Anda di halaman 1dari 77

Diagnosis dan Etiologi

Maloklusi
drg. Diana Wibowo, Sp.Ort
Diagnosis Maloklusi
Tujuan Instruksional Umum :

Mahasiswa dapat memahami dan


mengetahui diagnostik maloklusi
secara umum
Tujuan Instruksional Khusus :

Mahasiswa dapat menjelaskan


dan menetapkan diagnostik
maloklusi (ortodontik) serta
menyusun rencana
perawatan maloklusi
Diagnosis
Diagnosis berasal dari kata
Yunani
Dia: melalui
Gnosis : ilmu pengetahuan
Diagnosis:
Penetapan suatu keadaan yang
menyimpang dari keadaan
normal melalui dasar pemikiran
dan pertimbangan ilmu
pengetahuan
Klasifikasi Diagnosis
Ortodontik
Salzmann
Diagnosis medis
Diagnosis penyimpangan dari
keadaan normal disebabkan suatu
penyakit yang membutuhkan
tindakan medis atau pengobatan
Diagnosis ortodontik
Diagnosis suatu kelainan atau
anomali oklusi gigi-geligi (bukan
penyakit) yang membutuhkan
tindakan rehabilitatif
Schwartz
Diagnosis biogenetik
Diagnosis terhadap kelainan
oklusi gigi-geligi (maloklusi)
berdasarkan atas faktor-faktor
genetik atau sifat-sifat yang
diturunkan (herediter).
Diagnosis sefalometrik
Diagnosis mengenai oklusi gigi-
geligi yang ditetapkan berdasarkan
data-data pemeriksaan dengan
pengukuran sefalogram
Diagnosis dental
Diagnosis berdasarkan atas
hubungan gigi-geligi hasil
pemeriksaan secara klinis atau
intraoral atau pemeriksaan pada
model studi.
Klasifikasi Maloklusi
Angle
Dewey
Lischer
Klasifikasi Maloklusi Menurut Angle

Klas I Angle: Bonjol mesiobukal


M1 RA terletak pada buccal
groove M1 RB
Klas II Angle: Bonjol mesibukal
M1 RA terletak pada ruangan
antara bonjol mesiobukal M1 dan
tepi distal bonjol gigi P2 RB
(distoklusi).
Klas II Divisi 1: anterior RA protrusi
Klas II Divisi 2: anterior RA retrusi
Klas III Angle: Bonjol
mesiobukal gigi M1 RA
beroklusi dengan bagian
distal M1 dan tepi mesial
Bonjol gigi M2 RB
(mesioklusi).
Modifikasi Dewey
Klas I Angle:
Tipe 1: Gigi anterior RA berjejal
Tipe 2: Insisif RA labioversi
Tipe 3: Anterior crossbite
Tipe 4: Posterior crossbite
Tipe 5: Mesial drift M1
Klas III Angle:
Tipe 1: Gigi anterior edge to edge saat
oklusi, tetapi RA RB normal jika tidak
beroklusi
Tipe 2: Insisif rahang berjejal
Tipe 3: Crossbite insisif RA dengan
lengkung RB
Modifikasi Lischer
Neutro occlusion = Klas I Angle
Disto occlusion = Klas II Angle
Mesio occlusion = Klas III Angle
Penentuan Diagnosis
PEMBUATAN LAPORAN

Melalui proses pemeriksaan


Pengumpulan data dan Analisis :
Analisis Umum
Identitas
Nama
Kelamin
Umur
Alamat
Keluhan utama
Analisis Lokal
Pemeriksaan Klinis:
Pemeriksaan objektif: Tipe profil, muka, kepala
Analisis Foto Muka
Analisis Model Studi
Perhitungan-Perhitungan
Diagnosis Sementara
Data Penunjang
1. Analisis Fotometri
2. Analisis Ronsenografi
3. Analisis Sefalometri
Diagnosis Final DIAGNOSIS
Analisis Etiologi Maloklusi
Prosedur Perawatan
Gambar Desain Alat
Prognosis
Diagnosis ditetapkan
berdasarkan atas :

Pemeriksaan klinis
Analisis model studi
Analisis fotografi
Analisis foto ronsen
Analisis sefalometri
Kapan kita bisa mulai
mendiagnosis ?

Saat pasien pertama masuk klinik :


dgn melihat muka pasien profil
wajah, bentuk muka, keadaan bibir
pasien dll

Melalui tahap- tahap penetapan


TENTATIVE DIAGNOSIS
DEFERENSIAL DIAGNOSIS
FINAL DIAGNOSIS
Tahap-tahap penetapan :
1. Identitas pasien :
2. Anamnesis dan Riwayat kasus
(Case History)
3. Pemeriksaan klinis
4. Analisis studi model
5. Analisis Foto muka (Analisis
fotografi)
6. Analisis Analisis Sefalometri
7. Foto Rontgen
CARA MENETAPKAN DIAGNOSIS
dengan kalimat pernyataan :
MALOKLUSI ANGLE KLAS
(nyatakan:)

1. RELASI MOLAR PERTAMA :


. - KLS I, II, III. DIVISI 1, 2.
SUBDIVISI.
. - TIPE DENTAL, SKELETAL DENTO
SKELETAL

2. MALRELASI GIGI-GIGI LAINNYA :


3. MALPOSISI GIGI-GIGI
INDIVIDUAL :
- LABIOLINGUAL, MESIODISTAL,
- ROTASI, VERTIKAL,TRANSVERSI,
- KOMBINASI

4. ABNORMALITAS LAINNYA :
- DIASTEMA, MEDIAN LINE,
MORFOLOGI,
SUPERNUMERARI, BAD HABIT
AKTIF, Dll.
1. PENENTUAN RELASI MOLAR
PERTAMA
KLAS I ANGLE

oTonjol Mesiobukal M1 atas


beroklusi dengan
cekung bukal M1 bawah
o Neutroklusi
PROFIL KLAS I ANGLE
KLAS II ANGLE

Tonjol mesiobukal M1 atas berada


lebih kemesial
dari posisi klas 1
Telah melewati puncak tonjol
mesiobukal M1 bawah
Gigi M1 bawah lebih ke distal :
PROFIL KLAS II ANGLE
DIVISI 1
DIVISI DAN SUB DIVISI
KLAS II ANGLE

DIVISI 1 : Gigi
anterior
Protrusif

DIVISI 2 : Gigi
anterior
retrusif
SUB DIVISI : Hanya
satu
KLAS III ANGLE

Tonjol mesiobukal M1 atas berada


lebih Ke distal
dari posisi klas 1
Telah melewati puncak tonjol
distobukal M1 bawah
PROFIL KLAS III ANGLE
Kelemahan klasifikasi angle
1. Hanya bidang antero posterior, tdk bisa
maloklusi pd bidang transversal dan
vertikal
2. Menggunakan molar pertama permanen
yang dianggap tetap pada rahang,
padahal tidak demikian.
3. Tidak bisa dipakai bila gigi molar pertama
tidak ada
4. Tidak bisa dipakai pada gigi desidui
5. Tidak membedakan maloklusi dental atau
skeletal
6. Klasifikasi tidak langsung menyebutkan
PENENTUAN TIPE
MALOKLUSI :

Pemeriksaan klinis
Analisis model studi atau model
ganatostatik
Analisis fotografi (foto profil)
Analisis sefalometri
MACAM-MACAM TIPE
MALOKLUSI

KLAS I : Tipe dental, Skeletal


dento-skeletal.

KLAS II : Tipe dental, Skeletal


dento-skeletal.

KLAS III: Tipe dental, Skeletal


dento-skeletal.
PENENTUAN TIPE
MALOKLUSI

TIPE DENTAL

TIPE SKELETAL

TIPE DENTO
SKELETAL
2. MALRELASI GIGI-GIGI
LAINNYA
Pengamatan pada model studi :
Relasi antero posterior :
mesioklusi, distoklusi
overjet, crossbite anterior
Relasi lateral :
cup to cup bite, crossbite, scissor bite
pergeseran median line
Relasi Vertikal :
supraklusi, infraklusi
open bite, edge to edge bite,
shallowbite,deep over bite
3. MALPOSISI GIGI-GIGI
INDIVIDUAL

engamatan pada model studi RA dan RB :


o linguo/palatoversi,
labioversi
o mesioversi. distoversi
o supraversi, infraversi
o rotasi
o aksiversi
4. ABNORMALITAS
LAINNYA

DIASTEMA
AGENESE
MORFOLOGI
IMPAKSI
MEDIAN LINE
SUPERNUMERARI
CONTOH DIAGNOSIS
SEORANG PASIEN PEREMPUAN ,(20 TAHUN)
DIDIAGNOSIS MENDERITA :
1. MALOKLUSI ANGLE KLAS II, DIVISI
1,SUBDIVISI, TIPE DENTOSKELETAL,
dengan :
2. MALRELASI GIGI-GIGI SBB :
OPEN BITE : gigi 11,12,,21,22,,32,,4142,
Cross bite : gigi 13,23
3. MALPOSISI GIGI INDIVIDUAL
Labioversi : gigi 21,22,41,42
Linguoversi : gigi 31,33
Mesiolinguoversi : gigi 32
4. DISERTAI DENGAN :
MEDIAN LINE RAHANG BAWAH BERGESER KE
KANAN 2,5 MM
Alur Hubungan Pemeriksaan dan
Perawatan Ortodontik
ANALISIS MUKA , RAHANG DAN GIGI
UNTUK MENETAPKAN DIAGNOSIS
ANALISIS SKELETODENTOFASIAL
Dilakukan dengan mengamati :
o RAHANG : Maksila dan Mandibula
o LENGKUNG GIGI : Atas dan Bawah
o GIGI-GIGI INDIVIDUAL : Atas dan Bawah
o PROFIL MUKA : Dari samping
Dari tiga dimensi :
o Relasi Antoroposterior
o Relasi lateral
o Relasi vertikal
(ANALISIS 3D SIMON)
METODE ANALISIS 3D SIMON

PENGAMATAN
DILAKUKAN DARI
ARAH :

LATERAL :
o Variasi ant-post
o Variasi vertikal

FRONTAL:
o Variasi lateral
o Variasi Vertikal
ANALISIS SKELETAL
MACAM-MACAM RELASI RAHANG

SKELETAL KLAS I (ORTOGNATIK)

SKELETAL KLAS II
(RETROGNATIK)

SKELETAL KLAS III (PROGNATIK)


SKELETAL KLAS I
(ORTOGNATIK)
SKELETAL KLAS II
(RETROGNATIK)
SKELETAL KLAS III
(PROGNATIK)
BENTUK VARIASI
LAINNYA

PROGNATIK BIMAKSILAR

RETROGNATIK BIMAKSILAR
PROGNATIK
BIMAKSILAR
RETROGNATIK BIMAKSILAR
ANALISIS TULANG RAHANG
(SKELETAL ANALYSIS)

POSISI MAKSILA BASIS


KRANIUM

POSISI MANDIBULA BASIS


KRANIUM

RELASI MADIBULA - MAKSILA


ANALISIS SKELETAL
SIMON
Pengamatan secara
klinis dan pada
model studi :
Pada relasi skeletal
normal bidang
orbital
pasien melewati :
Sepertiga distal
permukaan labial
gigi kaninus atas
yang posisinya
normal
Interdental gigi
Pengamatan secara klinis dengan
menggunakan referensi
bidang orbital (garis Simon)
ANALISIS LENGKUNG GIGI
(DENTAL ARCH ANALYSIS)
POSISI LENGKUNG GIGI ATAS
TERHADAP LENGKUNG BASAL
POSISI LENGKUNG GIGI BAWAH
TERHADAP
LENGKUNG BASAL
RELASI LENGKUNG GIGI BAWAH
TERHADAP
LENGKUNG GIGI ATAS
1. METODE PONT

Prediktor : lebar
mesiodistal
11,12,21,22
LEBAR INTER P1
LEBAR INTER M1

NORMAL
Utk mengetahui DISTRAKSI
pertumbuhan dan KONTRAKSI
perkembangan ke arah
lateral di regio
interpremolar pertama
dan intermolar pertama
2. METODE KORKHAOS
Untuk mengetahui
tinggi lengkung gigi
yang ideal untuk
pasien
Prediktor : lebar
mesiodistal
11,12,21,22
ANALISIS ANT-POST THD
LENGKUNG GIGI
LENGKUNG BASAL DAN
INKLINASI GIGI ANTERIOR
TINGGI LENGKUNG GIGI
TINGGI LENGKUNG
BASAL o Normal
o Protraksi
o Retraksi
3. METODE HOWES
Untuk mengetahui lebar
lengkung gigi dan basal
basis alveolaris
Prediktor : lebar mesiodistal
Gigi-gigi dari M1-M1

ANALISIS LATERAL THD


LENGKUNG GIGI, LENGKUNG
BASAL DAN
INKLINASI
INKLINASIGIGI POSTERIOR
GIGI
PREMOLAR
Konvergen
Divergen
Normal
ANALISIS MALPOSISI GIGI
INDIVIDUAL

Menentukan penyimpangan
posisi gigi secara individual
terhadap garis oklusi
Arah Penyimpangan :
Mesiodistal :
Mesioversi
Distoversi
Labiolingual:
Labioversi
Palatoversi
Linguoversi
Rotasi :
Mesiolabio torsiversi
Distoliabiotorsiversi
Transversi
Aksiversi
Kombinasi
ANALISIS PROFIL
JARINGAN LUNAK
Variasi Profil Swarch
Kecembungan Muka
Tinggi Muka
Lebar Muka
Lebar Kepala
Tipe Kepala
Dengan jangka bentang (spreading caliper) ukurlah :
Panjang kepala (jarak Glabella Occipital) :___________mm
Lebar kepala (jarak horisontal terlebar antara puncak
Supramastoidea dan Zygomatik kanan dan kiri)
:____________mm

Indeks kepala : Lebar kepala maksimum X 100


Panjang kepala maksimum

Kesimpulan : Indeks Bentuk Kepala


74,9 dolikosefali
75,0 -- 79,9 mesosefali
80,0 brakisefali
Dengan jangka sorong (sliding caliper) ukurlah :
Panjang muka (jarak vertikal Nasion Gnathion) :____________mm
Dengan jangka sorong ( spreading caliper ), ukurlah :
Lebar muka ( jarak antara zygomatik kanan dan kiri ) :____________mm

Indeks muka : Tinggi muka (jarak vertikal Gn-Na) X 100 :


Lebar bizygomatik

Kesimpu Indeks Bentuk Muka


lan
X -- 79,9 hiper
euriprosop
80,0 -- 84,9 euriprosop
85,0 -- 89.9 mesoprosop
90,0 -- 94,9 leptoprosop
95,0 -- Y hiperleptopros
op
Profil Wajah
Pemeriksaan profil muka mengetahui maloklusi
pasien berpengaruh terhadap penampilan wajah pasien.
Pasien duduk tegak
pandangan lurus ke depan sejajar lantai
amati profil muka pasien dari samping tegak lurus bidang
sagital.
Amati titik titik : Glabela ( G ), Bibir atas ( Ulc ), Bibir bawah (
Llc ), Pogonion ( Pog ).

Garis G Ulc dan Llc Pog


membentuk Profil muka cembung
atau Profil muka lurus
atau Profil muka cekung
Etiologi Maloklusi
Suatu maloklusi ditimbulkan oleh
beberapa faktor yang saling
berhubungan.
Faktor penyebab maloklusi
mempunyai hubungan erat
dengan faktor-faktor:
Keturunan
Pertumbuhan dan perkembangan
Fungsi, dan
Lingkungan
Etiologi maloklusi
dikelompokkan berdasarkan:
Mula terjadinya maloklusi
Langsung atau tidak
langsungnya menimbulkan
maloklusi
Berdasarkan Mula Terjadinya
Maloklusi

Prenatal Postnatal
Genetik Pertumbuhan dan
Diferensiasi perkembangan
Fungsi
Kongenital
Lingkungan
Berdasarkan Langsung atau tidak
langsungnya menimbulkan maloklusi
Golongan yang tidak langsung
Sebab yang tidak diketahui
Gangguan keseimbangan kelenjar
endokrin
Gangguan metabolisme
Adanya penyakit-penyakit
Adanya kelainan sebelum lahir
Adanya cacad kongenital
Faktor genetik (keturunan)
Golongan yang langsung
Agenesis
Supernumerary teeth
Transposed teeth
Bentuk gigi yang tidak normal
Frenulum labii yang tidak
normal
Tekanan intra-uterin
Tekanan otot sekitar mulut
yang tidak normal
Premature loss
Erupsi gigi yang terlambat
Persistensi gigi sulung
Tanggalnya gigi tetap
Bentuk restorasi yang kurang baik
Gigi yang impaksi
Defisiensi tulang alveolar
Kista/abses
Urutan erupsi yang tidak normal
Kebiasaan Buruk
Mengisap jari
Bernafas melalui
mulut
Cara menelan yang
salah
Mengisap Jari
Kebiasaan ini timbul pada usia 1-2
tahun
Saat anak masih menyusui
Kebiasaan ini tidak menyebabkan
maloklusi bila dihilangkan sebelum
anak berusia 4-5 tahun
Menghilangkan dengan cara:
Beri bahan pahit pada ibu jari
Bungkus ibu jari dengan kain atau kasa
Akibat mengisap jari
Bernafas Melalui Mulut
Bila anak memiliki kelainan jalan nafas melalui
hidung
Polip dalam hidung
Deviasi septum rongga mulut
Amandel
Menyebabkan:
Otot mulut menjadi tidak normal
Bibir atas dan bawah hipotonus
Perkembangan sinus terlambat
Palatum menjadi dalam
Perkembangan sinus terlambat/sempit
Cara Menelan yang Salah
Normal:
Lidah diletakkan pada palatum yang kemudian
didorong ke posterior untuk mendorong bolus
makanan masuk ke pharynx
Salah:
Lidah mendorong ke anterior
Diatasi dengan:
Melakukan latihan:
Lekatkan suatu bulatan atau benda pada palatum sebelah
posterior
Lidah ditarik hingga mengenai benda ini
Pembuatan alat ortodonti berupa band
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai