Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN TUTORIAL

MODUL SEL

Disusun Oleh :
Kelompok 1

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANG
Anggota Kelompok :
Ladiza Faith J. Muntu (16011103001)
A.Novia Dwi Putri Rasni (16011103002)
Dita Cahyanti (16011103003)
Siti Nur Azizah(16011103004)
Yobel Woran (16011103005)
Baban Saputera(16011103006)
Agnes M Andries (16011103007)
Priska Tribestari Mambu (16011103009)
Novia Nur Aviva(16011103010)
Ribka Kumolontang(16011103011)
Ni Putu Amadea Putri Wijaya(16011103012)
Sanny Charlote (16011103013)
Iin Revien (16011103015)
Yaromis Wenda (120113117)
Rendy Mamitono (120113041)
Cornelius T (120113096)
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami panjatkan ke hadirat


Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmatNya
sehingga tugas ini dapat kami selesaikan dengan baik.

Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada


drg.Christy Mintjelungan, Mkes. yang telah
membimbing dan membantu kami dalam mengerjakan
tugas ini sehingga tugas ini dapat berjalan dengan baik
adanya.
Dalam pembuatan tugas ini kami menyadari bahwa
masih banyak memiliki kekurangan dan kesalahan, juga
dalam tugas ini terdapat banyak kata yang kurang
berkenan , oleh karen itu kami memohon maaf.

Sekian, kami ucapkan terima kasih.

Manado,28 November 2016


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
I. 2 Rumusan Masalah
I. 3 Kasus
BAB II LANDASAN TEORI
II. 1. Hepatitis B
II. 2. Anamnesis
II.3. Saliva (Kelenjar Ludah)
II.4. Intra Oral
II.5. Diagnosa
II.6 Kelenjar Getah Bening
BAB III PEMBAHASAN
III.1. CLARIFY UNFIMILIAR TERMS
III.2. DEFINE THE PROBLEMS
III.3. BRAINSTORM POSSIBLE HYPOTHESIS OR EXPLANATION
III.4. ARANGE EXPLANATION INTO TENTATIVE SOLUTIONS
III.5. DEFINING LEARNING OBJECTIVES
III.6. INFORMATION GATHERING : PRIVATE STUDY
BAB IV PENUTUP
4. 1. Kesimpulan
4. 2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
I. 2 Rumusan Masalah

1. Apa hubungan penyakit Hepatitis B dengan kesehatan Gigi dan


Mulut?
2. Apa keterkaitan antara penyakit hepatitis B dengan benjolan
dibelakang telinga yang menyebabkan terjadinya penurunan pada
berat badan pasien? (LO)
3. Apa yang mengakibatkan kekentalan pada saliva? (LO)
4. Apa saja jenis – jenis kelenjar saliva?
5. Apa saja struktur pada kelenjar saliva?
6. Apa penyebab benjolan di bagian belakang telinga terasa sakit hingga
ke leher? (LO)
7. Sebutkan kriteria mulut dikatakan sehat!
8. Apa saja macam – macam benjolan dan bagaimana cara
penanganannya?

I.3 Kasus
Seorang Pria berusia 37 tahun datang ke RSGM untuk melakukan perawatan
gigi. Pada anamnesis pasien mengaku mempunyai riwayat penyakit Hepatitis B.
Pemeriksaan Klinis (intra oral) menunjukan terdapat benjolan dibagian
belakang telinga hingga leher sebelah kiri, terasa sakit. Benjolan tersebut
semakin hari semakin membesar. Air ludah/Saliva pasien agak kental.

Pasien mengeluh kalau berat badannya mulai menurun. Kebersihan mulut


pasien cukup baik(sedang). Sebelum dilakukan perawatan, pasien dirujuk ke
labratorium untuk melakukan pemeriksaan untuk memastikan diagnosa dan
rencana perawatan.
BAB II LANDASAN TEORI

II.1. Hepatitis B
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B,
suatu anggota famili hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati
akut atau menahun yang dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.
Infeksi virus hepatitis B suatu infeksi sistemik yang menimbulkan peradangan
dan nekrosis sel hati yang mengakibatkan terjadinya serangkaian kelainan
klinik, biokimiawi, imunoserologik, dan morfologik.
Hepatitis B pertama kali dikenal dengan istilah “Penyakit kuning” dan sudah
dikenal sejak ribuan tahun yang lalu yaitu sejak abad 5 SM di Babilonia.
Kemudian Hipocrates seorang tabib Yunani Kuno (460-375 SM), yang
menemukan bahwa penyakit kuning ini menular sehingga ia menamakan
penyakit tersebut sebagai icterus infectiosa. Sifat menular dari penyakit ini telah
diketahui pada abad 8 M, ketika Paus Zacharias menganjurkan suatu tindakan
untuk mencegah penularan lebih lanjut yaitu dengan melakukan isolasi terhadap
penderita.

Cara Penularan

Ada 2 cara penularan infeksi virus hepatitis B yaitu penularan vertikal dan
penularan horizontal.
1. Vertikal Penularan infeksi HBV dari ibu hamil kepada bayi yang
dilahirkannya. Dapat terjadi pada masa sebelum kelahiran atau prenatal,
selama persalinan atau perinatal dan setelah persalinan atau postnatal.
Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar bayi yang tertular VHB
secara vertikal mendapat penularan pada masa perinatal yaitu pada saat
terjadi proses persalinan. Karena itu bayi yang mendapat penularan vertikal
sebagian besar mulai terdeteksi HBsAg pada usia 3-6 bulan yang sesuai
dengan masa tunas infeksi VHB yang paling sering didapatkan. Penularan
yang terjadi pada masa perinatal dapat terjadi melalui cara maternofetal
micro infusion yang terjadi pada waktu terjadi kontraksi uterus.

2. Horizontal Cara penularan horizontal terjadi dari seorang pengidap hepatitis


B kepada individu yang masih rentan. Penularan horizontal dapat terjadi
melalui kulit atau melalui selaput lendir.
a. Melalui Kulit
Ada dua macam penularan melalui kulit yaitu penularan melalui kulit
yang disebabkan tusukan yang jelas (penularan parenteral), misalnya
melalui suntikan, transfusi darah, atau pemberian produk yang berasal
dari darah dan tattoo. Kelompok kedua adalah penularan melalui kulit
tanpa tusukan yang jelas, misalnya masuknya bahan infektif melalui
goresan atau abrasi kulit dan radang kulit.
b. Melalui Selaput Lendir
Selaput lendir yang diduga menjadi jalan masuk VHB ke dalam tubuh
adalah selaput lendir mulut, hidung, mata, dan selaput lendir kelamin.
Melalui selaput lendir mulut dapat terjadi pada mereka yang
menderita sariawan atau selaput lendir mulut yang terluka. Melalui
selaput lendir kelamin dapat terjadi akibat hubungan seks
heteroseksual maupun homoseksual dengan pasangan yang
mengandung HBsAg positif yang bersifat infeksius.

Kelompok Risiko Tinggi Ada beberapa kelompok yang mempunyai


resiko tertular infeksi VHB baik secara vertikal maupun horizontal,
termasuk ke dalam kelompok ini adalah :
a. Bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif
b. Lingkungan penderita dengan HBsAg positif terutama anggota
keluarga yang selalu berhubungan langsung
c. Tenaga medis, paramedis, dan petugas laboratorium yang selalu kontak
langsung dengan para penderita hepatitis B. Dari kelompok ini yang
terbanyak ditemukan ialah petugas unit bedah, kebidanan, gigi, petugas
hemodialisa.
d. Penderita bedah, gigi, penerima transfusi darah, pasien hemodialisa.
e. Mereka yang hidup di daerah endemis VHB dengan prevalensi tinggi,
misalnya di Indonesia : Lombok, Bali, Kalimantan Barat.

Pencegahan

Untuk menurunkan angka kesakitan maupun kematian akibat infeksi


VHB perlu dilakukan pencegahan yang meliputi pencegahan primordial,
primer, sekunder, dan tersier.

1. Pencegahan Primordial

Pencegahan primordial adalah upaya untuk memberikan kondisi pada


masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dari
kebiasaan, gaya hidup, maupun kondisi lain yang merupakan faktor risiko
untuk munculnya suatu penyakit. Pencegahan primordial yang dapat
dilakukan adalah :

a. Konsumsi makanan berserat seperti buah dan sayur serta


konsumsi makanan dengan gizi seimbang.

b. Bagi ibu agar memberikan ASI pada bayinya karena ASI


mengandung antibodi yang penting untuk melawan penyakit.

c. Melakukan kegiatan fisik seperti olah raga dan cukup istirahat.

2. Pencegahan Primer

Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan


kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum terjadi penyakit ketika
seseorang sudah terpapar faktor resiko. Pencegahan primer yang
dilakukan antara lain :

a. Program Promosi Kesehatan Memberikan penyuluhan dan


pendidikan khususnya bagi petugas kesehatan dalam pemakaian
alat-alat yang menggunakan produk darah agar dilakukan
sterilisasi. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat umumnya
agar melaksanakan program imunisasi untuk mencegah penularan
hepatSecara konservatif dilakukan pencegahan penularan secara
parenteral dengan cara menghindari pemakaian darah atau produk
darah yang tercemar VHB, pemakaian alat-alat kedokteran yang
harus steril, menghindari pemakaian peralatan pribadi terutama
sikat, pisau cukur, dan peralatan lain yang dapat menyebabkan
luka.

b. Program Imunisasi Pemberian imunisasi hepatitis B dapat


dilakukan baik secara pasif maupun aktif. Imunisasi pasif
dilakukan dengan memberikan hepatitis B Imunoglobulin (HBIg)
yang akan memberikan perlindungan sampai 6 bulan. Imunisasi
aktif dilakukan dengan vaksinasi hepatitis B. Dalam beberapa
keadaan, misalnya bayi yang lahir dari ibu penderita hepatitis B
perlu diberikan HBIg mendahului atau bersamasama dengan
vaksinasi hepatitis B. HBIg yang merupakan antibodi terhadap
terhadap VHB diberikan secara intra muskular selambat-lambatnya
24 jam setelah persalinan. Vaksin hepatitis B diberikan selambat-
lambatnya 7 hari setelah persalinan. Untuk mendapatkan
efektivitas yang lebih tinggi, sebaiknya HBIg dan vaksin hepatitis
B diberikan segera setelah persalinan.

II.2. Anamnesis
Anamnesa / Anamnesis adalah suatu kegiatan wawancara antara
pasien/keluarga pasien dan  dokter atau tenaga kesehatan lainnya yang
berwenang untuk memperoleh keterangan-keterangan tentang keluhan dan
penyakit yang diderita pasien
Anamnesa dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

1. Auto-anamnesa yaitu kegiatan wawancara langsung kepada pasien karena


pasien dianggap mampu tanya jawab
2. Allo-anamnesa yaitu kegiatan wawancara secara  tidak langsung atau
dilakukan wawancara/tanya jawab pada keluarga pasien atau yang
mengetahui tentang pasien.
3. Allo-anamnesa dilakukan karena ;

 Pasien belum dewasa (anak-anak yang belum dapat mengemukakan


pendapat terhadap apa yang dirasakan)
 Pasien dalam keadaan tidak sadar  karena sesuatu
 Pasien tidak dapat berkomunikasi
 Pasien dalam keadaan gangguan jiwa

II.3. Saliva (Kelenjar Ludah)


Saliva merupakan salah satu dari cairan di rongga mulut yang diproduksi dan
diekskresikan oleh kelenjar saliva dan dialirkan ke dalam rongga mulut melalui
suatu saluran. Saliva terdiri dari 98% air dan selebihnya adalah elektrolit,
mukus dan enzim-enzim. Saliva diekskresi hingga 0.5 – 1.5 liter oleh tiga
kelenjar liur mayor dan minor yang berada di sekitar mulut dan tenggorokan
untuk memastikan kestabilan di sekitar rongga mulut.

KELENJAR SALIVA

Kelenjar-kelenjar saliva mayor terletak agak jauh dari rongga mulut dan
sekretnya disalurkan melalui duktusnya kedalam rongga mulut. Kelenjar saliva
mayor terdiri dari kelenjar parotis yang terletak dibagian bawah telinga
dibelakang ramus mandibula, kelenjar submandibularis yang terletak dibagian
bawah korpus mandibula dan kelenjar sublingualis yang terletak dibawah lidah.
Selain itu terdapat juga kelenjar saliva minor yang terdiri dari kelenjar labial,
kelenjar bukal, kelenjar Bladin-Nuhn, kelenjar Von Ebner dan kelenjar Weber.

KELENJAR SALIVA MAYOR

Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar yang terletak di anterior dari
aurikel telinga dimana posisinya antara kulit dan otot masseter. Duktus kelenjar
ini bermuara pada vestibulus oris pada lipatan antara mukosa pipi dan gusi
dihadapan molar 2 atas. Kelenjar ini dibungkus oleh jaringan ikat padat dan
mengandung sejumlah besar enzim antara lain amilase lisozim, fosfatase asam,
aldolase, dan kolinesterase. Saluran keluar utama disebut duktus stenon
(stenson) terdiri dari epitel berlapis semu.

Kelenjar submandibularis merupakan kelenjar yang memproduksi air liur


terbanyak dan mempunyai saluran keluar (duktus ekskretoris) yaitu duktus
Whartoni yang bermuara pada dasar rongga mulut pada frenulum lidah,
dibelakang gigi seri bawah. Seperti juga kelenjar parotis, kelenjar ini terdiri dari
jaringan ikat yang padat.
Kelenjar sublingualis mempunyai banyak duktus yang menyalurkan ke dalam
rongga mulut. Duktus kelenjar ini disebut duktus Rivinus. Duktus ini terletak
berdekatan dengan papilla dari duktus kelenjar submandibular.

KELENJAR SALIVA MINOR

Kebanyakan kelenjar saliva minor merupakan kelenjar kecil-kecil yang terletak


di dalam mukosa atau submukosa. Kelenjar minor hanya menyumbangkan 5%
dari pengeluaran ludah dalam 24 jam. Kelenjar-kelenjar ini diberi nama
berdasarkan lokasinya atau nama pakar yang menemukannya.

1. Kelenjar labial (glandula labialis) terdapat pada bibir atas dan bibir bawah
dengan asinus-asinus seromukus.
2. Kelenjar bukal (glandula bukalis) terdapat pada mukosa pipi, dengan
asinus-asinus seromukus.
3. Kelenjar Bladin-Nuhn (Glandula lingualis anterior) terletak pada bagian
bawah ujung lidah.
4. Kelenjar Von Ebner (Gustatory Gland = albuminous gland) dan,
5. Kelenjar Weber terletak pada pangkal lidah. Kelenjar Von Ebner dan
Weber disebut juga glandula lingualis posterior.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEKRESI SALIVA

Kelenjar saliva memproduksi saliva hampir setengah liter setiap hari. Beberapa
faktor mempengaruhi sekresi saliva dengan merangsang kelenjar saliva melalui
cara-cara berikut:
1. Faktor mekanis yaitu dengan mengunyah makan yang keras atau permen
karet.

2. Faktor kimiawi yaitu melalui rangsangan seperti asam, manis, asin, pahit dan
pedas.

3. Faktor neuronal yaitu melalui sistem syaraf autonom baik simpatis maupun
parasimpatis.

4. Faktor Psikis yaitu stress yang menghambat sekresi saliva.

5. Rangsangan rasa sakit, misalnya oleh radang, gingivitis, dan pemakaian


protesa yang dapat menstimulasi sekresi saliva.

FUNGSI FISIOLOGIS

saliva mempunyai fungsi yang sangat penting untuk kesehatan rongga mulut
karena mempunyai hubungan dengan proses biologis yang terjadi dalam rongga
mulut. Secara umumnya saliva berperan dalam proses perlindungan pada
permukaan mulut, pengaturan kandungan air, pengeluaran virus-virus dan
produk metabolisme organisme sendiri dan mikro-organisme, pencernaan
makanan dan pengecapan serta diferensiasi dan pertumbuhan sel-sel kulit, epitel
dan saraf.

1.Perlindungan Permukaan mulut

Saliva memberi perlindungan baik pada mukosa maupun elemen gigi geligi
melalui pengaruh bufer, pembersihan mekanis, demineralisasi dan
remineralisasi, aktivitas anti-bakterial dan agregasi mikro-organisme mulut.
Pengaruh bufer menyebabkan saliva menahan perubahan asam (pH) di dalam
rongga mulut terutama dari makanan yang asam. Proses pembersihan mekanis
terjadi melalui aktivitas berkumur-kumur menyebabkan mikro-organisme
kurang mempunyai kesempatan untuk berkolonisasi di dalam rongga mulut.
Selain itu lapisan protein pada elemen gigi geligi (acquired pellicle) memberi
perlindungan terhadap keausan permukaan oklusal elemen gigi-geligi oleh
kekuatan pengunyahan normal. Kalsium dan Fosfat memegang peranan penting
dalam mekanisme penolakan terhadap dekalsifikasi email gigi dalam
lingkungan asam (demineralisasi), sedangkan ionion ini memungkinkan
terjadinya remineralisasi pada permukaan gigi yang sedikit terkikis. Di dalam
saliva dijumpai berbagai komponen anorganik dan organik yang mempunyai
pengaruh antibakterial dan antiviral. Misalnya, thiosianat, laktoperoksidase,
enzim-enzim lisozim, protein laktoferin dan imunoglobulin. Agregasi mikro-
organisme terjadi karena bakteri tertentu digumpalkan oleh komponen-
komponen saliva seperti imunoglobulin, substansi reaktif kelompok darah dan
musin. Kolonisasi bakteri di dalam rongga mulut akan terhalang dan selanjutnya
dapat diangkut ke lambung.

2. Pengaturan kandungan Air

Sekresi saliva sangat berhubungan dengan pengaturan kandungan air. Apabila


terjadi gejala kekeringan, sekresi saliva yang dihasilkan menjadi rendah dan
timbul rasa dahaga. Pembasahan permukaan mulut diperlukan untuk
menghindari dari gejala mulut kering atau disebut xerostomia. Gejala ini timbul
akibat produksi saliva yang kurang di dalam rongga mulut.

3.Pengeluaran Virus dan Hasil Pertukaran Zat

Berbagai jenis zat dikeluarkan ke dalam rongga mulut melalui serum seperti
alkoloid tertentu, antibiotika, alkohol, hormon steriod dan virus. Beberapa dari
zat-zat ini dapat diresorpsi di dalam saluran pencernaan makanan. Diketahui
bahwa virus hepatisis B dapat ditemukan di dalam saliva pasien, sehingga para
dokter gigi dan perawat gigi mempunyai risiko lebih besar terhadap infeksi
hepatisis B. Hal yang sama pada prinsipnya juga berlaku juga untuk virus HIV
pada penderita AIDS, meskipun kelihatannya infeksi melalui saliva jarang
ditemukan.

4.Pencernaan Makanan dan Proses Pengecapan

Enzim saliva yang terpenting adalah α-Amilase yang terlibat pada pencernaan
makanan. Zat ini mampu untuk menguraikan makanan yang mengandung
tepung kanji dan glikogen dan dengan demikian melarutkannya di dalam saliva
dan mengangkutnya. Di samping itu terdapat juga enzim-enzim lain yaitu
Lipase, Protease, DNAse dan RNAse. Enzim-enzim ini berperan dalam proses
pencernaan makanan. Gustin yang terdapat dalam saliva berfungsi proses
pengecapan makanan. Musin dan air berperan untuk membentuk makanan
menjadi bolus sebelum makanan ditelan.

5.Diferensiasi dan Pertumbuhan Syaraf (NGF) dan Epidermal (EGF)

Faktor pertumbuhan syaraf (Nerve Growth Factor) yang dihasilkan oleh


glandula submandibularis dibutuhkan bagi diferensiasi dan pertumbuhan sel-sel
syaraf adrenergik. Selain itu, glandula submandibularis juga menghasilkan
faktor pertumbuhan epidermal (Epidermal Growth Factor) yang berperan pada
perkembangan jaringan kulit, epitel dan erupsi elemen gigi-geligi. Kedua
protein saliva tersebut diresorpsi melalui saluran usus lambung, atau langsung
diteruskan pada peredaran darah. Selajutnya sebagai hormon dapat bekerja pada
sel-sel sasaran.

6. Fungsi Non-Fisiologi

Saliva dapat berperan sebagai anti-kabut (anti-fog). Penyelam skuba selalu


melapisi kaca mata menyelam mereka dengan selapis tipis saliva untuk
menghidari kabut. Selain itu saliva juga berperan efektif sebagai agen
pembersih untuk memelihara lukisan. Cotton swab yang dilapisi saliva
disapukan pada lukisan untuk membuang kotoran yang melekat pada lukisan
tersebut.

II.4. Intra Oral


Pemeriksaan intra oral dilakukan dalam mulut pasien untuk mengetahui kondisi
rongga mulut pasien. Beberapa pemeriksaan yang dilakukan di dalam rongga
mulut pasien diantaranya:

a)      Perkusi
Perkusi  dilakukan dengan cara memberi pukulan cepat tetapi tidak keras
dengan menggunakan ujung jari, kemudian intensitas pukulan ditingkatkan.
Selain menggunakan ujung jari pemeriksaan ini juga sering dilakukan dengan
menggunakan ujung instrumen. Terkadang pemeriksaan ini mendapatkan hasil
yang bias dan membingungkan diagnosa. Cara lain untuk memastikan ada
tidaknya kelainan yaitu dengan mengubah arah pukulannya yaitu mula-mula
dari permukaan vertikal-oklusal ke permukaan bukal atau lingual mahkota. Gigi
yang dipukul bukan hanya satu tetapi gigi dengan jenis yang sama pada regio
sebelahnya. Ketikamelakukan tes perkusi dokter juga harus memperhatikan
gerakan pasien saat merasa sakit (Grossman, dkk, 1995).

b)      Sondasi
Sondasi merupakan pemeriksaan menggunakan sonde dengan cara
menggerakkan sonde pada area oklusal atau insisal untuk mengecek apakah ada
suatu kavitas atau tidak(Tarigan, 1994).

c)      Probing
Probing bertujuan untuk mengukur kedalaman jaringan
periodontal dengan menggunakan alat berupa probe. Cara yang
dilakukan dengan memasukan probe ke dalam attached gingiva, kemudian
mengukur kedalaman poket periodontal dari gigi pasien yang sakit (Grossman,
dkk, 1995).

d)     Tes mobilitas – depresibilitas


Tes mobilitas dilakukan untuk mengetahui integritas apparatus-aparatus
pengikat di sekeliling gigi, mengetahuiapakah gigi terikat kuat atau longgar
pada alveolusnya. Tesmobilitas dilakukan dengan menggerakkan gigi ke arah
lateral dalam soketnya dengan menggunakan jari atau tangkai dua instrumen.
Jumlah gerakan menunjukkan kondisi periodonsium, makin besar gerakannya,
makin jelek status periodontalnya. Hasil tes mobilitas dapat berupa tiga
klasifikasi derajat kegoyangan. Derajat pertama sebagai gerakan gigi yang nyata
dalam soketnya, derajat kedua apabila gerakan gigi dalam jarak 1 mm bahkan
bisa bergerak dengan sentuhan lidah dan mobilitas derajat ketiga apabilagerakan
lebih besar daripada 1 mm atau bergerak ke segala arah. Sedangkan, tes
depresibilitas dilakukan dengan menggerakkan gigi ke arah vertikal dalam
soketnya menggunakan jari atau instrumen (Burns dan Cohen, 1994)

e)      Tes vitalitas
Tes vitalitas merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
apakah suatu gigi masih bisa dipertahankan atau tidak. Tes vitalitas terdiri dari
empat pemeriksaan, yaitu tes termal, tes kavitas, tes jarum miller dan tes
elektris.
(1)   Tes termal, merupakan tes kevitalan gigi yang meliputiaplikasi panas
dan dingin pada gigi untuk menentukan sensitivitas terhadap perubahan
termal (Grossman, dkk,1995).
(a)     Tes dingin, dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
bahan, yaitu etil klorida, salju karbon dioksida (es
o
kering) dan refrigerant (-50 C). Aplikasi tes dingin dilakukan dengan
cara sebagai berikut.
            Mengisolasi daerah gigi yang akan diperiksadengan
menggunakan cotton roll maupun rubber dam.
            Mengeringkan gigi yang akan dites.
            Apabila menggunakan etil klorida maupun refrigerant dapat
dilakukan dengan menyemprotkan etil klorida pada cotton pellet.
            Mengoleskan cotton pellet pada sepertiga servikal gigi.
            Mencatat respon pasien.
Apabila pasien merespon ketika diberi stimulus dingin dengan keluhan
nyeri tajam yang singkat maka menandakan bahwa gigi tersebut vital.
Apabila tidak ada respon atau pasien tidak merasakan apa-apa maka gigi
tersebut nonvital atau nekrosis pulpa. Respon dapat berupa respon positif
palsu apabila aplikasi tes dingin terkena gigi sebelahnya tau mengenai
gingiva (Grossman, dkk, 1995). Respon negatif palsu dapat terjadi karena
tes dingin diaplikasikan pada gigi yang mengalami penyempitan
(metamorfosis kalsium).
(b)    Tes panas, pemeriksaan ini jarang digunakan karena dapat
menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah apabila stimulus yang
diberikan terlalu berlebih. Tes panas dilakukan dengan menggunakan
berbagai bahan yaitu gutta perca panas, compound panas, alat touch and
heat dan instrumen yang dapat menghantarkan panas dengan baik
(Grossman, dkk,1995). Gutta perca merupakan bahan yang paling sering
digunakan dokter gigi pada tes panas. Pemeriksaan dilakukan dengan
mengisolasi gigi yang akan di periksa. Kemudian gutta perca dipanaskan
diatas bunsen. Selanjutnya gutta perca diaplikasikan pada bagian okluso
bukal gigi. Apabila tidak ada respon maka oleskan pada sepertiga servikal
bagian bukal. Rasa nyeri yang tajam dan singkat ketika diberi stimulus
gutta perca menandakan gigi vital, sebaliknya respon negatif atau tidak
merasakan apa-apa menandakan gigi sudah non vital (Walton dan
Torabinejad, 2008).

(2)   Tes kavitas, bertujuan untuk mengetahui vitalitas gigi dengan cara


melubangi gigi. Alat yang digunakan bur tajam dengan cara melubangi
atap pulpa hingga timbul rasa sakit. Jika tidak merasakan rasa sakit
dilanjutkan dengan tes jarum miller. Hasil vital jika terasa sakit dan tidak
vital jika tidak ada sakit (Grossman, dkk, 1995).

(3)   Tes jarum miller, diindikasikan pada gigi yang terdapat perforasi


akibat karies atau tes kavitas. Tes jarum miller dilakukan dengan cara
memasukkan jarum miller hingga ke saluran akar. Apabila tidak
dirasakan nyeri maka hasil adalah negatif yang menandakan bahwa gigi
sudah nonvital, sebaliknya apabila terasa nyeri menandakan gigi masih
vital (Walton dan Torabinejad, 2008).

(4)   Tes elektris, merupakan tes yang dilakukan untuk mengetes vitalitas


gigi dengan listrik, untuk stimulasi saraf ke tubuh.
Alatnya menggunakan Electronic pulptester (EPT). Tes elektris ini
dilakukan dengan cara gigi yang sudah dibersihkan dan
dikeringkan disentuh dengan menggunakan alat EPT pada bagian bukal
atau labial, tetapi tidak boleh mengenai jaringan lunak. Sebelum alat
ditempelkan, gigi yang sudah dibersihkan diberi konduktor berupa pasta
gigi. Tes ini dilakukan sebanyak tiga kali supaya memperoleh hasil yang
valid. Tes ini tidak boleh dilakukan pada orang yang menderita gagal
jantung dan orang yang menggunakan alat pemacu jantung. Gigi
dikatakan vital apabila terasa kesemutan, geli, atau hangat dan gigi
dikatakan non vital jika sebaliknya. Tes elektris tidak dapat dilakukan
pada gigi restorasi, karena stimulasi listrik tidak dapat melewati akrilik,
keramik, atau logam. Tes elektris ini terkadang juga tidak akurat karena
beberapa faktor antara lain, kesalahan isolasi, kontak dengan jaringan
lunak atau restorasi., akar gigi yang belum immature, gigi yang
trauma dan baterai habis (Grossman, dkk, 1995).

II.5. Diagnosa (Diagnosis)


Diagnosis, yaitu penetapan jenis penyakit tertentu berdasarkan  analisis hasil
anamnesa dan pemeriksaan yang teliti. Penetapan ini penting sekali artinya
untuk menentukan pengobatan atau tindakan berikutnya.

Istilah diagnosis sering kita dengar dalam istilah medis. Menurut Thorndike dan
Hagen dalam Suherman (2011), diagnosis dapat diartikan sebagai :

1. Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness,


disease) apa yangdialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi
yang seksama mengenai gejala-gejalanya (symptons)
2. Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan
karakteristik ataukesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial.
3. Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang seksama
atas gejala-gejalaatau fakta tentang suatu hal.

Dari ketiga pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa di dalam konsep


diagnosis,secara implisit telah tercakup pula konsep prognosisnya.
Dengan demikian dalam prosesdiagnosis bukan hanya sekadar
mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latarbelakang dari suatu
kelemahan atau penyakit tertentu, melainkan juga mengimplikasikansuatu
upaya untuk meramalkan kemungkinan dan menyarankan tindakan
pemecahannya.

Diagnosis ditinjau dari segi prosesnya,  yaitu :

a. Diagnosis awal atau diagnosis kerja,  yaitu penetapan diagnosis awal


yang belum diikuti dengan pemeriksaan yang lebih mendalam
b. Diagnosis banding (deferensial diagnosis), yaitu sejumlah diagnosis
(lebih dari 1) yang ditetapkan karena adanya kemungkinan-kemungkinan
tertentu  guna pertimbangan medis untuk ditetapkan diagnosisnya lebih
lanjut
c. Diagnosis akhir, yaitu diagnosis yang menjadi sebab mengapa pasien
dirawat dan didasarkan pada hasil-hasil pemeriksaan yang mendalam

Diagnosis ditinjau dari segi keadaan penyakitnya, yaitu :

a. Diagnosis utama, yaitu jenis penyakit utama yang diderita pasien setelah
dilakukan pemeriksaan yang lebih mendalam
b. Diagnosis komplikasi, yaitu penyakit komplikasi karena berasal dari
penyakit utamanya
c. Diagnosis kedua, ketiga dst atau Diagnosis Co-Morbid, yaitu penyakit
penyerta diagnosis utama yang bukan berasal dari penyakit utamanya
atau sudah ada sebelum diagnosis utama ditemukan.

Manfaat Diagnosis
Diagnosis memiliki beberapa manfaat, antara lain:
1. Untuk menemukan atau mengidentifikasi kelemahan atau penyakit
(weakness, disease) apa yang dialami seseorang.
2. Untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan atas gejala-
gejala atau faktatentang suatu hal.
3.Sebagai pertimbangan dalam upaya pengendalian penyakit di lapangan.
4. Salah satu upaya untuk mencegah dan menanggulangi penyebaran
suatu penyakit atau wabah. 

II.6 Benjolan dibagian belakang telinga / (Kelenjar Getah Bening)


Pembengkakan kelenjar getah bening(lymphadenopathy) adalah kondisi ketika
kelenjar getah bening atau gumpalan jaringan sebesar kacang yang berisi sel
darah putih mengalami pembesaran.

Sebenarnya kelenjar getah bening merupakan bagian dari sistem kekebalan


tubuh manusia yang bisa membantu melawan infeksi, baik disebabkan oleh
bakteri, virus, atau lainnya. Biasanya ketika terjadi infeksi, kelenjar getah
bening akan membengkak untuk memberikan tanda. Setelah infeksi mereda,
kelenjar getah bening akan mengempis dengan sendirinya.

Meskipun begitu, Anda harus tetap mewaspadai pembengkakan kelenjar getah


bening karena kondisi ini juga bisa disebabkan oleh kondisi yang tergolong
serius. Temuilah dokter apabila:

 Kelenjar getah bening terasa keras saat ditekan.


 Kelenjar getah bening membengkak tanpa sebab yang jelas disertai badan
yang terasa lemah.
 Kelenjar getah bening telah membengkak lebih dari dua minggu dan/atau
disertai dengan ukuran yang membesar.
 Anda mengalami demam yang tidak kunjung mereda.
 Anda selalu berkeringat di malam hari.
 Anda mengalami penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
 Anda mengalami sakit tenggorokan yang menyebabkan sulit menelan
atau bernapas.
Pada dasarnya, kelenjar getah bening terdapat di seluruh tubuh kita, namun
kondisi pembengkakan biasanya hanya terjadi di area ketiak, leher, di bawah
dagu, dan di pangkal paha.

PENYEBAB

Infeksi bakteri atau virus yang tergolong ringan merupakan faktor yang paling
sering menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening. Beberapa contoh
infeksi ringan tersebut adalah demam kelenjar, pilek, infeksi tenggorokan,
radang amandel, infeksi gigi, infeksi telinga, dan infeksi kulit (selulitis).
Kelenjar getah bening yang bengkak akibat infeksi-infeksi tersebut biasanya
disertai rasa sakit. Selain itu, terkadang penderita juga mengalami demam,
batuk, dan nyeri tenggorokan.
Pada kasus yang jarang terjadi, pembengkakan kelenjar getah bening juga bisa
disebabkan oleh:

 Rheumatoid arthritis (penyakit autoimun yang menyerang jaringan


pelapis sendi)
 Penyakit lupus (penyakit autoimun yang menyerang sel darah, sendi,
kulit, dan organ tubuh)
 Campak (infeksi virus yang ditandai dengan gejala bintik-bintik merah
pada kulit)
 Sarcoidosis (penyakit dengan gejala munculnya gumpalan jaringan yang
membengkak dan merah atau granuloma di dalam organ tubuh)
 Tuberkulosis (infeksi bakteri yang ditandai dengan gejala batuk-batuk
yang menetap)
 Rubella (infeksi virus dengan gejala ruam kulit yang terdiri dari bintik-
bintik kecil berwarna kemerahan)
 Sifilis (infeksi bakteri yang ditularkan lewat hubungan seksual)
 Cytomegalovirus (infeksi virus yang umumnya ditularkan melalui air
liur atau urine)
 HIV (infeksi virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh)
 Kanker
Pada kasus pembengkakan kelenjar getah bening yang disebabkan oleh kanker,
biasanya pembengkakan tersebut terlihat tetap tidak mengempis hingga
beberapa minggu, dan mungkin bahkan membesar secara perlahan-lahan. Selain
itu, kelenjar terasa keras saat disentuh, namun tidak sakit. Penderita kondisi ini
juga biasanya akan mengalami penurunan berat badan dan sering berkeringat di
malam hari.
Contoh jenis kanker yang bisa menyebabkan pembengkakan kelenjar getah
bening adalah leukemia limfositik kronis dan limfoma non-Hodgkin. Kedua
jenis kanker ini menyerang sel darah putih. Pembengkakan kelenjar getah
bening juga bisa terjadi akibat jenis kanker lainnya yang tumbuh di organ tubuh
mana pun, tapi kemudian menyebar ke kelenjar getah bening tersebut.

Komplikasi dapat terjadi jika infeksi penyebab pembengkakan kelenjar tidak


segera diobati. Komplikasi tersebut antara lain:

 Pembentukan abses. Abses merupakan kumpulan nanah akibat infeksi.


Nanah itu sendiri terdiri dari sel darah putih, jaringan mati, bakteri dan cairan.
Jika ini terjadi, maka perlu diberikan antibiotik dan dilakukan drainase untuk
membebaskan cairan abses yang terjebak tadi. Abses yang terjebak di dekat
organ vital dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan.
 Bakteremia (infeksi dalam aliran darah). Infeksi yang tidak diobati akan
meningkatkan risiko penyebaraan bakteri ke dalam aliran darah dan
menyebabkan sepsis. Hal ini sangat berbahaya karena dapat berujung pada
gagal organ dan kematian. Penderita yang mengalami sepsis perlu dirawat di
rumah sakit untuk mendapatkan terapi antibiotik melalui pembuluh darah.
DIAGNOSIS

Anamnesa gejala dan pemeriksaan fisik adalah hal utama yang perlu dilakukan
dokter untuk mengetahui penyebab pembengkakan kelenjar getah bening.

Pemeriksaan akan diawali denganmisalnya demam, nyeri tenggorokan,


penurunan berat badan, dan rasa lelah. Selain itu, dokter juga perlu mengetahui
riwayat kesehatan pasien, misalnya riwayat sakit kanker, obat-obatan yang
dikonsumsi, riwayat vaksin, dan aktivitas seksualnya.

Kemudian, dokter akan mengecek sifat benjolan, misalnya keras atau lembek,
kecil atau besar, dapat bergeser atau tidak dapat digeser, dan apakah terasa sakit
atau tidak sakit. Benjolan kelenjar getah bening yang sakit, lembek, dan dapat
bergeser biasanya disebabkan oleh infeksi. Sedangkan benjolan kelenjar getah
bening yang tidak sakit, keras, dan tidak dapat digeser biasanya disebabkan oleh
kanker yang menyebar ke kelenjar tersebut.

Untuk bisa memastikan penyebab pembengkakan kelenjar getah bening, dokter


biasanya akan melakukan pemeriksaan lanjutan, seperti:

 Pemeriksaan darah lengkap. Metode ini dapat membantu dokter dalam


mengevaluasi kesehatan pasien secara menyeluruh. Sejumlah kondisi (termasuk
infeksi dan leukemia) bisa terdeteksi melalui pemeriksaan darah lengkap.
 CT Scan dan pemeriksaan X-ray. Melalui kedua metode pemindaian
ini, lokasi infeksi atau tumor yang menyebabkan pembengkakan kelenjar getah
bening bisa terdeteksi.
 Biopsi. Metode ini biasanya dilakukan jika dokter mencurigai kanker
sebagai penyebab pembengkakan kelenjar getah bening. Dokter akan
mengambil sampel kelenjar dan menelitinya di laboratorium.

PENGOBATAN

Sebenarnya pembengkakan kelenjar getah bening bisa sembuh dengan


sendirinya apabila penyebabnya masih tergolong ringan (misalnya pilek atau
demam kelenjar). Anda hanya perlu istirahat dan minum banyak cairan. Untuk
meredakan gejala nyeri, Anda dapat mengonsumsi obat-obatan pereda rasa sakit
yang bisa dibeli secara bebas di apotek, misalnya ibuprofen atau paracetamol.

Jika Anda memang perlu memeriksakan ke dokter, pengobatan pembengkakan


kelenjar getah bening akan disesuaikan dokter dengan kondisi yang
mendasarinya. Sebagai contoh, jika pembengkakan disebabkan oleh infeksi
bakteri, maka dokter akan meresepkan antibiotik. Begitu pula jika
pembengkakan disebabkan oleh penyakit autoimun, misalnya rheumatoid
arthritis atau lupus, maka terapi akan difokuskan untuk mengobati penyakit
yang mendasarinya. Contoh lainnya adalah penerapan prosedur bedah,
kemoterapi, atau radiasi pada kasus pembengkakan kelenjar getah bening yang
disebabkan oleh kanker.
BAB III PEMBAHASAN

III.1. CLARIFY UNFIMILIAR TERMS


1) Hapatitis B :

Infeksi hati yang disebabkan oleh virus, infeksi ini dapat mengakibatkan
kerusakan pada hati dan menyebabkan kanker hati.

2) Anamnesis :

suatu teknik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan antar


seorang dokter dan pasiennya secara langsung atau dengan orang lain yang
mengetahui kondisi pasien untuk mendapatkan data pasien.

3) Saliva (Kelenjar Ludah) :

cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri atas campuran
sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral.

4) Intra Oral :

- Pemeriksaan gigi dan jaringan sekitarnya secara radiologi.

- Pemeriksaan yang dilakukan untuk menunjang perawatan gigi dan mulut


intra oral.

5) Diagnosa :

penentuan jenis penyakit dengan cara meneliti / memeriksa gejala –


gejalanya.

6) Kelenjar Getah Bening :

Kondisi ketika kelenjar getah bening atau gumpalan jaringan sebesar


kacang yang berisi sel darah putih mengalami pembesaran.
III.2. DEFINE THE PROBLEMS
1. Apa hubungan penyakit Hepatitis B dengan kesehatan Gigi dan
Mulut?
2. Apa keterkaitan antara penyakit hepatitis B dengan benjolan
dibelakang telinga yang menyebabkan terjadinya penurunan pada
berat badan pasien? (LO)
3. Apa yang mengakibatkan kekentalan pada saliva? (LO)
4. Apa saja jenis – jenis kelenjar saliva?
5. Apa saja struktur pada kelenjar saliva?
6. Apa penyebab benjolan di bagian belakang telinga terasa sakit hingga
ke leher? (LO)
7. Sebutkan kriteria mulut dikatakan sehat!
8. Apa saja macam – macam benjolan dan bagaimana cara
penanganannya?

III.3. BRAINSTORM POSSIBLE HYPOTHESIS OR


EXPLANATION
1. Hubungan penyakit Hepatitis B dengan kesehatan Gigi dan
Mulut

Hepatitis berarti peradangan pada hati. Ini dapat disebabkan oleh virus-
virus hepatitis A, B, C, D, E dan G, alkohol, beberapa bahan kimia dan
narkoba.
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus
Hepatitis B" (VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat
menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian
kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Virus ini
tidak menyebar melalui makanan atau kontak biasa, tetapi dapat
menyebar melalui darah atau cairan tubuh dari penderita yang terinfeksi.
Seorang bayi dapat terinfeksi dari ibunya selama proses kelahirannya.
Juga dapat menyebar melalui kegiatan seksual, penggunaan berulang
jarum suntik, dan transfusi darah dengan virus di dalamnya.
Mula-mula dikenal sebagai "serum hepatitis" dan telah
menjadi epidemi pada sebagian Asia dan Afrika. Hepatitis B telah
menjadi endemik di Tiongkok dan berbagai negara Asia.
Infeksi karena Hepatitis B dapat dicegah melalui vaksinasi, di mana
injeksi diberikan untuk membuat tubuh kebal terhadapnya.
Direkomendasikan pada semua masyarakat untuk mendapat 3 vaksinasi
(0, 1 bulan, dan 6 bulan) terutama ketika masih bayi untuk memberikan
proteksi yang baik terhadap virus ini. Bagaimanapun, vaksinasi hanya
memberikan proteksi maksimal sekitar 90 persen, dan tidak
menyingkirkan sama sekali risiko infeksi.
Beberapa orang yang terinfeksi virus ini dapat dengan cepat mengalahkan
virusnya. Kebanyakan akan terinfeksi untuk seumur hidup. Biasanya
terdapat sedikit atau tanpa gejala sama sekali. Kadang-kadang hati rusak
berat, menyebakan gagal hati. Gejala yang umum dari gagal hati
adalah jaundice, di mana kulit dan mata penderita menjadi kuning, karena
zat-zat yang diproduksi tumbuh dan seharusnya disaring oleh hati tidak
dilakukan. Masalah lainnya adalah hepatitis B dapat menyebabkan kanker
hati.
Tes darah dapat menemukan tanda-tanda proses kerusakan hati. Jika
penderita memiliki tanda-tanda tersebut, pengobatan hepatitis B dapat
mencegah kerusakan hati yang disebakan virusnya. Pengobatan anti virus
diberikan, untuk mencegah virus memperbanyak diri dengan meng-kopi-
nya. Bagaimanapun, sekali virus masuk, maka tidak mungkin untuk
menyingkirkannya semuanya hingga tuntas.

Penularan Hepatitis B
Penyakit hepatitis B ini dapat ditularkan kepada semua orang dan semua
kelompok umur. Penularan virus hepatitis B dapat melalui cara yaitu :

1. Penularan secara horizontal


Penularan ini dapat melalui transfusi darah yang terkontaminasi dengan
virus hepatitis B dan pada orang yang sering mendapat hemodialisa.
Virus hepatitis B dapat juga masuk kedalam tubuh kita melalui luka atau
lecet pada kulit dan selaput lendir misalnya tertusuk jarum, mendidik
telinga, pembuatan tattoo, pengobatan tusuk jarum (akupungtur),
kebiasaan menyuntik diri sendiri menggunakan jarum yang tidak steril
(drug abuser) dan penggunaan alat kedokteran dan alat perawatan gigi
yang disterilisasi kurang sempurna.
 
2. Penularan secara vertikal
Penularan virus hepatitis B dari seorang ibu hamil yang mengidap virus
hepatitis B kepada bayi yang dilahirkannya 1,6,8

3. Penularan melalui hubungan sexual


 
Penularan virus hepatitis B melalui hubungan sexual dapat terjadi jika
cairan tubuh seperti cairan vagina, semen, air liur (saliva) kontak dengan
kulit atau membran mukosa yang rusak / mikrolesi seperti mulut, organ
genitalia ataupun rektum dan penularan ini dapat terjadi pada kontak
sexual pada homosexual laki-laki maupun heterosexual. 1,4,6,7
 
A. Penularan homosexual laki-laki  

Beberapa faktor penyebab tingginya resiko homosexual laki-laki


mendapat infeksi virus hepatitis B yaitu :
a. Jumlah dari pasangan sexual.
b. Melakukan hubungan melalui anus, tindakan ini dapat merusak barier
dari mukosa anus yang normal dan memudahkan terjadinya penularan
virus hepatitis B
c. Dijumpainya HBsAg yang positif disertai dengan HBeAg yang positif.
 
Dari 65 % HBsAg yang positif dengan HBeAg yang positif pada
homosexual laki-laki, hanya sekitar 25% yang dapat dideteksi anti-HBe.7
 
B. Penularan pada Heterosexual.
 
Penelitian penularan hepatitis B secara heterosexsual, dilakukan pada
wanita pekerja sex komersial dan pelanggarannya di negara dengan
prevalensi yang tinggi dari carrier virus hepatitis B.6
 
Penelitian di Peruvian di tempat pekerja sex komersial, dilaporkan 59,8%
telah dijumpai menderita infeksi past hepatitis B dan dalam waktu 3 tahun
kemudian, pekerja sex komersial yang non-immune menjadi terinfeksi
sebanyak 4,7% per tahun.6 
 
Beberapa faktor resiko penularan hepatitis B secara heterosexual yaitu :
a. mempunyai banyak pasangan sexual (lebih dari 1 pasangan
dalam periode waktu 6 bulan).
b. mempunyai riwayat penyakit sexual sebelumnya.

Beberapa gejala hepatitis B antara lain:

 Kehilangan nafsu makan.


 Mual dan muntah.
 Sakit kuning (dilihat dari kulit dan bagian putih mata yang menguning).
 Gejala yang mirip pilek, misalnya lelah, nyeri pada tubuh, dan sakit
kepala.

Hubungan Penyakit Hepatitis Terhadap Rongga Mulut:

1. Pada penyakit hati, terutama atresia bilier dan hepatitis neonatal, dapat
terjadi diskolorisasi pada gigi sulung. Dimana, pada atresia bilier gigi
akan berwarna hijau, sedangkan pada hepatitis neonatal berwarna kuning.
Keadaan ini disebabkan oleh depositnya bilirubin pada email dan dentin
yang sedang dalam tahap perkembangan.
2. Menyebabkan oral hygiene buruk, dalam hal ini bau mulut tidak sedap.
3. Hepatitis aktif kronis dapat menyebabkan gangguan endokrin sehingga
menimbulkan penyakit multiple endokrino patiketurunan dan
kandidosismukokutaneus.
4. Kegagalan hati dapat menyebabkan timbulnya foetorhepatikum. Dimana,
foetorhapatikum sering disebut dalam sejumlah istilah seperti: bau
“amine”, bau “kayu lapuk”, bau “tikus”, dan bahkan bau “bangkai segar”.
5. Sirosis hati dapat menyebabkan hiperpigmentasi pada mulut.
6. Timbululkus – ulkus karena berkurangnya zat-zat vitamin dan gizi dalam
rongga mulut.
7. Proses makan menjadi tidak benar sehingga peran saliva terganggu.
8. Salah satu penularan Hepatitis B adalah melalui kelenjar saliva/air liur.

4. Jenis Kelenjar Ludah


1) Kelenjar ludah utama / mayor / besar-besar
Kelenjar-kelenjar ludah besar terletak agak jauh dari rongga mulut dan
sekretnya disalurkan melalui duktusnya kedalam rongga mulut.
Kelenjar saliva mayor terdiri dari :
 Kelenjar Parotis , terletak dibagian bawah telinga dibelakang ramus
mandibula
 Kelenjar Submandibularis (submaksilaris) , terletak dibagian bawah
korpus mandibula
 Kelenjar Sublingualis , terletak dibawah lidah
Kelenjar ludah besar sangat memegang peranan penting dalam proses mengolah
makanan.
Kelenjar Parotis
 Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar yang terletak antara
prossesus muastoideus dan ramus mandibula.
 Duktus kelenjar ini bermuara pada vestibulus oris pada lipatan antara
mukosa pipi dan gusi dihadapan molar 2 atas.
 Kelenjar parotis dibungkus oleh jaringan ikat padat
 Mengandung sejumlah besar enzim antara lain amilase lisozim, fosfatase
asam, aldolase, dan kolinesterase.
 Jaringan ikat masuk kedalam parenkim dan membagi organ menjadi
beberapa lobus dan lobulus
 Secara morfologis kelenjar parotis merupakan kelenjar tubuloasinus (tubulo-
alveolar) bercbang-cabang (compound tubulo alveolar gland)
 Asinus-asinus murni serus kebanyakan mempunyai bentuk agak memanjang
dan kadang-kadang memperlihatkan percabangan-percabangan
 Antara sel-sel asinus membran basal terdapat sel-sel basket
 Saluran keluar utama ( duktus interlobaris) disebut duktus stenon (stenson)
terdiri dari epitel berlapis semu.
 Kearah dalam organ duktus ini bercabang-cabang menjadi duktus
interlobularis dengan sel-sel epitel berlapis silindris
 Duktus interlobularis tadi kemudian bercabang-cabang menjadi duktus
intralobularis. Kebanyakan duktus intralobularis merupakan duktus Pfluger
yang mempunyai epitel selapis silindris yang bersifat acidophil dan
menunjukkan garis-garis basal
 Duktus Boll pada umumnya panjang-panjang dan menunjukkan percabangan
 Duktus Pfluger agak pendek
 Sel-selnya pipih dan memanjang
 Pada jaringan ikat interlobaris dan interlobularis terlihat banyak lemak yang
berhubungan dengan “kumpulan lemak bichat” (Fat depat of bichat). Juga
pada jaringan tersebut terlihat cabang-cabang dari Nervus Facialis dan
pembuluh darah

Kelenjar submandibularis (submaksilaris)


 Kelenjar ini terletak disebelah dalam korpus mandibula dan mempunyai
duktus ekskretoris (Duktus Wharton) yang bermuara pada dasar rongga
mulut pada frenulum lidah , dibelakang gigi seri bawah.
 Merupakan kelenjar yang memproduksi air liur terbanyak
 Seperti juga kelenjar parotis, kelenjar ini diliputi kapsel yang terdiri dari
jaringan ikat padat yang juga masuk ke dalam organ dan membagi organ
tersebut menjadi beberapa lobulus
 Secara morfologis kelenjar ini merupakan kelenjar tubuloalveolar /
tubuloacinus bercabang-cabang (compound tubulo alveolar gland)
 Percabangan duktusnya sama dengan glandula parotis demikian pula sel-
selnya
 Bentuk sinus kebanyakan memanjang
 Antara sel-sel asinus membran basal terdapat sel-sel basket
 Duktus Boll : pendek, sempit sehingga sukar dicari dalam preparat bila
dibandingkan glandula parotis. Selnya pipih dan memanjang
 Duktus Pfluger : lebih panjang daripada duktus pfluger kelenjar parotis dan
menunjukkan banyak percabangan sehingga dalam preparat lebih mudah
dicari

Kelenjar sublingualis
 Merupakan kelenjar terkecil dari kelenjar-kelenjar ludah besar
 Terletak pada dasar rongga mulut, dibawah mukosa dan mempunyai saluran
keluar (duktus ekskretorius) yang disebut Duktus Rivinus
 Bermuara pada dasar rongga mulut dibelakang muara duktus Wharton pada
frenulum lidah
 Glandula sublingualis tidak memiliki kapsel yang jelas tetapi memiliki septa-
septa jaringan ikat yang jelas/tebal
 Secara morfologis kelenjar ini merupakan kelenjar tubuloalvioler bercabang-
cabang (compound tubuloalveolar gland)
 Merupakan kelenjar tercampur dimana bagian besar asinusnya adalah
mukus murni
 Duktus ekskretoris sama dengan glandula parotis
 Duktus Pfluger sangat pendek
 Duktus Boll sangat pendek dan bentuknya sudah tidak khas sehingga dalam
preparat sukar ditemukan
 Pada jaringan ikat interlobularis tidak terdapat lemak sebagai glandula
parotis
2.) Kelenjar ludah tambahan / minor / kecil-kecil
Kebanyakan kelenjar ludah merupakan kelenjar kecil-kecil yang terletak di
dalam mukosa atau submukosa (hanya menyumbangkan 5% dari pengeluaran
ludah dalam 24 jam) yang diberi nama lokasinya atau nama pakar yang
menemukannya. Semua kelenjar ludah mengeluarkan sekretnya kedalam rongga
mulut.
 Kelenjar labial (glandula labialis) terdapat pada bibir atas dan bibir
bawah dengan asinus-asinus seromukus
 Kelenjar bukal (glandula bukalis) terdapat pada mukosa pipi, dengan
asinus-asinus seromukus
 Kelenjar Bladin-Nuhn ( Glandula lingualis anterior) terletak pada
bagian bawah ujung lidah disebelah menyebelah garis, median,
dengan asinus-asinus seromukus
 Kelenjar Von Ebner (Gustatory Gland = albuminous gland) terletak
pada pangkal lidah, dnegan asinus-asinus murni serus
 Kelenjar Weber yang juga terdapat pada pangkal lidah dengan asinus-
asinus mukus .
Kelenjar Von Ebner dan Weber disebut juga glandula lingualis posterior
 Kelenjar-kelenjar pada pallatum dengan asinus mukus .

5. Struktur Kelenjar Saliva


Tiap-tiap kelenjar sebagai suatu organ terdiri dari:
1. Parenkim, yaitu bagian kelenjar yang terdiri dari asinus-asinus dan
duktus-duktus bercabang.
Asinus merupakan bagian-bagian sekretoris yang mengeluarkan sekret.
Sekret ini akan dialirkan melalui suatu duktus untuk menyalurkan sekret
kemana mestinya.
2. Stroma / jaringan ikat interstisial yang merupakan jaringan antara asinus
dan duktus tersebut.
Jaringan ikat ini membungkus organ (kapsel) dan masuk kedalam organ
dan membagi organ tersebut menjadi lobus dan lobulus. Pada jaringan
ikat tersebut ditemukan duktus kelenjar, pembuluh darah,s erat saraf dan
lemak.

Kelenjar saliva mayor terdiri dari beberapa jenis sel:


1) Unit sekretori
Terdiri dari : sel-sel asinar , duktus interkalaris, duktus striata , dan main
excretory ducts.
Sebagai tambahan kepada sel-sel ini yang bertanggung jawab besar untuk
sekresi dan modifikasi dari saliva, sel-sel plasma juga berkontribusi pada
sekresi saliva, setidaknya pada kelenjar minor.
2) Unit non sekretori
Terdiri dari myoepitel sel dan sel saraf
Sel-sel asinar
Merupakan unit sekretori sel.Sel asinar mengandung olyco protein, protein dan
elektrolit.
Menurut sekretnya , asinus dapat dibedakan menjadi asinus serus, mukus, dan
tercampur
a. Asinus serus
– Sekretnya encer
– Terdapat pada kelenjar parotis
– Pengecatan HE bewarna ungu kemerahan
– Lumennya sempit
– Batas sel sukar dilihat dan antara sel terdapat kanalikuli sekretoris
interseluler
– Inti sel bulat kearah basal
– Penampakan sel tergantung fase sekresi selnya, dimana pada fase istirahat,
bagian apikalnya banyak terdapat butir sekresi (zimogen) sehingga inti sel
terdesak ke basal. Dan setelah sekresi sel, maka sel menjadi mengecil.
– Terdapat sel myoepitel diantara sel kelenjar dan membran basal yang dapat
berkontraksi untuk membantu mengeluarkan sekret asinus
b. Asinus mukus
– Sekretnya kental
– Terdapat pada kelenjar saliva minor / tambahan / kecil-kecil
– Pengecatan HE berwarna jernih kebiruan
– Lumennya besar
– Batas sel lebih jelas terlihat, tidak terdapat kanalikuli interseluler sehingga
sekretnya langsung dituangkan oleh sel sekretoris kedalam lumen asinus
– Inti sel pipih kearah basal
– Pada fase istirahat, sitoplasmanya mengandung butir mucigen yang sering
rusak saat preparat fifiksasi/dicat sehingga sel menjadi lebih terang
– Terdapat sel myoepitel
– Organela selnya berbeda dengan sel serus, dimana terdapat lebih sedikit
mitokondria, RE, dan banyak apparatus golgi sehingga terdapat lebih banyak
komponen karbohidrat pada sekretnya
c. Asinus campuran
– Yang dimaksud dengan kelenjar-kelenjar yang mempunyai asinus
tercampur, adalah kelenjar-kelenjar yang mempunyai baik asinus serus maupun
asinus-asinus mukus sebagai parenkimnya. Campuran tersebut dapat berupa
asinus-asinus murni mukus dengan asinus-asinus murni serus atau dapat pula
satu asinus mempunyai bagian mukus dan serus bersama-sama
– Kelenjar submandibularis (submaksilaris) memiliki sel serus lebih banyak
dari pada sel mukusnya
– Kelenjar sublingualis memiliki sel mukus lebih banyak daripada sel
serusnya
– Pada asinus tercampur sel-sel mukus sering didapatkan dekat duktus
sedangkan sel-sel serus pada bagian yang jauh dari duktus
– Kadang-kadang sel mukus berasal dari melendirnya sel-sel asinus karena
terganggunay pengeluaran sekretnya. Gangguan tersebut sering terjadi pada
duktus Boll
– Bila dalam satu asinus sel-sel mukus lebih banyak lagi, maka sel-sel
albumin (serus) tadi akan terdesak kearah apikal (puncak) asinus, sehingga sel-
sel serus tadi merupakan suatu lengkungan yang pada penampang sering terlihat
sebagai bulan sabit, yangs ering disebut lanula Gianuzzi (Demilines of
Haidenhain, Crescent of Gianuzzi, serous demilunes of Gianuzzi). Bagian ini
masih mempunyai kanalikuli sekretoris interseluler yang bermuara ke lumen
asinus.
Duktus
Saluran kelenjar ludah terdiri dari beberapa bagian yang panjangnya berbeda-
beda menurut jenis kelenjar.Jika dipandang dari segi lobulasi, ada yang letaknya
intralobularis dan ada yang interlobularis.
1. Duktus intralobularis
a. Duktus interkalaris (Duktus Boll)
– Duktus yang menghubungkan asinus dengan saluran berikutnya (duktus
Pfluger)
– Bersifat non sekretorius
– Terdiri dari epitel selapis pipih atau selapis kubis
– Fungsi : a. mengatur sekresi saliva asinar
b. memodifikasi komponen elektrolit
c. mengangkut komponen makromolekuler
b. Duktus sekretorius (Pfluger)
– Duktus yang lebih besar dan bersifat sekretorious, sehingga disebut juga
duktus salivatorius, terutama menghasilkan Ca dan air
– Epitelnya terdiri dari epitel selapis kubis sampai silindris dimana bagian
basalnya menunjukkan garis-garis sehingga juga disebut striated duct (duktus
bergaris-garis)
– Fungsi : a. Transport elektrolit dengan menyerap sodium dari sekresi utama
diangkut keluar melalui pembuluh darah kapiler
b. memodifikasi kompisisi elektrolit saliva

2. Duktus Interlobularis
Duktus pfluger tadi dilanjutkan oleh saluran yang lebih besar keluar dari lobulus
kelenjar tadi, masuk ke dalam jaringan ikat interlobular.Saluran ini merupakan
duktus pengeluaran atau eksretorius yang mengalirkan saliva ke dalam rongga
mulut.Terdiri dari epitel selapis silindris atau berlapis semu dan dekat muara
duktus, epitel ini berubah menjadi epitel berlapis pipih dan berlanjut ke epitel
rongga mulut.
Penamaan duktus berdasarkan atas pakar yang menemukannya :
§ Kelenjar parotis : Stensen
§ Kelenjar Submandibular (submaksilaris) : Whartoni
§ Kelenjar Sublingualis : Bartholini
Fungsi = Resorpsi Na dan sekresi K

Sel Myoepitel
– Terdapat dalam asinar
– Fungsinya untuk mengatur pergerakan saliva dari asinar kesistem duktus
dengan cara kontraksi asinar

Apa yang terjadi pada saluran saliva saat melewati saluran tersebut :
1. Sekresi bikarbonat dan Kalium (Potassium)
2. Reabsorbsi Natrium dan Chlorida

7. Kriteria mulut dikatakan sehat

Setiap orang tentunya mengingkinkan gigi yang sehat dan tidak


bermasalah. Karena dengan gigi yang sehat akan membuat orang tampil
lebih percaya diri.
Berikut adalah beberapa kriteria dari gigi sehat, gigi putih belum tentu
merupakan sebuah tanda bahwa gigi tersebut sehat :

1. Gigi berada dalam kondisi baik seutuhnya termasuk jaringan yang ada
di dalamnya. Seperti jaringan syaraf, getah bening, pembuluh darah
kapiler,
2. Bisa makan dengan baik merupakan salah satu tanda bahwa gigi kita
dalam kondisi baik, tak ada keluhan.
3. Gigi kuat tidak rapuh dan tidak goyang
4. Warna gusi terlihat merah muda dan cerah
5. Gusi mengikat kuat gigi dan tidak ada celah antar gusi
6. Mulut tidak berbau .

Jika anda memiliki indikasi tidak seperti di atas maka saatnya anda harus
periksa ke dokter gigi anda. Gejala sakit gigi kadang tidak bias diatasi
dengan mudah jadi kita harus pintar-pintar dalam menyikapinya yaitu
dengan memeriksakan gigi rutin dan merawat serajin mungkin.

8. Macam – macam benjolan dan cara penanganannya


Penyebab Benjolan di Belakang Telinga Beserta Pengobatannya Berikut
adalah beberapa kondisi dan faktor-faktor yang menyebabkan terbentuknya
benjolan di belakang telinga dan tips mengobatinya.

1) Pembengkakan Kelenjar Getah Bening

Kelenjar getah bening yang bengkak dapat menyebabkan benjolan


kecil di belakang telinga, biasanya seukuran biji jagung atau sebesar
kelereng, jika diraba akan terasa lunak atau kenyal, bisa sakit atau tidak.
Gejala lain yang bisa menyertai antara lain kelelahan dan demam.
Adanya benjolan di belakang telinga pada kasus ini menunjukkan bahwa
terdapat infeksi pada bagian kepala dan leher, misalnya ada borok di
kepala, peradangan pada tenggorokan, sinusitis dan lain-lain. Infeksi
virus yang lebih umum seperti campak dan cacar air, juga bisa
menyebabkan beberapa pembengkakan kelenjar getah bening di belakang
telinga. Ciri khas: Permukaan kulit halus, benjolan dibawah kulit bisa
tunggal atau beberapa. Baca juga: Pembengkakan Kelenjar Getah Bening
di Leher Pengobatan: Oleh dokter: Antibiotik, obat anti-inflamasi, obat
anti-parasit dan obat penghilang rasa sakit akan diresepkan untuk
menangani infeksi ini.

Obat alami: Kondisi ini juga dapat diobati dengan berkumur kunyit atau air
garam.

2) Mastoiditis

Mastoiditis adalah infeksi pada tulang mastoid yang berada di


belakang telinga. Infeksi telinga tengah dapat menyebar ke tulang
mastoid dan menyebabkan kerusakan struktural dan peradangan. Kondisi
ini dapat menyebabkan kemerahan, sakit telinga, pembengkakan dan
pembentukan benjolan di belakang telinga. Gejala tambahan termasuk
demam, sakit kepala, lekas marah dan penurunan pendengaran. benjolan
di belakang telinga akibat mastoiditis Ciri khas: Pembengkakan merata
dan lebih besar daripada kasus di atas, terdapat gangguan pendengaran.
Pengobatan: Oleh dokter: Antibiotik intravena, ditambah obat tetes
telinga yang diresepkan untuk membantu drainase. Obat alami: Cobalah
menempatkan 1 sampai 2 tetes campuran minyak zaitun dan minyak
bawang putih ke dalam telinga yang terinfeksi.

3) Jerawat

Tidak hanya pada wajah, jerawat juga bisa terdapat di belakang telinga
yang membentuk bejolan kecil. Dalam istilah medis disebut papula dan
nodul kecil, yakni kulit yang menimbul berisi masa padat pada
permukaan kulit (sama persis dengan jerawat di wajah). Jerawat ini
disebabkan oleh perubahan hormonal (kadar androgen tinggi), infeksi
bakteri Staphylococcus, stres atau kecenderungan genetik. Ciri khas:
penampakannya sama persis dengan jerawat pada wajah, tidak ada
gangguan pendengaran. Pengobatan: Jerawat biasanya sembuh sendiri
seiring berjalannya waktu; Namun jika ada terus-menerus, maka bahan
kimia seperti retinoid atau benzoil peroksidase dapat diresepkan. Contoh
retinoid: Vitacid Pada kasus infeksi Staph, dapat digunakan antibiotik
ditambah penggunaan lotion dan krim antiseptik. Pada kasus
ketidakseimbangan hormon yang parah, terapi hormonal atau terapi anti-
androgenik dapat diresepkan oleh dokter.

4) Kista

Kista disebabkan oleh kelenjar sebaceous (penghasil minyak kulit)


tersumbat dan disertai dengan penumpukan sebum (zat lemak), yang juga
disebut kista sebaceous. Ada juga jenis kita lain; kista epidermis terbuat
dari akumulasi keratin, yang dapat menyebabkan pertumbuhan benjolan
di belakang telinga dan bagian tubuh lainnya. Kista ini bisa menjadi
terinfeksi dan bernanah. kista sebacea : perhatikan ada bintik hitam di
tengah Ciri khas: Benjolan sebesar kelereng ada bintik hitam
ditengahnya, jika kulit digerakkan benjolan akan mengikuti. Pengobatan :
Untuk kista ini, agen anti-inflamasi, gel hidrogen peroksida dan bahkan
antibiotik mungkin diresepkan jika ada formasi nanah. Bantalan pemanas
dan kompres hangat dapat membantu mengalirkan nanah dan membanu
meringankan peradangan. Dalam kasus yang parah, dapat
direkomendasikan operasi kecil bedah eksisi kista atau bahkan terapi
laser.

5) Abses
Abses adalah kantung abnormal dalam tubuh yang berisi nanah.
Menimbulkan benjolan di belakang telinga apabila abses terbentuk di
bawah ulit sebagai akibat dari proses infeksi. Perbedaan utama antara
abses dan kista adalah bahwa abses penuh dengan nanah. Ciri khas:
Kulit bisa tampa normal atau kemerahan, benjolan di belakang telinga
teraba sangat lunak seperti meraba plastik berisi cairan. Pengobatan:
Insisi dan darinase yaitu menyayat kulit untuk memberikan jalan agar
nanah bisa keluar (Hanya bisa dilakukan oleh dokter).

6) Infeksi kulit
Ketika benjolan disebabkan oleh adanya infeksi kulit oleh bakteri,
maka akan terlihat permukaan kulit yang memerah dan meradang,
terkadang ditemukan pengelupasan kulit dan tentu saja terasa nyeri.
Beberapa faktor yang memudahkan terjadinya infeksi kulit antara lain
stres, perubahan iklim, masalah persarafan, dan kelelahan serta infeksi
bakteri atau jamur. Orang yang memiliki penyakit Parkinson, AIDS
atau epilepsi lebih mungkin untuk terkena dermatitis seboroik, yaitu
infeksi kulit yang disertai dengan penumpukan zat lilin berwarna
kekunigan pada kulit dan terasa gatal. Pengobatan: Lotion dan krim
topikal yang mengandung kortikosteroid seperti betametason dan
hidrokortison dapat diresepkan untuk mengurangi ketidaknyamanan
dan gatal-gatal. Agen antijamur seperti Ciclopirox dan ketoconazole
dapat diresepkan dalam kasus infeksi jamur. Salep antibiotik
digunakan untuk mengobati infeksi bakteri. Cobalah untuk menutupi
daerah yang terkena dengan berpakaian atau perban untuk
menghentikan menggaruk pada daerah yang sakit.

7) Tumor jinak
Tumor bisa muncul sebagai benjolan di belakang telinga yang tidak
terasa sakit, teraba lunak dan dapat digerakkan. Tumor bisa tumbuh
dari jaringan kelenjar ludah ke bagian belakang telinga. Jenis tumor
lainnya yaitu berasal dari tulang mastoid di belakang telinga, dan
dikenal sebagai kolesteatoma. Pada kolesteatoma ada struktur yang
merusak jaringan disekitarnya dan bisa terlihat seperti benjolan di
bawah kulit, yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran, keluar
cairan dari telinga dan pusing. Pengobatan: Pada tumor jinak tidak
harus segera diobati, biasanya tumor jinak dibuang untuk alasan
kosmetik. Kecuali apabila tumor menyebabkan rasa sakit, membatasi
gerakan rahang, dan mengganggu fungsi pendengaran, maka bisa
dilakukan prosedur pembedahan.

8) Kanker Pertumbuhan
kanker ganas (seperti kanker kelenjar ludah dan kanker kulit) bisa
terjadi di belakang telinga. Benjolan dari pertumbuhan ganas (kanker)
biasanya tanpa rasa sakit dan akan menjadi cepat besar dari waktu ke
waktu. Pengobatan : Pertumbuhan kanker dapat dihancurkan oleh
terapi radiasi, kemoterapi dan eksisi (operasi). Pilihan pengobatann
tersebut akan disesuaikan dengan tahap kanker dan jenisnya.

9) Lipoma
Lipoma adalah benjolan lemak yang terbentuk di antara lapisan kulit.
Ini dapat muncul di manapun pada tubuh dan hampir selalu tidak
berbahaya. Tergantung pada ukuran dan di bagian mana terbentuknya,
lipoma tidak selalu terlihat. Ciri Khas: Kulit tampak sehat, ada
benjolan dibawah kulit teraba lunak, tidak ada tanda peradangan
ataupun rasa sakit. Pengobatan: Bisa hilang sendiri, tidak berbahaya
Jika berukuran besar diperlukan pembedahan Pembedahan dilakukan
hanya karena alasan kosmetik.

III.4. ARANGE EXPLANATION INTO TENTATIVE


SOLUTIONS
Hepatitis B merupakan infeksi yang terjadi pada organ tubuh
manusia yang terjadi di Hati. Terjadinya benjolan yang terdapat
dibagian leher belakang telinga bisa jadi adanya kelenjar getah
bening yang lain dimana biasanya kelenjar getah bening sendiri
menjadi acuan utama adanya infeksi atau ketergangguan organ
yang ada di dalam tubuh manusia. Sehingga adanya kelenjar getah
bening tersebut menjadi penanda bahwa ada infeksi seperti yang
dijelaskan pada skenario, yaitu adanya penyakit Hepatitis B.
Namun, untuk pantauan lebih jauh harus dilakukan pemeriksaan
mendalam terkait hubungan antara kelenjar getah bening tersebut
dengan penyakit Hepatitis B yang diderita pasien, karena
banyaknya kemungkinan yang terjadi atau indikasi terkait riwayat
penyakit pasien, selain itu posisi dari kelenjar getah bening yang
ada di leher tersebut mempunyai arti yang berbeda (Kanan/Kiri).

III.5. DEFINING LEARNING OBJECTIVES


1. Apa saja anatomi pada bagian kelenjar saliva?

2. Apa yang mengakibatkan kekentalan pada saliva?

3. Apa penyebab benjolan di bagian belakang telinga terasa sakit hingga ke


leher?

4. Apa keterkaitan antara penyakit hepatitis B dengan benjolan dibelakang


telinga yang menyebabkan terjadinya penurunan pada berat badan
pasien?
III.6. INFORMATION GATHERING : PRIVATE STUDY
1. Anatomi pada Kelenjar Saliva
Saliva dihasilkan oleh glandula salivari yang terdiri dari tiga pasang glandula
yaitu glandula parotis, glandula submandibularis, dan glandula sublingualis.

a) Glandula parotis
Glandula parotis merupakan kelenjar ludah terbesar, berbentuk irreguler akan
tetapi dilihat dari permukaan lateralnya nampak berbentuk segitiga. Glandula
parotis terdapat dalam fossa yang pada bagian depan dibatasi oleh margo
posterior ramus mandibula dan musculus pterygoideus. Pada bagian belakang
fossa dibatasi oleh pars tympanica ossis temporalis, kartilago meatus austici,
margo anterior processus mastoidei, dan musculus sternocleidomastoideus.
Pada bagian medial, fossa dibatasi oleh processustyloideus, otot-otot
stylohyoideus dan styloglossus, arteri carotis interna dan vena juguaris interna.
Sedangkan pada bagian ventromedial, fossa dibatasi oleh venter posterior
musculi digastrici. Duktus parotideus Stenson dibentuk oleh duktus-duktus
yang berasal dari lobus-lobus glandula parotis. Duktus parotideus stenson
bermuara kedalam

vestibulum oris pada paila parotidea yang berhadapan dengan gigi Molar kedua
atas atau Molar pertama atas. Glandula parotis dibungkus oleh fascia yang
melekat erat pada permukaannya. Fascia ini dibentuk dari fascia colli
superficialis yang di daerah glandula parotis membelah untuk membungkus
kelenjar ini (fascia parotideomasseterica). Struktur yang terdapat dalam
substansi glandula parotis, antara lain: arteri carotis eksterna yang memasuki
dan meninggalkan glandula pada fasies profundanya, vena retromandibula
(vena facialis posterior), nervus facialis, nodi lymphatici parotidei. Perdarahan
glandula parotis berasal dari pembuluh darah yang melewatinya. Sedangkan
persarafan glandula parotis didapatkan dari nervus auriculotemporalis.

b) Glandula submandibularis
Glandula submandibularis besarnya kurang lebih setengah dari besar glandula
parotis dan memiliki bentuk oval, pipih, dan terletak dalam trigonum
submandibularis. Duktus submandibularis (duktus Whartoni) bermuara ke
cavum oris. Plika sublingualis adalah lipatan mukosa dasar kulit yang
ditonjolkan oleh duktus Whartoni bersama glandula sublingualis. Perdarahan
glandula submandibularis berasal dari cabang-cabang kecil arteri facialis dan
arteri submentalis.

c) Glandula sublingualis
Glandula sublingualis adalah kelenjar ludah besar yang terkecil yang memiliki
bentuk memanjang dan sempit. Glandula ini terletak di dasar mulut, pada otot
mylohyoideus antara otot geniohyoid, genioglossus, dan hyoglossus pada satu
sisi dan facies medialis corpus mandibula pada sisi lain. Pada mandibula
terletak pada fovea sublingualis. Glandula sublingualis tertutup langsung oleh
membran mukosa mulut dan menonjolkan mukosa membentuk plika
sublingualis. Glandula sublingualis memiliki perantara 5-20 duktus sempit dan
pendek (duktus sublingualis minor dari duktus Rivinus) yang bermuara kedalam
rongga mulut pada plika sublingualis. Kelompok lobus disebelah ventral
membentuk duktus yang lebih besar yaitu duktus sublingualis mayor yang
bermuara kedalam duktus Whartoni, dekat sebelum duktus terakhir ini bermuara
pada curunculae. Perdarahan glandula sublingualis berasal dari arteri
sublingualis cabang arteri lingualis.

2. Kekentalan Pada Saliva


Bisa jadi karena adanya kelainan pada kelenjar salivanya.

Misalnya :

- Pembuntuan duktus / Salurannya

- Post Terapi Radiasi

Pengaruh :

- Usia
- Aktivitas ( setelah olahraga = Saliva Menurun )
- Penyakit ( Diabetes Melitus, Diare)
- Post Terapi ( Penyakit Kanker )

3. Pembengkakan Benjolan = Kelenjar Getah Bening


Kelenjar getah bening yang bengkak dapat menyebabkan benjolan kecil
di belakang telinga, biasanya seukuran biji jagung atau sebesar kelereng, jika
diraba akan terasa lunak atau kenyal, bisa sakit atau tidak. Gejala lain yang bisa
menyertai antara lain kelelahan dan demam. Adanya benjolan di belakang
telinga pada kasus ini menunjukkan bahwa terdapat infeksi pada bagian kepala
dan leher, misalnya ada borok di kepala, peradangan pada tenggorokan, sinusitis
dan lain-lain. Infeksi virus yang lebih umum seperti campak dan cacar air, juga
bisa menyebabkan beberapa pembengkakan kelenjar getah bening di belakang
telinga.

Sebenarnya kelenjar getah bening merupakan bagian dari sistem


kekebalan tubuh manusia yang bisa membantu melawan infeksi, baik
disebabkan oleh bakteri, virus atau lainya. Biasanya ketika terjadi infeksi,
kelenjar getah bening akan membengkak untuk memberikan tanda.

Ciri khas: Permukaan kulit halus, benjolan dibawah kulit bisa tunggal
atau beberapa. Baca juga: Pembengkakan Kelenjar Getah Bening di Leher
Pengobatan: Oleh dokter: Antibiotik, obat anti-inflamasi, obat anti-parasit dan
obat penghilang rasa sakit akan diresepkan untuk menangani infeksi ini.

Obat alami: Kondisi ini juga dapat diobati dengan berkumur kunyit atau air
garam.

4.Hepatitis B dengan benjolan dibelakang telinga yang


menyebabkan terjadinya penurunan pada berat badan
Jika dilihat dari beberapa gejala tiap penyakit.

Beberapa gejala hepatitis B antara lain:

 Kehilangan nafsu makan.


 Mual dan muntah.
 Sakit kuning (dilihat dari kulit dan bagian putih mata yang menguning).

Beberapa gejala yang dimiliki oleh penderita kelenjar getah bening:


 Kelenjar getah bening terasa keras saat ditekan.
 Kelenjar getah bening membengkak tanpa sebab yang jelas disertai
badan yang terasa lemah.
 Kelenjar getah bening telah membengkak lebih dari dua minggu
dan/atau disertai dengan ukuran yang membesar.
 Anda mengalami demam yang tidak kunjung mereda.
 Anda selalu berkeringat di malam hari.
 Anda mengalami penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
 Anda mengalami sakit tenggorokan yang menyebabkan sulit menelan
atau bernapas.

Kehilangan nafsu makan merupakan salah satu gejala Hepatitis B. Selain


itu ditemukan juga dalam gejala penyakit Kelenjar Getah Bening bahwa
penderita dapat mengalami berat badan yang akan turun tanpa sebab yang
jelas. Keduanya menyebabkan penurunan berat badan pada pasien secara
drastis. Ditambah lagi, Jika seseorang sedang sakit gigi akan merasakan
rasa yang tidak nyaman pada area gigi dan mulut sehingga menyebabkan
rasa malas makan karena fungsi dari gigi untuk menghancurkan makanan
sedang bermasalah. Selain itu pada Kelenjar Getah Bening yang terjadi di
bagian belakang telinga yang menyebabkan rasa sakit di bagian belakang
membuat pasien tersebut merasa sakit dan malas untuk makan.
Kedua penyebab penyakit itu yang mengakibatkan pasien merasa sulit
untuk makan sehingga terjadinya penurunan berat badan sangat drastis
pada pasien.
BAB IV PENUTUP
4. 1. Kesimpulan
Kesimpulan yang di dapat yaitu, penyebab benjolan dibagian
belakang telinga hingga leher sebelah kiri adalah adanya
pembengkakan kelenjar getah bening (lymphadenopathy), dan
penyebab dari berat badan menurun disebabkan adanya kelenjar getah
bening dan hepatitis B. Kelenjar Getah Bening dan penyakit Hepatitis
B pada pasien memiliki kesamaan gejala yaitu menurunnya nafsu
makan, terlebih pada Kelenjar Getah Bening, pasien akan sulit
mengkonsumsi makanan disebabkan oleh sakitnya menelan makanan.
Sehingga pasien dapat dikatakan malas makan dan berat badannya
menurun.
4. 2. Saran
Saran dari masalah yang yang dihadapi pada skenario diatas adalah
mengajarkan kepada kita akan pentingnya memahami berbagai
macam gejala serta penyebab penyakit yang kira – kira terjadi di
dalam tubuh kita. Saling terhubungnya jaringan yang ada di dalam
tubuh kita satu dengan yang lain sehingga memudahkan kita untuk
mengetahui apa apa saja penyakit yang mungkin timbul pada tubuh
kita ini, mulai dari yang paling ringan hingga ke penyakit yang
tergolong kronis.
DAFTAR PUSTAKA

http://fokesehatann.blogspot.co.id/2015/03/6-kriteria-gigi-sehat.html

Ali Sulaiman ,ddk. 1990. GastroenterologiHepatologi. CV. Informedika,


Jakarta.

Budihusodo. 1984. NaskahLengkap KOPADI VI. Persatuan Ahli


Penyakitdalam Indonesia. Jakarta.

Hudyono J (2003). Hepatitis A, B, C http://www.spi.hepatitis.co.id/berita5htm,


Jakarta.

Surya I GdePutu. 1995. PenularanVertikal Virus Hepatitis B


danPencegahannya. SMF ObstetridanGinekologi FK UNUD.Tahunke 26 No.
89.Bali.

Benjolan di Belakang Telinga : 9 Penyebab dan Pengobatan | Mediskus

Wikipedia :

"Ikatan Dokter Indonesia". Swipa. Diakses tanggal 10-03-2007

 "Dinas Kesehatan Jakarta". Swipa. Diakses tanggal 10-03-2007

1. Tarigan P. Penularan Hepatitis B Melalui Kontak Seksual; Dalam


Penyakit yang ditularkan Melalui Hubungan Seksual Karena Virus,
Hutapea N.O, amsi R.R, Ari TSN, editor, Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, !995: p101-9.
2. Brook MG. Sexual Transmission and prevention of the hepatitis Viruses
A-E and G. Sex Transmitted Infection, 1998;74:395-98.
3. Hadi S. Hati. Dalam Gastroenterologi. Penerbit Alumni Bandung, 1995 :
p 484-575.
4. Bakar, A., 2013, Kedokteran Gigi Klinis, edisi 2, Quantum, Yogyakarta.
5. Burns, C. R., Cohen, S., 1994, Pathways of The Pulp, 6th Ed, Mosby-Year
Book, Philadelphia.
6. Grosman, L. I., Seymour, O., Carlos, E., D., R., 1995, Ilmu Endodontik
dalam Praktek, edisi kesebelas, EGC, Jakarta.
7. Tarigan, R., 1994, Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti), Widya Medika,
Jakarta.
8. Tarigan, R., 2002, Perawatan Pulpa Gigi (endodontic), EGC, Jakarta.
9. Walton, R.E., Torabinejad, M., 2008, Prinsip & Praktik Ilmu
Endodonsia, EGC, Jakarta.
10. http://www.medrec07.com/2014/12/pengertian-anamnesa-pemeriksaan-
fisik-pemeriksaan-penunjang-diagnosis-prognosis-terapi-tindakan-
medis.html
11.(http://suhermanmaman.wordpress.com/2011/07/22/diagnostik-kesulitan-
belajar/
12.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20097/3/Chapter%20II.pdf
13.http://www.alodokter.com/pembengkakan-kelenjar-getah-bening

Anda mungkin juga menyukai