih buruk. Anestesi lokal, oksida nitro,
atau obat lainnya dapat meredam nyeri. Pembuangan bor dapat membuang
struktur yang sudah berlubang. Sebuah alat seperti sendok dapat membersihkan
lubang dengan baik. Ketika lubang sudah dibersihkan, maka diperlukan sebuah
teknik penyembuhan untuk mengembalikan fungsi dan keadaan estetikanya.
10
Pencegahan
-Kebersihan mulut
-Pengaturan makanan
Terapi florida dapat menjadi pilihan untuk mencengah karies. Cara ini telah
terbukti menurunkan kasus karies gigi. Florida dapat membuat enbamel resisten
terhadap karies. Florida sering ditambahkan pada pasta gigi dan cairan pembersih
mulut.
11
perbedaan susunan genetik dari ras atau etnis tertentu. Proses terjadinya
periodontitis berhubungan didalam satu keluarga.
Dasar dari persamaan ini baik karena memiliki lingkungan atau
gen yang sama atau keduanya telah diteliti dalam beberapa penelitian.
Dan didapatkan kesimpulan bahwa selain pada susunan genetik yang
sama, persamaan dalam keluarga disebabkan karena adat dan
lingkungan yang sama. Hubungan saudara kandung dalam penelitian ini,
kaitannya dengan jaringan periodontal tidak bisa ditolak
7. Faktor Tingat Pendidikan dan Ekonomi
Tingkat pendidikan serta ekonomi seseorang berperan dalam terinfeski
penyakit ini. Orang yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi dan
ditunjang dengan kondisi perekonomian yang baik akan lebih sering
melakukan pemeriksaan diri dibandingkan yang ekonominya kurang dan
tingkat pendidikannya kurang.
Tujuan surveilans :
sebagai berikut :
Perbedaan Survei Epid Surveilans Epid
II. 5 Skrining
Skrining atau penapisan adalah penggunaan tes atau metode diagnosis lain untuk
mengetahui apakah seseorang memiliki penyakit atau kondisi tertentu sebelum
menyebabkan gejala apapun. Untuk banyak penyakit (misalnya, kanker)
pengobatan dini mengarahkan hasil yang lebih baik. Tujuan skrining adalah
menemukan penyakit ini sehingga pengobatan dapat dimulai sedini mungkin.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting dan berbagai sumber
dan berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya data dapat dikumpulkan pada
setting alamiah (natural seting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, di
rumah dengan berbagai responden, dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya,
maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sekunder.
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data pada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat
dokumen. Selanjutnya kalau dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data,
maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview, kuesioner
(angket), observasi (Sugiyono, 2006: 137)
22
1. Interview (Wawancara)
Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh
peneliti dalam menggunakan teknik interview dan juga kuesioner adalah sebagai
berikut:
Bahwa subjek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri
Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat
dipercaya
1. Wawancara terstruktur
seperti tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu
pelaksanaan wawancara berjalan lancar. Adapun contoh wawancara terstruktur
tentang tanggapan masyarakat terhadap pelayanan pemerintah:
a) Sangat bagus
b) Bagus
c) Tidak bagus
a) Sangat bagus
b) Bagus
c) Tidak bagus
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya
berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Adapun contohnya
adalah sebagai berikut: “Bagaimanakah pendapat Bapak/Ibuk terhadap kebijakan
pemerintah tentang impor gula saat ini?dan bagaimana dampaknya terhadap
pedagang dan petani”.
24
Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data
apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang
diceritakan oleh responden. Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari
responden tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan
berikutnya yang lebih terarah pada satu tujuan.
2. Kuesioner
Kuesioner merupakan alat teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien
bila peneliti tahu pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa
diharapkan dari responden(Iskandar, 2008: 77).
1) Isi dan tujuan pertanyaan, yang dimaksud disini adalah isi pertanyaan tersebut
merupakan bentuk pengukuran atau bukan. Kalau berbentuk pengukuran, maka
dalam membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus ada skala
25
2) Bahasa yang digunakan, bahasa yang digunakan dalam penulisan angket harus
disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden.
3) Tipe dan bentuk pertanyaan, tipe pertanyaan dalam angket dapat berupa
terbuka atau tertutup, (dalam wawancara bisa terstruktur dan tidak terstruktur),
dan bentuknya dapat menggunakan kalimat positif dan negatif.
8) Urutan pertanyaan, urutan pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum
menuju ke hal yang spesifik, atau dari yang mudah menuju hal yang sulit
Penampilan fisik angket, penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data
akan mempengaruhi respon atau keseriusan responden dalam mengisi angket.
26
Survei khusus, dan pencatatan jumlah populasi berisiko terhadap penyakit yang
sedang diamati. Tehnik pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara
dan pemeriksaan.
Salah satu system pengumpulan data yang dilakukan secara terus menerusdalam
epidemiologi dikenal dengan surveilans. Sebagai sumber datasurveilans, WHO
merekomendasikan 10 macam sumber data yang dapatdipakai :
1. Data mortaliatas
2. Data morbiditas
3. Data pemeriksaan laboratorium
4. Laporan penyakit
5. Penyelidikan peristiwa penyakit
6. Laporan wabah
7. Laporan penyelidikan wabah
8. Survey penyakit, vector dan reservoir
9. Pengunaan obat, vaksin dan serum
10. Demografi dan lingkungan
27
Dalam surveilans, data dikumpul melalui sistem pelaporan yang ada. Berdasarkan
keperluannya, pengumpulan data untuk surveilans dibedakan menurut sumber
data yaitu primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan secara langsung dari
penderita di lokasi dan sarana kejadian penyakit.
Data sekunder dikumpulkan dari sumber data laporan rutin yangada atau sumber
khusus tambahan lain sesuai variabel yang diperlukan. Surveilans secara rutin
sering menggunakan cara ini. Ada data tersier yaitu data yang diambil dari hasil
kajian, analisis data atau makalah yang telah dipublikasikan. Besarnya sumber
28
data sangat tergantung pada populasi, yaitu data yang diambil dari semua
penduduk merupakan data yang diamati atau yang berisiko terkena penyakit
(reference population) di suatu wilayah dimana penyakit terjadi (desa, kecamatan,
kebupaten, provinsi atau negara). Sistem surveilans rutin di kabupaten
menggunakan cara ini melaluilaporan sarana kesehatan (Puskesmas) yang
menjangkau seluruh wilayah kabupaten. Dalam survei khusus, cara ini jarang
dilakukan karena mahal dan membutuhkan waktu lama. Untuk data sampel, yaitu
data yang diambil darisebagian penduduk atau sebagian puskesmas yang dianggap
mewakiliseluruh penduduk atau wilayah dimana kejadian penyakit berlangsung
atau berisiko terkena penyakit. Dalam survei khusus cara ini sering
dilakukankarena lebih cepat dan murah. Bila menggunakan sampel, pemilihan
sampel basanya dilakukan mengikuti ketentuan statistik. Pertama, perlu
menentukanunit sampel yang akan dipilih yaitu sampel perorangan atau
kelompok(kluster ), sehingga langkah selanjutnya dapat membuat daftar unit
sampelsecara berurutan, dan menetapkan besar atau jumlah sampel. Besar sampel
ditentukan oleh populasi penduduk yang akan diwakilidan perkiraan besarnya
prevalensi dari penyakit yang dipantau. Umumnya makin besar jumlah sampel,
makin baik informasi yang dihasilkan tentang penduduk yang diwakilinya.
Bandingkan besar sampel dan ketepatan hasil (lebar range prevalensi yang
dihasilkan) pada tabel tertentu. Kemudian unitsampel dipilih sesuai jumlah yang
ditentukan, yang bisa dilakukan secara acak (random), sistematik (pilihan
berselang seling) atau kombinasi caratersebut. Cara ini memberikan sampel yang
dapat mewakili semua populasiyang diamati.Kadang-kadang sampel terpaksa
dipilih sesuai kepentingan pengamatan (selektif, purposive), biasanya bila
penyakit sangat jarang terjadi. Cara ini mewakili populasi yang diamati. Sampel
dapat berganti setiap waktu dan setiap pengamatan, atau dapat berupa sampel
tetap untuk diikuti terus selama periode pengamatan(sentinel,kohort)Data dapat
dikumpulkan sesaat, yaitu data tentang kejadian penyakit atau kematian yang
dikumpul pada tempat dan saat kejadian penyakit sedang berlangsung (cross
sectional ). Data penyakit sesaat tersebut (prevalens) dapat dikumpul dalam suatu
periode waktu yang singkat (misalnya 1 hari, disebut point prevalence) atau
29
periode yang lebih panjang (minggu, bula, tahun, disebut period prevalence).Data
kejadian diwaktu lalu, yaitu data yang dikumpul tentang kejadian penyakit atau
kematian yang sudah terjadi pada waktu lalu (restrospective).
Untuk mencari faktor risiko penyebab penyakit atau kematian sedangkan data
kejadian di waktu mendatang, yaitu data yang dikumpul tentang kejadian penyakit
atau kematian yang sedang berlangsung dan akan terjadi pada waktu mendatang
yang periodenya telah ditetapkan sebelumnya( prospective). Tujuannya adalah
memantau besarnya pengaruh suatu factor risiko atau intervensi program tertentu
timbulnya penyakit atau kematian. Sifat kejadian penyakit yang dipantau
berdasarkan data kasus lama, yaitu penderita yang sudah menderita sakit (dan saat
ini masih sakit,sudah sembuh atau sudah meninggal) sejak sebelum pengumpulan
data dilakukan. Penemuan kasus lama dapat dipakai untuk menilai efektivitas
pengobatan, pelaksanaan pengobatan standar, resistensi, adanya pengaruh faktor
risiko lingkungan dan perilaku sehingga sakit berlangsung lama. Sedangkan kasus
baru, yaitu penderita yang baru menderita sakit pada saat peiode pengumpulan
data dilakukan selanjutnya cara penemuan kasus baru,terutama bila terjadi dalam
waktu singkat. Dipakai untuk menilai adanya KLB atau wabah di suatu tempat,
yang memerlukan tindak lanjut.
Untuk pengumpulan data surveilans diperlukan alat bantu yang harus disiapkan
lebih dulu. Alat bantu pengumpulan data dapat berupa daftar register penderita,
kuesioner, formulir, tabel atau cheklist yang memuat variabel yang berkaitan
dengan penyakit yang diamati. Alat bantu baku disediakan untuk pengumpulan
data rutin. Pada KLB/ wabah perlu dibuatkan alat bantu baru tentang faktor
penyebab dan faktor risiko penularan yang berkaitan dengan penyakit pada
KLB/wabah tersebut. Pengumpulan data membutuhkan serangkaian kegiatan
pengelolaan tersendiri oleh tim surveilans meliputi perencanaan kegiatan,
pengorganisasian, pembiayaan dan penjadwalan, pelaksanaan, pengawasan, dan
evaluasi hasil pengumpulan data. Pengumpulan data pada Surveilans Epidemilogi
30
Pada Puskesmas dan rumah sakit sentinel melaporkan laporan bulanan dari
pelayanan kesehatan swasta.
Praktik pengumpulan data dari laporan puskesmas, meringkas dalam bentuk tabel.
Dari penjelasan tersebut maka dapat dirumuskan tujuan dari pengumpulan data
adalah menentukan kelompok/golongan populasi yang berisiko (umur, sex,
bangsa, pekerjaan dan lainnya), menentukan jenis agent dan karakteristiknya,
menentukan reservoir infeksi, memastikan penyebab trasmisi, dan mencatat
kejadian penyakit.
Beberapa tingkatan kegiatan perlu dilakukan, antara lain memeriksa data mentah
sekali lagi, membuatnya dalam bentuk tabel yang berguna, baik secara manual
ataupun dengan menggunakan komputer. Setelah data disusun dalam kelompok-
kelompok serta hubungan-hubungan yang terjadi dianalisa, perlu pula dibuat
penafsiran-penafsiran terhadap hubungan antara fenomena yang terjadi dan
membandingkannya dengan fenomena-fenomena lain di luar penelitian tersebut.
Berdasarkan pengolahan data tersebut, perlu dianalisis dan dilakukan penarikan
kesimpulan hasil penelitian.
disajikan dalam bentuk narasi kata-kata, maka pengolahan datanya tidak bisa
dikuantifikasikan.
Perbedaan ini harus dipahami oleh peneliti atau siapapun yang melakukan
penelitian, sehingga penyajian data dan analisis kesimpulan penelitian relevan
dengan sifat atau jenis data dan prosedur pengolahan data yang akan digunakan.
Makna penelitian yang diperoleh dalam pengolahan data, tidak sampai menjawab
pada analisis “kemengapaan” tentang makna-makna yang diperoleh. Misalnya
dalam rancangan penelitian kuantitatif, maka angka-angka yang diperoleh melalui
alat pengumpul data tersebut harus diolah secara kuantitatif, baik melalui
pengolahan statistik inferensial maupun statistik deskriptif.
1. Jenis Dataa
a. Data kualitatif
Data yang berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik berwujud pertanyaan
atau berupa kata-kata.
b. Data kuantitatif
Data kuantitaif merupakan data yang dihasilkan dari pengukuran,dapat berupa
bilangan bulat atau desimal. Berbeda dengan data kualitatif, data kuantitatif
hasilnya dinyatakan dalam kuantitas numerik terhadap ciri tertentu yang disebut
variabel, misalnya jumlah bakteri yang terdapat dalam sampel air.
2. Pengolahan Data
a. Penyusunan data
Data yang sudah ada perlu dikumpulkan semua agar mudah untuk mengecek
apakah semua data yang dibutuhkan sudah terekapsemua. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk menguji hipotesis penelitian.
33
Penyusunan data harus dipilih data yang ada hubungannya dengan penelitian, dan
benar-benar otentik. Adapun data yang diambil melalui wawancara harus
dipisahkan antara pendapat responden dan pendapat interviwer.
b. Klasifikasi data
c. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Jenis
data akan menentukan apakah peneliti akan menggunakan teknik kualitatif atau
kuantitatif. Data kualitatif diolah dengan menggunakan teknikstatistika baik
statistika non parametrik maupun statistika parametrik.
Pengolahan data kualitatif dalam penelitian akan melalui tiga kegiatan analisis
yakni sebagai berikut.
Data dapat diartikan sebagai suatu proses pemilihan data, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan data, pengabstrakan data, dan transformasi dat kasar yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dalam kegiatan reduksi data
dilakukan pemilahan-pemilahan tentang: bagian data yang perlu diberi kode,
bagian data yang harus dibuang, dan pola yang harus dilakukan peringkasan. Jadi
dalam kegiatan reduksidata dilakukan: penajaman data, penggolongan data,
pengarahan data, pembuangan data yang tidak perlu, pengorganisasian data untuk
bahan menarik kesimpulan. Kegiatan reduksi data ini dapat dilakukan melalui:
seleksi data yang ketat, pembuatan ringkasan, dan menggolongkan data menjadi
suatu pola yanglebih luas dan mudah dipahami.
i. Mengelompokkan Data
Ada dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif tidak
memerlukan perhitungan matematis. Sebaliknya, data kuantitatif memerlukan
adanya perhitungan secara matematis. Oleh sebab itu, data kuantitatif perlu diolah
dan dianalisis antara lain dengan statistik. Untuk mengolah dan menganalisis data,
ada dua macam statistik, yaitu statistic deskriptif dan statistik inferensial.
35
Agar data dapat dikelompokkan secara baik, perlu dilakukan kegiatan awal
sebagai berikut :
Editing , yaitu memeriksa data yang telah dikumpulkan baik berupa daftar
pertanyaan, kartu atau buku register.
Coding , yaitu kegiatan memberikan kode pada setiap data yang terkumpul di
setiap instrumen penelitian. Kegiatan ini bertujuan untuk memudahkan dalam
penganalisisan dan penafsiran data.
c. Menarik Kesimpulan/Verifikasi
Sejak langkah awal dalam pengumpulan data, peneliti sudah mulai mencari arti
tentang segala hal yang telah dicatat atau disusun menjadi suatu konfigurasi
tertentu. Pengolahan data kualitatif tidak akan menarik kesimpulan secara tergesa-
36
2. Mengaitkan temuan (data) dengan hasil kajian pustaka atau teori terkait
1. Perencanaan surveilans
2. Pengumpulan data
Proses pengumpulan data diperlukan sistem pencatatan dan pelaporan yang baik.
Secara umum pencatatan di Puskesmas adalah hasil kegiatan kunjungan pasien
dan kegiatan luar gedung. Sedangkan pelaporan dibuat dengan merekapitulasi
data hasil pencatatan dengan menggunakan formulir tertentu, misalnya form W1
Kejadian Luar Biasa (KLB) , form W2 (laporan mingguan) dan lain-lain (Noor,
2000).
Data yang sudah terkumpul dari kegiatan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel,
grafik (histogram, poligon frekuensi), chart (bar chart, peta/map area).
Penggunaan komputer sangat diperlukan untuk mempermudah dalam pengolahan
data diantaranya dengan menggunakan program (software) seperti epi info, SPSS,
lotus, excel dan lain-lain (Budioro, 1997).
4. Analisis data
ukuran epidemiologi seperti rate, proporsi, rasio dan lain-lain untuk mengetahui
situasi, estimasi dan prediksi penyakit (Noor, 2000).
5. Penyebarluasan informasi
6. Umpan balik
Kegiatan umpan balik dilakukan secara rutin biasanya setiap bulan saat menerima
laporan setelah diolah dan dianalisa melakukan umpan balik kepada unit
kesehatan yang melakukan laporan dengan tujuan agar yang mengirim laporan
mengetahui bahwa laporannya telah diterima dan sekaligus mengoreksi dan
memberi petunjuk tentang laporan yang diterima. Kemudian mengadakan umpan
balik laporan berikutnya akan tepat waktu dan benar pengisiannya. Cara
40
pemberian umpan balik dapat melalui surat umpan balik, penjelasan pada saat
pertemuan serta pada saat melakukan pembinaan/suvervisi (Arias, 2010).
Bentuk dari umpan balik bisa berupa ringkasan dari informasi yang dimuat dalam
buletin (news letter) atau surat yang berisi pertanyaan-pertanyaan sehubungan
dengan yang dilaporkan atau berupa kunjungan ke tempat asal laporan untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya. Laporan perlu diperhatikan waktunya agar
terbitnya selalu tepat pada waktunya, selain itu bila mencantumkan laporan yang
diterima dari eselon bawahan, sebaliknya yang dicantumkan adalah tanggal
penerimaan laporan (Depkes RI, 2003).
7. Investigasi penyakit
8. Tindakan penanggulangan
f. Indikator surveilans
a. Kelengkapan laporan.