MODUL SEL
Disusun Oleh :
Kelompok 1
I.3 Kasus
Seorang Pria berusia 37 tahun datang ke RSGM untuk melakukan perawatan
gigi. Pada anamnesis pasien mengaku mempunyai riwayat penyakit Hepatitis B.
Pemeriksaan Klinis (intra oral) menunjukan terdapat benjolan dibagian
belakang telinga hingga leher sebelah kiri, terasa sakit. Benjolan tersebut
semakin hari semakin membesar. Air ludah/Saliva pasien agak kental.
II.1. Hepatitis B
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B,
suatu anggota famili hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati
akut atau menahun yang dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.
Infeksi virus hepatitis B suatu infeksi sistemik yang menimbulkan peradangan
dan nekrosis sel hati yang mengakibatkan terjadinya serangkaian kelainan
klinik, biokimiawi, imunoserologik, dan morfologik.
Hepatitis B pertama kali dikenal dengan istilah “Penyakit kuning” dan sudah
dikenal sejak ribuan tahun yang lalu yaitu sejak abad 5 SM di Babilonia.
Kemudian Hipocrates seorang tabib Yunani Kuno (460-375 SM), yang
menemukan bahwa penyakit kuning ini menular sehingga ia menamakan
penyakit tersebut sebagai icterus infectiosa. Sifat menular dari penyakit ini telah
diketahui pada abad 8 M, ketika Paus Zacharias menganjurkan suatu tindakan
untuk mencegah penularan lebih lanjut yaitu dengan melakukan isolasi terhadap
penderita.
Cara Penularan
Ada 2 cara penularan infeksi virus hepatitis B yaitu penularan vertikal dan
penularan horizontal.
1. Vertikal Penularan infeksi HBV dari ibu hamil kepada bayi yang
dilahirkannya. Dapat terjadi pada masa sebelum kelahiran atau prenatal,
selama persalinan atau perinatal dan setelah persalinan atau postnatal.
Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar bayi yang tertular VHB
secara vertikal mendapat penularan pada masa perinatal yaitu pada saat
terjadi proses persalinan. Karena itu bayi yang mendapat penularan vertikal
sebagian besar mulai terdeteksi HBsAg pada usia 3-6 bulan yang sesuai
dengan masa tunas infeksi VHB yang paling sering didapatkan. Penularan
yang terjadi pada masa perinatal dapat terjadi melalui cara maternofetal
micro infusion yang terjadi pada waktu terjadi kontraksi uterus.
Pencegahan
1. Pencegahan Primordial
2. Pencegahan Primer
II.2. Anamnesis
Anamnesa / Anamnesis adalah suatu kegiatan wawancara antara
pasien/keluarga pasien dan dokter atau tenaga kesehatan lainnya yang
berwenang untuk memperoleh keterangan-keterangan tentang keluhan dan
penyakit yang diderita pasien
Anamnesa dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
KELENJAR SALIVA
Kelenjar-kelenjar saliva mayor terletak agak jauh dari rongga mulut dan
sekretnya disalurkan melalui duktusnya kedalam rongga mulut. Kelenjar saliva
mayor terdiri dari kelenjar parotis yang terletak dibagian bawah telinga
dibelakang ramus mandibula, kelenjar submandibularis yang terletak dibagian
bawah korpus mandibula dan kelenjar sublingualis yang terletak dibawah lidah.
Selain itu terdapat juga kelenjar saliva minor yang terdiri dari kelenjar labial,
kelenjar bukal, kelenjar Bladin-Nuhn, kelenjar Von Ebner dan kelenjar Weber.
Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar yang terletak di anterior dari
aurikel telinga dimana posisinya antara kulit dan otot masseter. Duktus kelenjar
ini bermuara pada vestibulus oris pada lipatan antara mukosa pipi dan gusi
dihadapan molar 2 atas. Kelenjar ini dibungkus oleh jaringan ikat padat dan
mengandung sejumlah besar enzim antara lain amilase lisozim, fosfatase asam,
aldolase, dan kolinesterase. Saluran keluar utama disebut duktus stenon
(stenson) terdiri dari epitel berlapis semu.
1. Kelenjar labial (glandula labialis) terdapat pada bibir atas dan bibir bawah
dengan asinus-asinus seromukus.
2. Kelenjar bukal (glandula bukalis) terdapat pada mukosa pipi, dengan
asinus-asinus seromukus.
3. Kelenjar Bladin-Nuhn (Glandula lingualis anterior) terletak pada bagian
bawah ujung lidah.
4. Kelenjar Von Ebner (Gustatory Gland = albuminous gland) dan,
5. Kelenjar Weber terletak pada pangkal lidah. Kelenjar Von Ebner dan
Weber disebut juga glandula lingualis posterior.
Kelenjar saliva memproduksi saliva hampir setengah liter setiap hari. Beberapa
faktor mempengaruhi sekresi saliva dengan merangsang kelenjar saliva melalui
cara-cara berikut:
1. Faktor mekanis yaitu dengan mengunyah makan yang keras atau permen
karet.
2. Faktor kimiawi yaitu melalui rangsangan seperti asam, manis, asin, pahit dan
pedas.
3. Faktor neuronal yaitu melalui sistem syaraf autonom baik simpatis maupun
parasimpatis.
FUNGSI FISIOLOGIS
saliva mempunyai fungsi yang sangat penting untuk kesehatan rongga mulut
karena mempunyai hubungan dengan proses biologis yang terjadi dalam rongga
mulut. Secara umumnya saliva berperan dalam proses perlindungan pada
permukaan mulut, pengaturan kandungan air, pengeluaran virus-virus dan
produk metabolisme organisme sendiri dan mikro-organisme, pencernaan
makanan dan pengecapan serta diferensiasi dan pertumbuhan sel-sel kulit, epitel
dan saraf.
Saliva memberi perlindungan baik pada mukosa maupun elemen gigi geligi
melalui pengaruh bufer, pembersihan mekanis, demineralisasi dan
remineralisasi, aktivitas anti-bakterial dan agregasi mikro-organisme mulut.
Pengaruh bufer menyebabkan saliva menahan perubahan asam (pH) di dalam
rongga mulut terutama dari makanan yang asam. Proses pembersihan mekanis
terjadi melalui aktivitas berkumur-kumur menyebabkan mikro-organisme
kurang mempunyai kesempatan untuk berkolonisasi di dalam rongga mulut.
Selain itu lapisan protein pada elemen gigi geligi (acquired pellicle) memberi
perlindungan terhadap keausan permukaan oklusal elemen gigi-geligi oleh
kekuatan pengunyahan normal. Kalsium dan Fosfat memegang peranan penting
dalam mekanisme penolakan terhadap dekalsifikasi email gigi dalam
lingkungan asam (demineralisasi), sedangkan ionion ini memungkinkan
terjadinya remineralisasi pada permukaan gigi yang sedikit terkikis. Di dalam
saliva dijumpai berbagai komponen anorganik dan organik yang mempunyai
pengaruh antibakterial dan antiviral. Misalnya, thiosianat, laktoperoksidase,
enzim-enzim lisozim, protein laktoferin dan imunoglobulin. Agregasi mikro-
organisme terjadi karena bakteri tertentu digumpalkan oleh komponen-
komponen saliva seperti imunoglobulin, substansi reaktif kelompok darah dan
musin. Kolonisasi bakteri di dalam rongga mulut akan terhalang dan selanjutnya
dapat diangkut ke lambung.
Berbagai jenis zat dikeluarkan ke dalam rongga mulut melalui serum seperti
alkoloid tertentu, antibiotika, alkohol, hormon steriod dan virus. Beberapa dari
zat-zat ini dapat diresorpsi di dalam saluran pencernaan makanan. Diketahui
bahwa virus hepatisis B dapat ditemukan di dalam saliva pasien, sehingga para
dokter gigi dan perawat gigi mempunyai risiko lebih besar terhadap infeksi
hepatisis B. Hal yang sama pada prinsipnya juga berlaku juga untuk virus HIV
pada penderita AIDS, meskipun kelihatannya infeksi melalui saliva jarang
ditemukan.
Enzim saliva yang terpenting adalah α-Amilase yang terlibat pada pencernaan
makanan. Zat ini mampu untuk menguraikan makanan yang mengandung
tepung kanji dan glikogen dan dengan demikian melarutkannya di dalam saliva
dan mengangkutnya. Di samping itu terdapat juga enzim-enzim lain yaitu
Lipase, Protease, DNAse dan RNAse. Enzim-enzim ini berperan dalam proses
pencernaan makanan. Gustin yang terdapat dalam saliva berfungsi proses
pengecapan makanan. Musin dan air berperan untuk membentuk makanan
menjadi bolus sebelum makanan ditelan.
6. Fungsi Non-Fisiologi
a) Perkusi
Perkusi dilakukan dengan cara memberi pukulan cepat tetapi tidak keras
dengan menggunakan ujung jari, kemudian intensitas pukulan ditingkatkan.
Selain menggunakan ujung jari pemeriksaan ini juga sering dilakukan dengan
menggunakan ujung instrumen. Terkadang pemeriksaan ini mendapatkan hasil
yang bias dan membingungkan diagnosa. Cara lain untuk memastikan ada
tidaknya kelainan yaitu dengan mengubah arah pukulannya yaitu mula-mula
dari permukaan vertikal-oklusal ke permukaan bukal atau lingual mahkota. Gigi
yang dipukul bukan hanya satu tetapi gigi dengan jenis yang sama pada regio
sebelahnya. Ketikamelakukan tes perkusi dokter juga harus memperhatikan
gerakan pasien saat merasa sakit (Grossman, dkk, 1995).
b) Sondasi
Sondasi merupakan pemeriksaan menggunakan sonde dengan cara
menggerakkan sonde pada area oklusal atau insisal untuk mengecek apakah ada
suatu kavitas atau tidak(Tarigan, 1994).
c) Probing
Probing bertujuan untuk mengukur kedalaman jaringan
periodontal dengan menggunakan alat berupa probe. Cara yang
dilakukan dengan memasukan probe ke dalam attached gingiva, kemudian
mengukur kedalaman poket periodontal dari gigi pasien yang sakit (Grossman,
dkk, 1995).
e) Tes vitalitas
Tes vitalitas merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
apakah suatu gigi masih bisa dipertahankan atau tidak. Tes vitalitas terdiri dari
empat pemeriksaan, yaitu tes termal, tes kavitas, tes jarum miller dan tes
elektris.
(1) Tes termal, merupakan tes kevitalan gigi yang meliputiaplikasi panas
dan dingin pada gigi untuk menentukan sensitivitas terhadap perubahan
termal (Grossman, dkk,1995).
(a) Tes dingin, dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
bahan, yaitu etil klorida, salju karbon dioksida (es
o
kering) dan refrigerant (-50 C). Aplikasi tes dingin dilakukan dengan
cara sebagai berikut.
Mengisolasi daerah gigi yang akan diperiksadengan
menggunakan cotton roll maupun rubber dam.
Mengeringkan gigi yang akan dites.
Apabila menggunakan etil klorida maupun refrigerant dapat
dilakukan dengan menyemprotkan etil klorida pada cotton pellet.
Mengoleskan cotton pellet pada sepertiga servikal gigi.
Mencatat respon pasien.
Apabila pasien merespon ketika diberi stimulus dingin dengan keluhan
nyeri tajam yang singkat maka menandakan bahwa gigi tersebut vital.
Apabila tidak ada respon atau pasien tidak merasakan apa-apa maka gigi
tersebut nonvital atau nekrosis pulpa. Respon dapat berupa respon positif
palsu apabila aplikasi tes dingin terkena gigi sebelahnya tau mengenai
gingiva (Grossman, dkk, 1995). Respon negatif palsu dapat terjadi karena
tes dingin diaplikasikan pada gigi yang mengalami penyempitan
(metamorfosis kalsium).
(b) Tes panas, pemeriksaan ini jarang digunakan karena dapat
menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah apabila stimulus yang
diberikan terlalu berlebih. Tes panas dilakukan dengan menggunakan
berbagai bahan yaitu gutta perca panas, compound panas, alat touch and
heat dan instrumen yang dapat menghantarkan panas dengan baik
(Grossman, dkk,1995). Gutta perca merupakan bahan yang paling sering
digunakan dokter gigi pada tes panas. Pemeriksaan dilakukan dengan
mengisolasi gigi yang akan di periksa. Kemudian gutta perca dipanaskan
diatas bunsen. Selanjutnya gutta perca diaplikasikan pada bagian okluso
bukal gigi. Apabila tidak ada respon maka oleskan pada sepertiga servikal
bagian bukal. Rasa nyeri yang tajam dan singkat ketika diberi stimulus
gutta perca menandakan gigi vital, sebaliknya respon negatif atau tidak
merasakan apa-apa menandakan gigi sudah non vital (Walton dan
Torabinejad, 2008).
Istilah diagnosis sering kita dengar dalam istilah medis. Menurut Thorndike dan
Hagen dalam Suherman (2011), diagnosis dapat diartikan sebagai :
a. Diagnosis utama, yaitu jenis penyakit utama yang diderita pasien setelah
dilakukan pemeriksaan yang lebih mendalam
b. Diagnosis komplikasi, yaitu penyakit komplikasi karena berasal dari
penyakit utamanya
c. Diagnosis kedua, ketiga dst atau Diagnosis Co-Morbid, yaitu penyakit
penyerta diagnosis utama yang bukan berasal dari penyakit utamanya
atau sudah ada sebelum diagnosis utama ditemukan.
Manfaat Diagnosis
Diagnosis memiliki beberapa manfaat, antara lain:
1. Untuk menemukan atau mengidentifikasi kelemahan atau penyakit
(weakness, disease) apa yang dialami seseorang.
2. Untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan atas gejala-
gejala atau faktatentang suatu hal.
3.Sebagai pertimbangan dalam upaya pengendalian penyakit di lapangan.
4. Salah satu upaya untuk mencegah dan menanggulangi penyebaran
suatu penyakit atau wabah.
PENYEBAB
Infeksi bakteri atau virus yang tergolong ringan merupakan faktor yang paling
sering menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening. Beberapa contoh
infeksi ringan tersebut adalah demam kelenjar, pilek, infeksi tenggorokan,
radang amandel, infeksi gigi, infeksi telinga, dan infeksi kulit (selulitis).
Kelenjar getah bening yang bengkak akibat infeksi-infeksi tersebut biasanya
disertai rasa sakit. Selain itu, terkadang penderita juga mengalami demam,
batuk, dan nyeri tenggorokan.
Pada kasus yang jarang terjadi, pembengkakan kelenjar getah bening juga bisa
disebabkan oleh:
Anamnesa gejala dan pemeriksaan fisik adalah hal utama yang perlu dilakukan
dokter untuk mengetahui penyebab pembengkakan kelenjar getah bening.
Kemudian, dokter akan mengecek sifat benjolan, misalnya keras atau lembek,
kecil atau besar, dapat bergeser atau tidak dapat digeser, dan apakah terasa sakit
atau tidak sakit. Benjolan kelenjar getah bening yang sakit, lembek, dan dapat
bergeser biasanya disebabkan oleh infeksi. Sedangkan benjolan kelenjar getah
bening yang tidak sakit, keras, dan tidak dapat digeser biasanya disebabkan oleh
kanker yang menyebar ke kelenjar tersebut.
PENGOBATAN
Infeksi hati yang disebabkan oleh virus, infeksi ini dapat mengakibatkan
kerusakan pada hati dan menyebabkan kanker hati.
2) Anamnesis :
cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri atas campuran
sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral.
4) Intra Oral :
5) Diagnosa :
Hepatitis berarti peradangan pada hati. Ini dapat disebabkan oleh virus-
virus hepatitis A, B, C, D, E dan G, alkohol, beberapa bahan kimia dan
narkoba.
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus
Hepatitis B" (VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat
menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian
kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Virus ini
tidak menyebar melalui makanan atau kontak biasa, tetapi dapat
menyebar melalui darah atau cairan tubuh dari penderita yang terinfeksi.
Seorang bayi dapat terinfeksi dari ibunya selama proses kelahirannya.
Juga dapat menyebar melalui kegiatan seksual, penggunaan berulang
jarum suntik, dan transfusi darah dengan virus di dalamnya.
Mula-mula dikenal sebagai "serum hepatitis" dan telah
menjadi epidemi pada sebagian Asia dan Afrika. Hepatitis B telah
menjadi endemik di Tiongkok dan berbagai negara Asia.
Infeksi karena Hepatitis B dapat dicegah melalui vaksinasi, di mana
injeksi diberikan untuk membuat tubuh kebal terhadapnya.
Direkomendasikan pada semua masyarakat untuk mendapat 3 vaksinasi
(0, 1 bulan, dan 6 bulan) terutama ketika masih bayi untuk memberikan
proteksi yang baik terhadap virus ini. Bagaimanapun, vaksinasi hanya
memberikan proteksi maksimal sekitar 90 persen, dan tidak
menyingkirkan sama sekali risiko infeksi.
Beberapa orang yang terinfeksi virus ini dapat dengan cepat mengalahkan
virusnya. Kebanyakan akan terinfeksi untuk seumur hidup. Biasanya
terdapat sedikit atau tanpa gejala sama sekali. Kadang-kadang hati rusak
berat, menyebakan gagal hati. Gejala yang umum dari gagal hati
adalah jaundice, di mana kulit dan mata penderita menjadi kuning, karena
zat-zat yang diproduksi tumbuh dan seharusnya disaring oleh hati tidak
dilakukan. Masalah lainnya adalah hepatitis B dapat menyebabkan kanker
hati.
Tes darah dapat menemukan tanda-tanda proses kerusakan hati. Jika
penderita memiliki tanda-tanda tersebut, pengobatan hepatitis B dapat
mencegah kerusakan hati yang disebakan virusnya. Pengobatan anti virus
diberikan, untuk mencegah virus memperbanyak diri dengan meng-kopi-
nya. Bagaimanapun, sekali virus masuk, maka tidak mungkin untuk
menyingkirkannya semuanya hingga tuntas.
Penularan Hepatitis B
Penyakit hepatitis B ini dapat ditularkan kepada semua orang dan semua
kelompok umur. Penularan virus hepatitis B dapat melalui cara yaitu :
1. Pada penyakit hati, terutama atresia bilier dan hepatitis neonatal, dapat
terjadi diskolorisasi pada gigi sulung. Dimana, pada atresia bilier gigi
akan berwarna hijau, sedangkan pada hepatitis neonatal berwarna kuning.
Keadaan ini disebabkan oleh depositnya bilirubin pada email dan dentin
yang sedang dalam tahap perkembangan.
2. Menyebabkan oral hygiene buruk, dalam hal ini bau mulut tidak sedap.
3. Hepatitis aktif kronis dapat menyebabkan gangguan endokrin sehingga
menimbulkan penyakit multiple endokrino patiketurunan dan
kandidosismukokutaneus.
4. Kegagalan hati dapat menyebabkan timbulnya foetorhepatikum. Dimana,
foetorhapatikum sering disebut dalam sejumlah istilah seperti: bau
“amine”, bau “kayu lapuk”, bau “tikus”, dan bahkan bau “bangkai segar”.
5. Sirosis hati dapat menyebabkan hiperpigmentasi pada mulut.
6. Timbululkus – ulkus karena berkurangnya zat-zat vitamin dan gizi dalam
rongga mulut.
7. Proses makan menjadi tidak benar sehingga peran saliva terganggu.
8. Salah satu penularan Hepatitis B adalah melalui kelenjar saliva/air liur.
Kelenjar sublingualis
Merupakan kelenjar terkecil dari kelenjar-kelenjar ludah besar
Terletak pada dasar rongga mulut, dibawah mukosa dan mempunyai saluran
keluar (duktus ekskretorius) yang disebut Duktus Rivinus
Bermuara pada dasar rongga mulut dibelakang muara duktus Wharton pada
frenulum lidah
Glandula sublingualis tidak memiliki kapsel yang jelas tetapi memiliki septa-
septa jaringan ikat yang jelas/tebal
Secara morfologis kelenjar ini merupakan kelenjar tubuloalvioler bercabang-
cabang (compound tubuloalveolar gland)
Merupakan kelenjar tercampur dimana bagian besar asinusnya adalah
mukus murni
Duktus ekskretoris sama dengan glandula parotis
Duktus Pfluger sangat pendek
Duktus Boll sangat pendek dan bentuknya sudah tidak khas sehingga dalam
preparat sukar ditemukan
Pada jaringan ikat interlobularis tidak terdapat lemak sebagai glandula
parotis
2.) Kelenjar ludah tambahan / minor / kecil-kecil
Kebanyakan kelenjar ludah merupakan kelenjar kecil-kecil yang terletak di
dalam mukosa atau submukosa (hanya menyumbangkan 5% dari pengeluaran
ludah dalam 24 jam) yang diberi nama lokasinya atau nama pakar yang
menemukannya. Semua kelenjar ludah mengeluarkan sekretnya kedalam rongga
mulut.
Kelenjar labial (glandula labialis) terdapat pada bibir atas dan bibir
bawah dengan asinus-asinus seromukus
Kelenjar bukal (glandula bukalis) terdapat pada mukosa pipi, dengan
asinus-asinus seromukus
Kelenjar Bladin-Nuhn ( Glandula lingualis anterior) terletak pada
bagian bawah ujung lidah disebelah menyebelah garis, median,
dengan asinus-asinus seromukus
Kelenjar Von Ebner (Gustatory Gland = albuminous gland) terletak
pada pangkal lidah, dnegan asinus-asinus murni serus
Kelenjar Weber yang juga terdapat pada pangkal lidah dengan asinus-
asinus mukus .
Kelenjar Von Ebner dan Weber disebut juga glandula lingualis posterior
Kelenjar-kelenjar pada pallatum dengan asinus mukus .
2. Duktus Interlobularis
Duktus pfluger tadi dilanjutkan oleh saluran yang lebih besar keluar dari lobulus
kelenjar tadi, masuk ke dalam jaringan ikat interlobular.Saluran ini merupakan
duktus pengeluaran atau eksretorius yang mengalirkan saliva ke dalam rongga
mulut.Terdiri dari epitel selapis silindris atau berlapis semu dan dekat muara
duktus, epitel ini berubah menjadi epitel berlapis pipih dan berlanjut ke epitel
rongga mulut.
Penamaan duktus berdasarkan atas pakar yang menemukannya :
§ Kelenjar parotis : Stensen
§ Kelenjar Submandibular (submaksilaris) : Whartoni
§ Kelenjar Sublingualis : Bartholini
Fungsi = Resorpsi Na dan sekresi K
Sel Myoepitel
– Terdapat dalam asinar
– Fungsinya untuk mengatur pergerakan saliva dari asinar kesistem duktus
dengan cara kontraksi asinar
Apa yang terjadi pada saluran saliva saat melewati saluran tersebut :
1. Sekresi bikarbonat dan Kalium (Potassium)
2. Reabsorbsi Natrium dan Chlorida
1. Gigi berada dalam kondisi baik seutuhnya termasuk jaringan yang ada
di dalamnya. Seperti jaringan syaraf, getah bening, pembuluh darah
kapiler,
2. Bisa makan dengan baik merupakan salah satu tanda bahwa gigi kita
dalam kondisi baik, tak ada keluhan.
3. Gigi kuat tidak rapuh dan tidak goyang
4. Warna gusi terlihat merah muda dan cerah
5. Gusi mengikat kuat gigi dan tidak ada celah antar gusi
6. Mulut tidak berbau .
Jika anda memiliki indikasi tidak seperti di atas maka saatnya anda harus
periksa ke dokter gigi anda. Gejala sakit gigi kadang tidak bias diatasi
dengan mudah jadi kita harus pintar-pintar dalam menyikapinya yaitu
dengan memeriksakan gigi rutin dan merawat serajin mungkin.
Obat alami: Kondisi ini juga dapat diobati dengan berkumur kunyit atau air
garam.
2) Mastoiditis
3) Jerawat
Tidak hanya pada wajah, jerawat juga bisa terdapat di belakang telinga
yang membentuk bejolan kecil. Dalam istilah medis disebut papula dan
nodul kecil, yakni kulit yang menimbul berisi masa padat pada
permukaan kulit (sama persis dengan jerawat di wajah). Jerawat ini
disebabkan oleh perubahan hormonal (kadar androgen tinggi), infeksi
bakteri Staphylococcus, stres atau kecenderungan genetik. Ciri khas:
penampakannya sama persis dengan jerawat pada wajah, tidak ada
gangguan pendengaran. Pengobatan: Jerawat biasanya sembuh sendiri
seiring berjalannya waktu; Namun jika ada terus-menerus, maka bahan
kimia seperti retinoid atau benzoil peroksidase dapat diresepkan. Contoh
retinoid: Vitacid Pada kasus infeksi Staph, dapat digunakan antibiotik
ditambah penggunaan lotion dan krim antiseptik. Pada kasus
ketidakseimbangan hormon yang parah, terapi hormonal atau terapi anti-
androgenik dapat diresepkan oleh dokter.
4) Kista
5) Abses
Abses adalah kantung abnormal dalam tubuh yang berisi nanah.
Menimbulkan benjolan di belakang telinga apabila abses terbentuk di
bawah ulit sebagai akibat dari proses infeksi. Perbedaan utama antara
abses dan kista adalah bahwa abses penuh dengan nanah. Ciri khas:
Kulit bisa tampa normal atau kemerahan, benjolan di belakang telinga
teraba sangat lunak seperti meraba plastik berisi cairan. Pengobatan:
Insisi dan darinase yaitu menyayat kulit untuk memberikan jalan agar
nanah bisa keluar (Hanya bisa dilakukan oleh dokter).
6) Infeksi kulit
Ketika benjolan disebabkan oleh adanya infeksi kulit oleh bakteri,
maka akan terlihat permukaan kulit yang memerah dan meradang,
terkadang ditemukan pengelupasan kulit dan tentu saja terasa nyeri.
Beberapa faktor yang memudahkan terjadinya infeksi kulit antara lain
stres, perubahan iklim, masalah persarafan, dan kelelahan serta infeksi
bakteri atau jamur. Orang yang memiliki penyakit Parkinson, AIDS
atau epilepsi lebih mungkin untuk terkena dermatitis seboroik, yaitu
infeksi kulit yang disertai dengan penumpukan zat lilin berwarna
kekunigan pada kulit dan terasa gatal. Pengobatan: Lotion dan krim
topikal yang mengandung kortikosteroid seperti betametason dan
hidrokortison dapat diresepkan untuk mengurangi ketidaknyamanan
dan gatal-gatal. Agen antijamur seperti Ciclopirox dan ketoconazole
dapat diresepkan dalam kasus infeksi jamur. Salep antibiotik
digunakan untuk mengobati infeksi bakteri. Cobalah untuk menutupi
daerah yang terkena dengan berpakaian atau perban untuk
menghentikan menggaruk pada daerah yang sakit.
7) Tumor jinak
Tumor bisa muncul sebagai benjolan di belakang telinga yang tidak
terasa sakit, teraba lunak dan dapat digerakkan. Tumor bisa tumbuh
dari jaringan kelenjar ludah ke bagian belakang telinga. Jenis tumor
lainnya yaitu berasal dari tulang mastoid di belakang telinga, dan
dikenal sebagai kolesteatoma. Pada kolesteatoma ada struktur yang
merusak jaringan disekitarnya dan bisa terlihat seperti benjolan di
bawah kulit, yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran, keluar
cairan dari telinga dan pusing. Pengobatan: Pada tumor jinak tidak
harus segera diobati, biasanya tumor jinak dibuang untuk alasan
kosmetik. Kecuali apabila tumor menyebabkan rasa sakit, membatasi
gerakan rahang, dan mengganggu fungsi pendengaran, maka bisa
dilakukan prosedur pembedahan.
8) Kanker Pertumbuhan
kanker ganas (seperti kanker kelenjar ludah dan kanker kulit) bisa
terjadi di belakang telinga. Benjolan dari pertumbuhan ganas (kanker)
biasanya tanpa rasa sakit dan akan menjadi cepat besar dari waktu ke
waktu. Pengobatan : Pertumbuhan kanker dapat dihancurkan oleh
terapi radiasi, kemoterapi dan eksisi (operasi). Pilihan pengobatann
tersebut akan disesuaikan dengan tahap kanker dan jenisnya.
9) Lipoma
Lipoma adalah benjolan lemak yang terbentuk di antara lapisan kulit.
Ini dapat muncul di manapun pada tubuh dan hampir selalu tidak
berbahaya. Tergantung pada ukuran dan di bagian mana terbentuknya,
lipoma tidak selalu terlihat. Ciri Khas: Kulit tampak sehat, ada
benjolan dibawah kulit teraba lunak, tidak ada tanda peradangan
ataupun rasa sakit. Pengobatan: Bisa hilang sendiri, tidak berbahaya
Jika berukuran besar diperlukan pembedahan Pembedahan dilakukan
hanya karena alasan kosmetik.
a) Glandula parotis
Glandula parotis merupakan kelenjar ludah terbesar, berbentuk irreguler akan
tetapi dilihat dari permukaan lateralnya nampak berbentuk segitiga. Glandula
parotis terdapat dalam fossa yang pada bagian depan dibatasi oleh margo
posterior ramus mandibula dan musculus pterygoideus. Pada bagian belakang
fossa dibatasi oleh pars tympanica ossis temporalis, kartilago meatus austici,
margo anterior processus mastoidei, dan musculus sternocleidomastoideus.
Pada bagian medial, fossa dibatasi oleh processustyloideus, otot-otot
stylohyoideus dan styloglossus, arteri carotis interna dan vena juguaris interna.
Sedangkan pada bagian ventromedial, fossa dibatasi oleh venter posterior
musculi digastrici. Duktus parotideus Stenson dibentuk oleh duktus-duktus
yang berasal dari lobus-lobus glandula parotis. Duktus parotideus stenson
bermuara kedalam
vestibulum oris pada paila parotidea yang berhadapan dengan gigi Molar kedua
atas atau Molar pertama atas. Glandula parotis dibungkus oleh fascia yang
melekat erat pada permukaannya. Fascia ini dibentuk dari fascia colli
superficialis yang di daerah glandula parotis membelah untuk membungkus
kelenjar ini (fascia parotideomasseterica). Struktur yang terdapat dalam
substansi glandula parotis, antara lain: arteri carotis eksterna yang memasuki
dan meninggalkan glandula pada fasies profundanya, vena retromandibula
(vena facialis posterior), nervus facialis, nodi lymphatici parotidei. Perdarahan
glandula parotis berasal dari pembuluh darah yang melewatinya. Sedangkan
persarafan glandula parotis didapatkan dari nervus auriculotemporalis.
b) Glandula submandibularis
Glandula submandibularis besarnya kurang lebih setengah dari besar glandula
parotis dan memiliki bentuk oval, pipih, dan terletak dalam trigonum
submandibularis. Duktus submandibularis (duktus Whartoni) bermuara ke
cavum oris. Plika sublingualis adalah lipatan mukosa dasar kulit yang
ditonjolkan oleh duktus Whartoni bersama glandula sublingualis. Perdarahan
glandula submandibularis berasal dari cabang-cabang kecil arteri facialis dan
arteri submentalis.
c) Glandula sublingualis
Glandula sublingualis adalah kelenjar ludah besar yang terkecil yang memiliki
bentuk memanjang dan sempit. Glandula ini terletak di dasar mulut, pada otot
mylohyoideus antara otot geniohyoid, genioglossus, dan hyoglossus pada satu
sisi dan facies medialis corpus mandibula pada sisi lain. Pada mandibula
terletak pada fovea sublingualis. Glandula sublingualis tertutup langsung oleh
membran mukosa mulut dan menonjolkan mukosa membentuk plika
sublingualis. Glandula sublingualis memiliki perantara 5-20 duktus sempit dan
pendek (duktus sublingualis minor dari duktus Rivinus) yang bermuara kedalam
rongga mulut pada plika sublingualis. Kelompok lobus disebelah ventral
membentuk duktus yang lebih besar yaitu duktus sublingualis mayor yang
bermuara kedalam duktus Whartoni, dekat sebelum duktus terakhir ini bermuara
pada curunculae. Perdarahan glandula sublingualis berasal dari arteri
sublingualis cabang arteri lingualis.
Misalnya :
Pengaruh :
- Usia
- Aktivitas ( setelah olahraga = Saliva Menurun )
- Penyakit ( Diabetes Melitus, Diare)
- Post Terapi ( Penyakit Kanker )
Ciri khas: Permukaan kulit halus, benjolan dibawah kulit bisa tunggal
atau beberapa. Baca juga: Pembengkakan Kelenjar Getah Bening di Leher
Pengobatan: Oleh dokter: Antibiotik, obat anti-inflamasi, obat anti-parasit dan
obat penghilang rasa sakit akan diresepkan untuk menangani infeksi ini.
Obat alami: Kondisi ini juga dapat diobati dengan berkumur kunyit atau air
garam.
http://fokesehatann.blogspot.co.id/2015/03/6-kriteria-gigi-sehat.html
Wikipedia :