Anda di halaman 1dari 23

TELAAH KASUS

MODUL PROSTODONSIA

Oleh :

Nama : Muhammad Riduan

BP :1210343016

Dosen Pembimbing :

Drg. Eni Rahmi, Sp. Pros

Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Andalas

Padang
REKAM MEDIK KASUS PROSTODONSIA

1. DATA PASIEN

Nama : Kasma Murni

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 43 tahun 5 Bulan

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Jl.Tarandam no 5b

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Status Pernikahan : Menikah


2. ANAMNESIS
.1 Chief Complent (CC) :
Pasien datang dengan keluhan merasa tidak nyaman saat makan dan menggangu
penampilan sejak 1 tahun yang lalu

.2 Present Illnes (PI) :


Pasien datang dengan keluhan merasa tidak nyaman saat makan lebih kurang 1
tahun yang lalu akibat gigi tiruan yang lama sudah rusak akibat makan makanan
yang keras. Pasien kehilangan gigi akibat pencabutan gigi kiri depan atas lebih
kurang 3 tahun yang lalu dan patah patah pada hampir semua gigi serta pernah
mengalami kecelakaan pada bagian kanan wajah. Pasien pernah membuat gigi di
tukang gigi

.3 Past Dental History (PDH) :


Pasien pernah melakukan pencabutan gigi depan kiri atas ke dokter gigi 3 tahun
yang lalu karena berlubang. Pasien pernah membuat gigi palsu sejak 3 tahun yang
lalu. Pasien mengosok gigi 2x sehari. Pasien menggunakan obat kumursejak 1
tahun yang lalu sampai minggu yang lalu . Pasien pernah mengalami gusi berdarah
sudah berbulan bulan yang lalu. Gigi tiruan tidak dilepas saat malam hari

.4 Family History (FH) :


Ayah : Tidak dicurigai memiliki riwayat penyakit sistemik
Ibu : Tidak dicurigai memiliki riwayat penyakit sistemik
Saudara kandung : Tidak dicurigai memiliki riwayat penyakit sistemik
Kakek dari Ibu : Tidak dicurigai memiliki riwayat penyakit sistemik
Nenek dari Ibu : Tidak dicurigai memiliki riwayat penyakit sistemik
Kakek dari Ayah : Tidak dicurigai memiliki riwayat penyakit sistemik
Nenek dari Ayah : Tidak dicurigai memiliki riwayat penyakit sistemik
.5 Past Medical History (PMH) :
Pasien pernah dirawat dirumah sakit 2.5 tahun yang lalu selama 4 hari pasien
juga pernah koma dirumah sakit akibat kecelakaan motor dan mengalami cedera
pada bagian kanan wajah. Pasien tidak ada alegi obat, pasien ada riwayat gastritis

Social History :
Pasien seorang ibu rumah tangga dengan 2 orang anak dan sedang mengalami
masalah keluarga. Pasien tidak merokok dan minum alkohol dan pasien sering
bergadang.

Sebab kehilangan / kerusakan gigi : lubang besar


a. Pencabutan terakhir :
- Pada Gigi Atas : Depan kiri ( tgl 23/5/2017)
- Pada Gigi Bawah : Depan Kiri ( tgl 03/4/2017)

b. Pemakaian gigi tiruan : Pernah memakai gigi tiruan

c. Tujuan pembuatan gigi tiruan : Pengunyahan, estetik dan bicara

3. PEMERIKSAAN KLIN
A. Pemeriksaan Ekstra Oral
a. Muka : Lonjong, Asimetris

b. Profil : Cembung

c. Pupil : Sama Tinggi

d. Tragus : Sama Tinggi

e. Hidung : Simetris

f. Rima Oris : Normal

g. Bibir Atas : Normal, Simetris

h. Bibir Bawah : Normal, Simetris

i. Kelenjar Getah Bening :


Submandibularis Kanan dan kiri : Tidak ada pembengkakan dan tidak teraba sakit

Sublingual : Tidak ada pembengkakan dan tidak teraba sakit

Submental : Tidak ada pembengkakan dan tidak teraba sakit


j. TMJ : terdapat bunyi kliking di sebelah kanan

- Bukaan Mulut : deviasi ke kiri


B. Pemeriksaan Intra Oral

Analisis Foto Intra Oral

Bukaan mulut Oklusi

B.1 Pemeriksaan Umum

a. Hygiene mulut : Buruk

b. Kalkulus : Ada

c. Stain : Ada

d. Saliva :
- Kuantitas : Normal
- Konsistensi : Normal

e. Lidah
- Ukuran : Normal
- Posisi Wright : Kelas II
- Mobilitas : Normal

f. Refleks Muntah : Rendah

g. Mukosa Mulut :-

h. Oklusi : ada

i. Daya kunyah : Normal

j. Kebiasaan Buruk : mengunyah satu sisi


B.2 Pemeriksaan Gigi Geligi dan Tulang Alveolar

a. Bentuk gigi :squre


b. Besar gigi : Normal
c. Fraktur : Tidak ada
d. Lain-lain :
- 31 : Atrisi, resesi ginggiva
- 41 : Atrisi disertai mob grade 1, resesi gingiva
- 43 : Atrisi disertai mob grade 1, resesi gingiva
Analisis foto Rontgen Panoramic

e. Densitas tulang alveolar :


- Rahang atas : trabekulasi padat- jarang bergantian dengan padat lebih banyak
- Rahang bawah : trabekulasi padat

f. Perbandingan mahkota akar gigi:


Gigi 21 31 41 43

Mahkota (mm) 17 10 9 15

Akar (mm) 10 13 12 20

Mahkota : akar 1:2 1:2 1:2 1:2


B.3 Pemeriksaan Lain

RAHANG ATAS RAHANG BAWAH

a. Vestibulum
Posterior kiri Posterior Kanan Anterior
Rahang Atas Dangkal Sedang Dalam
Rahang Bawah Dangkal Dangkal Sedang

b. Prosesus Alveolaris/ Residual Ridge


Posterior kiri Posterior Kanan Anterior
Rahang Atas
o Bentuk Oval Segi4 Oval
o Ketinggian Sedang Sedang Sedang
o Tahanan jaringan Tinggi Tinggi Tinggi
o Bentuk Tidak rata Tidak rata Tidak rata
permukaan
Rahang Bawah

Posterior kiri Posterior Kanan Anterior


o Bentuk Segitiga Segi3 Oval
o Ketinggian rendah rendah rendah
o Tahanan jaringan rendah rendah rendah
o Bentuk rata Rata Tidak rata
permukaan

c. Frenulum
o Labialis Superior : Rendah
o Labialis Inferior : Rendah
o Bukalis RA kiri : Rendah
o Bukalis RA kanan : Rendah
o Bukalis RB kiri : Rendah
o Bukalis RB kanan : Rendah
o Lingualis : Rendah
d. Palatum
o Bentuk , kedalaman : Oval, Sedang
o Torus palatinus : Tidak ada
o Palatum molle : House kelas II
e. Tuberositas Alveolaris
o Kiri : Besar
o Kanan : Besar
f. Undercut
o Rahang Atas : Ada
o Rahang Bawah : Ada
g. Ruang Retromilohioid
o Kiri : Dangkal
o Kanan : Dangkal
h. Bentuk lengkung rahang
o Rahang atas : Oval
o Rahang bawah : Oval
i. Dasar mulut : Normal
j. Eksostosis : Tidak Ada
k. Torus Mandibula : Tidak Ada

4. SIKAP MENTAL : FILOSOFIS


5. DIAGNOSIS
o Rahang atas : Kelas I Kennedy
o Rahang bawah : Kelas I Kennedy modifikasi 1A

6. RENCANA PERAWATAN
Berdasarkan diagnosis pasien yaitu :
Alternatif 1
- Kelas I Kennedy rahang atas akan dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan
akrilik pada rahang atas dengan dukungan mukosa support
- Kelas I Kennedy modifikasi 1A rahang bawah akan dibuatkan gigi tiruan
sebagian lepasan akrilik pada rahang bawah dengan dukungan mukosa support
dan pembuatan labial bow pada gigi 31,41,43

- Desain Gigi Tiruan


Perawatan Pra Prostodontik
o Perawatan periodontal :
- Scalling pada gigi rahang atas dan rahang bawah
o Perawatan Bedah :
- Ekstraksi radiks gigi 17, 15, 13, 11, 25 , 32, 42, 44
- Ekstraksi gigi 12, 33, 23
- Alveolektomi 23
o Perawatan Konservasi :
- Restorasi Komposit pada gigi 21 dan 43
RAHANG ATAS

Support Muccosa Support Muccosa support : didapatkan dari tuberositas maksilaris, hard palate, dan residual alveolar ridge.
Retensi Faktor fisik Didapatkan dari :
1) Tegangan permukaan : dari permukaan anatomis dengan saliva
2) Adhesi :
- Gaya tarik menarik antar-molekul antara plat/ landasan dengan saliva
- Gaya tarik menarik antar-molekul antara saliva dengan mukosa
3) Kohesi (kepekatan saliva) :
- Gaya tarik menarik antar molekul pada saliva
- Gaya tarik menarik antar molekul pada plat/ landasan
- Gaya tarik menarik antar molekul pada mukosa
4) Tekanan atmosferik yang didapat dari peripheral border seal saat muscle trimming yang
memberikan efek vacum karena perbedaan tekanan antara diluar dan didalam landasan.
Faktor fisiologis Didapatkan dari :
1. Anatomi Denture Bearing Area (tuberositas maksilaris, hard palate, dan residual alveolar
ridge) didapatkan dari pencetakan yang akurat
2. Muskular (dukungan otot yang optimal) didapatkan dari perluasan yang menutupi seluruh
Denture Bearing Area dan penyusunan anasir pada daerah Netral Zone.
Faktor mekanis Didapatkan dari:
Undercut :
1. Faktor mekanis didapat dari undercut pada daerah labial dan bucal

Stabilisasi
Adaptasi landasan
Peninggian landasan hingga 1/3 servikal gigi
Perluasan landasan dengan pembebasan pada daerah frenulum
Penyusunan anasir diatas linggir
Penyusunan anasir memenuhi prinsip oklusi berimbang
Penyusunan anasir membentuk kurva spee dan kurva manson
Mengunyah pada kedua sisi
Semua bagian gigi tiruan dihubungkan dengan landasan
Penentuan DV dan relasi sentrik
Path of Tilting posterior
insertion
Estetika Pembuatan bite rime yang benar sehingga mengembalikan landmark pada profil wajah (sulkus nasolabialis dan philtrum)
Pemilihan bentuk, warna, dan ukuran gigi anasir disesuaikan dengan gigi yang ada
Penyusunan anasir disesuaikan dengan gigi yang ada
RAHANG BAWAH

Support Muccosa Support Muccosa support : didapatkan dari perluasan basis posterior hingga retromolar pad.
Retensi Faktor fisik Didapatkan dari :
a. Tegangan permukaan : dari permukaan anatomis dengan saliva
b. Adhesi :
- Gaya tarik menarik antar-molekul antara plat/ landasan dengan saliva
- Gaya tarik menarik antar-molekul antara saliva dengan mukosa
c. Kohesi (kepekatan saliva) :
- Gaya tarik menarik antar molekul pada saliva
- Gaya tarik menarik antar molekul pada plat/ landasan
- Gaya tarik menarik antar molekul pada mukosa
Faktor fisiologis Didapatkan dari :
3. Anatomi Denture Bearing Area (buccal shelf area, retromolar pad, sulcus retromylohyoid
didapatkan dari pencetakan yang akurat
4. Muskular (dukungan otot yang optimal) didapatkan dari perluasan yang menutupi seluruh
Denture Bearing Area dan penyusunan anasir pada daerah Netral Zone.
Faktor mekanis Didapatkan dari:
a. Undercut : pada bagian labial
Stabilisasi Adaptasi landasan
Peninggian landasan hingga 1/3 servikal gigi
Perluasan landasan dengan pembebasan pada daerah frenulum
Penyusunan anasir diatas linggir
Penyusunan anasir memenuhi prinsip oklusi berimbang
Penyusunan anasir membentuk kurva spee dan kurva manson
Mengunyah pada kedua sisi
Semua bagian gigi tiruan dihubungkan dengan landasan
Penentuan DV dan relasi sentrik
Path of Zero tilting
insertion
Estetika Pembuatan bite rime yang benar sehingga mengembalikan landmark pada profil wajah (sulkus nasolabialis dan philtrum)
Pemilihan bentuk, warna, dan ukuran gigi anasir disesuaikan dengan gigi yang ada
Penyusunan anasir disesuaikan dengan gigi yang ada
TAHAPAN PEKERJAAN

Kunjungan 1 (Pencetakan Anatomis)


Pencetakan anatomis dilakukan dengan menggunakan bahan irreversible
hidrokolloid (alginate) dan sendok cetak dengan ukuran 4-5 mm lebih besar dari
ukuran rahang yang akan dicetak. Hasil cetakan positif didapatkan dengan melakukan
pengecoran pada cetakan negatif dengan menggunakan dental stone biru serta
dilakukan trimming untuk mendapatkan model studi.

Kunjungan 2 (Perawatan Pra Prostodontik)


Perawatan Pra Prostodontik
o Perawatan periodontal :
- Scalling pada gigi rahang atas dan rahang bawah
o Perawatan Bedah :
- Ekstraksi radiks gigi 17, 15, 13, 11, 25 , 32, 42, 44
- Ekstraksi gigi 12, 33, 23
- Alveolektomi 23
o Perawatan Konservasi :
- Restorasi Komposit pada gigi 21 dan 43

Kunjungan 3 (Pencetakan Fisiologis)


Pencetakan fisiologis berfungsi untuk mendapatkan model kerja. Pencetakan
dilakukan dengan menggunakan sendok cetak fisiologis dibuat dari bahan resin akrilik

A. Pembuatan sendok cetak fisiologis


1. Buat outline pada model rahang atas dan bawah sesuai dengan batas sendok
cetak fisiologis.
2. Setelah itu selembar baseplate wax dilapiskan pada model di atas permukaan
linggir edentulus dan daerah palatal dan 2 lembar baseplate wax dilapiskan di
atas gigi-geligi yang berfungsi sebagai spacer. Wax spacer harus 2 mm lebih
pendek dari outline sendok cetak yang telah ditentukan. pada daerah tidak
bergigi dan 1 mm lebih pendek pada daerah bergigi untuk proses border
molding. Wax spacer tidak menutupi daerah posterior palatal seal pada rahang
atas dan buccal shelf pada rahang bawah, sehingga sendok cetak fisiologis
yang dihasilkan akan berkontak dengan mukosa daerah tersebut yang
berfungsi sebagai pedoman untuk menempatkan sendok cetak pada posisi
yang benar di rongga mulut.
3. Resin akrilik swapolimerisasi diadaptasikan ke model menutupi spacer,
sampai batas outline yang telah ditentukan dengan ketebalan merata sekitar 2-
3 mm dan buat tangkai dari resin akrilik untuk memudahkan dalam melakukan
pencetakan. Setelah mengeras, lepaskan sendok cetak fisiologis dari model,
sempurnakan tepi sendok cetak dan dicobakan ke dalam mulut pasien.

B. Prosedur Border Molding


1. Prosedur border molding dilakukan pada daerah edentulus untuk membentuk
tepi yang cocok dengan gerakan fisiologis dari struktur anatomi pembatas
gigitiruan, dengan menggunakan green stick compound dan wax spacer masih
berada pada sendok cetak selama prosedur border molding berlangsung.
2. Setelah prosedur border molding selesai, wax spacer dibuang dari permukaan
dalam sendok cetak fisiologis kemudian dibuat lubang dengan round bur
nomor 8 berjarak 5 mm kecuali pada daerah groove alveolar apabila akan
dilakukan pencetakan dengan bahan irreversible hidrocolloid
Gambar 1.4 Hasil border molding dengan green stick compound pada sendok cetak
fisiologis yang dilakukan secara berurutan per regio. (a) Rahang atas(b) Rahang
bawah

C. Pencetakan
Teknik mencetak dengan pada rahang atas dengan mengunakan teknik single
impresion (mokokompresi) dan Rahang bawah menggunakan teknik duble impresion
(slective pressure)
Setelah didapatkan hasil cetakan yang dibutuhkan, dilakukan pengecoran
dengan menggunakan dental stone kuning sebagai model kerja dan dilakukan
pembuatan basis/ landasan dengan menggunakan malam.

Kunjungan 4
1. Pada kunjungan keempat dilakukan try in basis gigi tiruan, lihat retensi
stabilisasinya.
2. Setelah itu, dilakukan penentuan hubungan rahang (pengukuran dimensi
vertikal, dan penentuan relasi sentrik).

A. Penentuan Hubungan Rahang


Penentuan hubungan rahang dilakukan dengan bantuan basis dan oklusal rim.
Basis dan oklusal rim ditempatkan pada daerah yang tidak bergigi, kemudian pasien
diinstruksikan untuk menutup rahangnya dalam hubungan antar tonjol maksimum.
Oklusal rim disesuaikan hingga mencapai dimensi vertikal yang tepat. Setelah
dikeluarkan dari mulut, oklusal rim dipasang kembali pada model kerja. Lakukan
pemeriksaan apakah hubungan rahang pada model kerja telah sesuai dengan yang
diperoleh di dalam mulut.
A.1 Pengukuran Dimensi Vertikal
Dimensi vertikal istirahat fisiologis diartikan sebagai posisi netral dari rahang
bawah pada saat otot-otot membuka dan menutup mulut berada dalam keadaan
seimbang. Dimensi vertikal istirahat fisiologis diukur pada saat rahang bawah dalam
keadaan istirahat fisiologis dengan cara :
1) Pasien didudukkan dalam keadaan rileks dengan posisi kepala sedemikian
rupa dimana alanasi-tragus sejajar lantai
2) Buat tanda berupa dua titik pada wajah, satu pas di subnation dan satu lagi
pada bagian paling menonjol dari dagu pasien.

3) Pasien diinstruksikan untuk melakukan gerakan menelan dan rahang bawah


dibiarkan dalam keadaan posisi istrirahat fisiologis, ukur jarak kedua titik
tersebut.
4) Kemudian pasien diinstruksikan untuk mengucapkan huruf mmm
berdengung dan secara bersamaan dilakukan pengukuran jarak kedua titik
kembali. Apabila hasil pada kedua pengukuran sama, maka posisi tadi dapat
diterima sebagai dimensi vertikal istirahat. Pengukuran ini harus dilakukan
beberapa kali, pasien diajak berbicara dan rileks diantara kedua pengukuran
tersebut.
5) Setelah ukuran dimensi vertikal istirahat diperoleh, kemudian dikurangi
dengan jarak free way space sekitar 2-3 mm sehingga didapatkan hasil akhir
yang merupakan dimensi vertikal oklusal pendahuluan.
6) Masukkan oklusal rim ke dalam mulut dan pasien diinstruksikan menutup
mulut hingga mencapai kontak minimal antara oklusal rim rahang atas dan
oklusal rim rahang bawah. Oklusal rim disesuaikan hingga mencapai dimensii
vertikal oklusal pendahuluan. Untuk mengetahui ketepatan dari dimensii
vertikal, dilakukan dengan tes fonetik. Pasien diintruksikan untuk
mengucapkan kata-kata yang mengandung huruf desis yaitu huruf S,
contohnya mengucapkan angka dari sebelas sampai sembilanbelas. Pada
saat pasien mengucapkan kata-kata ini, harus terdapat celah diantara kedua
oklusal rim di daerah gigi premolar yang besarnya skitar 2-4 mm. Jarak ini
disebut ruang bicara terkecil (closest speaking space). Secara estetik, ketika
oklusal rim berkontak, bibir harus bersentuhan secara minimal dan dagu tidak
terlihat terlalu dekat dengan hidung.
7) Lihat tinggi bite rim pada bagian anterior harus 1-2 mm dibawah low lip line
(rata-rata 12 mm, dengan lebar 4 mm), dan pada bagian posterior (10-11mm,
dengan lebar 6-7mm). setelah itu lalu lihat kesejajaran bite rim, dengan
menggunakan benang jagung yang di pasangkan dari kedua tragus pasien yang
melewati ala nasi dan dibantu dengan alat bite fox (gunakan juga gigi 17 yang
tersisa sebagai patokan)

Gambar 1.5 Hubungan antara garis interpupil mata, Campers line dan
bidang oklusal

8) Setelah bite rim sejajar lihat profil wajah pasien apakah terlalu cembung atau
cekung, apakah sulkus nasolabialis, sulkus mentolabialis, commisura bibir,
dan filtrum sudah mendapat dukungan yang baik.

A.2 Penentuan Relasi Sentrik


Penetapan relasi sentrik dengan metode statis dilakukan dengan cara:

1. . Instruksikan pasien meletakan lidah pada bagian posterior rahang atas

2. intruksikan pasien untuk menelan ludah


3. intruksikan pasien untuk menengadah

4. Dengan bantuan operator

Kunjugan 5

1. Setelah semua anasir disusun akan dilakukan try in gigi tiruan, perhatikan nilai
aspek estetik, retensi, perluasan basis, daerah netral zone, oklusi, free way
space, dan kestabilan. Tanyakan keluhan yang dirasakan pasien saat proses try
in.
2. Setelah semua di cek lanjut ke proses lab, flasking, curing, finishing dan
polishing.

Kunjungan 6

1. Setelah gigi tiruan di poles lihat apakah ada bagian gigi tiruan yang tajam,
adakah bagian anatomis yang menonjol, kalau ada lakukan pengurangan dan
penghalusan.
2. lakukan insersi pada pasein.
a. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah adaptasi gigi tiruan terhadap
mukosa pasien dengan menggunakan kaca mulut. Instruksikan pasien untuk
melakukan gerakan protusif anteroposterior dan lateral kiri kanan. Jika
terdapat sangkutan asah anasir sesuai prinsip bull.
b. Cek retensi dengan menginstruksikan pasien untuk menggerakkan otot
otot bibir, wajah dan lidah serta instruksikan pasien untuk melafalkan huruf
A, I, U, E, O.
c. Cek oklusi pasien, lihat apakah ada traumatik oklusidengan menggunakan
artikulating paper. Jika terdapat traumatik oklusi asah lereng atau perdalam
fosa
d. Cek fonetik pasien dengan melafalkan S, M, R.
e. Nilai estetik gigi tiruan. Perhatikan profil wajah pasien apakah terlalu
cembung atau cekung, perhatikan philtrum, sulkus mentalis, sulkus
nasolabialis apakah sudah terbentuk. Perhatikan inklinasi penyusunan anasis
antero posterior dan lateral. Perhatikan apakah anasir berada 2mm dibawah
low lip line. Perhatikan saat pasien tersenyum apakah servikal gigi anasir
berada pada hight lip line.
3. Setelah selesai intruksikan kepada pasien tentang : keterbatasan dari gigi tiruan,
kesulitan pemakaian gigi tiruan, cara pemeliharaan gigi tiruan, instuksikan
juga kepada pasien untuk mengunyah dengan menggunakan kedua sisi gigi
tiruan. Setelah itu lakukan control 1x24 jam.

Anda mungkin juga menyukai