Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

Kata periodontium berasal dari bahasa Latin, yaitu peri-, yang berarti sekeliling, dan

-odons, yang artinya gigi.Sehingga periodontium berarti sekeliling gigi atau, jaringan yang

mengelilingi dan mendukung gigi.Jaringan tersebut adalah gingiva, sementum, ligament

periodontal, dan tulang alveolar (Dorland, 2012).

Gingiva pada anak-anak tampak lebih merah, vaskularisasi lebih banyak dan flabby, tidak

banyak ditemukan stippling, sedangkan ligament periodontal pada anak lebih lebar dan

mengandung lebih sedikit fiber.Tulang alveolar pada anak memiliki sedikit trabekula dan

kalsifikasi, namun memiliki lebih banyak ruang sumsum dan supply pembuluh darah yang besar.

(Hayat Al-Ghutaimel et al.2014).

Inflamasi gingiva atau gingivitis merupakan kelainan periodontal yang sering dan umum

terjadi anak dan dewasa muda.Keadaan ini disebabkan oleh bakteri plak dan dihubungkan

dengan respon host, kelainan gingiva ini juga dipengaruhi berbagai faktor penyebab termasuk

kondisi sistemik pasien.Insidensi dan tingkat keparahannya meningkat dari anak-anak ke dewasa

muda. Mencapai puncak prevalensi 80% yaitu pada anak umur 11 sampai 13 tahun.(Carranza,

2012).

Gingivitis kronis merupakan suatu penyakit gusi yang timbul secara perlahan-lahan

dalam waktu yang lama.Rasa sakit atau nyeri jarang dirasakan, sehingga hal ini menjadi alasan

utama gingivitis kronis kurang mendapatkan perhatian.Apabila dibiarkan tanpa perawatan yang

1
baik dan benar, maka dapat berlanjut menjadi periodontitis.Rasa sakit merupakan salah satu

simptom yang membedakan antara gingivitis kronis dan gingivitis akut (Carranza, 2012).

Tujuan penulisan makalah ini untuk memberikan pengetahuan secara mendasar tentang

pathogenesis, manifestasi klinisdan penanggulangan gingivitis kronis dan gingivitis pada

penyakit sistemik pada anak-anak dan remaja.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PERODONTIUM

Karakteristik dari jaringan periodontium berubah seiring dengan pertumbuhan dan

perkembangan anak.

1. Warna Gingiva :jumlah pembuluh darah dan jaringan ikat di gingiva berubah seiring

bertambahnya usia. Pembuluh darah menurun seiring bertambahnya usia. Oleh karena

itu warna normal jaringan gingiva berubah dari merah muda (usia muda) menjadi gelap

pink (usia lebih tua), karena melanosit, yang bertanggung jawab atas produksi melanin,

biasanya hadir dalam epitelium oral pada anak dan dewasa muda.

Gambar 1.Anatomi landmark dari gingiva (Carranza, 2012)

2. Stippling :Permukaan seperti kulit jeruk, mulai terlihat antara usia 2 dan 3 tahun.

3
3. Lebar gingiva cekat : lebih lebar pada anak – anak dibandingkan orang dewasa, Pelebaran

ini bukan merupakan proses linear. Lebar gusi cekat pada gigi tetap muda yang baru

tumbuh lebih sempit dibandingkan gigi susu dan membutuhkan 5 sampai 8 tahun

sebelum gusi cekat gigi permanen mencapai lebar gusi cekat gigi susu.

2.2DEFINISI GINGIVITIS

Gingivitis didefinisikan sebagai perubahan patologis pada gingiva yang dihubungkan

dengan adanya sejumlah mikroorganisme dalam rongga mulut.Mikroorganisme tersebut melekat

pada plak gigi dan merupakan penyebab utama terjadinya gingivitis. Mikroorganisme tersebut

menghasilkan enzim, antigen, toksin yang dapat mengaktivasi sel makrofag an sel T pada

vakularisasi sel epitel gingiva (Srivastava, 2011).

2.3 ETIOLOGI DAN EPIDEMIOLOGI

Penyebab utama dari gingivitis adalah bakeri pada plak gigi (Carranza, 2012). Plak gigi

atau dental plaque adalah deposit lunak berwarna putih kekuningan yang melekat pada

permukaan gigi atau permukaan keras lainnya pada rongga mulut.

Etiologi gingivitis tidak berdiri sendiri, terdiri dari beberapa faktor, yaitu initial factor,

predisposing factor, aggrevating factor dan perpetuating factor.Initial factor terdiri dari plak dan

bakteri. Predisposing factor terdiri dari kalkulus, tambalan overhang, dan alat ortodontik.

Modifying faktor terdiri dari kebiasaan buruk seperti bernapas melalui mulut, bruxism, dsb.

Aggrevating factor terdiri dari penyakit sistemik seperti malnutrisi, defisiensi vitamin C,

leukemia, dan obat – obatan seperti Phenytoin, Cyclosporin, Nifedipin.Perpetuating faktor

seperti oral hygiene yang buruk.Namun faktor utamanya atau penyebab utama dari gingivitis

adalah bakteri plak.

4
Pada dewasa muda gingivitis marginalis merupakan gingivitis yang sering muncul.

Peneliti mengemukakan bahwa 2-34% gingivitis terjadi ada anak usia 2 tahun dan 18-38% pada

anak usia 3 tahun.Gingivitis pada anak biasanya tidak separah pada orang dewasa, walaupun

dengan jumlah bakteri dan nilai plak yang sama. Pada anak usia pra sekolah jarang menjadi

periodontitis dikarenakan faktor imunologi dan mikrobiologi dibandingkan orang dewasa

(Srivastava, 2011)

2.4 TAHAPAN TERJADINYA GINGIVITIS

Tahapan terjadinya gingivitis secara berurutan dilihat dari keadaan klinis dikategorikan

ke dalam intial, early, dan established stage(Carranza,2012).

A. Tahap I Gingivitis : Initial Lesion

Manifestasi pertama dari inflamasi gingiva adalah perubahan vaskular yang meliputi

dilatasi kapiler dan peningkatan aliran darah. Perubahan inflamasi tahap awal terjadi pada respon

terhadap aktivasi mikroba dari leukosit dan stimulasi yang akan datang dari sel endotelial. Secara

klinis, respon awal gingiva terhadap akumulasi plak tidak terlihat. Perubahan yang tidak nampak

dapat juga dideteksi padajunctional epitheliumdan jaringan penghubung perivaskular pada tahap

awal ini. Sebagai contoh, matriks jaringan perivaskular mengalami perubahan dan terdapat

eksudat dan endapan dari serabut pada daerah yang terinfeksi. Dan juga leukosit segera mulai

terakumulasi. Peningkatan migrasi leukosit dan akumulasinya di dalam sulkus gingiva

kemungkinan berhubungan dengan peningkatan aliran cairan gingiva ke dalam sulkus(gambar 2)

(Carranza,2012).

5
Gambar 2. Tahapan II gingivitis: early lesion (Lindhe, 2003)

B. Tahap II Gingivitis : Early Lesion

Tahap ini berkembang secara perlahan dari initial lesion selama 1 minggu setelah

akumulasi plak dimulai. Secara klinis, tahap ini mungkin muncul sebagai gingivitis awal, tahap

ini memiliki persamaan dan berkembang secara perlahan dari initial lesion. Seiring berjalannya

waktu, tanda klinis seperti eritema akan muncul serta adanya perdarahan pada saat dilakukan

probing. Aliran cairan gingival dan jumlah transmigrasi leukosit mencapai maksimum antara 6

dan 12 hari setelah permulaan dari gingivitis klinis (Carranza,2012).

C. Tahap III Gingivitis : Established Lesion

Perkembangan tahap ini ditandai dengan lebih dominannya sel plasma dan limfosit B dan

kemungkinan menjadi penghubung dengan pembentukan poket gingiva kecil. Pada gingivitis

kronis, yang terjadi 2 sampai 3 minggu setelah akumulasi plak pertama, pembuluh darah menjadi

padat, vena jadi melemah, dan aliran darah menjadi lambat (gambar 2.3). Hasilnya adalah terjadi

6
anoxemia gingiva, yang memberi warna kebiruan pada gingiva. Established lesion dapat

dijelaskan sebagai inflamasi gingiva moderate atau berat (Carranza,2012).

Gambar 3.Established gingivitis danPeriodontitis (Lindhe, 2003)

D. Tahap IV Gingivitis : Advanced Lesion

Terjadi kerusakan pada jaringan periodontal (gambar 2.4)

Gambar 4. Tahapan gingivitis (Carranza,2012)

7
2.5 KLASIFIKASI PENYAKIT GINGIVA

Berdasarkan durasi nya gingivitis dibagi menjadi :

1. Gingivitis akut : memiliki onset yang tiba – tiba dan durasi yang pendek namun sakit.

Yang termasuk dalam gingivitis akut antara lain abses gingiva dan Acute Necrotizing

Ulcerative Gingivitis (ANUG).

2. Gingivitis kronis : memiliki onset yang lambat, durasi yang panjang, tidak sakit kecuali

terdapat komplikasi eksaserbasi akut atau subakut. Merupakan bentuk yag umum dari

gingivitis.

Berdasarkan distribusinya, gingivitis dibagi menjadi :

1. Gingivitis lokalisata : gingivitis yang mengenai gingiva dari satu atau beberapa gigi.

2. Gingivitis generalisata : melibatkan selurh mulut.

3. Papiliary gingivitis : melibatkan interdental papil dan sering meluas ke margin gingiva

yang dekat.

4. Gingivitis difus : mengenai margin gingiva, gingiva cekat dan interdental papil.

Klasifikasi terbaru penyakit dan kondisi yang mempengaruhi jaringan periodontium , sesuai

konsensus international pada International Workshop for The Classification of The Periodontal

Disease, 1999 oleh American Academy of Periodontology (Carranza, 2012)

8
Dental Plaque–Induced Gingival Diseases 1. Primary herpetic gingivostomatitis/APHG
These diseases may occur on a periodontium 2. Recurrent oral herpes
with no attachment loss or with attachment 3. Varicella zoster
loss that is stable and not progressing. B. Other
I. Gingivitis associated with dental plaque III. Gingival diseases of fungal origin
only A. Candida species infections: generalized
A. Without local contributing factors gingival candidiasis
B. With local contributing factors (see Box B. Linear gingival erythema
4-4) C. Histoplasmosis
II. Gingival diseases modified by systemic D. Other
factors IV. Gingival lesions of genetic origin
A. Associated with endocrine system A. Hereditary gingival fibromatosis
1. Puberty-associated gingivitis B. Other
2. Menstrual cycle–associated gingivitis V. Gingival manifestations of systemic
3. Pregnancy associated conditions
a. Gingivitis A. Mucocutaneous lesions
b. Pyogenic granuloma 1. Lichen planus
4. Diabetes mellitus–associated gingivitis 2. Pemphigoid
B. Associated with blood dyscrasias 3. Pemphigus vulgaris
1. Leukemia-associated gingivitis 4. Erythema multiforme
2. Other 5. Lupus erythematosus
III. Gingival diseases modified by 6. Drug induced
medications 7. Other
A. Drug-influenced gingival diseases B. Allergic reactions
1. Drug-influenced gingival enlargements 1. Dental restorative materials
2. Drug-influenced gingivitis a. Mercury
a. Oral contraceptive–associated gingivitis b. Nickel
b. Other c. Acrylic
IV. Gingival diseases modified by d. Other
malnutrition 2. Reactions attributable to:
A. Ascorbic acid deficiency gingivitis a. Toothpastes or dentifrices
B. Other b. Mouth rinses or mouthwashes
c. Chewing gum additives
Non–Plaque-Induced Gingival Lesions d. Foods and additives
I. Gingival diseases of specific bacterial 3. Other
origin VI. Traumatic lesions (factitious,
A. Neisseria gonorrhoeae iatrogenic, or accidental)
B. Treponema pallidum A. Chemical injury
C. Streptococcus species B. Physical injury
D. Other C. Thermal injury
II. Gingival diseases of viral origin VII. Foreign body reactions
A. Herpesvirus infections

9
BAB III

GINGIVITIS KRONIS DAN GINGIVITIS PENYAKIT SISTEMIK

3.1 Gingivitis Kronis

Gingivitis kronis pada anak atau dewasa muda biasanya terhenti saat tahap awal dari

penyakit , hal ini dikarenakan sel T-lymfositsecara histologi mudah menerobos lesi atau jaringan

lnak, sedangkan pada gingivitis kronis orang dewasa secara histologi di terobos oleh plasma sel

dan sel limfosit B (Srivastava, 2011).

Mikroorganisme yang menyebabkan penyakit periodontal muncul segera setelah erupsi

gigi lengkap pada anak – anak. Pembentukan antibodi terhadap mikroorganisme ini mengikuti

bentuk koloni bakteri, sebagaimana tubuh mengenal antigen, yang diproduksi secara

pathogen.Sehingga gejala klinis respon tubuh terhadap bakteri tertunda.

Tujuan dari perawatan gingivitis pada rentang usia ini adalah untuk menunjukkan pentingnya

kesehatan periodontal sejak dini. Sehingga kebiasaan menjaga kesehatan mulut terbawa sampai

usia dewasa. Berikut adalah beberapa tipe gingivitis yang muncul pada usiamuda :

1. Gingivitis eruptiva

2. Gingivitis yang berhubungan dengan kesehatan gigi yang buruk

3. Gingivitis alergi

4. Gingivitis marginalis kronis

5. Gingivitis artefacta

6. Resesi gingiva lokal

7. Hiperplasia gingiva yang berhubungan dengan terapi obat.

10
3.2 Gingivitis Eruptiva

Tipe gingivitis ini berhubungan dengan erupsi gigi yang sulit dan biasanya hilang setelah

gigi tumbuh. Insidensi gingivitis anak sering muncul pada anak usia 6-7 tahun yaitu rentang usia

gigi permanen pertama erupsi. Insidensi tertinggi dari gingivitis eruptiva biasanya muncul karena

margin gingiva tidak mendapatkan perlindungan dari kontur mahkota selama fase inisial dari

proses erupsi gigi dan penumpukan makanan terus menerus pada gingiva, sehingga

menyebabkan reaksi inflamasi.

Gingivitis eruptiva umumnya berhubungan dengan erupsi gigi molar permanen pertama

dan kedua.Kondisi ini biasanya menyebabkan rasa sakit dan dapat meningkat menjadi

pericoronitis dan abses pericoronal.

Perawatan

 Untuk gingivitis eruptiva ringan disarankan untuk meningkatkan kebersihan rongga

mulut

 Gingivitis erupsi disertai rasa nyeri, dibutuhkan irigasi menggunakan cairan cholhexidine

atau H2O2 6% dan antibiotic, obat – obatan anti inflamasi

Gambar 5. Gingivitis Eruptiva disertai gingivitis marginalis kronis yang parah karena oral

hygiene yang buruk (Carranza, 2012)

11
3.3 Gingivitis Pubertas

Insidensi dari gingivitis pada tepi gingiva meningkat pada anak yang mulai beranjak

dewasa, puncak pertumbuhan pada anak adalah usia 9 sampai 14 tahun, kemudian

menurun drastic setelah periode pubertas. Manifestasi gingivitis pubertas yang paling

sering terjadi adalah pendarahan dan peradangan di daerah interproksimal.Pembesaran

gingiva juga dicatat terjadi pada anak laki – laki dan perempuan dan keduanya terjadi

pada periode pubertas.

Gambar 6.Gingivitis pubertasdisertai peradangan dan pembesaran gusi dikarenakan oral hygiene

yang buruk dan pengaruh hormonal (Carranza, 2012).

Respons gingiva yang berubah selama tahap perkembangan ini dianggap sebagai hasil

perubahan hormonal yang memperbesar respon vaskular dan inflamasi terhadap plak gigi dan

merupakan modifikasi reaksi mikroba plak gigi (Carranza, 2012)

3.4Gingivitis alergi

Matsson et al mengemukakan penambahan reaksi inflamasi ditemukan pada anak dengan

alergi selama musim bunga. Matsson juga mengemukakan pasien dengan alergi kompleks yang

12
memiliki gejala untuk waktu yang lama, secara signifikan memperlihatkan perubahan jaringan

periodontal (Srivastava, 2011)

Perawatan :

 Obat antihistamin

 Meningkatkan oral hygiene

 Obat anti inflamasi

Pencegahan : Menjauhkan anak – anak dari allergen.

Gambar 7. Pasien riwayat bernafas melalui mulut dengan rhinitis alergika (Carranza, 2012)

3.5Gingivitis artefacta

Merupakan jenis gingivitis yang terjadi karena perbuatan anak itu sendiri, umumnya

muncul pada margin gusi dan papilla.Biasanya timbul karena trauma misalnya gusi terkena jari

kuku.Lesi ini dapat berupa stippling yang terlokalisir dari gusi atau luka di margin gusi.

Diagnosis gingivitis artefacta dapat ditegakkan melalui tanya jawab dengan pasien anak dengan

13
melihat area yang terasa sakit, biasanya anak langsung menunjukkan lesi atau regio yang sakit

tersebut.

Perawatan :

 Pemeriksaan menyeluruh dari daerah yang mengalami iritasi dan melakukan perawatan ,

bila diperlukan

 Menginformasikan anak dan orang tua bahwa jari anak adalah penyebab rasa sakit dan

berusaha untuk mendapatkan kerja sama dalam menghentikan kebiasaan atau

menempatkan sepotong perban perekat pada jari sebagai penanda.

3.6Gingivitis Marginalis Kronis

Penyakit ini ditandai dengan peradangan margin gusi tanpa kehilangan tulang alveolar

atau jaringan ikat. Hal ini biasanya berhubungan dengan erupsi gigi susu dan permanen.

Biasanya hilang secara spontan.Sebagian besar radang gusi kronis pada anak-anak dikaitkan

dengan plak dan iritan seperti tepi gigi karies yang kasar, tambalan overhang, dll.Prevalensi

gingivitis kronis meningkat saat pubertas dan kehamilan terkait dengan permulaansekresi

hormone seks.

Perawatan :

 Memberikan profilaksis oral, intruksi dan prosedur kesehatan gigi dan mulut, anjuran diet

 Menghilangkan faktor iritan local contohnya : melakukan penambalan gigi yang karies,

menghaluskan restorasi yang overhang.

3.7Resesi gingiva lokal

14
Regio yang paling sering terkena lesi gingiva lokal pada anak – anak adalah gigi insisive

permanen rahang bawah. Kondisi ini juga biasa dikenal dengan namaStillman’s cleft. Gigi yang

terpapar biasanya lebih cenderung ke labial dari lengkung gigi dibandingkan gigi insisive lain.

Sehingga pada sisi labial tidak terdapat atau hanya sedikit dukungan tulang alveolarnya.

Faktor penyebab utama dari resesi gingiva lokal adalah trauma oklusal yang berhubungan

dengandeep bite atau cross bite (anterior). Faktor lain yang menyebabkan resesi gingiva lokal

adalah frenulum labial yang tinggi ke tepi free gingiva, yang dapat menarik keluar margin

gingiva jauh dari gigi saat pergerakan normal dari bibir.

Tipe dari resesi gingiva :

 Pseudogingival recession

 True gingival recession

Pseudogingival recession : Jarang terjadi, margin gusi memiliki gambaran resesi seperti

bentuk kountur yang tidak teratur yang disebabkan oleh peradangan dari interdental papil.Margin

gingiva berada di koronal dari CEJ.Tipe resesi ini disebut pseudorecession.

True gingival recession:adalah kondisi dimana margin gingiva turun ke apikal melewati CEJ.

Derajat keparahan dari true gingival recession tidak memiliki ciri klinis yang signifikan sampai

terjadi penumpukan plak dan memperlihatkan permukaan akar.

15
Gambar 8. True gingival recession pada gigi anterior (Satheesh, 2017)

Perawatan :

 Anjuran oral hygiene

 Membuat model studi dan melakukan perekaman / fotografi dari kondisi resesi

 Bila pseudogingival recession terjadi maka dilakukan recal pemeriksaan berkala tiap 6

bulan

 Pada kasus true gingival recession, biasanya dibutuhkan bedah periodontal

 Pada gigi ektopik atau yang mengalami traumatik oklusi, disarankan untuk dilakukan

perawatan orthodonti (Srivastava, 2011)

3.8Perubahan Gingiva Berhubungan dengan Pemakaian Alat Orthodonti / Gingival

Changes Related to Orthodontic Appliances.

Pembesaran gingiva pada anak – anak juga dapat terjadi karena penggunaan alat orthdonti, yang

seringkali menyulitkan proses pembuangan plak. Perubahan gingiva dapat terjadi satu sampai

dua bulan setelah pemasangan alat orthodonti, bersifat sementara, dan jarang menyebabkan

kerusakan jaringan dalam waktu yang lama. Fakta bahwa kebanayakan perawatan orthodonti

16
dilakukan pada usia pubertal maka perubahan gingiva yang terjadi biasnaya berhubungan dengan

gingivitis pubertas (Carranza, 2012)

Gambar 9.Gingivitis kronik marginalis Chronic pada perawatan orthodonti dengan OH buruk

(Carranza,2012)

3.9Hiperplasia gingiva yang berhubungan dengan terapi obat (Phenytoin)

Hiperplasia gingiva sering terlihat pada anak-anak yang menderita epilepsi dan

menkonsumsi fenitoin.Prevalensi penyakit berkisar antara36 sampai 67 persen (Livingston, et al

1969). Saat ini,Phenytoin gingival hyperplasia dikenal sebagai Phenytoin induced gingival over

growth. Mulai berkembangdalam duasampai tiga minggu penggunaan obat dan

mencapaipertumbuhan maksimum pada 18 sampai 24 bulan.Mulanya,berkembang sebagai

pembesaran yang tidak menyakitkan di area interproksimal gingiva.Permukaan anterior dan

bukal lebih sering terkena daripada sisi posterior dan lingual.Gingiva tampak berwarna merah

muda, tegas dan tidak mudah berdarah saat probing, sampai menjadi infeksi sekunder atau

pembengkakan.

Hiperplasia gingiva yang berhubungan dengan terapi obat membentuk pseudo pocket dan

membengkak menutupi mahkota gigi. Tingkat perlekatan epitel biasanya tetap ada

konstan.Dalam beberapa kasus seluruh permukaan oklusal menjadi tertutupi.

Masalah yang timbul berhubungan dengan hiperplasia gingiva karena terapi obat :

17
• Kesulitan dalam pengunyahan

• Penampilan yang kurang menarik

• Gangguan bicara

• Erupsi gigi tertunda

• Trauma jaringan

• Memicu radang sekunder

Perawatan :

1. Bila kurang dari sepertiga mahkota klinis tertutup, berikan instruksi pada anak dan

orang tua tentang metode pengendalian plak yang tepat dan efisien, juga saran

penggunaanchlorhexidine 0,2 persen obat kumur 10 ml / 12 jam.

2. Bila 1/3 sampai 2/3 mahkota klinis tertutupi; perawatan di rumah dengan alat irigasi

dan obat kumur antiplak. Namun Jika pertumbuhannya tidak terkendali,konsultasi

dengan dokter mengenaikemungkinan menggunakan obat anti-konvulsan.

3. Bila lebih dari 2/3 mahkota klinis tertutup dan tidak menanggapi instruksioral

hygiene maka tindakan operasi pembuangan jaringan diperlukan (dengan pisau

periodontal, electo surgery, LASER, dan operasi flap).

Keunggulan dari electrosurgery :

 Waktu singkat, kehilangan darah sedikit

 Meningkatkan visibilitas dari area operasi dan memungkinkan kontrol untuk area

yang terbatas.

18
 Metode ini self sterilizing dan tidak membutuhkan periodontal pack

Kerugian dari electrosurgery :

 Kontraindikasi untuk pasien dengan pacemaker jantung

 Bau jaringan yang terbakar

 Penyembuhan lambat dan potensi kegagalan saat aplikasi yang dapat

menimbulkan hilangnya jaringan lunak dan tulang.

Keunggulan dari laser surgery :

 Sedikit perdarahan dan menyediakan daerah kerja yang kering dan visibilitas

lebih baik

 Sterilisasi dari area operasi

 Cepat sembuh

 Cepat

 Mengurangi rasa tidak nyaman pasca operasi

Kerugian dari laser surgery :

 Mahal dan alat besar

 Pasien perlu rawat inap

 Penyembuhan tertunda

 Diperlukan keahlian khusus

19
 Hilangnya respon taktil umpan balik dan wajib menggunakan pelindung mata

 Laser dapatmembakar plastik atau karettabung endotrakea dan diharuskan untuk

menutup area non bedah dengan kain lembab (Srivastava, 2011)

Pilihan prosedur operasi harusdiserahkan ke operator berdasarkan kerja samadan

kepatuhan pasien. Setelah operasi beberapa pasien dengan gingivitis karena obat menunjukkan

kekambuhan jaringan fibrosa.Pada beberapa kasus seperti itu alat tekanan untuk pertumbuhan

gingiva karena obat diberikan segera setelah operasi pengangkatan jaringan hiperplastik,

dilakukan pencetakan gigi dan dibuat splint.Periodontal dressing dilepas setelah satu minggu

pasca operasi dan insersi spint. Alat biasanya hanya dipakai saat malam hari (Srivastava, 2011).

3.10 Ascorbic Acid Deficiency Gingivitis (Scorbutic Gingivitis)

Gingivitis scrobutik biasanya dihubungkan dengan defisiensi vitamin C dan terkait

dengan kesehatan gigi dan mulut yang buruk.Keterlibatan gingiva meliputi jaringan tepi dan

papilla.Anak – anak dengan gingivitis scorbutic biasanya mengeluhkan rasa sakit yang prah, dan

hemoragi spontan muncul. Fain dkk percaya bahwa perdarahan dan gingivitis yang muncul pada

pasien kanker disebabkan karena kekurangan vitamin C atau scurvy dibandingkan keganasan

atau kemoterapi (Carranza,2012).

Gingivitis scorbutik yang parah jarang terjadi pada anak. Namun, dapat terjadi pada anak

dengan alergi jus buah terutama pada anak yang tidak mendapatkan nutrisi dan supplement

vitamin C. Saat pemeriksaan darah menunjukkan defisiensi vitamin C dan muncul berbagai

kondisi sistemik yang mungkin terjadi, gingivitis membutuhkan asam askorbik 250 sampai 500

mg per hari. Dewasa muda dan orang dewasa membutuhkan vitamin C 1 gram per hari selama

dua minggu untuk mempercepat proses penyembuhan,Pada kasus yang tidak terlalu parah,

20
gingivitis sering muncul. Peradangan dan pembesaran jaringan margin gingiva dan papilla

merupakan salah satu tanda gingivitis skorbutik (Carramza, 2012).

3.11 Hereditary Gingival Overgrowth

Hereditary Gingival overgrowthadalah pembesaran yang diakibatkan karena peningkatan

jumlah sel dari gingiva.Istilah klinisnya adalah pertumbuhan berlebih atau pembesaran.Secara

histologis disebuthyperplasia, yaitu peningkatan ukuran sebuahorgan karena bertambahnya

jumlah sel (Doufexi, 2005).

Gingival hyperplasia (identik dengan gingivalpertumbuhan berlebih atau disebut gingival

fibromatosis) dapat terjadi sebagai efek samping dari penggunaan obat sistemik, termasuk

fenitoin, siklosporin, dan nifedipin.Gingiva hiperplasia mungkin juga berasal dari genetik.Lesi

ini dikenal sebagai hereditary gingival fibromatosis (HGF), yang merupakan kondisi yang

jarang, cirinya dengan membaurkan pembesaran gingiva, kadangkala meliputi bagian utama,

atau total, permukaan gigi (Lindhe, 2003). HGF adalah autosompenyakit dominan, akibat

Rutherford atau Laband sindrom, namun kejadian dan tingkat keparahannya bervariasi

tergantungpada penetrasi dan ekspresivitas yang bermutasi gen. Seringkali ini adalah penyakit

resesif autosomal,yaitu manifestasi dari Murray-Puretic-Drescher,Sindrom Cross, atau Ramon

atau bagian dari penyimpanan lisosom penyakit (Doufexi, 2005).

21
Gambar 10.(kiri) Gambaran klinis gigi anterior dari hereditary gingival overgrowth pada anak

laki-laki usia 6 tahun ras Kaukasian (Doufexi, 2006). (kanan) Gingival fibromatosis yang parah

pada rahang atas (Lindhe, 2003)

Biasanya, HGF hadir sebagai massa lunak yang besar, padat, elastis, jaringan fibrosa

yang tidak sensitive, yang melampaui tulang alveolar dan meluas ke permukaan gigi, sehingga

mengakibatkan pseudopocket yang luas dan dalam. Warnanya normal kemerahan.Bergantung

pada perluasan pembesaran gingiva, pasien mengeluhkan terganggunya fungsi penguyahan dan

masalah estetika, karena biasanya terdapat tonjolan bibir, dan jaringan gingiva yang menutupi

gigi.Perawatan HGF adalah operasi, seringkali dengan serangkaian gingivektomi, tapi sering

terjadi relaps. Jika volume gingival growth sangat luas, direposisi atau pembedahan dengan flap

untuk menghindari kerusakan jaringan ikat akibat gingivektomi sehingga eliminasi dari

pseudopocket tercapai (Lindhe, 2003).

22
BAB IV

KESIMPULAN

Seorang dokter gigi khusus nya spesialis kesehatan gigi anak, diharapkan mampu untuk

menegakkan diagnosis dari suatu kelainan jaringan periodontal, sangat penting mengetahui

pengetahuan dasar tentang gingivitis, definisi, mekanisme, klasifikasi gingivitis, dan macam –

macam kelainan periodontal yang mungkin terjadi pada anak dan dewasa muda.

Gingivitis adalah inflamasi yang melibatkan hanya jaringan gingiva disekitar gigi tanpa

merusak jaringan pendukung.Gingivitis kronis pada anak harus dapat dibedakan dengan keadaan

fisiologinya, karena struktur jaringan peridontal anak- anak berbeda dengan orang dewasa.Pada

dewasa muda gingivitis marginalis merupakan gingivitis yang sering muncul

Karena setiap anak unik, maka perawatan anak-anak dirancang dan disesuaikan dengan

pada proses tumbuh kembang anak itu sendiri. Dalam menangani kasus gingivitis pada anak –

23
anak dan dewasa muda dibutuhkan kerja sama antara anak , orang tua, dokter gigi dan orang

sekitar, dengan tujuan tercapainya suatu kebiasaan yang baik dalam mengelola kesehatan gigi

dan mulut sehingga saat dewasa dapat terhindarkan dari penyakit periodontal.

DAFTAR PUSTAKA

Carranza, F. A., Newman, M. G. 2012. Clinical Periodontology. 11th ed. Tokyo: W. B

Saunders Company. P 104-108.

Doufexi A, Mina M, Ioannidou E. Gingival Overgrowth in Children: Epidemiology,

Pathogenesis, and Complications. A Literature Review.Journal Periodontology. 2005;76(1):3–

10.

Dorland. Dorland’s Pocket Medical Dictionary. Vol. 29th.Saunders; 2012.

Hayat Al-Ghutaimel, Hisham Riba, Salem Al-Kahtani, and Saad Al-Duhaimi. 2014.

Common Periodontal Diseases of Children and Adolescents. Riyadh, Saudi Arabia. International

Journal of Dentistry Vol 2014, Article ID 850674, p1-6

24
Lindhe, Jan. 2003. Cinical Periodontology and Implant Dentistry. Blackwell

Munksgaard.p3-9

McDonald, Ralph E, Avery, David R, Dean, Jeffrey A. 2011. Dentistry for The Child and

Adolescent.9th Edition. Mosby Inc. p.369

Satheesh K. Diagnosis and Treatment of Gingival Recession.Esthetic Dentistry Latest CE

Courses Periodontics Restorative Dentist. 2017 Jun 6;3(6):28–31.

Srivastava, Vinay Kumar. 2011. Modern pediatric Dentistry.1 st ed. New Delhi, India

:Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd. p109-112.

25

Anda mungkin juga menyukai