OLEH:
Mujahidah
180600222
KELOMPOK 9
DOSEN FASILITATOR:
Dr.Ervina, drg.,Sp.Ort(K)
MEDAN
2020
Pemicu 2
Pasien perempuan umur 9 tahun 11 bulan datang bersama Ibunya ke RSGM USU
dengan keluhan gigi depan atas yang tidak rapi. Pada pemeriksaan ekstra oral bentuk
wajah mesofasial, profil wajah cembung, wajah simetris. Pada pemeriksaan model rahang
atas; gigi 11, 21 lebih kelabial dari posisi normal, gigi 12 posisinya lebih kepalatal, gigi
22 bagian distal berputar ke labial, gigi 24 lebih ke bukal dari posisi normal. Gigi 13 dan
23 posisinya dibawah garis oklusi. Gigi 16 dan 26 berpindah posisi kearah mesial.
Terdapat ruang sebesar 1 mm antara gigi 11 dan 21. Pada pemeriksaan model rahang
bawah; bagian mesial gigi 31 lebih ke lingual dari normal, bagian distal gigi 32 berputar
kearah lingual, bagian distal gigi 34 lebih ke lingual dari normal, bagian distal gigi 35
dan 45 berputar kearah bukal, bagian mesial gigi 36 berputar kearah lingual, gigi 44 lebih
ke lingual dari posisi normal. Gigi 35 dan 43 posisinya lebih menjauhi garis oklusi.
Terdapat ruang sebesar 0,5 mm antara gigi 36 dan 35 serta antara gigi 43 dan 42.
Overjet 11/41: 6 mm, 21/31: 6 mm. Overbite 11/41: 2 mm, 21/31: 2 mm. Hubungan
molar pertama permanen kanan dan kiri Klas II Angle.
Lebar mesiodistal 11, 21 = 9 mm, 12, 22 = 8 mm. Tempat yang tersedia untuk gigi 11 s/d
12=15 mm, 21 s/d 22= 14mm. Tempat yang tersedia untuk gigi 13 s/d 15= 23mm, 23 s/d
25= 21 mm. Lebar mesiodistal gigi 31 dan 41= 6 mm, 32 dan 42= 6 mm. Tempat yang
tersedia untuk gigi 41 s/d 42= 12 mm, 31 s/d 32= 11,5 mm. Tempat yang tersedia untuk
gigi 33 s/d 35= 23 mm, 43 s/d 45= 25 mm.
Pertanyaan:
1. Jelaskan analisis model rahang atas, rahang bawah dan model dalam keadaan
oklusi arah sagital, transversal dan vertikal pada kasus tersebut!
2. Jelaskan analisis ruang (metode Moyers) yang dibutuhkan pada kasus diatas!
3. Jelaskan hasil analisis sefalometri pada kasus tersebut!
4. Jelaskan diagnosis dan etiologi kasus diatas!
5. Apabila kualitas radiografi panoramik dan sefalometri kurang bagus dan harus
dilakukan pengulangan, berapa lama boleh dilakukan pengulangan foto. Sebutkan
alasannya!
6. Berapa dosis maksimal yang boleh terpapar pada pasien selama satu tahun, dan
apa alasannya?
Jawaban:
1. Jelaskan analisis model rahang atas, rahang bawah dan model dalam
keadaan oklusi arah sagital, transversal dan vertikal pada kasus tersebut!
Analisis Model Rahang Atas:
Gigi 11 dan 21 lebih kelabial dari posisi normal → Labio Versi (Arah
Sagital).
Gigi 12 lebih ke palatal dari posisi normal → Palato Versi (Arah Sagital).
Gigi 22 bagian distal berputar ke labial → Distolabio Torsi Versi (Arah
Transversal).
Gigi 24 lebih ke bukal dari posisi normal → Buko Versi (Arah Transversal).
Gigi 16 dan 26 berpindah posisi kearah mesial → Mesio Trans Versi (Arah
Transversal).
Gigi 13 dan 23 posisinya dibawah garis oklusi → Infraversi (Arah Vertikal).
Gigi 11 dan 21 terdapat ruang sebesar 1 mm → Diastema Anterior (Arah
Sagital).
Analisis Model Rahang Bawah:
Gigi 31 bagian mesial lebih ke lingual dari normal → Mesiolinguo Versi
(Arah Transversal).
Gigi 32 bagian distal berputar kearah lingual → Distolinguo Torsi Versi
(Arah Transversal).
Gigi 34 bagian distal lebih ke lingual dari normal → Distolinguo Versi
(Arah Transversal).
Gigi 35 dan 45 bagian distal berputar kearah bukal → Distobuko Torsi
Versi (Arah Transversal).
Gigi 36 bagian mesial berputar kearah lingual → Mesiolinguo Torsi Versi
(Arah Transversal).
Gigi 44 lebih ke lingual dari normal → Linguo Versi (Arah Transversal).
Gigi 35 dan 43 posisinya lebih menjauhi garis oklusi → Infraversi (Arah
Vertikal).
Gigi 35 dan 36 serta gigi 43 dan 42 terdapat ruang 0,5 mm → Diastema
Posterior (Arah Sagital).
Analisis Model Dalam Keadaan Oklusi:
Overjet 11/41 & 21/31: 6 mm → Arah Sagital.
Overbite 11/41 & 21/31: 2 mm → Arah Vertikal.
Hubungan molar pertama permanen kanan dan kiri Klas II Angle → Arah
Sagital.
2. Jelaskan analisis ruang (metode Moyers) yang dibutuhkan pada kasus
diatas!
Ukur menggunakan jangka sorong lebar mesiodistal tiap gigi insisif rahang
bawah, kemudian jumlahkan. Pada pengukuran rahang atas maupun rahang
bawah keduanya menggunakan keempat insisif rahang bawah.
Gunakan daftar probabilitas Moyers , untuk rahang bawah dapat dilihat pada
table bagian mandibular sedangkan rahang atas bagian maksila. Cara pembacaan,
jumlah lebar dari gigi insisif yang terletak pada kolom bagian atas, dan lihat lebar
jumlah caninus, premolar pertama dan kedua yang terletak di kolom bagian
bawah, lihat pada derajat kepercayaan 75%.
Sumber:
Amalia DBU, Sutjiati R, Leliana Sandra DAP. Nance and Moyers Analysis Study
on Measurement of Available Space in the Mandibular Dental Arch.
Stomatognatic (J.K.G Unej) 2012; 9(2): 69-72.
3. Jelaskan hasil analisis sefalometri pada kasus tersebut!
Hasil analisis sefalometri pada kasus tersebut adalah dilihat dari sudut SNA,
dimana sudut SNA adalah sudut yang dibentuk oleh garis SN dan titik A. Sudut ini
menyatakan posisi maksila yang diwakili titik A terhadap basis kranial (SN). Normalnya
SNA adalah 820 ± 2 (80-84). Pada kasus, sudut SNA pasien tersebut 81 0 artinya posisi
maksila terhadap basis kranial dalam kategori normal.
Dilihat dari sudut SNB, dimana sudut SNB adalah sudut yang dibentuk oleh garis
SN dan titik B. Sudut ini menyatakan posisi mandibular terhadap basis kranial.
Normalnya sudut SNB 800 ± 2 (78-82). Pada kasus, sudut SNB pasien tersebut 76 0, sudut
SNB pasien lebih kecil dari normal, berarti mandibula terletak lebih ke posterior (kelas 2
skeletal) atau retrognati/retrusif mandibula.
Dilihat dari sudut Na-Pog, dimana sudut Na-Pog untuk menentukan konveksitas
wajah skeletal (downs). Nilai normal NaPog: 0 0 (range: -8,5-100). Pada kasus, NaPog =
120 maka A didepan N Pog cembung (+).
Dilihat dari sudut MP:SN, dimana untuk menentukan rotasi mandibular (Steiner)
relasi mandibular terhadap basis kranii dalam arah vertikal. Nilai normal: 32 0. Pada
kasus, nilai MP:SN = 450 yang menunjukkan nilai tersebut lebih besar dari nilai normal
(rotasi searah jarum jam).
Dilihat dari sudut NSGn, dimana sudut yang menunjukkan pola pertumbuhan
wajah skeletal. Nilai normal NSGn = 66 0. Pada kasus, nilai NSGn = 75 0 yang
menunjukkan nilainya lebih besar dari normal (vertikal).
Dilihat dari sudut I:SN, dimana nilai normal : 104 0. Pada kasus, nilai I:SN = 1120
yang menunjukkan nilai tersebut lebih besar dari normal (proklinasi).
Dilihat dari sudut I:MP, dimana nilai normal 900. Pada kasus, nilai I:MP = 900
(normal).
Sumber:
Masalah yang sering ditemukan dalam radiografi adalah karena kesalahan teknik
radiografi atau kesalahan dalam processing. Kesalahan yang sering timbul adalah seperti
gambar yang terang, gelap, gambar pecah-pecah, spot hitam dan putih, gambar kuning-
kecoklatan dan berkabut, pinggiran hitam dan putih, atau ada tergores emulsi atau sidik
jari.
Jika terjadi kesalahan atau hasil radiografi kurang bagus dan harus dilakukan
pengulangan, boleh dilakukan foto pengulangan kapan saja dengan persetujuan pasien,
karena seorang pasien tidak ada batasan dosis. Dan keputusan yang diambil pada
investigasi harus didasarkan pada pemikiran indikasi yang tepat, hasil yang diharapkan,
hasil yang dapat mempengaruhi diagnosis dan perawatan, klinisi memiliki pengetahuan
memadai dari sifat fisik.
6. Berapa dosis maksimal yang boleh terpapar pada pasien selama satu tahun,
dan apa alasannya?
Sumber: