I. IDENTITAS :
Operator : Siti Betanegita Khairani Hanum
No. Mahasiswa : 11/312440/KG/8852
Pembimbing : drg. JCP.Heryumani S.,Ms.,SP,Ort.(K)
Nomor Model : 324-15-0-22
Nama Pasien : Devi Nur Ariyani
Suku : Jawa
Umur : 22 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Karangkalasan RT 4/ RW 6 Tiromartani
Telepon : 085200370720 Kode Pos : 55571
Pekerjaan : Mahasiswa
1
III.PEMERIKSAAN KLINIS
A. Pemeriksaa Subjektif (Anamnesis)
Keluhan Utama :
Pasien merasa gigi nya tidak rapi pada rahang atas dan rahang bawah dan
ingin dirapikan.
Riwayat Kesehatan :
Pasien sehat, tidak sedang dalam perawatan dokter dan tidak sedang
mengkonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat mengganggu jalannya
perawatan ortodontik.
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi-geligi :
Periode gigi desidui :
Tidak ada keluhan dari pasien
Periode gigi bercampur :
Pasien pernah mencabutkan dan menambalkan gigi pada waktu
masih SD.
Periode gigi permanen :
Pasien pernah mengalami suatu trauma sehingga mengakibatkan
gigi seri sebelah kiri patah pada waktu SMP. Pasien pernah
mendapatkan perawatan saluran akar sekitar 4 bulan yang lalu dan
menambalkan gigi 3 hari yang lalu.
Kebiasaan jelek yang berkaitan dengan keluhan pasien : Ada
NO. Jenis Kebiasaan Durasi Frekuensi Intensitas Keterangan
1 Mengigit Sejak smp – Sudah tidak sedang Dibagian gigi
Pensil/pulpen awal kuliah pernah depan kanan
kiri
2 Bernapas lewat ± umur 16 – Jarang ringan Waktu
mulut sekarang malam hari
2
Anak II : gigi rapi
Anak III : (Pasien)
Pemeriksaan Objektif
1. Umum
Jasmani : SEHAT
Pasien tampak sehat tidak terlihat adanya kelainan. Tidak terlihat area
pembengkakan pada area wajah pasien dan wajah pasien tidak tampak
pucat. Postur tubuh pasien terlihat tegak. Cara berjalan pasien terlihat
normal.
Mental : SEHAT
Pasien bersifat kooperatif, terbuka dan dapat diajak kerjasama.
Status Gizi : Tinggi Badan (TB) : 1,58 m Berat Badan (BB) : 57 kg
BB( kg ) 57
Indeks Masa Tubuh = 2 = = 22,8 kg/m2
TB ( m) (1,58) 2
2. Lokal :
a. Ektra Oral
Kepala Lebar Kepala : 132 mm
Panjang kepala : 171 mm
LebarKepala 132
Indeks Kepala = PanjangKepala X 100 = x100 = 77,19
171
Bentuk kepala : Mesosefali
Muka
Jarak Nasion – Gnation : 106 mm
Lebar Bizygomatic : 116 mm
Jarak ..N Gn 106
Indeks muka = Lebar..Bizygomatik X 100 = x100 =
116
91,37
3
Bentuk muka : Leptoprosop, simetris
Profil Muka : cembung normal
Garis Simon (Bidang Orbital) :
RA : Kanan : Melewati distal Caninus
Kiri : Melewati 1/3 distal Caninus
RB : Kanan : Melewati ½ Premolar
Kiri : Melewati Interdental Caninus dan Premolar
Posisi rahang terhadap bidang orbital / garis Simon
Maksila : Normal
Mandibula : Protrusif
Sendi Temporomandibular (TMJ) : Normal
Tonus Otot Mastikasi : Normal
Tonus Otot Bibir : Normal
Keterangan : Tidak ditemukan adanya ketegangan pada bibir bawah
maupun atas, saat kaca mulut diletakkan pada bibir bawah maupun
bibir atas.
Bibir posisi istirahat : Normal, Tertutup, Kompeten
Saat bibir dalam kondisi istirahat, bibir pasien menutup dan kompeten.
Free way space : 2,9 mm
b. Intra Oral
Higiene Mulut : OHIS : Baik
Pola Atrisi : Normal
Keterangan ; Tidak terdapat gigi yang mengalami atrisi
Lingua : Sedang
Palatum : Vertikal : Sedang
Lateral : Sedang
Gingiva : Normal
Keterangan : Tidak ditemukan inflamasi pada gingiva
Mukosa : Normal
4
Keterangan : Tidak ada inflamasi, lesi ataupun kelainan yang terdapat
pada mukosa
Fenulum : Frenulum Labii Superior : Normal
Frenulum Labii Inferior : Normal
Frenulum Lingualis : Normal
Tonsila : Normal
Keterangan : Pasien tidak merasa sakit tenggorokan dan pasien tidak
kesulitan saat menelan ludah. Tidak ada inflamasi pada tonsil.
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
En
K K T
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
55 54 53 52 51 51 52 53 54 55
x x x x x x x x x x
Keterangan :
K : Karies, R : Radiks, T; Tumpatan, I : Inlay, X : Telah dicabut, P :
Persistensi,
Im : Impaksi, J : Jaket, O : Belum erupsi, Ag : Agenese, B : Bridge (GTC),
En : PerEndodotik
5
3. Analisis Foto Muka
Glabella
Pogonion
Lower lip
Upper lip
6
Malposisi gigi individual :
Rahang Atas Rahang Bawah
- Kanan - Kanan
12 : Mesio Palatotorsiversi 41 : Disto Labiotorsiversi
16 : Mesio Bucotorsiversi 43 : Mesio Labiotorsiversi
45 : Linguoversi
-Kiri - Kiri
23 : Mesio Labiotorsiversi 31 : Disto Labiotorsiversi
24 : Mesio Labiotorsiversi 34 : Mesio Labiotorsiversi
27 : Bucoversi 35 : Linguoversi
36 : Bucoversi
7
M1 RA beroklusi dengan fossa central M1
RB
Relasi Kaninus kanan : Klas I, incisal C RA terletak pada ruang
antara tepi distal gigi C RB dan tepi mesial
P1 RB
Relasi Kaninus kiri : Klas II, caninus RA terletak di anterior
sampai buccal ruang buccal di antara C RB
dan P1 RB
Garis tengah Rahang Bawah terhadap Rahang Atas : Tidak
Segaris
Garis inter insisivi sentral terhadap garis tengah Rahang Atas : Tidak
Segaris
RA bergeser ke: kanan besar pergeseran: 1 mm
RB bergeser ke: - besar pergeseran: - mm
8
6. Perhitungan-perhitungan
Metode Pont
Jumlah mesiodistal 12,11,21,22 : 29,9 mm
Jarak P1 – P1 pengukuran : 34,7 mm
= 37,3 mm
Diskrepasi : -2,6 mm Kontraksi
Jarak M1 – M1 pengukuran : 44 mm
9
Keterangan : pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke
arah lateral di regio 4û - ë4 kurang (kontraksi) sebesar 2,6 mm, dan di
regio 6û - ë6 kurang (kontraksi) sebesar 2,7 mm.
Metode Korkhaus :
Tabel Korkhaus : 17,5 mm
Jarak I - (P1 – P1) pengukuran : 15,8 mm
Diskrepasi 1,7 mm retraksi
Keterangan : Pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi Rahang Atas
ke arah anterior mengalami retraksi sebesar 1,7 mm
Metode Howes
Jumlah lebar mesiodistal M1 – M1 : 93,1 mm
Jarak P1 – P1 (tonjol) : 42 mm
Jarak ...P1 P1
Indeks P = x 100% = 45,1% (> 43%)
mesiodistal..M 1 M 1
Lengkung gigi untuk menampung gigi-gigi : cukup
Jarak ..FC
Jarak Inter Fossa Canina = x 100%
mesiodistal..M 1 M 1
= 46,2 % (> 44%)
Lengkung basal untuk menampung gigi-gigi : cukup
Inklinasi gigi-gigi region posterior : Konvergen,
Keterangan : Lengkung gigi untuk menampung gigi-gigi lebih dan
lengkung basal untuk menampung gigi-gigi lebih
Menurut kriteria Howes, apabila indeks fossa canina didapatkan
kurang dari 37%, maka merupakan kasus dengan indikasi pencabutan.
Apabila indeks fossa canina didapatkan kurang dari 44% tetapi lebih
besar dari 37%, maka merupakan kasus meragukan apakah indikasi
ekspansi atau pencabutan. Dilihat berdasarkan analisis metode yang
lainnya. Apabila indeks fossa canina didapatkan lebih dari 44%, maka
10
merupakan kasus yang dapat dirawat tanpa dilakukan pencabutan.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka kasus pasien termasuk kasus yang
dapat dirawat tanpa dilakukan pencabutan. Indeks FC> indeks P
sehingga inklinasi regio posterior konvergen artinya lengkung gigi
masih bisa di ekspansi.
11
Ka : -3,8 mm
Ki : -0,6 mm
-Kiri - Kiri
23 : Mesio Labiotorsiversi 31 : Disto Labiotorsiversi
24 : Mesio Labiotorsiversi 34 : Mesio Labiotorsiversi
27 : Bucoversi 35 : Linguoversi
36 : Bucoversi
- Maloklusi menurut dawey klas I tipe 4
- Maloklusi menurut Lisher maloklusi klas I,
12
VI. ANALISIS ETIOLOGI MALOKLUSI
Pasien mengalami maloklusi angle kelas 1 tipe dental, dengan crowding
ringan gigi geligi anterior rahang atas dan rahang bawah serta malposisi gigi
individual. Hal ini dapat disebabkan saat periode gigi bercampur, gigi susu yang
masih ada dibiarkan saja hingga tanggal sendiri sehingga gigi permanen yang
sudah mulai tumbuh tidak dapat berada pada posisi yang normal. Malrelasi
pergeseran midline RA ke arah kanan sebesar 1 mm kemungkinan disebabkan
karena gigi 12 mengalami malposisi (mesio palatotorsiversi) sehingga midline
dapat bergeser. Crossbite posterior antara gigi 26, 36 kemungkinan disebabkan
karena gigi 36 mengalami malposisi (bucoversi).
Etiologi malposisi gigi individual :
Rahang Atas
12 : Mesio Palatotorsiversi: Kemungkinan terjadi akibat kebiasaan pasien
menggigit pensil/pulpen
16 : Mesio Bucotorsiversi : Kemungkinan terjadi karena tekanan gigi 18 yang
sedang erupsi
23 : Mesio Labiotorsiversi : kemungkinan karena erupsi gigi 23 terakhir sehingga
kurang ruang dan terjadi malposisi.
24 : Mesio Labiotorsiversi : Kemungkinan terjadi karena adanya kontraksi ke
lateral pada regio tersebut.
27 : Bucoversi : kemungkinan terjadi akibat tekanan gigi 28 yang sedang erupsi.
Rahang Bawah
31 : Disto Labiotorsiversi : Kemungkinan terjadi karena adanya pertumbuhan ke
anterior yang kurang dan karies pada distal gigi susu sehingga kurang ruang dan
distal gigi 31 lebih ke arah labial.
34 : Mesio Labiotorsiversi : Kemungkinan terjadi karena kontraksi ke lateral pada
regio tersebut.
35 : Linguoversi : Kemungkinan terjadi karena kontraksi ke lateral pada regio
tersebut.
36 : Bucoversi : kemungkinan terjadi akibat tekanan gigi 38 yang sedang erupsi
13
41 : Disto Labiotorsiversi : Kemungkinan terjadi karena adanya pertumbuhan ke
anterior yang kurang dan karies pada distal gigi susu sehingga distal gigi 41 lebih
ke arah labial
43 : Mesio Labiotorsiversi : Kemungkinan terjadi akibat kebiasaan pasien
menggigit pensil/pulpen
45 : Linguoversi : Kemungkinan terjadi karena kontraksi ke lateral pada regio
tersebut, dan desakan dari gigi 48.
Jalannya Perawatan
1. Motivasi, edukasi pasien dan informed consent
Memberi penjelasan tentang perawatan yang akan diberikan kepada pasien
serta hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses perawatan seperti cara
pemakaian alat dan perawatan alat. Perawatan ortodontik adalah perawatan
yang membutuhkan waktu yang cukup lama (1-2 tahun). Alat dipakai
selama 24 jam sehari, oleh karena itu sangat diperlukan kerja sama dari
pasien. Pasien diminta kesanggupannya untuk kontrol secara rutin (1x
seminggu) dan bersedia memakai alat ortodontik selama perawatan. Pasien
juga diminta untuk menjaga kebersihan mulutnya dan kebersihan alat
ortodontiknya dengan rutin membersihkan alat ortodontik terutama setelah
makan
14
Setelah pasien memahami seluruh penjelasan dari operator tentang
perawatan ortodontik, maka pasien diminta untuk menandatangani surat
persetujuan perawatan atau informed consent.
2. Analisis ruang
Rahang Atas
Berdasarkan penghitungan dengan metode Pont, diketahui pertumbuhan
dan perkembangan lengkung gigi ke arah lateral regio inter P1 dan inter
M1 kurang dari normal. Pada regio inter P1 mengalami kontraksi sebesar
2,6 mm dan inter M1 sebesar 2,7 mm. Berdasarkan perhitungan metode
korkhaus, lengkung gigi mengalami retraksi sebesar 1,7 mm dan
berdasarkan perhitungan howes didapatkan hasil indeks P sebesar 45,1%
dan indeks FC sebesar 46,2%.
Pada hasil determinasi lengkung, didapatkan diskrepansi pada rahang atas
sebesar 0,9 mm. Kekurangan ruang tersebut dikoreksi dengan
menggunakan plat ekspansi, dilanjutkan dengan plat aktif.
Rahang Bawah
Pada hasil determinasi lengkung, didapatkan diskrepansi pada rahang
bawah sebesar 4,4 mm. Kekurangan ruang tersebut dikoreksi dengan
menggunakan plat ekspansi, dilanjutkan dengan plat aktif
15
d. Simple spring 0,6 mm pada gigi 12 untuk menggerakkan gigi
tersebut ke labial
e. Adam klamer (ø 0,7 mm) pada gigi 16, 26 untuk retensi dan
stabilisasi alat
Sedangkan pada rahang bawah digunakan plat aktif yang terdiri dari:
a. Plat dasar akrilik
b. Labial arch (ø 0,7 mm) dengan U loop terletak di interdental 44
dan 34
c. Continuous spring (ø 0,6 mm) pada gigi 32,31,41,42
d. Adam klamer (ø 0,7 mm) pada gigi 36, 46 untuk retensi dan
stabilisasi alat
Koreksi malposisi gigi individual dilakukan dengan tahapan berikut:
Plat aktif tidak diaktifkan pada 1 minggu pertama pemakaian, hal
ini dimaksudkan untuk adaptasi alat di dalam rongga mulut.
16
Setelah terbentuk celah diantara gigi 32-42 maka Continuous
spring diaktifkan untuk menggerakkan gigi 32-42 ke arah labial
hingga berada dalam lengkung ideal yang diinginkan.
Labial arch digunakan untuk mengoreksi kembali gigi 43 yang
mesiolabiotorsiversi sehingga kembali kedalam lengkung gigi dan
sekaligus mengoreksi lengkung gigi
Kontrol dilakukan seminggu sekali dan alat akan dipasifkan jika
gigi sudah berada pada lengkung ideal yang diinginkan.
Dilakukan pencetakan untuk membuat retainer.
5. Pemasangan retainer
Untuk mencegah hasil perawatan relaps atau untuk mempertahankan
lengkung yang telah dikoreksi maka untuk RA dan RB digunakan retainer
yang berupa hawley retainer yang terdiri dari : labial arch ø 0,7 mm
dengan U loop dan adam klamer ø 0,7 mm.
Prosedur penggunaannya diintruksikan kepada pasien :
a. Pemakaian 3 bulan pertama : Retainer dipakai siang dan malam
hari, pada waktu tidur dipakai dan hanya dilepas pada waktu sikat
17
gigi dan sehabis makan untuk dibersihkan, dengan waktu kontrol
sebulan sekali untuk penecekan derajat mobilitas atau kegoyahan
gigi yang telah dikoreksi.
b. Pemakaian 3 bulan kedua : Jika 3 bulan pertama masih terdapat
kegoyahan gigi maka pemakaian retainer diperpanjang untuk 3
bulan lagi. Jika mobilitas gigi hilang, untuk 3 bulan berikutnya
retainer boleh tidak dipakai kalau keluar rumah namun di dalam
rumah dan waktu tidur tetap dipakai. Kontrol setiap bulan dan
dicek apakah setiap pemakaian retainer terasa sesak.
c. Pemkaian 3 bulan ketiga : Jika setelah 3 bulan kedua setiap
pemakaian kembali alat terasa sesak berarti ada perubahan setiap
alat dilepas sebaiknya pemakaian diperpanjang untuk 3 bulan
berikutnya. Jika sudah tidak sesak sewaktu pemakaian kembali,
untuk 3 bulan ketiga alat bias dipakai hanya pada waktu tidur
malam hari saja, kontrol rutin 1 bulan sekali.
d. Pemakaian 3 bulan keempat : Jika pemakaian 3 bulan ketiga alat
sudah tidak sesak pada setiap pemakaian kembali, retainer dapat
dihentikan dan kontrol 3 bulan berikutnya untuk pemeriksaan
terakhir. Bila masih dicurigai adanya kemungkinan relaps
sebaiknya alat tetap dipakai pada malam hari selama 3 bulan lagi
dan kontrol sebulan sekali.
18
VIII. GAMBAR/ DESAIN ALAT
PLAT EKSPANSI
Rahang Atas
Rahang Bawah
19
PLAT AKTIF
Rahang Atas
Rahang Bawah
20
RETAINER
Rahang Atas
Rahang Bawah
21
IX. Prognosis
Baik, karena pasien kooperatif, mempunyai motivasi yang tinggi untuk
merapikan giginya. Secara umum, kondisi kesehatan rongga mulutnya dan
jaringan pendukung gigi dalam kondisi baik. Hal ini juga mendukung
keberhasilan jalannya perawatan.
22