Anda di halaman 1dari 36

Nama : Atika Nur Fadhilah

NIM : 40619006

Resume AK Ortodonti 2
Diskusi 1

Jumat, 3 April 2020

1. Analisa Umum
• Keluhan utama
Ditanyakan untuk mengetahui alasan utama dating ke dokter gigi tentang
keadaan sususan gigi yg kurang baik, mengganggu estetik, fungsi pengunyahan,
dan atas dasar kemauan untuk kedokter gigi.
• Berat badan dan tinggi badan
Ditanyakan untuk mengetahui tumbuh kembang gigi dan tulang. Pada wanita
pertumbuhan lebih cepat daripada laki laki
• Ras/kelompok etnik/populasi
Setiap ras memiliki ciri khas sendiri, ditanyakan untuk menganalisa perawatan.
• Bentuk skeletal
a. Endomorfik : pendek, gendut
b. Mesomorfik : Berotot
c. Ektomorfik : Kurus, sedikit otot, sedikit lemak
• Penyakit anak
Untuk melihat apakah anak mempunyai penyakit sistemik atau tidak.
Contohnya panas tinggi, cacar, infective endocarditis, bleeding disorder,
childhood malignancy, diabetes, epilepsy, asma.
• Alergi
Mempunyai alergi obat, makanan, alat ortodonti
• Kelainan endokrin
1. Pralahir: hypoplasia gigi
2. Pasca lahir: percepatan atau hambatan pertumbuhan muka, dapat
mempengaruhi derajat pematangan tulang, penutupan sutura, resorbsi akar
gigi sulung, erupsi gigi permanen, membrane periodontal dan gusi
Contoh:
a. Kelenjar tiroid mempengaruhi perkembangan tulang
b. Kelenjar paratiroid mempengaruhi perkembangan dental
c. Estrogen mempengaruhi remodeling tulang
2. Analisa Lokal
a. Pemeriksaan ekstraoral
• Tipe profil
Dilihat dari samping pasien
a. Menurut Graber
Titik Gl (Glabela), titik Lca (Lip counter atas), titik Lcb (Lip counter
bawah), titik symphysis.
b. Menurut Profit
Titik Gl (Glabela), titik Sn (subnasal), titik Pog (Dagu).
Terdapat 3 hasil, ada yg berbentuk cekung, cembung, lurus
• Tipe muka
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑤𝑎𝑗𝑎ℎ
Indeks muka = 𝑥 100
𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑤𝑎𝑗𝑎ℎ

Keterangan :
Panjang wajah: Nasion-Gnasion
Lebar wajah: Bizygonatikus zygion kanan-kiri
Hasil:
Lebar pendek = euriprosop (80-84,9)
Sedang = mesoprosop (85-89,9)
Panjang, sempit = leptoprosop (90-94,9)
• Tipe kepala
𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑘𝑒𝑝𝑎𝑙𝑎
Indeks kepala = 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑝𝑎𝑙𝑎 𝑥 100

Keterangan :
Panjang kepala: Glabela-Occipitale
Lebar kepala: Eurion/ Bizygomatic supramasteideus
Hasil:
Dolikosefalik = panjang sempit (≤0,75)
Mesosefalik = sedang (0,76-0,79)
Brakisefalik = lebar (≥0,80)
• Bibir
a. Normal: bibir cukup panjang dan mudah berkontak. Bibir kompeten
b. Hipotonus: tidak kompeten
c. Hipertonus: tidak kompeten
• Fonetik
Dapat dilihat dari pengucapan anak, masing” pengucapan memiliki
perbedaaan etiologi. Pasien diinstruksikan melafalkan huruf tertentu.
Jones Classification
a. Bilabial: m/p/b/w
b. Labiodental: f/v
c. Linguodental: t/d
d. Sibilan: s/z
e. Postalveolar: r
f. Palatoalveolar: c/g
• Kebiasaan jelek
Kebiasaan jelek dipengaruhi oleh durasi ( lama kebiasaan berlangsung),
frekuensi (berapa kali), intensitas (berapa besar kekuatan).
1. Lip Sucking
a. Protusi anterior RA
b. Retrusif anterior RB
c. Diastema sentral
d. Overjet bertambah
2. Tongue Thrusting
a. Protusif anterior
b. Crossbite anterior
c. Openbite anterior
3. Thumb Sucking
a. Protusi anterior RA
b. Retrusif anterior RB
c. Openbite
d. Palatum V, tinggi
e. Overjet besar
f. Gigitan silang posterior
4. Bruxism
a. Atrisi pada seluruh gigi
5. Mouth Breathing
a. Palatum V, dalam
b. Protusif anterior RA
c. Marginal gingivitis anterior
b. Pemeriksaan intraoral
• Mukosa mulut
Melihat gingiva, apakah termasuk gingiva sehat
• Lidah
Melihat apakah ada kelainan seperti mikroglosi dan makroglosi. Dimana
saat lidah makroglosi dapat menyebabkan kelainan seperti diastema dan
dapat mendorong gigi kea rah labial atau bukal
• Palatum
Untuk melihat retensi piranti, palatum dapat diukur menggunakan
kacamulut nomer 4. Cara mengukurnya kacamulut dimasukkan ke dalam
palatum.
Hasil :
1. Sedang: kacamulut masuk setengah
2. Dalam: kacamulut masuk seluruhnya
3. Rendah: kacamulut hanya masuk sedikit
• Kebersihan mulut
Diukur menggunakan indeks OHI-S. dengan cara mengukur CI dan DI lalu
ditambahkan.

Hasil :
1. Baik (good), apabila nilai berada diantara 0-1,2.
2. Sedang (fair), apabila nilai berada diantara 1,3-3,0.
3. Buruk (poor), apabila nilai berada diantara 3,1-6,0.
• Frekuensi karies
Diukur menggunakan indeks def-t.
D (decay) = gigi berlubang
E (eksfoliasi) = gigi yang dicabut atau hilang karena karies
F (filling) = gigi yang ditambal
Hasil :

1. 0,0 – 1,1 = sangat rendah


2. 1,2 – 2,6 = rendah
3. 2,7 – 4,4 = sedang
4. 4,5 – 6,5 = tinggi
5. 6,6 > = sangat tinggi
• Fase geligi
Urutan erupsi gigi permanen:
RA : Molar 1, Insisiv sentral, Insisiv lateral, Premolar 1, Premolar 2,
Caninus, Molar 2, Molar 3
RB : Molar 1, Insisiv sentral, Insisiv lateral, Caninus, Premolar 1, Premolar
2, Molar 2, Molar 3
Diskusi 2

Senin, 6 April 2020

1. Analisa Model
• Bentuk lengkung gigi
Ada yg menggolongkan menjadi 5 :
a. Parabola : normal
b. Lyra : menyempit ke anterior
c. Omega : menyempit ke posterior
d. Square : kotak
e. Ovoid
Ada yg menggolongkan menjadi 3 :
a. Parabola
b. Ovoid
c. Square
• Diskrepansi model
Diskrepansi model adalah perbedaan tempat yang tersedia dengan tempat
yg dibutuhkan. Bila hasil (+) semua gigi permanen sudah tumbuh dan masih
ada sisa ruang, bila hasil (-) semua gigi permanen sudah tumbuh dan masih
membutuhkan ruang.
Diskrepansi model gigi pergantian
a. Pengukuran tempat yg tersedia menggunakan brass wire
RA : Mesial M1 permanen kiri melewati fissure ke insisal insisiv ke
mesial M1 permanen kanan melewati fissure pada lengkung yang benar
RB : Mesial M1 permanen kiri melewati cusp bukal ke insisal insisiv ke
mesial M1 permanen kanan melewati cusp bukal pada lengkung yang
benar
b. Tempat yg dibutuhkan
1. Tabel Sitepu
Cocok untuk ras deutro melayu/surabaya. Dilakukan dengan cara
menghitung jumlah mesiodistal seluruh gigi insisiv RA, dan
dilakukan perhitungan dengan rumus
RA= 2 x (jumlah insisiv RA+Y.RA)
RB= 2 x (jumlah insisiv RA+Y.RB)
YRA dan YRB didapat dari table sitepu
2. Tabel Moyers
Biasa digunakan untuk ras Amerika. Untuk perhitungan sama seperti
sitepu tetapi menggunakan insisiv rahang bawah.
3. Tanaka & Jhonston
Menentukan ukuran caninus dan premolar dengan menggunakan
gigi insisiv rahang bawah. Dengan rumus
a. Setengah jumlah lebar insisisv rahang bawah + 10,5 mm=
perkiraan jumlah lebar kaninus dan premolar rahang
bawah(dalam satu kuadran)
b. Setengah jumlah lebar insisisv rahang bawah + 11 mm=
perkiraan jumlah lebar kaninus dan premolar rahang atas(dalam
satu kuadran)
4. Hukaba
Diperlukan foto rontgen saat perhitungan
(𝑌)(𝑋 ′ )
X= (𝑌 ′ )

Keterangan :
X = Gigi tetap yang dicari
X' = Besar gigi tetap diukur dari rontgen
Y = Besar gigi susu diukur pada model
Y' = Besar gigi susu diukur dari rontgen
• Diastema
a. Diastema Fisiologis (terjadi pada gigi sulung)
1. Ugly dugling stage: Jarak insisiv sentral RA permanen muda,
biasanya terjadi pada usia 9-10 tahun.
2. Primate space: RA= Insisiv lateral dan Caninus sulung
RB= Caninus dan Molar 1 sulung
3. Deplomental stage: Setiap gigi sulung anterior
4. Leeway space: Jarak yg terbentuk dari gigi sulung caninus, molar 1
sulung dan molar 2 sulung diganti dengan caninus, premolar 1,
premolar 2 permanen. Menurut profit idealnya untuk RA adalah 1,5
mm dan untuk RB 2,5 mm.
b. Diastema Patologis (terjadi pada gigi permanen)
1. Lokal
o Presistensi
o Frenulum
o Kebiasaan buruk
2. Umum
o Makroglosi
o DDM
o Keturunan
• Gigi Letak Salah
a. Versi: Mahkota gigi miring, akar tidak (linguoversi, labioversi,
palatoversi,dll)
b. Rotasi: Gigi berputar
1. Rotasi sentris: gerak 2 sisi mesial dan distal, gerakan disertai dengan
gerakan mahkota dan akar
2. Rotasi eksentris: gerak 1 sisi mesial atau distal, gerakan hanya pada
mahkota tidak dengan akar
c. Ektostema: Gigi yang terletak diluar lengkung rahang
• Pergeseran garis median
Dilakukan 2 pengukuran
a. Garis median wajah: diukur dari glabella ke philtrum
b. Garis median model
RA: ruge raphae ke papilla insisiva ke frenulum labialis
RB: titik sejajar frenulum labialis ke frenulum lingualis
Pergeseran garis median dapat dikarenakan tanggal premature gigi sulung
atau karena adanya displacement mandibular
• Relasi gigi posterior
a. Relasi molar permanen
1. Netroklusi: Cusp mesiobukal molar 1 permanen RA berada pada
bukal grove molar 1 permanen RB
2. Distoklusi: Cusp mesiobukal molar 1 permanen RA berada diantara
cusp mesiobukal molar 1 RB dan distal premolar 2 RB
3. Mesioklusi: Cusp mesiobukal molar 1 permanen RA berada diantara
mesiobukal molar 2 dan distobukal molar 1 permanen RB
4. Edge to egde: Tonjol cusp bertemu dengan tonkol cusp
5. Tidak ada relasi
b. Relasi molar sulung
1. Mesial step: tipe hubungan ini terlihat permukaan distal molar kedua
desidui rahang bawah berada lebih mesial daripada molar kedua
desidui rahang atas. Kemudian molar pertama permanen secara
langsung erupsi dalam relasi Klas I Angle. Tipe ini biasanya terjadi
pada awal pertumbuhan mandibula ke depan. Jika pertumbuhan
mandibula terus berlanjut, maka dapat terjadi relasi molar Klas III
Angle. Jika pertumbuhan mandibula ke depan minimal, maka akan
terjadi relasi molar Klas I Angle.
2. Flush terminal plane: permukaan distal molar kedua rahang atas dan
molar kedua desidui rahang bawah dalam satu dataran vertical. Tipe
hubungan ini disebut dengan satu dataran vertikal (flush terminal
plane) dan diperoleh relasi molar pertama tonjol lawan tonjol. Ini
merupakan keadaan normal dari gigi desidui, dan dapat terkoreksi
dengan pergerakan molar rahang bawah ke depan sejauh 3-5 mm
terhadap rahang atas memanfaatkan developmental space maupun
Leeway space yang ada sehingga relasi molar Klas I Angle dapat
tercapai.
3. Distal step: karateristik tipe ini bila permukaan distal molar kedua
desidui rahang bawah berada lebih distal daripada molar kedua
desidui rahang atas. Kemungkinan relasi molar pada tipe ini adalah
Klas II Angle.
• Relasi Gigi Anterior
a. Overjet (jarak gigit): Jarak horizontal antara insisal insisiv RA dengan
bidang insisal insisiv RB. Dapat diukur menggunakan sonde, probe atau
penggaris (pada model). Normalnya 2-3 mm
b. Overbite (tumpeng gigit): Jarak vertikal insisal insisiv RA dengan
insisal insisiv RB. Dapat diukur dengan vara menandai gigi insisiv RB
lalu diukur dari insisal hingga batas yang sudah ditandai menggunakan
penggaris.
Diskusi 3

Senin, 13 April 2020

• Diskrepansi gigi tetap


a. ALD
Membandingkan panjang lengkung gigi dan lengkung rahang
1. Mengukur panjang lengkung gigi dengan cara mengukur mesiodistal
gigi 16-26 dan 36-46. Jumlah total lebar mesiodistal menunjukkan
ruang yang dibutuhkan
2. Mengukur rahang
o Menurut nance: menggunakan brass wire seperti biasa
o Menurut lundstron (teknik segmental): dibagi menjadi 6
segmen (M1, P2); (P1, C); (I2,I1) bagian kanan dan kiri

Lalu dilakukan perhitungan dengan cara

Diskrepansi= lengkung rahang-panjang lengkung gigi

b. Bolton
Adanya hubungan antara lebar gigi maksila dan mandibula
1. Rasio total: mengukur 12 gigi

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 12 𝑔𝑖𝑔𝑖 𝑅𝐵
𝑥100
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 12 𝑔𝑖𝑔𝑖 𝑅𝐴

Hasil:
Normal: 91,3 %
Mandibula lebih besar dari seharusnya: >91,3%
Maksila lebih besar dari seharusnya: <91,3%
2. Rasio anterior: mengukur 6 gigi

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 6 𝑔𝑖𝑔𝑖 𝑅𝐵
𝑥100
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 6 𝑔𝑖𝑔𝑖 𝑅𝐴

Hasil:
Normal: 77,2 %
Mandibula lebih besar dari seharusnya: >77,2%
Maksila lebih besar dari seharusnya: <77,2%
c. Pont
Metode untuk menentukan lebar lengkung ideal berdasarkan lebar
mesiodistal keempat gigi insisiv rahang atas. Digunakan untuk
menentukan lebar lengkung dan ekspansi ke lateral.
1. Indeks Premolar
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑜𝑑𝑖𝑠𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑠𝑖𝑠𝑖𝑣 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑙𝑎
𝑥100
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑝𝑟𝑒𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟
Jarak interpremolar (maksila): dari fossa distal pada oklusal P1
kanan dan kiri
2. Indeks Molar
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑜𝑑𝑖𝑠𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑠𝑖𝑠𝑖𝑣 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑙𝑎
𝑥100
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟
Jarak intermolar (maksila): dari fossa mesial pada oklusal M1 kanan
dan kiri
Hasil perhitungan disamakan dengan table
Hasil:
<5mm: terjadi kontraksi (penyempitan)/distraksi (pelebaran) ringan
5-10 mm: terjadi kontraksi (penyempitan)/distraksi (pelebaran)
sedang
>10 mm: terjadi kontraksi (penyempitan)/distraksi (pelebaran) berat
d. Howes
1. Mengukur panjang lengkung gigi seperti cara ALD
2. Mengukur lebar lengkung rahang/lebar basis apikal: jarak antara
titik terdalam fossa kanina. Diukur dari titik ujung apeks gigi P1 RA
kanan dan kiri menggunakan jangka yang runcing
Rumus:
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 𝑎𝑝𝑖𝑘𝑎𝑙
𝑥100
𝐿𝑒𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔 𝑔𝑖𝑔𝑖
Hasil:

44%: Rahang cukup lebar

<37%: lengkung basal sempit. Diperlukan pencabutan gigi

37%-44%: membutuhkan perawatan antara ekspan atau pencabutan

>44%: lebar lengkung basal>lebar lengkung gigi antara 14 dan 24 aman


untuk dilakukan ekspansi

1. Analisa Fungsional
• Path of closure
Gerakan mandibular dari posisi istirahat ke oklusi sentrik.
Arahnya ke atas dan ke depan.
Terdapat beberapa kelainan, seperti:
a. Deviasi mandibular
Disebabkan karena faktor kebiasan dan memiliki ciri-ciri:
o Saat posisi istirahat adanya pergeseran garis median
o Saat oklusi sentris garis median lurus
b. Displacement mandibular
Terdapatnya halangan, baru bisa oklusi.
Dan memiliki ciri ciri tidak dapat oklusi sentris.
Ada 2 macam:
o Lateral: Terjadi cross bite posterior
o Sagital: Terjadi cross bite anterior
• Free way space
Jarak antara oklusal pada saat mandibular dalam posisi istirahat
Diukur melalui dari titik pronasal dang onion
Free way space=Rest Vertical Dimension-Occlusal Vertical Dimension
Normalnya 2-3 mm
• Sendi TMJ
Pemeriksaan:
a. Anamnesa : ditanyakan apakah ada nyeri, terbatas saat membuka
mulut, pernah ada trauma atau tidak
b. Inspeksi: perhatiakn apakah ada pembengkakan, deformasi, deviasi
dagu, atrisi gigi
c. Palpasi: diraba pada TMJ dan pasien dianjurkan membuka dan
menutup mulut beberapa kali
d. Auskultasi: didengarkan apakah ada bunyi clicking atau krepitasi
e. Range of motion:
o Lebar normal 35-40 mm
o Lateral 7 mm
o Depan 6 mm

2. Analisa sefalometri
• Titik
❖ Jaringan Keras
a. S (Sella): Titik tengah pada sella tursika. Berbentuk ½ lingkaran
pada tulang spenoid. Berlokasi ditengah tulang fossa kranial ±3mm
kedalam lingkaran dasar sella tursika.
b. N (Nasion): Perpotongan sagital dari sutura frontonasalis.
Pertemuan antara tulang frontal dan tulang nasal
c. A (Subspinal): Titik paling dalam kurvatura alveolaris rahang atas
diantara spinasalis anterior dan gigi insisiv rahang atas
d. B (Submentale): Titik paling dalam dari kurvatura alveolaris rahang
bawah antara dagu dan insisiv rahang bawah
e. O (Orbita): Titik terendah dan didepan dari rongga mata
f. Po (Porion): terdapat 2 macam porion.
o Pada titik tengah kontur atas metal earrod
o Titik teratas pada meatus auditory
eksterna/telinga(radiolusen) terletak dibelakang kondile
g. Pog (Pogonion): Titik paling luar dagu antara titik B dan GN
(Anterior)
h. Gn (Gnation): Titik tengah dagu antara Po dan Me (Inferior
Anterior)
i. Me (Menton): Titik terendah dagu/ pada sympisish mandibula
(Inferior)
j. Go (Gonion) Titik tengah pada tulang lengkung sudut mandibular
antara ramus dan korpus
k. ANS (Anterior Nasal Spine): Titik terdepan dari tulang maksila
l. PNS (Posterior Nasal Spine): Titik paling dalam/posterior dari
tulang maksila.
❖ Jaringan Lunak
a. Gl (Glabella): Titik anterior paling menonjol dahi
b. N’ (Nasion): Titik paling cekung antara dahi dan ujung hidung
c. Pn (Pronasal): Titik terdepan dari hidung
d. Sn (Subnasal): Dasar hidung
e. Ls ( Labiale superius): Titik paling anterior bibir atas
f. Sto (Stomion): Titik teratas vermillion bibir bawah
g. Li (Labial Inferius): Titik paling anterior bibir bawah
h. Pog’ (Pogonion): Jaringan lunak pogonion, titik paling anterior dagu
i. Me’ (Menton): Jaringan lunak menton, titik terendah dagu
• Bidang
a. Bidang SN: Menghubungan antara titik S dan N
b. FHP(Frankfrut Horizontal Plane): Menghubungkan antara titik Po
dan O
c. Maxila Plane: Menghubungkan antara titik ANS dan PNS
d. Mandibula Plane: Menghubungkan antara titik Go dan Me
e. Oclusal Plane: Mengubungkan antara oklusi gigi molar dan insisal
insisiv RB
Diskusi 4

Sabtu, 25 April 2020

• Sudut
a. Steiner
o Skeletal analisis (sagital)
1. SNA: untuk menilai posisi maksila dengan basis cranium
depan. Ukuran normal 82º±3º
2. SNB: untuk menilai posisi mandibula dengan basis cranium
depan. Ukuran normal 79º±3º
3. ANB: untuk mengetahui hubungan mandibular dan maksila.
Hasil:
Kelas 1: normalnya 2º-3º
Kelas 2: ≥4º
Kelas 3: negatif
o Skeletal analisis (vertical)
1. Mandibular plane angle (SN-Mandibula plane)
2. Y-axis (with SN)
o Dental analisis
1. U1-NA angle
Untuk mengetahui posisi insisiv rahang atas. Diukur
menggunakan inklinasi insisiv rahang atas dengan garis NA.
Diukur pada sudut antara garis NA dan garis inklinasi pada
bagian akar gigi. Normalnya 22º
2. U1-NA distance
Untuk mengetahui posisi insisiv rahang atas. Diukur
menggunakan inklinasi insisiv rahang atas dengan garis NA.
Diukur pada sudut antara garis NA dan garis inklinasi pada
bagian mahkota gigi. Normalnya 4 mm.
3. L1-NB angle
Untuk mengetahui posisi insisiv rahang bawah. Diukur
menggunakan inklinasi insisiv rahang bawah dengan garis
NB. Diukur pada sudut antara garis NB dan garis inklinasi
pada bagian akar gigi. Normalnya 25º
4. L1-NB distance
Untuk mengetahui posisi insisiv rahang bawah. Diukur
menggunakan inklinasi insisiv rahang bawah dengan garis
NB. Diukur pada sudut antara garis NB dan garis inklinasi
pada bagian mahkota gigi. Normalnya 4 mm
5. IMPA
Hubungan antara insisiv dan garis mandibular. Normalnya
90º-96º
6. L1-FH
7. Pog-NB distance
Mengukur jarak antara garis NB dan titik Pog. Untuk
mengukur panjang dagu.
b. Downs
o 4 tipe muka menurut downs:
1. Retrognathic facial type: dagu resesif
2. Orthognathic facial type: profil lurus dagu normal
3. Prognathic facial type: dagu menonjol
4. True prognathism: mandibular besar (gigi maju tetapi dagu
dibelakang)

Tipe muka ini diukur pada sudut NPog dan FHP. Normalnya 87,8º±3,6º

o NA-APog
Digunakan untuk melihat sudut dari lengkung basal maksila
dengan profil wajah.
Hasil:
Normal: 0º
Positif: maksila lebih maju daripada mandibular
Negatif: profil prognati
o Pertumbuhan muka (Y-Axis)
Sudut bidang mandibula yang besar terjadi pada wajah retrusif
dan protusif dan merupakan pola wajah hiperdivergen yang tidak
menguntungkan. Bidang mandibular didapat dari titik Go dan
Me.
Y-Axis diindikasi untuk sudut dari posisi degu ke bawah, ke
depan, ke belakang dalam kaitannya dengan wajah bagian atas.
Sudut Y-Axis yang besar diindikasikan untuk pola wajah pada
kelas 2. Ukuran normal 59,4º±3,82º
o Interinsisal
Sudut interinsisal ini relatif kecil bila gigi insisif mengalami
protusif, sedangkan untuk gigi retrusif sudut interinsisal akan
bertambah. Ukuran normal 135º±10º
c. Wits
Digunakan untuk menentukan disharmoni rahang dalam arah
anteroposterior secara sederhana tepi tidak bisa menunjukkan hubungan
rahang terhadap wajah. Analisa Wits digunakan sebagai pelengkap
metode analisis skeletal. Menentukan derajat keparahan maloklusi.
Membuat garis tegak lurus masing masing dari titik A dan B ke bidang
oklusal saat oklusi dalam keadaan maksimal. Titik pertemuan antara
garis A dan B dengan bidang oklusal diberi nama AO dan BO. Pada
oklusi normal, titi BO terletak ±1 mm di belakang AO pada laki laki atau
berimpit (0 mm) pada wanita.
Hasil:
(-2 mm) – 1 mm : Normal
>1 mm: kelas 2
<-2 mm: kelas 3
d. Tweed
Dasar analisa Tweed adalah inklinasi insisif mandibular terhadap tulang
basal dan hubungannya dengan relasi vertical mandibular terhadap
cranium. Segitiga diagnostic Tweed sederhana, tetapi sangat membantu
dalam menentukan rencana perawatan.
o IMPA (Incisor Mandibular Plane Angle)
Menunjukkan inklinasi insisif mandibular yang stabil terhadap
bidang mandibular.
Hasil:
Normal: 90º±5º
Protusif: > Normal
Retrusif: < Normal
o FMA (Frankfort Mandibular Angle)
Mengetahui hubungan pertumbuhan dalam arah vertical dan
anteroposterior. Mewakili pertumbuhan 1/3 muka bagian bawah,
posterior-inferior.
Hasil:
Normal: 22º-28º
Low Angle: <22º
High Angle:>28º
o FMIA (Frankfort Mandibular Incisive Angle)
Inklinasi insisif bawah terhadap basis kranii. FMIA
menunjukkan derajat keseimbangan yang harmonis dari profil
wajah hubungannya dengan posisi insisif madnibula.
Hasil:
Normal: 65º-70º
Protusif: >70º
Retrusif: <65º
e. Jaringan lunak
o Nasolabial angle
Sudut pada titik Sn. Ukuran normal: 90º-100º
o Steiner’s Line (S-Line)
Garis S-line didapat dari titik Pog dihubungkan dengan titik
diantara titik Sn dan titik Pn. Digunakan untuk melihat bentuk
bibir.
Hasil:
Bibir ideal, balance: jika tebal bibir berada pada garis S-Line
Bibir protusif: jika tebal bibir melebihi garis S-Line
Bibir retrusif: jika tebal bibir kurang dari garis S-Line
o Ricket’s Line (E-Line)
Garis E-Line didapatkan dari titik Pog dibubungkan dengan titi
Pn. Digunakan untuk melihat ketebalan bibir
Ukuran normal:
BA: 4 mm
BB: 2 mm
a. Etiologi
1. Faktor keturunan
a. Dental
• Variasi ukuran gigi
• Berdesakan, diastema
• Ogliodontia dan anodonsia
b. Skeletal
• Asimetri wajah
• Makrognatia dan mikrognatia
• Retrusi madnibula
• Prognasi mandibula
2. DDM (Disharmoni Dento Maksila)
• Crowded (berdesakan)
Ukuran gigi besar pada lengkung normal atau ukuran gigi normal pada
lengkung kecil. Ciri klinisnya berupa kaninus ektopik dan tidak ada
diastema fisiologis, pada fase gigi sulung tidak ada monkey gaps, pada fase
gigi campuran terdapat palatoversi I2 RA. Untuk perawatannya dilakukan
ekstraksi seri C sulung lalu M1 sulung dan P1 permanen
• Multiple diastema
Ukuran gigi kecil pada lengkung normal atau ukuran gigi normal pada
lengkung besar. Untuk perawatan diperlukan pergerakan bodily sehingga
diperlukan penggunaan orto cekat.
• Transitoir
Ketidak harmonisan erupsi gigi dengan pertumbuhan tulang, terkoreksi
seiring bertambahnnya usia.
3. Kebiasaan buruk
4. Kehilangan premature gigi sulung
Salah satu fungsi dari gigi sulung adalah menyediakan tempat bagi gigi permanen
penggantinya dan secara tidak langsung juga mempertahankan panjang lengkung
gigi. Penyebab kelainan ini adalah karies dan trauma. Kehilangan premature gigi
sulung dapat menyebabkan gigi berdesakan dan pergeseran garis median
5. Kelainan otot mulut
Pada rongga mulut terdapat 3 bagian:
a. Lidah: Otot Mylohyoid, otot Geniolossus
Aktivitas yang tinggi pada otot ini menyebabkan posisi lidah lebih rendah dari
normal dan RB turun. Hal ini menyebabkan tekanan lidah RA kurang
b. Pipi: Otot Buccinator, otot Masseter
Aktivitas buccinators yang berlebih dapat mengakibatkan konstriksi maksila
akibat tekanan berlebihan arah lateral, biasanya dijumpai pada kebiasaan
bernafas melalui mulu
c. Bibir: Orbicularis oris
Orbicularis oris melekat pada bagian utama bibir, cuping hidung, kulit dagu.
Saat pernafasan melalui mulut, aktivitas otot >>, menyebabkan bibir terangkat
ke atas, notabene bibir adalah penahan gigi anterior RA supaya tidak
berinklinasi ke labial. Sehingga akibatnya mulut terbuka dan gigi cenderung
proklinasi.
6. Kelainan jumlah gigi
Terdapat 2 macam kelainan pada jumlah gigi
a. Kelebihan jumlah gigi (supernumerary teeth)
• Para premolar: terdapat penambahan gigi diantara gigi premolar
• Para molar: terdapat penambahan gigi diantara gigi molar
• Mesiodens: terdapat penambahan gigi diantara gigi insisiv sentral
• Distomolar: terdapat penambahan gigi dibelakang gigi molar ketiga
• Laterodens: terdapat penambahan gigi diantara gigi insisiv lateral dan
caninus

Pada kasus ini dilakukan pencabutan pada kelebihan gigi sebelum dilakukan
perawatan.

b. Kekurangan jumlah gigi


• Hipodontia: kehilangan 1-6 gigi kecuali molar ketiga
• Oligodontia: kehilangan >6 gigi, kecuali molar ketiga
• Anodontia: tidak adanya/ tidak terbentuknya benih gigi
Pada kasus ini dilakukan pembuatan gigi tiruan.

7. Letak salah benih


Letak benih yang benar adalah di bagian lingual dan palatal. Bila letak benih gigi
salah maka aka nada kelainan versi.
8. Kelainan patologik
a. Frenulum tinggi dapat menyebabkan diastema sentral
b. Kista, odontoma dan tumor dapat menyebabkan diastema sentral, berdesakan,
migrasi dan mempengaruhi plat
c. Kekurangan nutrisi. Beberapa akibat kekurangan nutrisi tersebut antara lain
seperti Rickets atau pelunakan tulang (kekurangan vitamin D), Scorbut atau
terjadinya pendarahan yang berlebihan pada gusi (kekurangan vitamin C), Beri-
beri (kekurang vitamin B1) mengakibatkan maloklusi yang hebat.
d. Fraktur rahang pada masa anak-anak dapat mempengaruhi dari pertumbuhan
rahang.
e. Juvenile rheumatoid arthritis (JRA) adalah penyakit sistemik pada anak anak
dengan manifestasi arthritis kronis. Salah satu komplikasi yang sering dijumpai
pada penyakit ini adalah pertumbuhan. Pada JRA yang melibatkan sendi
temporomandibular gangguan pertumbuhan biasanya berupa hambatan
pertumbuhan mandibula yang dapat mengakibatkan mikrognatia, retrognatia,
maloklusi serta beberapa gangguan perkembangan mandibulofasial lainnya.
f. Growth hormone yang berlebih pada kasus ini akan menyebabkan gigantisme
dan mempengaruhi dari pertumbuhan dalam rongga mulut.
g. Penyakit periodontal. Adanya penyakit periodontal akan mempengaruhi retensi
dari plat yang akan digunakan dan dapat mempengaruhi kondisi dari gigi
tersebut.
h. Trauma dentoalveolar
i. Tanggal premature gigi sulung
9. Defek kongenital
a. Cleft lip and palate
• Crowding → akibat dari penyempitan dan retrusif maksila
• Crossbite anterior dan posterior RA
• Anomaly bentuk maupun tidak adanya gigi pada region yang bercelah
b. Cleidocranial dysplasia
• Skeletal dysplasia akibat defek pada osifikasi intermembrane dan tulang
endokondral, mutase RUNX2
• Presistensi gigi sulung
• Multiple supernumerary teeth
• Kegegalan erupsi gigi permanen
c. Ectodermal dysplasia
• Kelainan genetic autosomal recesive yang mempengaruhi gigi, rambut,
kuku, kelenjar keringat
• Severe hypodontia dengan mikrodontia dan anomaly bentuk gigi
d. Hemifacial macrosomia
• Defek region orofacial unilateral
• Asimetri skeletal region facial dengan aplasia/hypoplasia ramus mandibular
dan condyle
• Mandibular retrognati, asimetri mandibular
• Tulang facial yang datar
e. Treacher Collins syndrome
• Down slanting palpebral
• Zygomatic, supraorbital, mandibular hypoplasia
• Colobomas
• Pola skeletal kelas II, vertical pattern >>
f. Piere robin syndrome
• Mandibular micrognatia
• Glossoptosis (lidah yang posisinya lebih ke belakang)
• Isolated cleft palate
g. Apert syndrome
• Maxilar hypoplasia
• Lateral palatal swelling
• Cleft palate
h. Oral facial digital syndrome
• Oral and craniofacial abnormalities with anomalies affecting the digits
• Oral: multiple buccal frenum, lingual hamartoma, cleft tongue, tooth defect,
cleft palate
• Digits: clinodactyl (curvatures), syndactyl (fusion), brachydactyl
(shortness)
i. Holoprosencephaly
• Defek pada forebrain, cerebral hemisphere gagal terpisah
• Oral: SMMCI (Solitary Median Maxillary Central Incisor)
j. Fetal alcohol syndrome
• Anomaly yang berhubungan dengan konsumsi alcohol saat masa kehamilan
• Retardasi pertumbuhan somatic
• Flat nose, midfacial hypoplasia, thin vermilion border of upper lip
• Indistinct philtrum
• Clesf palate
• Dysfunction of CNS
10. Presistensi gigi
Merupakan belum tanggalnya gigi sulung pada saat gigi permanen sudah tumbuh.
Bila ada gigi presistensi maka akan terjadi versi gigi permanen.
Diskusi 5

Senin, 27 April 2020

1. Diagnosa
a. Menurut Angle
• Relasi molar
1. Kelas I: Cusp mesiobukal M1 RA permanen berada pada bukal grove
M1 RB permanen. Biasanya disertai dengan diastema, crowded,
crossbite, deepbite, mesial drifting, anterior protusif pergeseran garis
median.
2. Kelas II: Cusp mesiobukal M1 RA permanen berada diantara cusp
mesiobukal M1 RB dan distalbukal P2 RB permanen
Terdapat 2 divisi:
Divisi I: Seluruh insisiv RA protusif
Divisi II: Insisiv sentral retroklinasi dan insisiv lateral proklinasi atau
keempat insisiv retroklinasi disertai deep bite
3. Kelas III: Cusp mesiobukal M1 RA permanen berada diantara
mesiobukal M2 dan distobukal M1 RB permanen
• Relasi caninus
1. Kelas 1: kaninus RA terletak diantara kaninus dan premolar pertama RB
2. Kelas 2: kaninus RA terletak diantara kaninus dan dan insisiv lateral RB
3. Kelas 3: kaninus RA terletak diantara premolar pertama dan premolar
kedua RB
b. Menurut Dewey
• Kelas I
1. Tipe 1: Crowded anterior
2. Tipe 2: Insisiv RA protusif
3. Tipe 3: Crossbite anterior
4. Tipe 4: Crossbite posterior
5. Tipe 5: Mesial drifting
• Kelas III
1. Tipe 1: Edge to edge
2. Tipe 2: Insisiv RB retroklinasi dan berdesakan
3. Tipe 3: Crossbite
Diskusi 5

Senin, 4 Mei 2020

1. Macam perawatan
a. Ekstraksi seri
Ekstraksi seri merupakan ekstraksi yang direncanakan dan pencabutan ini
dilakukan secara berurutan.
Indikasi :
• Untuk kekurangan tempat yang banyak
• Untuk perawatan DDM pada tipe berdesakan

Urutan :

• C sulung → menghilangkan berdesakan anterior


• M1 sulung → memberi tempat P tumbuh
• P1 permanen → jika masih kekurangan tempat
b. Non ekstraksi
Non ekstraksi merupakan perawatan pencabutan gigi sulung tanpa dilakukan
pencabutan gigi permanen
Indikasi : untuk kekurangan tempat yang hanya sedikit
c. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan perawatan pencabutan gigi permanen
Indikasi: untuk kekurangan tempat dimana seluruh gigi sulung sudah tidak ada,
kekurangan tempat sekitar 7-10 mm
d. Ortodonti bedah
• Bedah minor
Bedah minor umumnya dilakukan anastesi lokal, tetapi pada beberapa
kasus seperti anak yang tidak kooperatif dan anak takut jarum suntik untuk
anastesi lokal maka dilakukan anastesi umum. Tindakan bedah minor dapat
mencegah atau mengkoreksi masalah periodontal yang ditujukan untuk
mengurangi relaps, memperbaiki estetik gigi, membantu tindakan untuk
menempatkan gigi dalam lengkung yang baik. Contoh kasus bedah minor
adalah frenektomi dan surgical uncovering pada gigi impaksi.
• Bedah mayor
Tindakan bedah minor dilakukan pada kasusu yang mengalami kelainan
relasi rahang bawah dan atas yang signifikan. Tindakan yang dilakukan
biasanya berupa osteotomy, yaitu suatu teknik pembedahan memisahkan
bagian rahang kemudian segmen yang diinginkan digerakkan ke letak baru
dengan tetap mempertahankan pasokan darah pada bagian tersebut.
Meskipun sering dilakukan pada maloklusi kelas II dan III yang parah tetapi
tindakan bedah mayor dapat juga dilakukan pada kasusu, misalnya gigitan
terbuka skeletal, kelainan dimensi vertical muka (muka yang tinggi ataupun
muka yang prndek), asimetri rahang jurusan transversal dan kelainan
konginetal, misalnya pada pasien celah bibir dan langi langit.
e. Perawatan pasif
Retainer merupakan alat pasif ortodonti yang membantu dalam menangani dan
menstabilisasi gigi dalam waktu yang lama untuk memberikan kesempatan
reorgenarisasi struktur-struktur pendukung setelah tahap aktif. Retainer dibagi
menjadi 2 macam:
• Retainer cekat
o Banded Canine to Canine Retainer
Tipe retainer ini biasanya digunakan pada regio anterior bawah. Kaninus
dipasang band dan kawat tebal dibentuk mengikuti aspek lingual gigi
kemudian disolder di band gigi kaninus. Band yang terpasang di gigi
kaninus menyebabkan kebersihan rongga mulut menjadi buruk dan tidak
estetik
o Bonded Lingual Retainer
Merupakan retainer yang diikat di permukaan lingual gigi. Kawat
stainless steel atau kawat Elgiloy biru ditempatkan di lingual mengikuti
kurvatur anterior. Bagian ujungnya diletakkan di kaninus kemudian di
bonding. Selain itu bonded lingual retainer dapat juga diletakkan di
rahang atas setelah perawatan diastema antara gigi insisif sentral.
Retainer akan mencegah kembali celah di antara gigi insisif sentral
rahang atas. Kawat harus disesuaikan sehingga bisa diletakkan dekat
cingulum agar tidak menyentuh kontak oklusal. Alternatif lain adalah
menggunakan kawat padat yang dibuat tidak melewati daerah
interproksimal sehingga pasien dapat melakukan flossing dengan
benang gigi.
o Band dan Spur Retainer
Retainer tipe ini digunakan pada kasus dengan satu gigi yang dirawat
secara ortodonti terutama untuk mengkoreksi rotasi atau untuk labio-
lingual displacement. Gigi yang sudah digerakkan telah di band dan di
spur disolder pada band sehingga mengikat gigi-gigi di sampingnya.
• Retainer lepasan
o Retainer Hawley klasik
Retainer yang paling sering digunakan terdiri dari klamer pada gigi
molar dan busur labial yang terbentang dari gigi kaninus ke kaninus
dengan loop yang dapat disesuaikan.
o Begg retainer
Alat ini terdiri dari busur yang memanjang sampai molar terakhir,
melengkung ke palatal di bagian molar terakhir dan menempel pada plat
akrilik.
o Spring aligner atau spring retainer
Didesain khusus untuk digunakan pada region anterior. Alat ini dibuat
dari kawat yang memanjang dari gigi insisif kemudian melewati celah
antara gigi kaninus dan gigi premolar lalu membelok ke permukaan
lingual. Baik busur labial dan lingual ditempelkan di sebuah plat akrilik
tipis. Alat ini biasa digunakan untuk mengkoreksi kelainan gigi rotasi
yang sering terlihat di regio anterior rahang bawah.
o Removable Wraparound Retainer
Retainer ini merupakan versi kelanjutan dari spring aligner yang
menutupi seluruh gigi. Terdiri dari kawat yang melewati sepanjang
permukaan labial juga lingual seluruh gigi yang telah erupsi yang
menempel pada strip akrilik. Retainer wraparound lebih estetik tetapi
tidak nyaman dipakai dibandingkan Hawley retainer, serta tidak efektif
untuk mengkoreksi kasus overbite. Satu lengkung penuh retainer
wraparound diindikasikan untuk kasus kerusakan jaringan periodontal
sebagai splinting
o Kesling’s Tooth Positioner
Terbuat dari bahan karet termoplastik yang menutupi mahkota dan
sebagian dari gingiva. Tooth positioner tidak perlu diaktifasi setiap
waktu dan tahan lama. Kekurangannya adalah membuat pasie sulit
untuk berbicara dan resiko terjadinya masalah TMJ.
o Rikrets Retainer
Hampir sama dengan Hawley retainer kecuali kawat pada bagian labial
bermula dari palatal kemudian melewati interproksimal antara gigi
insisif kedua dan kaninus. Busur labial melengkung ke arah distal
kaninus menuju ke mesial. Retainer ini juga baik untuk pasien dengan
kasus pencabutan.
o Van Der Linden Retainer
Retainer ini hampir sama dengan Hawley retainer dengan modifikasi
busur labial pada gigi kaninus dalam oklusi sentrik. Gigi anterior harus
berkontak dengan palatum dan gigi premolar serta molar harus beroklusi
tanpa gangguan. Cengkram pada gigi molar terakhir dapat digunakan
untuk menggeser molar kedua yang berada di bukal ke arah mesial dan
palatal.
o Invisible retainer/Vacuum Former Retainer
Invisible retainer merupakan retainer yang menutupi seluruh mahkota
klinis dan sebagain jaringan gingiva. terbuat dari lembaran termoplastik
transparan ultra tipis menggunakan mesin Biostar. Retainer ini tidak
mencolok dan diterima dengan baik oleh pasien.
2. Prognosa
Prognosa dalam ortodonti ada menguntungkan dan tidak menguntungkan, 6 hal yang
mempengaruhi prognosa:
a. Jaringan penyangga gigi
b. Rencana perawatan
c. Etiologi
d. Kooperatif pasien
e. Desain
f. Diagnosa
3. Desain piranti
a. Komponen aktif
Merupakan komponen yang dapat digerakkan
• Pegas
o Pegas palatal
1) Kantilever tunggal
Digunakan untuk menggerakkan gigi kearah mesial maupun distal, dapat
juga untuk menggerakkan gigi ke labial atau searah dengan lengkung gigi,
kawat yang digunakan 0,5 mm
Aktivasi: koil diputar kearah gigi yang digerakkan, berlawanan dengan
arah putar koil.
2) Kantilever ganda
Untuk anterior, pergerakan ke arah labial, menggunakan kawat 0,5 mm.
perlu diperhatikan, lengan pegas harus selebar mesiodistal insisiv yang
digerakkan agar pegas tidak kaku.
Aktivasi: koil yang menjauhi gigi diputar terlebih dahulu baru yang dekat
dengan gigi, gerakan putar berlawanan.
3) Pegas T
Untuk menggerakkan premolar atau caninus ke bukal, menggunakan
kawat 0,5 mm.
Aktivasi: menarik pegas menjauhi lempeng akrilik
4) Coffin
Untuk ekspansi gigi kearah transversal biasanya untuk gigi
premolar/molar atau keduanya. Bisa digunakan untuk crossbite posterior
unilateral dengan displacement mandibula, menggunakan kawat 1,25 mm
dan pegas ini sulit dikontrol
Aktivasi: sebaiknya jangan menggunakan tang karena dapat menyebabkan
distorsi, sebaiknya menggunakan kedua tangan untuk menarik kedua
bagian akrilik anretior ke lateral.
o Pegas bukal
Digunakan untuk menarik gigi kaninus kearah palatal dan distal.
1) Retractor bukal dengan penyangga
Menggunkan kawat 0,5 mm, lebih nyaman digunakan dan dapat menahan
piranti agar tidak mudah tergelincir
2) Retractor bukal tanpa penyangga
Menggunkan kawat 0,7 mm karena tidak mempunyai penyangga maka
piranti lebih mudah tergelincir
• Busur labial
Digunakan untuk menarik insisiv ke lingual atau palatal
o Retractor Roberts
Menggunakan kawat 0,5 mm dan terdapat koil di kedua ujungnya, bagian
kawat sesudah koil dimasukkan ke tabung baja nikrat.
Aktivasi: dilakuakan aktivasi pada lengan pegad vertical di bawah koil
o Busur labial tinggi dengan pegas apron
Kawat yang digunakan 0,9 mm untuk busur labial yang tinggi dan 0,4 mm
untuk pegas apron. Prinsipnya sama dengan retractor roberts. Pegas apron
memiliki sifat mekanis yang bagus, tetapi retractor roberts lebih sering dipilih
karena lebih mudah dibuat dan lebih nyaman dipakai.
o Busur labial dengan lup U
Menggunakan kawat 0,7 mm. keuntungan busur ini untuk mengurangi jarak
gigit yang sedikit atau bila diperlukan untuk meratakan insisiv, yang dapat
digunakan bersama dengan pegas palatal untuk retraksi kaninus.
Aktivasi: tahan bagian lup menggunakan tang dan tekuk lup menggunakan
ibu jari dan jari telunjuk, dengan ini kaki horizontal akan terangkat ke insisal.
Tahan lup pada bagian dekat kaki horizontal menggunakan tang dan lekukkan
kaki horizontal kembali lurus menggunakan ibu jari.
o Busur dengan self straightening wires
Modifikasi dari busul labial lup U, tetapi cenderung menyebabkan lengkung
anterior menjadi datar, untuk mengurangi kecenderungan ini sebaiknya
digunakan dua pegas kiri dan kanan.
Aktivasi: menutup lup U dari busur dan bila perlu mengatur tinggi busur labial
o Busur labial dengan lup terbalik
Busur ini sama dengan busur labial dengan lup U tetapi lupnya terbalik
Aktivasi: pertama, membuka lup vertical dengan cara menekan ujung lup
dengan tang, kemudian busur harus dibengokkan pada dasar insisiv bergerak
ke insisal.
o Busur Mills
Menggunakan kawat 0,7 mm, tetapi kelenturannya ditambah oleh karena
kedua lupnya diperlebar. Busur ini digunakan sebagai pengganti retractor
roberts untuk mengurangi jarak gigit
• Ekspansi
Untuk mengekspansi lengkung geligi ke arah transversal maupun sagittal,
anterior maupun posterior tergantung jenis dan penempatan sekrup.
Aktivasi: sekrup diputar sesuai dengan arah yang ada pada plat sebanyak ¼
putaran setiap minggu dan menghasilkan 0,2-0,25 mm
o Ortodontik ekspansi
1) Maxillary expansion
2) Mandibular expansion
3) Bilateral expansion
4) Sectional expansion
5) Expansion in three direction
o Pasif ekspansi
1) Frankel 2
• Elastik
Jarang digunakan bersamaan dengan piranti lepasan
b. Komponen retentive
Merupakan tahanan terhadap perubahan letak piranti lepasan.
• Klamer adam
Cangkolan ini menggunakan undercut gigi di mesiobukal dan distobukal
sebagai tempat retensi. Pada anak anak, undercut dapat terletak dibawah tepi
gingiva . pada orang dewasa, terutama bila didapatkan resesi gingiva sebaiknya
arrowhead jangan mengenai gingiva tetapi tepat pada undercut. Biasanya
menggunakan kawat 0,7 mm tetapi pada gigi premolar, kaninus dan insisiv
sentral menggunakan kawat 0,6 mm.
• Southend
Retensi yang terdapat pada anterior. Berada pada gigi insisiv sentral, mengikuti
tepi gigi dan sebuah lup U kecil dibuat di bawah undercut interdental.
• Busur labial
Digunakan untuk retensi tambahan pada region anterior
o Busur labial panjang
Dibuat dari gigi C hingga C
o Busur labial pendek
Dibuat dari gigi P1 hingga P1
• C clasp
Digunakan untuk retensi tambahan selain klamer adam, cangkolan ini ada pad
gigi caninus
• Ball clasp
Digunakan di interdental gigi baik anterior maupun posterior. Biasanya
menggunakan kawat 0,7 mm
• Inmann
Merupakan gabungan antara ball clasp dan omega loop. Prinsipnya menyerupai
cangkolan adam. Jembatan diganti menggunakan omega loop dan arrowhead
diganti dengan ball clasp. Terdapat 2 ukuran yaitu premolar dan molar.
c. Lempeng akrilik
• Mendukung komponen yang lain seperti tempat penamanan basis springs,
klamer adam, busur labial dan lain lain
• Meneruskan kekuatan yang dihasilkan oleh komponen akrif ke penjangkar
• Mencegah pergeseran gigi gigi yang tidak akan digerakkan/sebagai
panjengkaran
• Melindungi spring di daerah palatal
• Menahan dan meneruskan kekuatan gigitan
• Sebagai peninggian gigit posterior
• Sebagai peninggian gigit anterior
o Plat peninggian gigit datar rahang atas (maxillary flat bite plane)
Yaitu peinggi gigitan pada rahang atas dengan bidang gigitan merupakan
bidang datar yang sejajar dengan bidang oklusal diregio anterior.
o Plat peninggian gigit dataran miring rahang atas (maxillary inclined bite
plane)
Yaitu plat dengan peninggi gigitan dengan dataran gigitan berbentuk bidang
miring pada permukaan palatinal gigi-gigi anterior rahang atas, atau
membuat sudut dengan bidang oklusal. Besar kemiringan sudut tergantung
tujuan, umumnya 45° agar memberi efek proklinasi gigigigi anterior rahang
bawah dan mendorong madibula maju ke depan.
o Peinggian gigit miring rahang bawah (Mandibular inclined bite plane)
Peninggi gigitan ini berupa plat pada rahang bawah dengan perluasan
berupa penebalan plat membentuk dataran miring pada permukaan lingual
gigi-gigi anterior rahang bawah.
o Peninggian gigit Sved (Sved Bite Plane)
Alat ini terdiri dari plat yang dibuat dari plat akrilik membentuk dataran
gigitan pada rahang atas dengan perluasan plat menutupi tepi insisal sampai
permukaan labial gigi-gigi anterior atas setinggi : +2 mm dari tepi insisal.
o Peninggian gigit berongga (Hollow Bite Plane)
Konstrusi alat ini dilengkapi klamer pada gigi penjangkar busur labial
dengan penebalan plat membentuk dataran gigitan yang berongga pada
permukaan palatinal gigi-gigi anterior atas. Rongga ini berfunsi untuk
menempatkan pir-pir agar tetap bebas dibawah plat untuk mengoreksi gigi
yang malposisi.
d. Penjangkaran
Tahanan terhadap pergerakan unit yang menahan reaksi kekuatan dari komponen
aktif dan sebagai penahan gigi yang tidak digerakkan. Penjangkaran harus
mempunyai kekuatan yg sama dengan atau lebih besar dari kekuatan komponen
aktif.
• Intraoral
o Intermaksiler
Penjangkaran yang dilakukan pada rahang yang berbeda
o Intramaksiler
Penjangkaran yang di lakukan pdaa 1 rahang yang sama
1. Gigi
❖ Simple anchorage
Suatu penjangkaran yang menggunakan gigi yang mememppunyai
tahanan lebih besar sebagai penjangkar untuk menggerakkan gigi
yang mempunyai tahanan yang lebih kecil. Biasanya digunakan
untuk menahan 1 gigi.
❖ Compound anchorage
Penjangkaran yang menggunakan seluruh rahang sebagai
penjangkar.
❖ Reciprocal anchorage
Apabial dua gigi atau kelompok gigi yang mempunyai tahanan yang
seimbang bergerak pada arah yang berlawanan
2. Palatum
3. Interdigitasi RA dan RB
• Ekstraoral
o Cranial
1. High pull headgear atau headcap
Pada saat memasang headcap, tinggi kaitan elastik bisa diatur sehingga
menghasilkan arah gaya yang diinginkan.
o Occipital
1. Medial pull headgear
Arah tarikan harus horisontal (penjangkaran occipital) atau bisa juga dibuat
sedikit lebih tinggi untuk menambah retensi. Komponen gaya ke arah bawah
harus dihindari karena menyebabkan alat lepasan cenderung lepas.
o Cervical
1. Low pull headgear, neck strap
Neck strap ini tidak terlalu mecolok dibandingan dengan headcap, tetapi
arah tarikannya ke belakang dan agak kebawah sehingga menyebabkan
piranti lepasan rahang atas cenderung terlepas

o Facial
1. Facebow
Facebow terdiri dari busur dalam (inner bow) dan busur luar (outer
bow). Piranti ini harus digunakan setiap saat. Untuk penambahan
penjangkaran, facebow harus terpisah tetapi sewaktu waktu dapat
dihubungkan dengan piranti dengan cara memasukkan ujung busur
dalam ke tabung metal yang disolder pada jembatan cangkolan adams
pada molar pertama permanen.
2. Facemask
Dapat digunakan untuk memajukan maksila dan gigi gigi rahang atas
pada pasien usia 8-10 tahun. Indikasi pemakaian face mask adalah
maksila yang posisinya retrognatik, tinggi muka normal atau sedikit
berkurang, dan posisi insisiv yang normal atau sedikit proklinasi. Arah
tarikan kekuatan yang berasal dari elastis kearah depan dan ke bawah.
3. Chincup
Chin cup digunakan untuk merawat kasus maloklusi klas III Angle,
dimana mandibula prognati
4. J hook
J hook tidak sesuai untuk retraksi gigi gigi posterior, tetapi baik sekali
untuk menambah penjangkaran. J hook ini dikaitkan pada kait kecil
yang disolderkan pada busur labial pendek, cangkolan insisiv sentral
atau cangkolan kaninus.

Anda mungkin juga menyukai