Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS PENGUKURAN

RUANG

Drg. Wiwekowati, M.Kes


BAGiAN ORTODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
2016
METODE ANALISIS
UNTUK PENGUKURAN RUANG

• AVAILABLE SPACE
Ruangan yang tersedia untuk gigi c, m1, m2 yang diukur dari distal I2 sampai
mesial M1 setelah gigi-gigi I1 + I2 diatur dalam lengkung yang normal.
• LEE WAY SPACE
Selisih pengukuran lebar mesiodistal c, m1, m2 pada model dengan perkiraan
jumlah lebar mesiodistal C, P1, P2 yang didapatkan dari tabel Moyers.
Menurut MOYERS : RA = 1,3 mm dan RB = 3,1 mm
Menurut NANCE : RA = 0,9 mm ( 0,9 – 1 mm )
RB = 1,7 mm ( 1,7 – 2 mm )
• BEBERAPA METODE
- Metode MOYERS - Metode PONT
- Metode NANCE - Metode HOWES
- Metode HUCKABA - Metode KESLING
- Metode SITEPU - Metode TWEED
- Metode NEFF
METODE MOYERS

TUJUAN
1. Meramalkan kemungkinan teraturnya gigi permanen pada ruang yang ada
2. Meramalkan derajat kemungkinan yang besar jumlah ruang dalam milimeter
yang dibutuhkan untuk mencapai keteraturan gigi-gigi yang tepat

KEUNTUNGAN
1. Kesalahan minimal dan kesalahan yang mungkin terjadi telah diketahui
2. Mudah dilakukan oleh pemula ataupun ahli
3. Waktu relatif singkat
4. Tidak butuh alat khusus
5. Dapat digunakan pada kedua lengkung rahang

GIGI-GIGI INSISIVI RB
 Merupakan gigi anterior yang erupsi pertama dan memberikan kesempatan
pengukuran secara dini, dan tidak terlalu bervariasi , dan l ebih dapat
diandalkan daripada gigi-gigi insisivi RA
PROSEDUR KERJA ( untuk RB )

1. Ukur lebar mesiodistal tiap gigi Insisivus RB => jumlahkan


2. Menentukan besar ruang yang dibutuhkan untuk pengaturan insisivi RB
yang tepat
Pada kasus insisivi RB berdesakan :
 Aturlah alat pengukur sampai nilai yang sama dengan jumlah lebar gigi I1
dan I2
 Tempatkan ujung alat pengukur pada garis median, ujung yang lain
membuat tanda pada sisi C didekatnya. Tanda ini menunjukan bagian
distal I2 RB dalam keadaan yang baik.
 Lakukan juga pada sisi sebelahnya.
3. Ukur ruang yang ada pada tiap lengkung gigi untuk 345 dengan cara
mengukur mulai dari tanda (ad. 2 ) sampai dengan mesial M1 RB
4. Gunakan daftar probalitas Moyers untuk RB dan jumlah total lebar gigi
insisivi pada kolom sebelah atas yang sesuai . Lalu lihat kolom
dibawahnya untuk mengetahui lebar ruang yang dibutuhkan untuk
345; prosentase yang sering digunakan => 75%.
• Tabel Probalitas (Robert E Moyers )
• Contoh :
– Jumlah lebar 2 1 1 2 RB = 23 mm
– Pada daftar RB ( pada prosentase 75% ) = 22,2 mm
=> Merupakan ruang yang dibutuhkan oleh 345 untuk erups i normal
( tidak berdesakan )
– Diagram :
2 1 1 2 = --------------------------------------- = > 23 mm

75 % = --------------------------------------- 22,2 mm

PROSEDUR KERJA ( untuk RA )


Sama dengan untuk RB, tapi :
A. Daftar probabilitasnya yang untuk RA
B. Perlu diperhitungkan tempat untuk overjetnya
 Ada sejumlah kecil tempat yang dibutuhkan untuk overjet ( di
regio anterior RA )
A & B : pengukuran pada perimeter
lengkung rahang dari I1 & I2 tiap
sisi.

C : jarak dari mesial M1 sampai distal


I2

Perkiraan lebar didapatkan dari tabel


kemudian dikurangi dari per-
hitungan ini untuk mendapatkan
panjang lengkung rahang yang
tersisa
METODE NANCE
 Ro foto diukur secara vertikal .
 Ukur jarak lebar c, m1, m2 dengan gigi pengganti yang ada di dalam Ro
foto ( jadi gigi-gigi C, P1, P2 ).

• Contoh
 Jarak / lebar c, m1, m2 RA = 17 mm
 Jarak / lebar C, P1, P2 RA = 19 mm
 Gigi C, P1, P2 yang akan erupsi tidak akan mendapatkan tempat
yang cukup  jadi akan berdesakan.

• Selisih lebar c + m1 + m2 dengan C+ P1 +P2


normal ; RA = 0,9 – 1 mm
RB = 1,7 – 2 mm ( LEE WAY SPACE )
METODE HUCKABA

• Untuk mengkompensasi pembesaran gambaran gigi yang tampak pada


X-Ray foto
• Dengan Rumus : X Y X`Y
• = => X =
X` Y` Y`

X = Lebar sebenarnya gigi permanen yg belum erupsi


X’ = Lebar dalam Ro foto gigi permanen pengganti
Y = Lebar gigi sulung yg diukur pada mode l studi
Y ’= Lebar gigi sulung pada Ro foto
CONTOH :
Gigi m2 Ro (y`) = 10,5 mm
P2 Ro (x` ) = 7,4 mm
m2 model (y ) = 10 mm
Lebar P2 sebenarnya (x) = x`y 7,4 x 10
y` 10,5
= 7,0 mm.
Rumus Prediksi
Lebar Mesiodistal 3 4 5 ( oleh SITEPU )

A. Untuk kelompok etnik Deutero – Melayu


Y = 0,48X + 11,71 (RA)
Y = 0,46X + 10,91 (RB)
B. Untuk kelompok etnik Cina – Indonesia
Y = 0,44X + 11,6 (RA)
Y = 0,44X + 10,29 (RB)
Keterangan :
Y = Lebar Mesio - Distal 3 4 5
X = Lebar Mesio - Distal 2 1 1 2
METODE KESLING

• Sering juga disebut : Diagnostic Set-Up atau Prognostic Set-Up


• Dilakukan pada : fase geligi permanen
• Caranya :
– Buatlah model
– Buatlah gigitan tersebut merupakan kunci untuk meletakkan model
RA & RB di artikulator
– Gigi-gigi pada model satu persatu dilepas dari model dengan cara
digergaji (dengan gergaji halus), dipotong dari titik kontak sampai
alveolar -crest sepanjang gingival margin, gigi M1 ditinggalkan (tidak
dilepas) untuk mempertahankan relasi RA & RB.
– Susunlah gigi-gigi tadi, sehingga tersusun dengan baik pada lengkung gigi
yang diinginkan, perhatikan : GARIS MEDIAN, OVERBITE, OVERJET,
buatlah senormal mungkin.
– Dari susunan gigi-gigi tsb dapat diketahui ruangannya cukup atau tidak.
– Bila kekurangan ruang > ½ lebar P1 Indikasi Cabut
– Bila kekurangan ruang < ½ lebar P1 Indikasi Non Cabut
METODE PONT

• Dasar : Dalam lengkung gigi dengan susunan gigi teratur terdapat hubungan
antara jumlah lebar mesiodistal ke empat insisivi RA dengan lebar
lengkung inter P1 dan inter M1
Lebar lengkung inter P1 = LLM
Lebar lengkung inter M1 = LLB
• Tujuan : untuk mengetahui apakah suatu lengkung gig i dalam keadaan
normal, kontraksi atau distraksi.
Kontraksi = mendekati bidang sagital
Distraksi = menjauhi bidang sagital
• Rumus Pont untuk lengkung gigi normal :
4 I x 100 = 80 => jadi LLM = 4 I x 100
LLM 80

4 I x 100 = 64 => jadi LLB = 4 I x 100


LLB 64
• Cara : ( Diukur pada model studi )
– Ukur jumlah lebar mesiodistal 4 I RA
– LLM = Lebar Lengkung Muka = inter P1
• RA = distal pit gigi P1 kiri – kanan
• RB = Titik kontak P1 & P2 kiri – kanan
– LLB = Lebar Lengkung Belakang = inter M1
• RA = mesial pit M1 kiri – kanan
• RB = titik tertinggi distobukal cups M1
A. Terhitung = LLM = 4 I RA x 100 = ……………..mm
80
LLB = ∑ 4 I RB x 100 = ……………...mm
64

B. Terukur = RA RB
LLM distal pit P1 titik kontak P1 & P2
LLB mesial pit M1 distobukal cups M1

 Dibandingkan keduanya ( A dan B )


• Jika A > B Penyempitan lengkung rahang
• Jika A < B Pelebaran lengkung rahang
• Jika A = B Normal = cukup

 Bila LLM dan LLB ( Terukur ) dibandingkan dengan LLM dan LLB Pont
( Terhitung ) kurangnya 5 – 8 mm = > Indikasi Pencabutan.
• Contoh : RA
21 12 = 35 mm
Jarak 4 – 4 = 38 mm ( terukur )
Jarak 6 – 6 = 44 mm ( terukur )
• Hitung LLM = ∑ 4 I x 100
80
= 35 x 100 = 43,75
80
LLB = 4 I x 100
64
= 35 x 100 = 54,68
64
• Jarak 4 – 4 : terukur = 38 mm
: terhitung = 43,75 mm
(-) = 5,75 mm
• Jarak 6 – 6 : terukur = 44 mm
: terhitung = 54,68 mm
(-) = 10,68 mm
Kesimpulan = Terjadi kontraksi total ( regio 4 dan 6 ) => indikasi
pencabutan ( oleh karena selisihnya 5 atau lebih)
METODE HOWES
• ADA 2 CARA :
1. Hubungan lebar lengkung gigi dengan panjang lengkung gigi
 Membandingkan antara lebar lengkung gigi (lebar inter premolar)
dengan panjang lengkung gigi ( mesiodistal gigi-gigi dari M1 kiri
sampai M1 kanan )
• Lebar lengkung gigi : diukur dari titik-titik dalam dari bukal cusp P1 RA
(inter premolar) ( ± 1 mm lebih ke dalam dari cups bukal P1 )
• Panjang lengkung gigi : diukur dari distal M1 kiri sampai M1 kanan
 Rumus : Lebar Lengkung gigi
Panjang lengkung gigi
Atau Lebar inter P1
m.d 6 6

 Hasil : a . 43% => normal = lengkung cukup untuk ditempati


gigi- gigi secara teratur tanpa pencabutan
b. >43% => terapi tanpa pencabutan
c. <43% => terapi dengan pencabutan
2. Hubungan lengkung basal dengan lengkung koronal
 Pengukuran lengkung rahang yang diambil dari fossa canina yang
dibandingkan dengan lebar M . D. 6 – 6
• Lengkung basal = Basal Arch
Diukur dari intercanine fossa (fossa canina) kira-kira pada apex P1 RA
• Lengkung Koronal = Coronal Arch
Diukur mesio-distal M1 kiri sampai M1 kanan RA
 Rumus ;
LEBAR FOSSA CANINA
M . D. 6 6
 Hasil :
a. < 37% = > Indikasi Pencabutan
b. 37% - 44% Meragukan (borderline case) antara cabut dan tidak
c. > 44% => Tanpa pencabutan ok lengkung rahang mampu
menampung gigi-gigi dalam susunan yang baik

< >
…………… 37% - 44% ……………
Ekstraksi Meragukan Non Ekstraksi
Pencabutan P1 harus dipertimbangkan

C = Garis singgung yang melalui permukaan bukal gigi dan prosesus alveolaris
menunjukan hubungan antara basal arch dengan coronal arch.

Gambar :
I : Konvergen ke koronal, menunjukan apical base lebih besar dari pada
coronal arch.
Tx. Ekspansi : jika dilakukan, misalnya baik dan stabil
II : Sejajar, menunjukan keseimbangan antara basal arch dengan coronal
arch
Tx. Ekspansi : dpt dilakukan sedikit saja, jangan sampai tipping ke bukal
III : Divergen ke koronal, menunjukan apical base lebih kecil dpd coronal arch
Tx. Ekspansi : kontra indikasi
METODE TWEED
Menggunakan : FMPA = sudut yang dibentuk oleh FHP dan MP
IMPA = sudut yang dibentuk oleh Insisivi RB dan MP

1. FMPA = 20˚- 25˚ Prognosis baik, Tx dengan/tanpa pencabutan


IMPA = 90˚ ± 5

2. FMPA = 25˚ - 30˚ Prognosis masih baik, Tx dengan pencabutan dan


IMPA = 90˚ ± 5 inklinasi insisivi RB dikecilkan 90˚ / 85˚

3. FMPA = 30˚ - 35˚ Prognosis masih cukup baik, Tx harus dengan


IMPA = 90˚ ± 5 pencabutan dan inklinasi insisivi RB dikecilkan

4. FMPA = 40˚ atau lebih Prognosis jelek, wajah pasien mendongos ok


skeletal pattern, Tidak perlu dicabut.
METODE NEFF

A B
= 1,20 atau = 75%
B A

A = Jumlah mesiodistal 6 gigi anterior RA


B = Jumlah mesiodistal 6 gigi anterior RB

Hasil : bila < 1,20 , perlu pencabutan


SEKIAN
TERIMA KASIH

Drg. Wiwekowati, M.Kes


BAGIAN ORTODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
2016

Anda mungkin juga menyukai