Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN

PEMERIKSAAN DAN PERAWATAN ORTODONTIK

Nomor Model
26019023

Nama Pasien : Gloria Diana Amantha


Operator : Faiza Puji Rahayu
Pembimbing : drg. Sri Suparwitri S.U., Sp.Ort (K)

BAGIAN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
I. IDENTITAS
Operator : Faiza Puji Rahayu
NIM : 18/438268/KG/11579
Pembimbing : drg. Sri Suparwitri S.U., Sp.Ort (K)

Nomor Model : 26019023


Nama Pasien : Gloria Diana Amantha
Suku : Melayu
Umur : 24 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan Tridharma no.345, Baciro, Sleman
Kode Pos : 55225
Telepon : 081226169217
Pekerjaan : Mahasiswi

Nama Ayah : Salman


Suku : Melayu
Umur : 57 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama Ibu : Tisna
Suku : Melayu
Umur : 54 tahun
Pekerjaan : PNS
Alamat Orang Tua : Jalan Nangka no.36, Kampung Dalam, Riau
Telepon : 081365600067

II. WAKTU PERAWATAN


Pendaftaran : 26 April 2019
Pencetakan : 26 April 2019
Pemasangan alat :
Retainer :
III. PEMERIKSAAN KLINIS
A. Pemeriksaan Subjektif (Anamnesis) :
 Keluhan Utama
Pasien datang mengeluhkan gigi depan bawahnya tidak rapi
 Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan umum pasien baik, tidak ada riwayat penyakit sistemik
yang pernah diderita, yang mungkin dapat mengganggu dan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan dentofasial. Pasien juga tidak mempunyai
riwayat alergi, dan tidak ada kelainan lain yang mungkin dapat mengganggu
jalannya perawatan ortodontik.
 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi
o Periode gigi desidui :
Gigi depan pasien pernah berwarna kehitaman sewaktu kecil dan tidak
dirawatkan ke dokter gigi. Gigi-geligi susu pasien tanggal dengan
sendirinya tanpa dilakukan pencabutan gigi oleh dokter gigi. Tidak ada
riwayat kehilangan gigi sebelum waktunya.
o Periode gigi bercampur :
Gigi susu yang goyah dibiarkan sampai tanggal dengan sendirinya tanpa
dilakukan pencabutan oleh dokter gigi.
o Periode gigi permanen:
Gigi gerahan atas kiri pasien pernah dicabut karena fraktur akar, akibat
trauma.
 Kebiasaan Buruk yang Berkaitan dengan Keluhan Pasien
Pasien memiliki kebiasaan bertopang dagu kira-kira sejak mulai kuliah ±5
tahun yang lalu hingga lulus kuliah ±2 tahun yang lalu. Kebiasaan ini
dilakukan hanya beberapa menit dan dilakukan terkadang ketika kuliah
dengan intensitas sedang.
 Riwayat keluarga yang berkaitan dengan keluhan pasien
1. Ayah : gigi geligi rapi
2. Ibu : susunan gigi berjejal
3. Anak I (laki-laki) : susunan gigi berjejal
4. Anak II (laki-laki) : gigi geligi rapi
5. Anak IV (perempuan) : gigi geligi rapi
Kesimpulan : Keluhan pasien kemunkinan dipengaruhi oleh riwayat kesehatan
gigi ketika dimasa kanak-kanak serta factor herediter
B. Pemeriksaan Objektif :
1. Umum
Keterangan :
 Jasmani : Sehat, tidak ada cacat, bisa melakukan aktivitas dengan baik
 Mental : Kooperatif, dapat berkomunikasi dengan baik
 Status Gizi:
Tinggi Badan (TB) : 1,52 m
Berat Badan (BB) : 56 kg
BB (kg) 56
o Indeks Massa Tubuh = TB² (m)
= (1,52)2
= 24,24

o Status gizi : Normal


o Kategori : Normal

2. Lokal
a. Ekstra oral
 Kepala
Lebar kepala : 155 mm
Panjang kepala : 17,7 mm
����� ������
o Indeks kepala = ������� ������
× 100 = 87,57

o Bentuk kepala : Brakisefali


 Muka
Jarak Nasion – Gnation : 107 mm
Lebar Bizygomatic : 120 mm
����� �−��
o Indeks muka = ����� ��−��������� × 100 = 89,85

o Bentuk muka = Mesoprosop


o Profil Muka : Cembung normal dan simetris
 Garis Simon (Bidang Orbital)
Posisi rahang terhadap bidang orbital / garis Simon :
RA : kanan dan kiri melewati sepertiga distal gigi caninus
o Maksila : Normal, penyimpangan : 0
RB : kanan dan kiri melewati interdental gigi caninus dan premolar 1
o Mandibula : Normal, penyimpangan : 0
b. Intra oral
 Hygiene Mulut : OHI Baik
 Lingua : Ukuran sedang, ditemukan sedikit krenasi,
Palatum : Tidak ada kelainan
Vertikal : tinggi
Lateral : sedang
 Gingiva : Normal, tidak ada kelainan
Gingiva berwarna coral pink, tekstur stippling, tidak ada gingivitis,
candidiasis, hiperplasi dan hiperpigmen.
 Mukosa : Normal, tidak ada kelainan
Tidak ada línea alba maupun lesi, infeksi maupun tumor pada mukosa
pasien.
 Frenulum :
Frenulum Labii Superior :
Normal, perlekatan tidak terlalu tinggi atau rendah.
Frenulum Labii Inferior :
Normal, perlekatan tidak terlalu tinggi atau rendah.
Frenulum Lingualis :
Normal, perlekatan tidak terlalu tinggi atau rendah.
 Tonsila :
Normal, tidak ada peradangan dan pembengkakan
 Pemeriksaan Gigi-geligi

V IV III II I I II III IV V

― ○ ○ ―
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28

48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
― ○ ● ● ―
V IV III II I I II III IV V
Keterangan :
X : Sudah dicabut V : Radiks
● : Tumpatan ― : Belum erupsi
○ : Karies
c. Analisis Fungsional
 Free Way Space : 3,75 mm
Jarak posisi istirahat – oklusi sentrik : 3,9 mm
 Pola Atrisi : Normal
Tidak terdapat atrisi berlebihan maupun abnormal
 Sendi Temporomandibular (TMJ) : Normal, tidak ada kelainan
Tidak terdapat bunyi clicking, tidak ada krepitasi, tidak terdapat rasa
sakit, dan tidak ada peradangan
 Tonus Otot Mastikasi : Normal, tidak ada kelainan
Otot mastikasi tidak terasa terlalu tegang atau kendor saat pasien
diminta melakukan gerakan mengunyah.
 Tonus Otot Bibir : Normal, tidak ada kelainan
Bibir atas dan bawah tidak tegang saat ditarik dengan kaca mulut.
 Bibir Posisi Istirahat : Normal, tertutup, kompeten
 Path of closure : Normal
Keterangan : mulut menutup dengan baik tanpa ada celah

3. Analisis Foto Muka

Gb Gb

Zg Zg Zg Zg

SNA SNA

Foto frontal dengan bibir rileks Foto frontal dengan senyum


Gb Gb

Ulc
Ulc
Llc Llc
Po
Po
g
g

Foto lateral 90º dengan bibir rileks Foto lateral 90º dengan ibir rileks
(kanan) (kiri)

Foto lateral 45 bibir rileks (kanan) Foto lateral 45 bibir rileks (kiri)
Keterangan : G : Glabela; Ulc : Upper lip contour; Llc : Lower Lip Countour; Pog :
Pogonion; Zg : zigomatik
 Proporsi wajah : proporsional
Keterangan : Proporsi wajah sebelah kanan sama dengan sebelah kiri
 Kesimetrisan wajah : simetris
Keterangan : Proporsi wajah sebelah kanan sama dengan sebelah kiri
 Profil muka : Cembung normal
Keterangan : sudut yang dibentuk oleh garis Llc – Pog dan garis G – Ulc
kurang dari 180º
Foto Intraoral

Oklusi sentrik lateral kiri (6x4)


Oklusi sentrik frontal

Oklusi sentrik lateral kanan (6x4) Oklusal rahang atas

Oklusal rahang bawah

4. Analisis Model Studi


 Bentuk Lengkung gigi
Rahang atas : parabola, simetris
Rahang bawah : parabola, simetris
 Malposisi gigi individual
 Rahang atas :  Rahang bawah :
15 : mesio labio torsiversi 32 : linguo versi
22 : mesio labio torsiversi 33 : mesio labio torsiversi
23 : mesio palato torsiversi 42 : mesio linguo torsiversi

 Relasi gigi pada oklusi sentris


o Anterior
Overjet : 3,35 mm Overbite: 2,60 mm
Palatal bite : tidak ada
Deep bite : tidak ada
Open bite : tidak ada
Edge to edge bite : tidak ada
Cross bite : tidak ada
o Posterior
Cross bite : tidak ada
Open bite : tidak ada
Scissor bite : tidak ada
Cup to cup bite : tidak ada
Relasi molar pertama kanan : klas I
Relasi molar pertama kiri :-
Relasi kaninus kanan : klas I
Relasi kaninus kiri : klas I
Garis tengah rahang bawah terhadap rahang atas : segaris
Garis interincisivi sentral terhadap garis tengah rahang :
o RA bergeser ke :
o Besar pergeseran : 0 mm
o RB bergeser ke :
o Besar pergeseran : 0 mm
 Lebar mesiodistal gigi-gigi
RAHANG ATAS (mm) RAHANG BAWAH (mm)
Gigi Normal Ket Gigi Normal Ket
11 21 31 41
7,40-8,95 N 4,97-6,60 N
8,28 8,60 5,47 5,50
12 22 32 42
6,05-8,10 N 5,45-6,85 N
7,84 7,44 6,00 6,10

13 23 33 43
7,05-9,32 N 6,15-8,15 N
7,60 8,31 7,42 7,25

14 24 34 44
6,75-9,00 N 6,35-8,75 N
7,55 7,64 7,50 7,35

15 25 35 45
6,0-8,10 N 6,80-9,55 N
7,29 7,30 8,05 7,22

16 26 36 46 10,62-
9,95-12,10 N N
10,63 X 12,25 11,55 13,05

17 27 37 47
8,75-10,87 N 8,90-11,37 N
10,30 10,86 11,30 11,37
Kesimpulan : rata-rata gigi pasien berukuran normal

5. Gigi-gigi dari oklusal

Rahang Atas Rahang Bawah


Perhitungan-perhitungan

a. Metode pont
Jumlah mesiodistal 12, 11, 21, 22 : 30,25 mm
Jarak P1-P1 pengukuran : 36,44 mm
��
Jarak P1-P1 perhitungan = 80 × 100 : 37,81 mm

Diskrepansi : -1,37 mm  kontraksi


Jarak M1-M1 pengukuran : 48,46 mm
��
Jarak M1-M1 perhitungan = 64 × 100 : 47,27 mm

Diskrepansi : 1,19 mm  distraksi


Keterangan : Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah
lateral pada regio inter P1 kurang dari normal sebesar 1,37 mm, sedangkan
pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah lateral di regio
inter M1 lebih dari normal sebesar 1,19 mm.

b. Metode Korkhaus
Tabel korkhaus : 17,65 mm
Jarak I – (P1-P1) pengukuran : 17,00 mm
Diskrepansi : - 0,65  retrusi
Keterangan : Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah
anterior kurang dari normal sebesar 0,65 mm.

c. Metode Howes
∑ lebar mesiodistal M1-M1 : 84,45 mm
Jarak Inter P-P (Tonjol) : 41,55 mm
����� ����� �−�
Indeks Premolar : ����� �����−������ �1−�1
× 100 = 49,20%

Jarak Inter Fossa Canina : 46,00 mm


����� ����� ����� ������
Indeks Fossa Canina : ����� �����−������ �1−�1
× 100 = 54,47%

Keterangan :
- Indeks premolar lebih dari 43%, sehingga lengkung gigi dapat
menampung gigi-gigi ke dalam lengkung ideal dan stabil
- Indeks fossa canina lebih dari 44%, sehingga lengkung basal dapat
menampung gigi-gigi ke dalam lengkung ideal dan stabil
- Indeks fossa canina > indeks premolar, artinya inklinasi gigi-geligi
posterior regio premolar konvergen sehingga merupakan indikasi
ekspansi
- Besar ekspansi yang dapat dilakukan agar gigi-geligi stabil dalam
lengkung perimeter ideal yaitu maksimal sebesar 4,45 mm

d. Determinasi Lengkung
Hasil Keterangan:
penapakan : Overjet awal : 3,35 mm
kanan kiri
Protraksi RA : 0,00 mm
Retraksi RB : 0,00 mm
Overjet akhir : 3,35 mm
Rahang atas :
Panjang lengkung : 62,00 mm
Kanan : 31,00 mm
Kiri : 31,00 mm
∑ lebar mesio distal : 63,26 mm
Kanan : 31,27 mm
Keterangan : Kiri : 31,99 mm
— : lengkung mula-mula Diskrepansi : -1,26 mm
— : lengkung ideal rahang atas Kanan : -0,27 mm
— : lengkung ideal rahang bawah Kiri : -0,99 mm
Rahang bawah
Panjang lengkung : 50,30 mm
Kanan : 26,00 mm
Kiri : 24,30 mm
∑ lebar mesio distal : 52,59 mm
Kanan : 26,20 mm
Kiri : 26,39 mm
Diskrepansi : -2,29 mm
Kanan : -0,2 mm
Kiri : -2,09 mm

e. Analisis Carey
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari determinasi lengkung, diperoleh
diskrepansi rahang atas sebesar -1,26 mm (kanan : -0,27 mm; kiri : -0,99
mm) sedangkan untuk Rahang Bawah terjadi diskrepansi sebesar -2,29
mm (kanan : -0,20 mm; kiri : -2,09 mm). Menurut Carey, kekurangan
ruang pada lengkung gigi rahang atas sisi kanan dan kiri serta pada rahang
bawah sisi kanan kurang dari ¼ lebar mesiodistal gigi P1 pada masing-
masing sisi tersebut sehingga merupakan indikasi grinding atau ekspansi
jika lengkung tersebut kontraksi. Sedangkan kekurangan ruang pada
rahang bawah sisi kiri lebih dari ¼ lebar mesiodistal gigi P1 dan kurang
dari ½ lebar mesiodistal P1 sehingga merupakan indikasi ekspansi.

IV. DIAGNOSIS SEMENTARA


Kasus maloklusi menyangkut masalah:
i. Estetik
ii. Dental
iii. Malposisi gigi individual
Solusi masalah
RA : pencarian ruang dengan ekspansi, koreksi malposisi gigi individual
RB : pencarian ruang dengan ekspansi, koreksi malposisi gigi individual

V. DIAGNOSIS FINAL
Maloklusi Angle Kelas I tipe dental, modifikasi Dewey tipe 1 yaitu maloklusi Kelas I
dengan crowding anterior, modifikasi Lischer neutroklusi, disertai malposisi gigi
individual sebagai berikut :
Rahang atas:
15 : masio labio torsiversi
22 : mesio labio torsiversi
23 : mesio palato torsiversi
Rahang bawah :
32 : linguo versi
33 : mesio labio torsiversi
42 : mesio linguo torsiversi
VI. ANALISIS ETIOLOGI MALOKLUSI
1. Maloklusi
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan obyektif dapat ditemukan bahwa
crowding yang dialami pasien, terutama pada regio depan bawah disebabkan oleh
kurangnya ruang untuk erupsi gigi permanen karena pertumbuhan ke arah lateral
yang kurang akibat rampan karies pada saat periode gigi desidui. Karies yang
teradi sewaktu kecil menyebabkan ukuran mesio-distal gigi geligi desidui
mengecil sehingga lengkung gigi yang dipersiapkan untuk gigi permanen erupsi
kurang. Hal ini kemudian menyebabkan gigi permanen mencari ruang erupsi
kearah labial atau lingual yang menyebabkan gigi crowding.
2. Malposisi
15 : mesiolabio torsiversi, disebabkan karena lengkung gigi memiliki
kekurangan untuk menampung gigi, sehigga bagian mesial gigi menacari
ruang erupsi kearah labial, serta menyesuaian terhadap gigi antagonisnya
22 : mesio labio torsiversi disebabkan karena lengkung gigi memiliki
kekurangan untuk menampung gigi, sehigga bagian mesial gigi menacari
ruang erupsi kearah labial, serta menyesuaian terhadap gigi antagonisnya.
23 : mesio palato torsiversi, disebabkan karena lengkung gigi memiliki
kekurangan untuk menampung gigi, sehigga bagian mesial gigi menacari
ruang erupsi kearah palatal, serta menyesuaian terhadap gigi antagonisnya.
Hal tersebut didukung pula oleh waktu erupsi gigi caninus sebagai gigi
anterior yang terakhir erupsi
32 : linguo versi, disebabkan karena lengkung gigi memiliki kekurangan untuk
menampung gigi akibat dari karies rampan sewaktu kecil, sehigga gigi
menacari ruang erupsi kearah lingual.
33 : mesio labio torsiversi, disebabkan karena lengkung gigi memiliki
kekurangan untuk menampung gigi akibat dari karies rampan sewaktu kecil,
sehigga bagian mesial gigi mencari ruang erupsi kearah labial.
42 : mesio linguo torsiversi, disebabkan karena lengkung gigi memiliki
kekurangan untuk menampung gigi akibat dari karies rampan sewaktu kecil,
sehigga bagian mesial gigi mencari ruang erupsi kearah lingual.
VII. PROSEDUR PERAWATAN
A. Analisis ruang
 Metode Pont
Terjadi kontraksi ringan pada regio inter P1 (1,37 mm) dan distrtraksi ringan
pada inter M1 (1,19 mm) rahang atas.
 Metode Korkhaus
Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah anteroposterior
(tinggi lengkung gigi) mengalami kekurangan sebesar 0,65 mm.
 Metode Howes
Hasil indeks premolar dan indeks fossa canina menunjukkan bahwa lengkung
gigi dan lengkung basal dapat menampung gigi-gigi ke dalam lengkung ideal
dengan stabil. Hasil perbandingan indeks fossa canina dengan indeks
premolar juga menunjukkan bahwa inklinasi gigi-geligi posterior regio
premolar konvergen sehingga dapat merupakan indikasi ekspansi. Besar
ekspansi yang dapat dilakukan agar gigi-geligi stabil dalam lengkung
perimeter ideal yaitu maksimal sebesar 4,45 mm
 Determinasi Lengkung
Hasil determinasi lengkung menunjukkan bahwa terdapat kekurangan ruang
pada rahang atas sebesar 1,26 mm, dan pada rahang bawah sebesar 2,29 mm.

B. Target Perawatan
Koreksi crowding dan malposisi gigi individual rahang atas dan rahang bawah.

C. Rencana Perawatan
Tahap-tahap yang akan dilakukan dalam proses perawatan adalah sebagai
berikut:
1. Edukasi pasien
2. Informed Consent
3. Analisis dan pencarian ruang
RA : ekspansi
RB : ekspansi atau grinding
4. Koreksi malposisi gigi individual rahang atad dna bawah dengan plat aktif
5. Occlusal adjustment (penyesuaian oklusi)
6. Retainer
7. Retainer
D. Jalannya perawatan
1. Edukasi Pasien
Pasien diberikan penjelasan bahwa penyebab dari malposisi gigi
geliginya kemungkinan adalah karena rampan karies pada periode gigi susu
disertai faktor genetik. Hal ini menyebabkan lengkung gigi menyempit
sehingga gigi permanen yang tidak mendapatkan cukup ruang untuk erupsi
berusaha mencari tempat lain untuk erupsi. Hal ini kemudian menyebabkan
gigi crowding atau berjejal.
Pasien diberikan penjelasan mengenai prosedur perawatan yang akan
dilakukan. Perawatan mula-mula yang akan dilakukan yaitu pencarian ruang
untuk menempatkan gigi yang malposisi ke dalam lengkung yang ideal
dengan menggunakan plat ekspansi. Plat ekspansi bekerja dengan cara
memberikan tekanan kepada gigi geligi ke arah lateral secara bertahap
sehingga lengkung gigi melebar dan panjang lengkung perimeter bertambah.
Setelah diperoleh ruang yang dibutuhkan, perawatan dilanjutkan dengan plat
aktif. Pada tahap ini, gigi geligi yang malposisi secara bertahap digerakkan
kedalam ruang dalam lengkung ideal yang telah tersedia hingga gigi terletak
pada posisi yang ideal. Terakhir yaitu perawatan dengan retainer. Retainer
merupakan alat pasif yang berfungsi untuk memberikan kesempatan kepada
jaringan pendukung gigi untuk beradaptasi dengan posisi gigi yang baru
sehingga diharapkan kedepannya posisi gigi tidak akan berubah.
Dijelaskan pula bahwa waktu perawatan ini akan memakan waktu
kurang lebih 1 -1,5 tahun, tergantung dari kepatuhan pasien untuk memakai
alat dan kontrol rutin. Dijelaskan bahwa kemungkinan hal yang akan terjadi
selama perawatan antara lain rasa sakit pada gigi pasca pengaktifan alat atau
sariawan, kemudian tingkat keberhasilan perawatan pasien, hingga estimasi
biaya.
Pasien diinstruksikan untuk menggunakan alat orto sepanjang hari,
baik saat makan maupun saat tidur atau minimal 12 jam sehari. Pasien boleh
melepas alat ketika akan dibersihkan, yaitu saat akan sikat gigi pagi setelah
makan dan malam sebelum tidur dengan cara menyikat dengan lembut
permukaan alat yang berhadapan dengan mukosa mulut menggunakan pasta
gigi. Pasien diinstruksikan untuk kontrol rutin 1 minggu sekali selama
kurang lebih 1 – 1,5 tahun untuk evaluasi stabilitas alat, pengukuran progres
perawatan, dan keluhan pasien lainnya serta pengaktifan alat secara berkala.
Pasien juga diedukasikan untuk belajar menghilangkan bad habit agar tidak
menggangu perawatan dan untuk mencegah terjadinya relaps setelah
perawatan.
Setelah pasien mengerti tentang perawatan ortodontik yang akan
dilakukan, pasien diminta untuk menandatangani informed consent.

2. Analisis dan pencarian ruang rahang atas dan rahang bawah


Rahang atas
Metode determinasi lengkung menunjukkan bahwa lengkung gigi rahang
atas kurang untuk menampung gigi geligi. Berdasarkan hasil yang
didapatkan pada determinasi lengkung, diskrepansi Rahang Atas sebesar -
1,26 mm (kanan : -0,27 mm; kiri : -0,99 mm). Menurut Carey, kekurangan
ruang pada lengkung gigi rahang atas kanan dan kiri adalah kurang dari ¼
lebar mesiodistal gigi P1 pada masing-masing sisi dan berdasarkan analisis
Pont pada regio premolar terdapat kontraksi sehingga pencarian ruang dapat
dilakukan dengan melakukan ekspansi lateral. Ekspansi dilakukan sebesar
2,2 mm (maksimal ekspansi berdsarkan analisis Howes adalah 4,65 mm)
dengan pengaktifan plat ekspansi sebanyak 11x¼ putaran, Ekspansi ini
memberikan tambahan ruang dalam lengkung perimeter sebanyak 1,32 mm.
- Komponen alat ekspansi:
 Labial arch Ø 0,7 mm dengan U-loop pada gigi 14 dan 24
 Adam klamer Ø 0,7 mm pada gigi 16, 27 sebagai retensi
 Sekrup ekspansi lateral terletak midline palatum, diantara gigi P1
dan C
 Plat akrilik setinggu cingulum, dengan midline terseparasi
- Sekrup ekspansi diputar sebanyak 2 x ¼ putaran setiap kunjungan, sekali
seminggu sampai minggu ke-6.
- Setiap pemutaran, labial arch dilonggarkan dengan cara menekan U-loop
dengan tang pipih
- Apabila ada plat yang mengganggu atau melukai mukosa, plat akrilik
dapat dikurangi dengan menggunakan bur arkansas.
Rahang bawah
Metode determinasi lengkung menunjukkan bahwa lengkung gigi rahang
bawah kurang untuk menampung gigi geligi. Berdasarkan hasil yang
didapatkan pada determinasi lengkung, terjadi diskrepansi Rahang bawah
sebesar -2,29 mm (kanan : -0,20 mm; kiri : -2,09 mm). Menurut Carey,
kekurangan ruang pada lengkung gigi rahang bawah sisi kanan kurang dari
¼ mesiodistal gigi P1 sedangkan sisi kiri lebih dari ¼ dan kurang dari ½
lebar mesiodistal gigi P1. Selain itu analisis Pont menunjukkan bahwa pada
regio premolar terjadi kontraksi sehingga pencarian ruang dilakukan dengan
melakukan ekspansi lateral disertai kombinasi grinding. Ekspansi dilakukan
sebanyak 2,2 mm (maksimal ekspansi berdsarkan analisis Howes adalah 4,65
mm). Ekspansi dilakukan dengan pengaktifan plat ekspansi sebanyak 11x¼
putaran, Ekspansi ini memberikan tambahan ruang dalam lengkung
perimeter sebanyak 1,32 mm.
- Komponen alat ekspansi :
 Labial arch Ø 0,7 mm dengan U-loop pada gigi 14 dan 24
 Adam klamer Ø 0,7 mm pada gigi 16, 26 sebagai retensi
 Sekrup ekspansi lateral terletak midline palatum, diantara gigi I1
 Plat akrilik setinggu cingulum dengan midline terseparasi
- Sekrup ekspansi diputar sebanyak 2 x ¼ putaran setiap kunjungan, sekali
seminggu sampai minggu ke-6
- Setiap pemutaran, labial arch dilonggarkan dengan cara menekan U-loop
dengan tang pipih
- Apabila ada plat yang mengganggu atau melukai mukosa, plat akrilik
dapat dikurangi dengan menggunakan bur arkansas.
- Kekurangan ruang sebanyak 0,97 mm dilakukan dengan grinding pada
gigi anterior karena memiliki self-cleansing yang lebih baik, yakni pada
permukaan mesial dan distal gigi 32 dan 42. Grinding dilakukan sebesar
0,97
4
= 0,2 �� pada masing-masing sisi dengan menggunakan grinding

strip.
- Gigi yang dilakukan grinding selanjutnya diaplikasi fluor.
3. Koreksi malposisi gigi individual
Setelah kekurangan ruang telah terkoreksi dan pada kontrol berikutnya tidak
ada keluhan dari pasien, tahap selanjutnya dapat dilakukan koreksi malposisi
gigi indiviual dengan menggunakan plat aktif.
Rahang atas
- Komponen plat aktif rahang atas :
 Simple spring Ø 0,6 mm kawat stainless pada palatal gigi 23 untuk
mendorong sisi mesial ke arah labial
 Finger spring Ø 0,6 mm kawat stainless pada palatal gigi 11, 12, 13,
21, dan 22 untuk menggerakkan gigi ke arah mesial
 Adams klamer Ø 0.7 mm kawat stainless, pada gigi 16 dan 27 untuk
retensi dan stabilitas alat
 Labial arch Ø 0.7 mm kawat stainless dengan U loop pada gigi 14
dan 24, untuk menekan bagian distal gigi 23 ke arah palatal,
mempertahankan lengkung gigi dari arah labial, serta menambah
retensi dan stabilitas alat.
 Plat Akrilik sebagai tempat melekatnya spring dan menambah retensi
dan stabilisasi.
Rahang Bawah
- Komponen plat aktif rahang bawah :
 Simple spring Ø 0,6 mm kawat stainless pada lingual gigi 32 dan 32
untuk mendorong gigi ke arah labial
 Finger spring Ø 0,6 mm kawat stainless pada palatal gigi 31 dan 41
untuk menggerakkan gigi ke arah mesial
 Adams klamer Ø 0.7 mm kawat stainless, pada gigi 46 dan 36 untuk
retensi dan stabilitas alat
 Labial arch Ø 0.7 mm kawat stainless dengan U loop pada gigi 34 dan
44, untuk mendorong sisi mesial gigi 33 ke arah lingual, mempertahan
kan lengkung gigi dari arah labial, serta menambah retensi dan
stabilitas alat.
 Plat Akrilik sebagai tempat melekatnya spring dan menambah retensi
dan stabilisasi
4. Penyesuaian oklusi
Setelah pengaturan gigi individual dan lengkung gigi, dilakukan penyesuaian
oklusi dengan cara :
a. Pengecekan kontak oklusi dengan kertas artikulasi
Pasien menggigit kertas artikulasi dalam posisi sentrik, kemudian pasien
diminta melakukan gerakan mastikasi. Selanjutnya dilakukan
pengecekan tonjol oklusal dan tepi insisal gigi. Warna yang terlalu tebal
menandakan bahwa terdapat traumatik oklusi, maka dilakukan grinding
dengan diamond bur lalu dihaluskan.
b. Aplikasi topikal fluor
Fluor dalam bentuk topikal diaplikasikan pada gigi untuk mencegah
terjadinya karies pada gigi yang digrinding.
5. Pemakaian retainer
Untuk mencegah relaps pasca perawatan, maka pasien dibuatkan Hawley
retainer pada rahang atas dan rahang bawah dengan komponen-komponen
sebagai berikut :
 Labial Arch dengan kawat Ø 0.8 mm dan U loop pada gigi premolar
sebagai fungsi retensi.
 Adam Klamer dengan kawat Ø 0,7 mm sebagai fungsi retensi pada gigi
Molar Pertama.
Pasien dijelaskan tentang pemasangan retainer. Umumnya lama pemakaian
selama enam bulan tergantung keadaan maloklusi, dengan perincian sebagai
berikut :
Pemakaian 3 bulan pertama retainer dipakai siang dan malam, dan
pada waktu tidur, baru dilepas pada waktu sikat gigi dan sehabis
makan untuk dibersihkan, dengan waktu kontrol sebulan sekali untuk
pengecekan apakah hasil perawatan berjalan dengan baik.

Pemakaian 3 bulan kedua: pada periode ini pasien diminta datang


kontrol setiap sebulan sekali. Retainer boleh tidak dipakai kalau
keluar rumah tetapi didalam rumah dan pada waktu tidur tetap
dipakai. Apabila masih terdapat kegoyahan gigi, maka pemakaian
retainer dilanjutkan tiga bulan berikutnya sampai kegoyahan tidak
terjadi

Pemakaian 3 bulan ketiga: pemakaian dilakukan pada malam hari


saja dan dilakukan kontrol sebulan sekali dikontrol kembali apakah
retainer masih terasa sesak jika masih pemakaian dilanjutkan 3 bulan
berikutnya.

Pemakaian 3 bulan keempat : pemakaian tetap dilakukan karena


dicurigai adannya kemungkinan relapse, sebaiknya alat tetap dipakai
pada malam hari selama tiga bulan lagi dengan waktu kontrol sebulan
sekali
VIII. GAMBAR/DESAIN ALAT

Plat Ekspansi
Rahang Atas Ket:
1. Adam klamer Ø 0.7mm

2 2. Labial arch Ø 0.7mm


4
3. Plat akrilik
4. Sekrup ekspansi

3 1

Rahang Bawah Ket:


1. Adam klamer Ø 0.7mm
2. Labial arch Ø 0.7mm
1
3. Plat akrilik
3 4. Sekrup ekspansi
4

Plat aktif
Rahang atas Ket:
1. Adam klamer Ø 0.7mm
2. Labial arch Ø 0.7mm
3. Plat akrilik
4. Finger spring Ø 0.6 mm
5. Simple spring Ø 0.6 mm
Rahang bawah Ket:
1. Adam klamer Ø 0.7mm
2. Labial arch Ø 0.7mm
3. Plat akrilik
4. Finger spring Ø 0.6 mm
5. Simple spring Ø 0.6 mm

Retainer
Rahang atas Ket:
1. Adam klamer Ø 0.7mm
2 2. Labial arch Ø 0.7mm
3. Plat akrilik

Rahang bawah Ket:


1. Adam klamer Ø 0.7mm
2. Labial arch Ø 0.7mm
1 3. Plat akrilik

3
2
IX. PROGNOSIS

Prognosis : Baik
Keterangan :
 Maloklusi yang dialami pasien merupakan maloklusi tipe dental sehingga
masih memungkinkan untuk dilakukannnya perawatan ortodontik lepasan.
 Pasien memiliki kesehatan yang baik
 Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik yang dapat mengganggu
jalannya perawatan
 Usia pasien masih termasuk muda
 Pasien kooperatif, dan memiliki motivasi untuk melakukan perawatan.

X. INFORMED CONSENT

Indikasi perawatan : Kuratif


XI. PENGESAHAN
Nama : Gloria Diana Amantha
Tgl Lahir : 2 September 1996
Umur : 24 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan Tridharma no.345, Baciro, Sleman

Yogyakarta, 5 Mei 2021

Menyetujui Pembimbing Operator

drg. Sri Suparwitri S.U., Sp.Ort (K) Faiza Puji Rahayu


NIP : 195506171982032001 NIM :18/438268/KG/11579

8/438268/KG/1157
xr. PENGE,S&HA}{
Narna : Cloria Diana Arnantha

Tgl l,ahir : 2 Septeinber 1995


Urntr : 24 rahirn

.Ienis Kelanlin : Perempuau

Alarnat . .ialan Tridhanna no.3;l.5. []aciro, Slenran

Yiigyakarta. 5 futei 2021

Menyetuj ui Pernbimbing 0perator

_i
-7 .t

Ll#,r

drg. Sri Supanvitli S.Li.. Sp.Ort (K)


NIP 195506171982032001
: NIlv'{ : 1 8r4i82681l{Gi i 1 579

Anda mungkin juga menyukai