Anda di halaman 1dari 46

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kedokteran Gigi Skripsi Sarjana

2018

Akurasi Tabel Moyers dengan


Probabilitas 75% pada Mahasiswa USU
Suku Batak

Arifa, Silvia
Univesitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/7658
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
AKURASI TABEL MOYERS DENGAN PROBABILITAS 75%
PADA MAHASISWA USU SUKU BATAK

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi


syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

SILVIA ARIFA
NIM : 140600050

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2018

Universitas Sumatera Utara


Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ortodonsia
Tahun 2018
Silvia Arifa

Akurasi Tabel Moyers dengan Probabilitas 75% pada Mahasiswa USU Suku Batak
x + 34 halaman
Analisis Moyers merupakan analisis yang sering digunakan karena
pengukurannya mudah dan hasilnya cepat diperoleh. Analisis Moyers menggunakan
sampel ras Kaukasoid dari Eropa Utara sehingga keakuratannya dipertanyakan
apabila diaplikasikan pada suku Batak dari ras Proto Melayu. Penelitian ini bertujuan
mengetahui rerata lebar mesiodistal gigi maksila dan mandibula serta uji keakuratan
tabel Moyers dengan probabilitas 75% pada suku Batak. Jenis penelitian ini adalah
deskriptif dengan pendekatan cross sectional study. Jumlah sampel sebanyak 51
orang yang berusia 18-24 tahun terdiri atas 15 orang laki-laki dan 36 orang
perempuan. Pengukuran lebar mesiodistal dilakukan dengan menggunakan kaliper
digital dengan keakuratan 0,01 mm. Data dianalisis menggunakan sistem
komputerisasi dengan uji T independen. Hasil penelitian diperoleh bahwa jenis
kelamin laki-laki memiliki rerata lebar mesiodistal gigi terbesar pada maksila dan
mandibula, kecuali pada gigi insisivus sentralis mandibula. Penggunaan tabel Moyers
dengan tingkat probabilitas 75% dapat diterapkan pada laki-laki suku Batak. Hasil
pengujian statistik dengan menggunakan uji T menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara lebar mesiodistal gigi suku Batak dan tabel Moyers pada
maksila dan mandibula (P > 0,05). Penggunaan tabel Moyers dengan tingkat
probabilitas 75% dapat diterapkan hanya pada mandibula pada sampel perempuan
suku Batak, sedangkan pada maksila terdapat perbedaan yang signifikan antara lebar
mesiodistal gigi suku Batak dan tabel Moyers (P < 0,05). Kesimpulannya adalah
akurasi tabel Moyers pada mahasiswa USU suku Batak dipengaruhi oleh jenis
kelamin.
Daftar rujukan: 41 (2001-2017)

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 07 Agustus 2018

Pembimbing: Tanda tangan

Siti Bahirrah, drg.,Sp.Ort.(K) .......................................


NIP. 197711162002122002

Universitas Sumatera Utara


TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan penguji

pada tanggal 14 Agustus 2018

TIM PENGUJI

KETUA : Siti Bahirrah, drg., Sp.Ort (K)

ANNGOTA : 1. Muslim Yusuf, drg., Sp.Ort (K)

2. Ervina Sofyanti, drg., Sp.Ort (K)

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Akurasi Tabel
Moyers dengan Probabilitas 75% pada Mahasiswa USU Suku Batak” sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara.
Pada proses penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat
bimbingan, saran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima
kasih kepada:
1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG( K), selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Erna Sulistiyawati, drg., Sp.Ort(K), selaku Ketua Departemen Ortodonsia
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. Siti Bahirrah, drg., Sp.Ort (K) sebagai pembimbing yang telah meluangkan
banyak tenaga, waktu dan pikiran untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan dengan baik.
4. Aditya Rachmawati, drg., Sp.Ort, sebagai koordinator skripsi di
Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
5. Muslim Yusuf, drg., Sp.Ort (K) sebagai penguji yang telah memberikan
saran dan masukan untuk penulis.
6. Ervina Sofyanti, drg., Sp. Ort (K) sebagai penguji yang telah memberikan
saran dan masukan untuk penulis.
7. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Ortodonsia Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas bantuan dan motivasinya.
8. Erliera, drg., Sp. Ort sebagai dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan motivasi dan bantuannya kepada penulis selama masa pendidikan di
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


9. Sahabat-sahabat tersayang Nugi, Afifah, Rahmadita, Ifa, Dita serta teman-
teman seangkatan 2014, senior dan junior di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis.
10. Teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Ortodonsia Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah saling membantu dan
memberikan semangat.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Ayahanda Dr. H. Azhary Tambusai, M.A., Ibunda Prof. Dr. Hj. Khairina Nasution,
M.S., Kakanda Sofia Rahmi, S.Farm, M.Si., Apt., dan Abangda dr. Faisal Adam yang
telah mendoakan serta memberikan cinta dan kasih sayang, kesabaran, perhatian,
bantuan, dukungan dan pengorbanan yang tak ternilai kepada penulis.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan
dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak. Penulis juga berharap semoga skripsi ini
dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ortodonsia.

Medan, 07 Agustus 2018


Penulis

Silvia Arifa
NIM : 140600050

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................................

PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL........................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 4
1.4.1 Manfaat Teoritis .......................................................................... 4
1.4.2 Manfaat Praktis ........................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 5

2.1 Fase Perkembangan Gigi Geligi..................................................... 5


2.2 Leeway Space ................................................................................. 6
2.3 Metode Pengukuran Mesiodistal Gigi ............................................ 7
2.4 Metode Pengukuran Bukolingual Gigi........................................... 8
2.5 Metode pengukuran Lengkung Gigi .............................................. 8
2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ukuran Mesiodistal Gigi....... 9
2.7 Analisis Kebutuhan Ruang pada Masa Gigi Bercampur................ 10
2.7.1 Analisis Moyers .......................................................................... 11
2.7.2 Analisis Tanaka Johnston............................................................ 13
2.8 Kegunaan Prediksi Lebar Mesiodistal Gigi ................................... 13
2.9 Suku Batak ..................................................................................... 14
2.10 Kerangka Teori............................................................................. 16
2.11 Kerangka Konsep ......................................................................... 17

Universitas Sumatera Utara


BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 18

3.1 Jenis Penelitian ............................................................................... 18


3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 18
3.3 Poupulasi dan Sampel .................................................................... 18
3.3.1 Populasi ....................................................................................... 18
3.3.2 Sampel ......................................................................................... 18
3.3.2.1 Kriteria Inklusi ......................................................................... 18
3.3.2.2 Kriteria Eksklusi....................................................................... 19
3.3.2.3 Besar Sampel ............................................................................ 19
3.4 Variabel Penelitian ......................................................................... 20
3.5 Definisi Operasional....................................................................... 20
3.6 Alat dan Bahan Penelitian .............................................................. 20
3.6.1 Alat .............................................................................................. 20
3.6.2 Bahan........................................................................................... 21
3.7 Prosedur Penelitian......................................................................... 22
3.8 Pengolahan dan Analisa Data......................................................... 23
3.9 Ethical Clearance........................................................................... 23

BAB 4 HASIL PENELITIAN ....................................................................... 24

BAB 5 PEMBAHASAN ................................................................................. 28

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 30


6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 30
6.2 Saran.................................................................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 31

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rerata lebar mesiodistal gigi maksila pada perempuan suku Batak ............ 24
2. Rerata lebar mesiodistal gigi maksila pada laki-laki suku Batak................. 25
3. Rerata lebar mesiodistal gigi mandibula pada perempuan suku Batak ........ 25
4. Rerata lebar mesiodistal gigi mandibula pada laki-laki suku Batak ............ 26
5. Hasil uji tabel Moyers dengan tingkat probabilitas 75%
pada laki-laki suku Batak.. ........................................................................... 26
6. Hasil uji tabel Moyers dengan tingkat probabilitas 75%
pada perempuan suku Batak......................................................................... 27

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tahap perkembangan gigi geligi pada masa gigi desidui ............................ 5


2. Tahap perkembangan gigi geligi pada masa gigi permanen ........................ 6
3. Metode pengukuran mesiodistal gigi menurut Mooress dan Mullen ........... 7
4. Metode pengukuran bukolingual gigi .......................................................... 8
5. Tabel Moyers ............................................................................................... 12
6. Alat penelitian .............................................................................................. 21
7. Bahan penelitian ........................................................................................... 22
8. Cara pengukuran lebar mesiodistal gigi ....................................................... 23

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1. Kuesioner
2. Rincian biaya
3. Lembar penjelasan kepada calon subjek calon penelitian
4. Surat pernyataan persetujuan (Informed Consent)
5. Rerata Lebar Mesiodistal Gigi Perempuan Suku Batak
6. Rerata Lebar Mesiodistal Gigi Laki-Laki Suku Batak
7. Hasil Analisis Uji T Lebar Mesiodistal Gigi Laki-Laki dan Perempuan Maksila dan
Mandibula dengan Tabel Moyers
8. Persetujuan Komisi Etik Tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan

Universitas Sumatera Utara


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Maloklusi adalah masalah yang selalu ditemukan pada populasi di seluruh
dunia. Secara umum, maloklusi dapat disebabkan oleh tiga masalah: gigi-geligi,
skeletal, atau kombinasi dari keduanya. Pada beberapa anak, gigi berjejal terjadi pada
saat gigi insisivus erupsi.1 Banyak jumlah kasus maloklusi yang berkembang adalah
pada masa gigi bercampur, yaitu dalam rentang usia 6 hingga 12 tahun. 2 Masa gigi
bercampur adalah hal yang mendapat perhatian khusus dalam bidang kedokteran gigi,
khususnya dalam bidang ortodonti. Aspek penting dari diagnosis pada masa gigi
bercampur adalah penentuan hubungan panjang lengkung gigi. 3
Perubahan lengkung gigi akan terjadi pada masa gigi bercampur yang akan
menentukan oklusi pasien dan estetis. Prediksi lebar mesiodistal gigi kaninus dan
premolar untuk menentukan cukup tidaknya ruang yang tersedia dikenal dengan
istilah analisis gigi bercampur.4 Analisis ruang yang tersedia untuk gigi permanen ini
adalah langkah yang sangat penting untuk mendapatkan diagnosis dan rencana
perawatan yang tepat. Berdasarkan prediksi tersebut, rencana perawatan dapat berupa
serial ekstraksi, space maintenance, atau space regaining.5
Analisis gigi bercampur ini berkaitan dengan estimasi lebar mesiodistal
mahkota gigi yang belum erupsi, misalnya gigi kaninus dan premolar sehingga
diskrepansi antara ruang yang tersedia dan ruang yang dibutuhkan dapat ditentukan.
Hal ini disebabkan karena lebar gigi kaninus dan premolar permanen ukurannya lebih
kecil dari kaninus dan molar desidui, sehingga maloklusi yang akan terjadi di
kemudian hari dapat dicegah. Menurut Butt Sidra, et al. (sit. Kirschen RH, O’Higgins
EA, Lee RT 2000) analisis ini juga sangat membantu untuk menentukan cukup
tidaknya ruang untuk gigi posterior sehingga gigi-gigi posterior bisa erupsi dengan
sempurna dengan susunan yang baik.6 Umumnya, analisis gigi bercampur dapat
diklasifikasikan dalam tiga cara: pengukuran gigi secara radiografi, persamaan

Universitas Sumatera Utara


regresi, atau kombinasi keduanya. Diantara banyak metode yang dilaporkan dalam
beberapa literatur, metode persamaan regresi memiliki kapasitas prediksi tertinggi
untuk gigi kaninus dan premolar yang belum erupsi.7
Lebar mesiodistal gigi dan bentuk rahang atas maupun bawah berkaitan
dengan bentuk wajah. Variasi ukuran gigi dapat disebabkan oleh berbagai faktor:
genetik, ras, jenis kelamin, dan lingkungan.8 Diameter mesiodistal atau ukuran gigi
dapat memberikan informasi yang penting untuk evolusi manusia dan masalah-
masalah biologis dalam ilmu forensik serta kedokteran gigi klinis. Para antropolog
menggunakan lebar mesiodistal untuk menggambarkan evolusi ukuran gigi. Hal
tersebut memberikan sebuah pemahaman bahwa ada hubungan antara populasi dan
adaptasi lingkungan terhadap ukuran gigi.9
Diagnosis yang tepat adalah langkah utama suksesnya perawatan ortodonti,
dan analisis gigi bercampur diyakini sebagai langkah penting untuk menegakkan
diagnosis yang tepat.10 Analisis menggunakan tabel Moyers dan Tanaka-Johnston
adalah analisis gigi bercampur yang umum digunakan. Analisis tersebut
dikembangkan dari Eropa Utara dari populasi ras Kaukasoid yang mungkin kurang
sesuai apabila diaplikasikan untuk ras yang berbeda, sehingga keakuratannya
dipertanyakan.4,11,12 Data spesifik untuk berbagai etnis sangat diperlukan. Banyak
penelitian menunjukkan hasil yang bervariasi untuk populasi yang berbeda. Gyawali
et al. melakukan penelitian mengenai analisis gigi bercampur pada etnis Brahmana di
Nepal. Hasilnya prediksi Tanaka-Johnston dan Moyers (tingkat probabilitas 50% atau
75%) tidak akurat memprediksi dimensi mesiodistal gigi kaninus dan premolar yang
belum erupsi pada sampel Brahmana di Nepal.13 Toodehzaeim et al. juga melakukan
penelitian analisis gigi bercampur pada penduduk Iran. Hasilnya modifikasi analisis
Tanaka Johnston memiliki akurasi yang tinggi pada sampel penduduk Iran. Menurut
penelitian oleh Antonieta et al. tabel prediksi Moyers dapat diaplikasikan pada
maksila namun tidak pada mandibula dengan sampel wanita. Hasilnya juga
menunjukkan estimasi yang lebih untuk gigi kaninus dan premolar menurut tabel
prediksi Moyers dengan tingkat probabilitas 75%.14

Universitas Sumatera Utara


Indonesia adalah negara yang kaya akan ras dan suku bangsa, salah satunya
suku Batak. Suku Batak ini terbagi lagi ke dalam berbagai sub suku: Batak Karo,
Batak Pakpak atau Dairi, Batak Simalungun, Batak Toba, Batak Angkola, dan Batak
Mandailing.15 Pertumbuhan dan perkembangan orofasial sangat bervariasi pada setiap
individu mencakup perbedaan dimensi gigi geligi yang dipengaruhi oleh banyak
faktor. Perbedaan ini dipengaruhi oleh genetik dan ras.16,17 Al Bitar et al. dalam
penelitiannya membuktikan bahwa adanya dimorfisme seksual yang signifikan pada
ukuran gigi.18 Hal ini menunjukan bahwa faktor jenis kelamin memengaruhi
perbedaan ukuran gigi. Nutrisi dan kebiasaan buruk juga dapat memengaruhi variasi
ukuran gigi yang masuk dalam faktor lingkungan.19
Berdasarkan uraian diatas, estimasi yang didapat dapat lebih atau pun kurang
saat menggunakan tabel Moyers dan Tanaka Johnston pada populasi yang berbeda.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang akurasi tabel
Moyers dengan probabilitas 75% pada mahasiswa USU suku Batak karena
keakuratan tabel Moyers pada beberapa populasi mungkin tidak sesuai bila
diaplikasikan pada suku Batak dari ras Proto Melayu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Berapakah rerata lebar mesiodistal gigi maksila dan mandibula pada
mahasiswa USU suku Batak?
2. Apakah akurasi tabel Moyers pada tingkat probabilitas 75% dapat
diterapkan pada mahasiswa USU suku Batak?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui rerata lebar mesiodistal gigi maksila dan mandibula pada
mahasiswa USU suku Batak.
2. Untuk mengetahui apakah akurasi tabel Moyers pada tingkat probabilitas
75% dapat diterapkan pada mahasiswa USU suku Batak.

Universitas Sumatera Utara


1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Sebagai dasar dan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan
penelitian di kemudian hari.
2. Sebagai tambahan pengetahuan dan informasi bagi mahasiswa
kedokteran gigi dalam penerapan ilmu ortodonti.

1.4.2 Manfaat Praktis


1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai penunjang
dalam diagnosis khususnya pada suku Batak.
2. Sebagai panduan bagi klinisi dalam menentukan rencana perawatan pada
masa gigi bercampur khususnya pada pasien suku Batak.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fase Perkembangan Gigi Geligi


Pertumbuhan gigi geligi mencakup jenis, jumlah, serta susunannya di rahang
atas dan bawah. Ada beberapa fase perkembangan gigi geligi, yaitu:
a. Fase gigi desidui
Fase gigi desidui dimulai dari erupsi gigi yang pertama kali ada, yaitu
insisivus sentralis mandibula yang erupsi sekitar umur 6 bulan dan berakhir pada
erupsi molar satu permanen pada umur 6 tahun.20 Karakteristik yang paling penting
pada periode ini yakni hubungan molar. Hubungan anteroposterior dari gigi molar
disebut juga terminal plane. Hubungan molar pada masa gigi desidui dapat
diklasifikasikan dalam tiga tipe: flush terminal plane, mesial step, dan distal step. 20,21
Jumlah gigi pada periode ini adalah 20 gigi. Urutan erupsi gigi pada fase gigi desidui:
insisivus sentralis mandibula, insisivus sentralis maksila, insisivus lateralis maksila,
insisivus lateralis mandibula, molar satu, kaninus, dan molar dua21 (Gambar 1).

Gambar 1. Tahap perkembangan gigi geligi pada masa gigi desidui 24


b. Fase gigi bercampur
Fase gigi bercampur dimulai saat berumur 6 tahun, yaitu saat gigi permanen
pertama erupsi. Selama masa ini, gigi desidui dan gigi permanen ada di dalam rongga
mulut. Tahap gigi bercampur dapat dapat dibagi menjadi tiga periode: transisi
pertama, intertransisional, dan kedua. Priode transisi pertama ditandai dengan

Universitas Sumatera Utara


erupsinya gigi molar satu dan insisivus permanen. Periode intertransisional pada usia
8,5-10 tahun, dan priode transisi kedua pada usia 10-12 tahun yang ditandai dengan
dengan pergantian gigi kaninus dan molar desidui.22
c. Fase gigi permanen
Gigi permanen mempunyai total 32 gigi. Masa gigi permanen akan sempurna
pada usia sekitar umur 13 tahun dengan erupsinya semua gigi permanen kecuali
molar tiga. Urutan erupsi gigi permanen lebih variatif daripada gigi desidui. Ada
perbedaan urutan erupsi antara maksila dan mandibula. Urutannya 6-1-2-4-3-5-7-8
atau 6-1-2-4-5-3-7-8 untuk maksila dan 6-1-2-3-4-5-7-8 atau 6-1-2-4-3-5-7-8 untuk
mandibula23 (Gambar 2).

Gambar 2. Tahap perkembangan gigi geligi pada masa gigi permanen 24

2.2 Leeway Space


Lebar mesiodistal gigi kaninus, molar satu, dan molar dua desidui lebih
besar dibandingkan dengan lebar mesiodistal gigi kaninus, premolar satu, dan
premolar dua. Perbedaan lebar mesiodistal antara gigi desidui dan permanen disebut
sebagai Leeway space.20 Besar Leeway space pada rahang atas sekitar 1,5 mm pada
setiap kuadrannya dan rahang bawah sekitar 2,5 mm pada setiap kuadrannya. Ukuran
Leeway space pada rahang bawah lebih besar dibandingkan dengan rahang atas. Hal
tersebut disebabkan karena gigi molar desidui rahang bawah lebih besar
dibandingkan dengan gigi molar desidui rahang atas. Gigi molar rahang bawah
biasanya bergerak lebih ke mesial dibandingkan dengan gigi molar rahang atas.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
2.4 Metode Pengukuran Bukolingual Gigi
Pengukuran bukolingual dapat dilakukan pada diameter maksimum antara
permukaan bukal atau labial dan permukaan lingual atau palatal dengan posisi tegak
lurus terhadap diameter mesiodistal gigi. Pengukuran pada gigi anterior dapat
dilakukan dengan meletakkan kaliper sejajar dengan aksis panjang gigi, namun
sedikit berbeda untuk gigi posterior. Pengukuran pada gigi posterior harus lebih
cermat karena adanya kemungkinan terukur lebih dari satu diameter terbesar antara
sisi bukal dan lingual. Hal ini terjadi karena biasanya terdapat dua tonjol pada sisi
bukal dan satu tonjol pada sisi lingual. Untuk mendapatkan diameter maksimum,
pengukuran juga harus mencakup setiap tonjol tersebut.25 (Gambar 4).

Gambar 4. Pengukuran bukolingual gigi26

Universitas Sumatera Utara


2.5 Metode Pengukuran Lengkung Gigi
Instrumen ditempatkan pada embrasur bukal dekat titik kontak antara gigi dan
lengkung alveolar dengan posisi kontak yang baik. Langkah-langkah pengukurannya
adalah sebagai berikut:
1. Segmen posterior diukur dari titik mesial gigi molar satu ke distal gigi
kaninus.
2. Lengkung pada gigi kaninus diukur, kemudian jumlahkan dengan segmen
posterior yang sudah diukur.
3. Segmen anterior diukur dari titik antara insisivus sentralis hingga titik
kontak mesial kaninus.
4. Panjang lengkung didapat dari jumlah keseluruhan lebar lengkung pada
semua segmen.28

2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ukuran Mesiodistal Gigi


Variasi gigi geligi dapat dilihat dari berbagai aspek misalnya perkembangan
dan morfologinya. Adanya variasi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor: genetik,
ras, jenis kelamin, dan lingkungan.30
1. Genetik
Banyak gen yang terlibat dalam proses odontogenesis dan berhubungan
dengan komunikasi antar sel. Beberapa sinyal genetik yang terlibat yaitu FGF, BMP,
SHH, WNT, dan TNF. Interaksi antara jaringan ektoderm dan ektomesenkim
mengatur proses odontogenesis yang mencakup inisiasi, morfogenesis, dan
diferensiasi.30 Mothaffar et al. menemukan adanya perbedaan signifikan pada dimensi
mesiodistal gigi insisivus sentral maksila dan kaninus kanan dari 32 pasangan kembar
monozigot dan 30 pasang dizigot. Rasio variabel genetik pada pasangan kembar laki-
laki juga signifikan pada insisivus sentral maksila kiri dan kanan, premolar satu kiri,
dan premolar dua kiri mandibula.19 Berdasarkan penelitian tersebut, ada pengaruh
yang kuat antara genetik dan ukuran gigi.
2. Ras

Universitas Sumatera Utara


Setiap ras memiliki pola skeletal dan rahang yang berbeda, sehingga ukuran
dan bentuk rahang pada suatu ras dapat berbeda satu dengan lainnya. Banyak literatur
yang menekankan bahwa perbedaan ras memengaruhi dimensi gigi. Menurut
penelitian Fernandes et al. ada perbedaan lebar mesiodistal antara beberapa ras. Ras
Negroid cenderung memiliki lebar mesiodistal yang lebih besar diikuti ras Mongoloid
dan Kaukasoid.31
3. Jenis Kelamin
Al-Bitar et al. melakukan penelitian dengan sampel 367 orang Jordania dan
hasilnya ada perbedaan signifikan antara ukuran gigi laki-laki dan perempuan.18
Fernandes et al. melaporkan bahwa ada perbedaan signifikan pada gigi orang Afrika
yaitu gigi lali-laki lebih besar daripada perempuan (gigi insisivus sentral maksila,
kaninus, molar satu, dan seluruh gigi pada rahang bawah). 31 Berdasarkan hal tersebut,
dapat disimpulkan bahwa ukuran gigi juga dipengaruhi oleh jenis kelamin.
4. Lingkungan
Berbagai literatur menjelaskan peran lingkungan terhadap variasi morfologi
gigi pada setiap individu. Faktor lingkungan mencakup trauma sebelum dan sesudah
kelahiran, infeksi, penyakit sistemik, dan nutrisi. 19,30 Dahulu masyarakat primitif
mengonsumsi makanan yang berserat sehingga dapat mempertahankan lebar
lengkung gigi. Nutrisi dapat memengaruhi erupsi gigi, kalsifikasi, dan morfologinya.

2.7 Analisis Kebutuhan Ruang pada Masa Gigi Bercampur


Ada beberapa metode untuk prediksi lebar mesiodistal gigi kaninus dan
premolar yang belum erupsi. Metode tersebut menggunakan tiga variabel prediktor:
gigi yang erupsi, radiografi, dan kombinasi dari variabel satu dan dua. 27 Analisis
dengan variabel gigi yang erupsi dikenal juga dengan analisis non radiografi. Analisis
ini telah banyak dikembangkan oleh peneliti, diantaranya Moyers dan Tanaka
Johnston. Analisis menggunakan tabel Moyers dan Tanaka Johnston merupakan
analisis yang sering digunakan oleh klinisi karena pengukurannya mudah dan
hasilnya cepat didapat.28 Analisa radiografi dapat digunakan pada rahang atas dan
bawah. Mengukur mesiodistal menggunakan radiografi memiliki kemungkinan

Universitas Sumatera Utara


gambar distorsi sehingga memengaruhi keakuratan hasil penelitian. Analisis
kombinasi merupakan analisis yang menggabungkan antara analisis radiografi
dengan teknik perhitungan pada model. Analisis ini memiliki standar eror terendah. 27

2.7.1 Analisis Moyers


Analisis ini menggunakan keempat gigi insisivus permanen bawah yang
sudah erupsi sebagai pedoman prediksi lebar mesiodistal gigi kaninus dan premolar
yang belum erupsi. Analisis Moyers dapat digunakan untuk memprediksi gigi
kaninus dan premolar pada rahang atas maupun rahang bawah. Cara penggunaan
tabel probabiliti Moyers adalah sebagai berikut:
1. Lebar mesiodistal keempat gigi insisivus permanen bawah diukur dan
dijumlahkan
2. Gunakan jumlah lebar mesiodistal keempat insisivus permanen bawah
untuk memprediksi jumlah lebar mesiodistal kaninus, premolar satu, premolar dua
pada rahang atas dan rahang bawah dengan menggunakan tabel probabiliti pada
derajat kepercayaan 75% (Gambar 5).
3. Tentukan jumlah ruang yang tersedia pada gigi kaninus dan premolar
dengan mengukur jarak antara distal insisivus lateral sampai mesial molar pertama
permanen.
4. Bandingkan jumlah ruang yang tersedia dengan ruang yang diprediksi. Jika
nilai prediksi lebih besar dari ruang yang tersedia, maka kemungkinan akan terjadi
gigi berjejal.29

Universitas Sumatera Utara


Gambar 5 Tabel Moyers29

Universitas Sumatera Utara


2.7.2 Analisis Tanaka-Johnston
Analisis Tanaka-Johnston dikembangkan dari sampel yang berasal dari
keturunan Eropa Utara.11,12 Analisis ini merupakan pengembangan dari analisis
Moyers yang tidak membutuhkan radiografi maupun tabel sehingga praktis
digunakan. Analisis ini memiliki koefisien korelasi sebesar 0,63 dan 0,65 untuk
rahang atas dan rahang bawah. Rumus analisis Tanaka-Johnston adalah sebagai
berikut:
a. Rahang atas

∑𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑀𝑒𝑠𝑖𝑜𝑑𝑖𝑠𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝐼𝑛𝑠𝑖𝑠𝑖𝑣𝑢𝑠 𝑅𝑎ℎ𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑎𝑤𝑎ℎ


= + 11
2

b. Rahang bawah

∑𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑀𝑒𝑠𝑖𝑜𝑑𝑖𝑠𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝐼𝑛𝑠𝑖𝑠𝑖𝑣𝑢𝑠 𝑅𝑎ℎ𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑎𝑤𝑎ℎ


= + 10,5
2

2.8 Kegunaan Prediksi Lebar Mesiodistal Gigi


Analisis gigi bercampur adalah memprediksi lebar gigi kaninus dan premolar
yang belum erupsi untuk menentukan diskrepansi antara ruang yang dibutuhkan dan
ruang yang tesedia pada lengkung gigi.32 Lebar mesiodistal gigi menjadi sangat
penting karena dapat memengaruhi susunan gigi di tulang rahang dan perkembangan
oklusi selama masa pergantian gigi. Pemeriksaan ortodonti mungkin tidak lengkap
tanpa analisis lebar mesiodistal gigi yang dapat menentukan perkembangan oklusal
dan ketidaksimetrisan wajah. Diskrepansi antara ukuran gigi dan panjang lengkung
diketahui sebagai penyebab utama maloklusi.33 Crowding dan spacing dapat terjadi
ketika ukuran gigi permanen dan panjang lengkung tidak sesuai. Lebar mesiodistal
gigi insisivus permanen lebih besar daripada gigi insisivus desidui, sedangkan gigi
kaninus dan premolar permanen ukurannya lebih kecil dari kaninus dan molar
desidui.27 Berdasarkan perbedaan lebar insisivus tersebut, lengkung gigi harus
berkembang dengan baik untuk mengakomodasi lebar insisivus permanen yang lebih
besar.28 Dengan demikian, evaluasi lebar mesiodistal gigi kaninus dan premolar yang

Universitas Sumatera Utara


belum erupsi merupakan hal yang penting dalam mendiagnosa crowding atau
spacing.33
Diagnosis dan rencana perawatan yang tepat merupakan hal penting dalam
masa gigi bercampur. Jika nilai prediksi ukuran gigi kaninus dan premolar tidak
akurat, maka seluruh rencana perawatan dapat gagal. Ketidaktepatan dari analisis
ruang pada masa gigi bercampur dapat berakhir pada pencabutan gigi dan dapat
mengubah profil wajah pasien.34 Beberapa teknik telah digunakan untuk prediksi gigi
kaninus dan premolar yang belum erupsi. Prediksi Moyers dan Tanaka adalah yang
paling banyak digunakan.28 Teknik prediksi yang dikembangkan menggunakan
populasi dari keturunan Eropa utara.32 Penggunaan tabel prediksi efektif
diaplikasikan kepada sampel yang memiliki garis keturunan yang sama.

2.9 Suku Batak


Indonesia adalah negara yang kaya akan suku bangsa dan etnis. Suku-suku
bangsa tersebut awalnya berasal dari ras Mongoloid yang membentuk sub ras Proto
Melayu. Ras Proto Melayu terdiri atas suku Batak di Sumatera Utara, Gayo, Sasak,
dan Toraja di Sulawesi Barat. Suku Batak terdiri atas beberapa suku, yaitu Batak
Toba, Karo, Pakpak, Simalungun, Angkola, dan Mandailing. 35 Konsep yang sangat
mendasar dalam kekerabatan ini adalah marga. Marga adalah kelompok orang-orang
yang merupakan keturunan dari seorang kakek bersama dan garis keturunan itu
dihitung melalui bapak. Sistem kekerabatan suku Batak adalah patrilineal atau
menurut garis keturunan ayah.36 Sejarah orang Batak tidak mengenal keturunan
menurut garis matrilineal atau menurut garis keturunan Ibu. Pembagian suku batak
dan marganya adalah sebagai berikut:
1. Batak Toba merupakan etnis batak yang mendiami wilayah Kabupaten
Toba Samosir. Marga-marga yang merupakan etnis Batak Toba yaitu Hutabarat,
Panggabean, Simorangkir, Hutagalung, Hutapea, dan Lumbantobing.
2. Batak Simalungun mendiami wilayah Kabupaten Simalungun. Marga asli
etnis Simalungun adalah Damanik, Purba, Saragih, dan Sinaga.

Universitas Sumatera Utara


3. Batak Karo merupakan masyarakat Suku Batak yang mendiami wilayah
dataran tinggi Karo.
4. Batak Pakpak banyak mendiami wilayah Sumatera Utara yang berbatasan
langsung dengan Aceh. Suku Batak Pakpak kaya akan jenis marga. Beberapa
diantaranya seperti Bako, Berampu, Berutu, dll.
5. Mandailing/Angkola mendiami wilayah Mandailing-Natal. Beberapa marga
Batak Mandailing seperti Lubis, Nasution, Harahap, Pulungan, Batubara, Parinduri,
Lintang, Hasibuan, Rambe, Dalimunthe, Rangkuti, Tanjung, Mardia, Daulay,
Matondang.35

Universitas Sumatera Utara


2.10 Kerangka Teori

Gigi Geligi

Fase Perkembangan Metode Pengukuran Faktor yang


Gigi Geligi Gigi Mempengaruhi Ukuran
Mesiodistal Gigi

Desidui Bercampur Permanen Mesiodistal Bukolingual Genetik Ras Jenis Kelamin Lingkungan

Tabel Moyers Tanaka-Johnston Moorrees Mullen


Kaukasoid Mongoloid Negroid

Deutro Melayu Proto Melayu

Akurasi Tabel Moyers


Batak
dengan Probabilitas 75%
pada Mahasiswa USU Suku
Batak

Universitas Sumatera Utara


2.11 Kerangka Konsep

Variabel bebas : Variabel Terikat :

Lebar mesiodistal keempat Lebar mesiodistal gigi


gigi insisivus rahang bawah kaninus dan premolar

Variabel terkendali :

 Mahasiswa USU suku


Batak
 Metode pengukuran
operator

Universitas Sumatera Utara


BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross
sectional, yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan mengambil data yang ada
dengan tujuan untuk mengetahui rerata lebar mesiodistal gigi maksila dan mandibula
pada suku Batak .

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Universitas Sumatera Utara. Waktu penelitian
dilaksanakan pada Bulan April hingga Juni 2018.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa USU yang bersuku
Batak.

3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa USU suku Batak yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah sampel didapatkan berdasarkan
perhitungan besar sampel.

3.3.2.1 Kriteria Inklusi


Kriteria inklusi untuk sampel penelitian ini terdiri dari:
1. Mahasiswa USU bersuku Batak berusia 18-24 tahun
2. Gigi permanen sudah erupsi sampai molar satu pada maksila dan mandibula
3. Tidak ada riwayat perawatan ortodonti
4. Relasi Molar klas I Angle

Universitas Sumatera Utara


5. Crowding kurang dari 2 mm
3.3.2.2 Kriteria Eksklusi
1. Adanya restorasi atau karies interproksimal
2. Gigi hilang (sudah dicabut)
3. Gigi yang anomali (bentuk atau jumlah)
4. Fraktur dan atrisi gigi

3.3.2.3 Besar Sampel


Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling.
Purposive sampling adalah sebuah teknik statistik dalam pengambilan sampel dengan
cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga
diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian.

Keterangan :
n : Besar sampel
Z : Z score ditentukan berdasarkan derajat kepercayaan
S : Standard deviasi
d : Selisih rerata yang diduga

1, 6 2,35
=
0,45
,02
=
0, 20
= 45
Dengan demikian jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 51 orang.

Universitas Sumatera Utara


3.4 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas: Lebar mesiodistal keempat gigi insisivus rahang bawah.
2. Variabel terikat: Lebar mesiodistal gigi kaninus dan premolar
3. Variabel terkendali: Mahasiswa USU suku Batak dan metode pengukuran
operator
3.5 Defenisi Operasional
No Variabel Defenisi Operasional Cara Skala
Pengukuran Ukur
1. Lebar mesiodistal Jarak terbesar pada sisi Kaliper digital Nomina
mesial dan distal gigi l
2. Tabel Moyers Tabel yang ditemukan oleh Tabel Nomina
Moyers yang biasa l
digunakan untuk
memprediksi lebar
mesiodistal gigi kaninus dan
premolar
3. Mahasiswa USU Mahasiswa USU yang dua Informed Consent Ordinal
Suku Batak keturunan diatasnya bersuku
Batak
4. Klas I Angle Kondisi dimana tonjol Pemeriksaan Ordinal
mesiobukal molar pertama klinis dan model
permanen maksila berada studi
pada groove bukal molar
pertama permanen
mandibula

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB 4

HASIL PENELITIAN

Sampel penelitian berjumlah 51 orang yang terdiri dari 36 orang perempuan


dan 15 orang laki-laki yang memenuhi kriteria yang ditetapkan. Pengukuran
dilakukan pada model studi maksila dan mandibula. Berdasarkan pengukuran yang
dilakukan pada sampel model studi, rerata lebar mesiodistal gigi maksila pada suku
Batak untuk perempuan dan laki-laki dapat dilihat pada tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Rerata lebar mesiodistal gigi maksila pada perempuan suku Batak
Gigi Rerata (mm) Standar Deviasi

Insisivus sentralis 8,30 0,57

Insisivus lateralis 6,77 0,58

Kaninus 7,70 0,40

Premolar Satu 7,25 0,49

Premolar dua 6,68 0,46

Tabel 1 menunjukkan rerata lebar mesiodistal gigi maksila pada perempuan


suku Batak. Rerata lebar mesiodistal gigi insisivus sentralis: 8,30 mm, insisivus
lateralis: 6,77 mm, kaninus: 7,70 mm, premolar satu: 7,25 mm, dan premolar dua:
6,68 mm.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2. Rerata lebar mesiodistal gigi maksila pada laki-laki suku Batak
Gigi Rerata (mm) Standar Deviasi

Insisivus sentralis 8,43 0,50

Insisivus lateralis 6,86 0,64

Kaninus 8,02 0,41

Premolar Satu 7,40 0,50

Premolar dua 6,79 0,44

Tabel 2 menunjukkan rerata lebar mesiodistal gigi maksila pada laki-laki suku
Batak. Rerata lebar mesiodistal gigi insisivus sentralis: 8,43 mm, insisivus lateralis:
6,86 mm, kaninus: 8,02 mm, premolar satu: 7,40 mm, dan premolar dua: 6,79 mm.

Tabel 3. Rerata lebar mesiodistal gigi mandibula pada perempuan suku Batak
Gigi Rerata (mm) Standar Deviasi

Insisivus sentralis 5,33 0,43

Insisivus lateralis 5,88 0,50

Kaninus 6,74 0,45

Premolar Satu 7,31 0,47

Premolar dua 7,01 0,42

Tabel 3 menunjukkan rerata lebar mesiodistal gigi mandibula pada perempuan


suku Batak. Rerata lebar mesiodistal gigi insisivus sentralis: 5,33 mm, insisivus
lateralis: 5,88 mm, kaninus: 6,74 mm, premolar satu: 7,31 mm, dan premolar dua:
7,01 mm.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4. Rerata lebar mesiodistal gigi mandibula pada laki-laki suku Batak
Gigi Rerata (mm) Standar Deviasi

Insisivus sentralis 5,27 0,47

Insisivus lateralis 5,93 0,47

Kaninus 7,21 0,42

Premolar Satu 7,32 0,47

Premolar dua 7,11 0,46

Tabel 4 menunjukkan rerata lebar mesiodistal gigi mandibula pada laki-laki


suku Batak. Rerata lebar mesiodistal gigi insisivus sentralis: 5,27 mm, insisivus
lateralis: 5,93 mm, kaninus: 7,21 mm, premolar satu: 7,32 mm, dan premolar dua:
7,11 mm.

Tabel 5. Hasil uji tabel Moyers dengan tingkat probabilitas 75% pada laki-laki suku
Batak
Lebar mesiodistal gigi C, P1, Suku Batak Tabel Moyers Uji T
P2
Maksila 21,73 21,79 0,32
Mandibula 21,72 21,66 0,83

Tabel 5 hasil uji tabel Moyers dengan tingkat probabilitas 75% pada laki-laki
suku Batak menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan uji-T 2
sampel independen (P > 0,05) antara lebar mesiodistal gigi C, P1, P2 suku Batak dan
tabel Moyers maksila dan mandibula.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 6. Hasil uji tabel Moyers dengan tingkat probabilitas 75% pada perempuan
suku Batak
Lebar mesiodistal gigi C, P1, Suku Batak Tabel Moyers Uji T
P2
Maksila 21,73 21,79 0,01
Mandibula 20,70 21,02 0,40

Tabel 6 hasil uji tabel Moyers dengan tingkat probabilitas 75% pada
perempuan suku Batak menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
dengan uji-T 2 sampel independen (P > 0,05) antara lebar mesiodistal gigi C, P1, P2
suku Batak dan tabel Moyers mandibula, namun pada maksila hasil uji tabel Moyers
dengan tingkat probabilitas 75% pada perempuan suku Batak menunjukkan
perbedaan yang signifikan (P < 0.05).

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rerata lebar mesiodistal gigi


maksila dan mandibula pada suku Batak dan mengetahui apakah penggunaan tabel
Moyers pada tingkat probabilitas 75% dapat diterapkan pada suku Batak. Setelah
mengetahui hal tersebut, maka ukuran lebar mesiodistal dan tabel Moyers dapat
dijadikan pedoman dalam mendiagnosis dan menyusun rencana perawatan ortodonti
pada pasien suku Batak. Data dianalisis berdasarkan uji-T untuk membandingkan
ukuran lebar mesiodistal gigi kaninus, premolar satu, dan premolar dua terhadap tabel
Moyers antara laki-laki dan perempuan suku Batak.
Tabel 1 hingga 4 berturut-turut diperoleh rerata lebar mesiodistal gigi maksila
pada perempuan suku Batak, rerata lebar mesiodistal gigi maksila pada laki-laki suku
Batak, rerata lebar mesiodistal gigi mandibula pada perempuan suku Batak, dan rerata
lebar mesiodistal gigi mandibula pada laki-laki suku Batak. Rerata lebar mesiodistal
laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan hampir pada seluruh gigi, kecuali gigi
insisivus sentralis mandibula. Hal ini berbeda dengan penelitian Gorjizadeh tahun
2015 yang menggunakan sampel orang Iran. Hasilnya didapat bahwa rerata lebar
mesiodistal gigi insisivus sentralis mandibula pada laki-laki lebih besar ukurannya
dibandingkan dengan gigi perempuan.37 Hal ini juga sejalan dengan penelitian Jain et
al. tahun 2011 yang menggunakan sampel orang India Utara. Hasilnya didapat bahwa
rerata lebar mesiodistal gigi insisivus sentralis mandibula pada laki-laki lebih besar
ukurannya dibandingkan dengan gigi perempuan.38
Tabel 5 diperoleh bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara lebar
mesiodistal gigi kaninus, premolar satu, dan premolar dua suku Batak dan tabel
Moyers pada maksila (P = 0,32) dan mandibula (P = 0,83) pada sampel laki-laki. Hal
ini sejalan dengan penelitian Antonieta et al. pada tahun 2014 yang menguji analisis
Moyers pada sampel Mapuche-Huilliche Chili menggunakan ras Mestizo, yaitu
perpaduan ras Kaukasoid dan ras Mongoloid. Hasilnya didapat bahwa analisis
Moyers dapat diaplikasikan pada maksila dan mandibula pada sampel laki-laki.14 Hal

Universitas Sumatera Utara


ini sejalan dengan penelitian Gyawali et al. tahun 2017 yang menguji analisis Moyers
pada sampel Brahmana Nepal menggunakan ras Kaukasoid. Hasilnya tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara lebar mesiodistal gigi kaninus, premolar satu, dan
premolar dua dengan tabel Moyers pada tingkat probabilitas 75% (P = 0,395) pada
maksila untuk sampel laki-laki, namun terdapat perbedaan yang signifikan apabila
diaplikasikan pada mandibula dengan sampel yang sama (P = 0,006). 13 Pithon et al.
2014 juga melakukan penelitian yang menguji analisis Moyers pada ras Kaukasoid di
Brazil. Hasilnya tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk sampel laki-laki (P =
0,18) sehingga tabel Moyers dengan probabilitas 75% dapat diaplikasikan. 39
Tabel 6 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara lebar
mesiodistal gigi kaninus, premolar satu, dan premolar dua suku Batak dan tabel
Moyers mandibula pada sampel perempuan (P = 0,40), namun hasil uji tabel Moyers
dengan tingkat probabilitas 75% pada perempuan suku Batak menunjukkan
perbedaan yang signifikan (P = 0,01) untuk maksila. Hal ini berbeda dengan
penelitian Gyawali et al. tahun 2017 yang menguji analisis Moyers pada sampel
Brahmana Nepal ras Kaukasoid, terdapat perbedaan yang signifikan antara lebar
mesiodistal gigi kaninus, premolar satu, dan premolar dua dengan tabel Moyers pada
tingkat probabilitas 75% pada maksila (P = 0,01) dan mandibula (P = 0,02).13 Pithon
et al. 2014 juga melakukan penelitian yang menguji analisis Moyers pada ras
Kaukasoid di Brazil. Hasilnya tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk sampel
perempuan (P = 0,90) sehingga tabel Moyers dengan probabilitas 75% dapat
diaplikasikan.39 Garg et al. tahun 2017 melakukan penelitian yang menguji analisis
Moyers pada sampel Patiala India Utara ras Kaukasoid. Hasilnya terdapat perbedaan
yang signifikan untuk sampel wanita pada mandibula (P = 0,01) dan maksila (P <
0,05).40 Hal ini sejalan dengan penelitian Carrillo et al. tahun 2017 yang melakukan
penelitian untuk menguji analisis Moyers pada populasi Argentina. Hasilnya terdapat
perbedaan yang signifikan pada sampel perempuan maupun laki-laki.41

Universitas Sumatera Utara


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
1. Hasil penelitian pada mahasiswa USU suku Batak diperoleh:
a. lebar mesiodistal keempat insisivus rahang bawah pada perempuan adalah 5,33
mm pada gigi insisivus sentralis dan 5,88 mm pada gigi insisivus lateralis.
b. lebar mesiodistal keempat insisivus rahang bawah pada laki-laki adalah 5,27 mm
pada gigi insisivus sentralis dan 5,93 mm pada gigi insisivus lateralis.
c. lebar mesiodistal gigi kaninus, premolar satu, dan premolar dua maksila pada
perempuan berturut-turut adalah: 7,70 mm; 7,25 mm; dan 6,68 mm.
d. lebar mesiodistal gigi kaninus, premolar satu, dan premolar dua maksila pada
laki-laki berturut-turut adalah: 8,02 mm; 7,40 mm; 6,79 mm.
e. lebar mesiodistal gigi kaninus, premolar satu, dan premolar dua mandibula pada
perempuan berturut-turut adalah: 6,74 mm; 7,31 mm; 7,01 mm.
f. lebar mesiodistal gigi kaninus, premolar satu, dan premolar dua mandibula pada
laki-laki berturut-turut adalah: 7,21 mm; 7,32 mm; dan 7,11 mm.
2. Penggunaan tabel Moyers dengan tingkat probabilitas 75% dapat diterapkan pada
laki-laki suku Batak. Hasil pengujian statistik dengan menggunakan uji T
menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara lebar mesiodistal gigi
suku Batak dan tabel Moyers pada maksila dan mandibula (P > 0,05).
3. Penggunaan tabel Moyers dengan tingkat probabilitas 75% dapat diterapkan hanya
pada mandibula pada sampel perempuan suku Batak, sedangkan pada maksila
terdapat perbedaan yang signifikan antara lebar mesiodistal gigi suku Batak dan tabel
Moyers (P < 0,05).

6.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang berbeda suku.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

1. Proffit WR, Fields HW, Sarver DM. Contemporary orthodontics. 4 th ed., St.
Louis: Elsevier. 2007: 483-7.
2. Pawar RO, Bhat SR. Prediction of mesiodistal width of the mandibular permanent
canines and premolars by utilizing the mesiodistal width of mandibular first
permanent molars and incisors. International Journal of Scientific Study 2016; 3:
178-81.
3. Parkhedkar AR, Kohli VS, Jatania A, Meshram J, Kadam S, Sanap M. Prediction
of mesiodistal diameter of unerupted second premolars and canines non-
radiographically. International Journal of Dental Sciences and Research 2017; 5:
22-4.
4. Toodehzaeim MH, Aghili H, Shariatifar E, Dehghani M. New regression
equations for mixed dentition space analysis in an iranian population. The Journal
of Contemporary Dental Practice 2013;14(6): 1156-9.
5. Mahmoud BK, Hamed SI, Asab A, Taib H. Accuracy of four tooth size prediction
methods on Malay population. ISRN Dentistry 2012; 1-4.
6. Butt S, Wahid A, Chaudry S, Ehsan A. Mixed dentition space analysis. Pakistan
Oral & Dental Journal 2012; 32(3): 503-5.
7. Boitor CG, Stoica F, Nasser H. Prediction of mesiodistal size of unerupted
canines and premolars for a group of Romanian children: a comparative study. J
Appl Oral Sci 2013; 21(3): 2-9.
8. Kundi IU. Mesiodistal crown dimensions of the permanent dentition in different
maloclusions in Saudi population. Pakistan Oral & Dental Journal 2015; 35(3):
429-32.
9. Barberia E, Suarez MC, Villalon G, Maroto M, Godoy FG. Standards for
mesiodistal and buccolingual crown size and height of primary molars in a
sample of Spanish children. Eur J Paed Dent 2009; 10(4): 169-75.
10. Galvao MAB, Dominguez GC, Tormin ST, Akamine A, Tortamano A, Fantini
SM. Applicability of moyers analysis in mixed dentition. Dental Press Journal of
Orthodontics 2013; 18(6): 101-4.

Universitas Sumatera Utara


11. Dasgupta B, Zahir S. Comparison of two non-radiographic techniques of mixed
dentition space analysis and evaluation of their reliability for Bengali population.
Contemp Clin Dent Journal 2012; 3(2): 1-7.
12. Memon S, Fida M. Comparison of three mixed dentition analysis methods in
orthodontic patients at AKUH. Journal of the College of Physicians and Surgeon
Pakistan 2010; 20(8): 533-6.
13. Gyawali R, Shrestha BK, Yadav R. Mixed dentition space analysis among
Nepalese Brahmins/Chhetris. BMC Oral Health 2017; 17(36): 1-6.
14. Antonieta PM, Marcelo C, Juan R, Gabriel B, Claudia F. Applicability of the
Moyers prediction tables at 75% on Mapuche-Huilliche patients, Chile.
Odontoestomatologia Jounal 2014; 16(24): 13-17.
15. Simanjuntak BA. Struktur Sosial dan Sistem Politik Batak Toba hingga 1945:
Suatu Pendekatan Antropologi Budaya dan Politik. ed 1., Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia. 2006: 18-19.
16. Brook AH, Griffin RC, Townsend G, Levisianos Y, Russell J, Smith RN.
Variability and patterning in permanent tooth size of four human ethnic groups.
In: International Workshop on Oral Growth and Development. Liverpool, 2007:
1-24.
17. Kaur A, Singh R, Mittal S, Sharma S, Bector A, Awasthi S. Evaluation and
applicability of Moyers mixed dentition arch analysis in Himachal population.
DJAS 2014; 2(2): 98-100.
18. Al-Bitar ZB, Al-Omari IK, Sonbol HN, Al-Ahmad HT, Hamdan AM. Mixed
dentition analysis in a Jordanian population. J Angle Orthod 2008; 78(4): 670-5.
19. Mothaffar NMJ, Baghdady SHA. The role of environmental versus genetic
factors on tooth and dental arch dimensions in a twin sample. J Bagh College of
Dentistry. 2008; 20(1): 87-93.
20. Singh G. Textbook of orthodontics. 2 nd ed., New Delhi: Jaypee Brother Medical
Publisher Ltd. 2007: 43-8.
21. Cobourne MT, Dibiase AT. Handbook of orthodontics. Philadelphia: Elsevier.
2010: 95-103.

Universitas Sumatera Utara


22. Premkumar S. Prep manual for undergraduate: orthodontics. New Delhi:
Elsevier. 2008: 112-15.
23. Phulari BS. Orthodontics: principles and practice. New Delhi: Jaypee Brothers
Medical Publishers Ltd. 2011: 74-6.
24. Proffit WR, Fields HW, Sarver DM. Contemporary orthodontics. 5th ed., St.
Louis: Elsevier. 2013: 67-82.
25. Pilloud MA, Kenyhercz. Dental metrics in biodistance analysis. In: Pilloud MA,
Hefner JT. Biological distance analysis: forensic and bioarchaeological
perspectives. London: Elsevier. 2016: 137-9.
26. Pamecha S, Dayakara HR. Comparative measurement of mesiodistal width of six
anterior maxillary and mandibular teeth in Rajasthan population. J Indian
Prosthodont 2012; 12(2): 1-6.
27. Staley RN, Reske NT. Essentials of orthodontics: diagnosis and treatment. 1 st ed.,
United Kingdom: Blackwell. 2011: 43-55.
28. Bishara SE. Textbook of orthodontics. Philadelphia: W.B Saunders Company.
2001: 134-44.
29. Bhalajhi SI. Orthodontics- the art and science. 3rd ed., New Delhi: Arya (MEDI)
Publishing House. 2003: 175-9.
30. Scott GR, Irish JD. Anthropological perspectives on tooth morphology: genetics,
evolution, variation. Cambridge: Cambridge University Press. 2013: 38-40.
31. Fernandes TMF, Sathler R, Natalicio GL, Henriques JFC, Pinzan A. Comparison
of mesiodistal tooth width in Caucasian, African, Japanese individuals with
Brazilian ancestry and normal occlusion. Dental Press J Orthod. 2013: 131-4.
32. Hammad SM, Abdellatif AM. Mixed dentition space analysis in Egyptian
children. Pediatric Dental Journal 2010; 20(2): 115-19.
33. Nakhjavani YB, Nahvi A, Izadfar M, Nakhjavani FB, Jafari A. Arch length and
tooth size relationship and its role in predicting crowding and spacing. J Appl
Environ Biol Sci 2014; 4(8): 198-201.
34. Durgekar SG, Naik V. Evaluation of Moyers mixed dentition analysis in school
children. Indian Journal of Dental Research 2009; 20(1): 26-30.

Universitas Sumatera Utara


35. Erlangga R. Ensiklopedia seni dan budaya nusantara: Sumatera Utara. 1 st ed.,
Bekasi: Mutu. 2013: 9-32.
36. Vergouwen JC. Masyarakat dan hukum adat Batak Toba. Yogyakarta: Lkis
Pelangi Aksara. 2004: 1-5.
37. Gorjizadeh F, Mahd MJ, Maktabi AR. Analyzing mesiodistal widths of the
permanent teeth. Iran J Ortho 2015; 10(2): 1-5.
38. Jain AK, Garg N, Singh J, Ansari A, Sangamesh B. Mesiodistal crown
dimensions of permanent dentition of a North Indian population. Indian Journal
of Dentistry 2011; 2(2): 16-19.
39. Pithon MM, Santos RL, Coqueiro RS, Araujo JTS. Applicability of Moyers
probability table in the population of the northeast of Brazil. Biosci J 2015;
31(1): 311-18.
40. Garg S, Pathak A, Kaur S. Mixed dentition analysis: applicability of three non
radiographic methods for Patiala population. International Journal of
Contemporary Medical Research 2017; 4(9): 2016-19.
41. Carrillo JJP, Rubial MC, Albornoz C, Villalba S, Damiani P, Cravero MR.
Applicability of the Moyers’s probability tables in adolescents with different
facial biotypes. Open Dent J 2017; 4: 213-20.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai