Anda di halaman 1dari 22

REKAM MEDIK PERAWATAN ORTODONTIK

No. RM 0 0 8 5 4 2

No.Model : 8542P24/280411

Drg/Operator : Yunisca Septiani

Nama : Dewi Eka Safitri


Alamat : Jln. Bimosari No. 221
Telepon/HP : 085228418481

DATA PASIEN

1. Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 9 Agustus 1987


2. Jenis kelamin : Perempuan
3. Pekerjaan : Mahasiswa
4. Agama : Islam
5. Suku : Jawa
6. Nama Ayah : Amat Muchtadi Suku : Jawa Usia : 48 Tahun
7. Nama Ibu : Siti Asiyah Suku : Jawa Usia : 43 Tahun
8. Pekerjaan Orang Tua : TNI-AD
9. Alamat Orang Tua : Jln. Abdulrahman Saleh 1 No. 43-44 Senen Jakarta
Telp : 0811976890

Tanggal Pendaftaran : 21-03-2011


Tanggal Pencetakan : 28-03-2011

DATA MEDIK UMUM

1. Golongan darah :A
2. Penyakit jantung : tidak ada / ada. : ………………………………...
3. Diabetes : tidak ada / ada. : puasa…………/2 jam pp………..
4. Haemophilia : tidak ada / ada. : ………………………………...
5. Hepatitis : tidak ada / ada. : ………………………………...
6. Penyakit lainnya : tidak ada / ada. : ………………………………...
7. Alergi terhadap obat : tidak ada / ada. : ………………………………...
8. Alergi terhadap makanan : tidak ada / ada. : ………………………………...

ANAMNESIS

 Keluhan Utama :
Pasien datang untuk merapikan gigi-giginya yang kurang rapi. Pasien merasa kurang nyaman
dengan keadaan gigi-giginya tersebut.
 Riwayat Perjalanan Penyakit :
Pasien merasa giginya tidak rapi sejak berumur 6 tahun atau pada saat pergantian gigi
pergantian gigi susu ke gigi permanent. Pasien memiliki kebiasaan buruk/bad habit yaitu
sering mengigit bibir bawah dan mainin lidah nya.

 Riwayat Kesehatan Oral :


Pasien sudah pernah ke dokter gigi,sejak berumur 6 tahun pada saat masih berada di Sekolah
Dasar. Pasien datang dengan mencabutkan giginya. Setelah gigi pasien dicabut,pasien tidak
merasakan keluhan apapun.

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Geligi


a. Gigi Desidui : gigi decidui depan Rahang atas sudah pernah dicabut karena gigi tersebut
sudah sangat mengalami kegoyahan.

b. Gigi Bercampur: pada saat pertumbuhan gigi bercampur sudah mengalami tanda-tanda
crowded.

c. Gigi Permanen : gigi permanent sudah tumbuh semua, tidak pernah dicabut dan
mengalami berjejal pada Rahang atas yaitu pada gigi depan dan Rahang bawah pada gigi
belakang.

 Kebiasaan jelek yang berkaitan dengan keluhan pasien :

Jenis Kebiasaan Durasi Frekuensi Intensitas Ket.


Menggigit bibir bawah 3 menit sering kuat masih
Mainin lidah 1 menit kadang-kadang sedang masih

 Riwayat Kesehatan Keluarga :

Bapak: Memiliki Susunan gigi geligi yang rapid an lengkung gigi sedang.
Ibu : Memiliki susunan gigi geligi yang rapid dan lengkung gigi sedang.
Kakak: Memiliki susunan gigi geligi yang berjejal dan lengkung gigi sedang.

 Riwayat Kehidupan Pribadi/Sosial :

Sekarang pasien lagi menyelesaikan skripsi S1 jurusan Farmasi Univesitas Ahmad Dahlan,
tinggal ngekos di daerah kusumanegara dengan kondisi lingkungan yang baik.

 Riwayat Kesehatan Umum :

Pasien tidak pernah dirawat dirumah sakit, dan pasien datang dalam keadaan sehat jasmani
dan rohani Pasien dalam keadaan baik,kooperatif dan komunikatif.
PEMERIKSAAN FISIK

 Vital Sign :
 Tekanan darah: 110 / 70: hipertensi / hipotensi / normal
 Nadi : 80 x/menit.
 Pernafasan : 32 x/menit.
 Suhu : A febris oC.
 Berat badan : 49 kg.
 Tinggi Badan : 159 cm.

 Pemeriksaan Ekstra Oral :


(kepala/muka, kulit, mata, hidung, bibir, telinga, muskulus skeletal, sistem pengunyahan,
kelenjar ludah dan limfe).

Kepala :
Indeks Kepala = Lebar Kepala x 100
Panjang Kepala
» Bentuk Kepala : 17 X 100 = 63,63 ( Dolikosefali)
22

Muka :
Indek muka = Jarak N – Gn x 100
Lebar Bizygomatik
» Bentuk muka : 15 X 100 = 107,14 ( Hiperleptoprosop)
14

 Profil Muka : Cembung


 Garis Simon (Bidang Orbital) : Posisi rahang terhadap bidang orbital / garis Simon
Maksila : 1/3 Distal Premolar 1 (kanan dan kiri sama)
Mandibula : Kanan : 1/3 Distal Premolar 1 Kiri : Distal Premolar 1
 Sendi Temporomandibular (TMJ) : Normal
 Tonus Otot Mastikasi : Normal
 Tonus Otot Bibir : Normal
 Bibir Posisi Istirahat : incompetensi otot bibir pasien
 Free Way Space : 62,3 – 61,4 = 1,4 mm

Fasial Neuromuscular K. Ludah K. Limfe Tl. Rhg TMJ


Deformitas TAK TAK TAK TAK TAK TAK
Nyeri TAK TAK TAK TAK TAK TAK
Tumor TAK TAK TAK TAK TAK TAK
Gangguan TAK TAK TAK TAK TAK TAK
Fungsi
Deskripsi lesi/kelainan yang ditemukan :
(berikan ciri-ciri dan letak lesi, serta deferensial diagnosanya)

TAK = Pasien tidak memiliki kelainan yang ditemukan.


PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Rongga Mulut (Intra Oral)

PETA MUKOSA DAN JARINGAN LUNAK :


(Mukosa bibir, pipi, dasar mulut, lidah, gingiva, palatum, Orofaring)

Diskripsi lesi / kelainan yang ditemukan :


(Berikan ciri-ciri dan letak lesi serta Diferensial Diagnosisnya)
2 dan 4 = Pasien memiliki bekas gigitan setinggi oklusal pada mukosa pipi gigi posterior
kanan dan kiri.
DX. Check Bitting

17 dan 23 = Pasien memiliki pembengkakan gingiva dan kalkulus subgingiva pada gigi
region anterior Rahang Bawah.
DX. Ginggivitis
ODONTOGRAM :

Malposisi Gigi Individual :


18: Normal 28: Normal
17: Normal 27: Normal
16: Normal 26: Normal
15[55]:Mesiopalatotorsiversi 25[65]:Normal
14[54]:Normal 24[64]:Normal
13[53]:Normal 23[63]:Labioversi
12[52]:Mesiopalatotorsiversi 22[62]:Mesiopalatotorsiversi
11[51]:Distolabiotorsiversi dan labioversi 21[61]:Distolabiotorsiversi
41[81]: Distolabiotorsiversi 31[71]:Normal
42[82]:Normal 32[72]:Normal
43[83]:Mesiolabiotorsiversi 33[73]:Mesiolabiotorsiversi
44[84]:Mesiolabiotorsiversi 34[74]:Linguoversi
45[85]:Normal 35[75]:Bukoversi
46:Normal 36:Normal
47:Normal 37:Normal
48:Normal 38:Normal
Keterangan :
 Terdapat space antara gigi 12 dan 21
 Torus palatinus : tidak ada
 Torus mandibula : tidak ada
 Palatum : dalam
 Supernumerary Teeth : tidak ada
 Diastema : ada, pada gigi 11 dan 21
 Gigi anomali : tidak ada
 Gigi Tiruan : tidak ada
 Oral Hygiene : 1,33 baik.

Relasi Gigi Gigi Pada Oklusi Sentrik :


ANTERIOR : Overjet : 8mm Overbite : 4,6mm
Palatal bite : 31, 32, 41,41
Deep bite : 31,32,41,42
Open bite : tidak ada
Edge to edge bite : tidak ada
Cross bite : tidak ada
POSTERIOR
Cross bite : 25 dan 35
Open bite : tidak ada
Scissor bite : tidak ada
Cup to Cup bite : tidak ada
Relasi Molar Pertama Kanan : Kelas II angle
Relasi Molar Pertama Kiri : Kelas II angle
Garis Tengah Rahang Bawah Terhadap Rahang Atas : Segaris
Garis Inter Insisivi Sentral Terhadap Garis Tengah Wajah : Segaris

ANALISIS FOTO MUKA

Tampak Depan Tampak Samping


Bentuk Muka : Hiperleptoprosop Profil Muka : .Cembung
Foto Intra Oral
SKEMA GIGI – GIGI DARI OKLUSAL

Rahang Atas Rahang Bawah

ANALISIS MODEL STUDI

 Bentuk Lengkung Gigi : Rahang Atas : U form, simetris


Rahang Bawah : Trapezoid, simetris

 Lebar Mesiodistal Gigi-Gigi (mm)

RAHANG ATAS RAHANG BAWAH


Gigi Ka Kiri Normal Ket. Gigi Kan Kiri Normal Ket.
nan an
1 8 9,2 7.40 – 9.75 Normal 1 5 5 4.97 – 6.60 Normal
2 7 7,2 6.05 – 8.10 Normal 2 5,8 5,7 5.45 – 6.85 Normal
3 7,4 8 7.05 – 9.32 Normal 3 6,4 6 6.15 – 8.15 Normal
4 7 7,6 6.75 – 9.00 Normal 4 7,2 6,4 6.35 – 8.75 Normal
5 7,7 6,3 6.00 – 8.10 Normal 5 6,7 7,8 6.80 – 9.55 Normal
6 10 10 9.95 – 12.10 Normal 6 10,7 11 10.62 – 13.05 Normal
7 10 10,8 8.75 – 10.87 Normal 7 10 10 8.90 – 11.37 Normal
Kesimpulan :
1. Lebar gigi mesiodistal rahang atas berukuran normal.
2. Lebar gigi mesiodistal rahang bawah berukuran normal.
3. M3 kanan dan kiri rahang atas unerupsi.
4. M3 kanan dan kiri rahang bawah unerupsi.
PERHITUNGAN – PERHITUNGAN

 Metode Pont
Jumlah Lebar Mesiodistal 2 1 1 2 : 3,14 mm
Jarak P1-P1 pengukuran : 34,5
Jarak P1-P1 perhitungan :  I x 100 = 39,25 mm Diskrepansi : -4,75 mm
80
Jarak M1-M1 pengukuran : 46,3 mm
Jarak M1-M1 perhitungan :  I x 100 = 49,06 mm Diskrepansi : -2,76 mm
64
Keterangan:
*Pertumbuhan lengkung gigi inter P1 mengalami kontraksi ringan sebesar -4,75 mm.
*Pertumbuhan lengkung gigi inter M1 mengalami kontraksi ringan sebesar -2,76 mm.

 Metode Korkhaus:
Tabel Korkhaus : 18 mm
Jarak I – (P1-P1) pengukuran : 18 mm Diskrepansi : 0 mm
Keterangan:
*Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi kearah anterior adalah 0 mm.

 Metode Howes:
Jarak lebar mesiodistal M1-M1 : 95,4 mm
Jarak P1-P1 (tonjol) : 37 mm Indeks P : Jarak P1-P1 x 100%
md M1-M1

37 mm X 100% = 38,7 %
95,4 mm
Keterangan :
*Lengkung gigi tidak dapat untuk menampung gigi-gigi ke dalam lengkung ideal karena indeks
P<43%

Jarak inter fossa canina : 37 mm  Indeks FC: Jarak FC x 100%


md M1-M1

37 X 100% =38,7 %
95,4
Keterangan :
*Lengkung basal cukup untuk menampung gigi-gigi dalam lengkung ideal karena indeks
FC>37%.
 Determinasi Lengkung gigi :
Hasil Penapakan

Jika gigi-gigi disusun dalam lengkung ideal, maka terdapat kekurangan/kelebihan ruang :
RA kanan : +1 mm RB kanan : -0,9 mm
kiri : mm kiri : -2,2 mm

PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK/LABORATORIUM

*Rontgen OPG

DIAGNOSIS SEMENTARA

Kasus maloklusi menyangkut masalah estetika dengan malposisi gigi individual.


Solusi masalah :
 Rahang Atas : Penggrindingan gigi 13,22,23
 Rahang Bawah : Penggrindingan 43

DIAGNOSIS FINAL
 Maloklusi angle kelas II sub divisi 1 tipe dental
Dengan malrelasi berupa :
 Deep bite gigi 31,32,41,42,
 Palatal bite : 31, 32, 41,42
dan malposisi gigi individual pada gigi 11,12,15,21,22,23,33,34,35,41,43,44
 Terdapat space pada gigi : 12 dan 21
 Dengan Over bite :4,6mm dan Over jet : 8mm

ANALISIS ETIOLOGI MALPOSISI DAN MALOKLUSI
Rahang Atas :
15 : mesiopalatotorsiversi,, kemungkinan karena pada gigi 51 dicabut belum saatnya tanggal
sehingga terjadi kekurangan ruang erupsi.
12: mesiopalatotorsiversi, kemungkinan karena pada gigi 15 mengalami mesiopalatotorsiversi
sehingga terjadi kekurangan ruang erupsi.
11: distolabiotorsiversi dan labioversi, kemungkinan karena terdesak oleh gigi 12 yang geser ke
mesial dan mengalami malposisi gigi individual yaitu mesiopalatotorsiversi.
23 : Labioversi, kemungkinan karena ada desakan pertumbuhan dari gigi 22 yang mengalami
malposisi gigi individual yaitu mesiopalatotorsiversi sehingga terjadi kekurangan ruang untuk
erupsi.
22: mesiopalatotorsiversi,kemungkinan karena terdapat pertumbuhan rahang yang kecil sehingga
gigi 22 mengalami desakan pertumbuhan dan terjadi malposisi gigi individual.
21: distolabiotorsiversi,kemungkinan karena ada desakan pertumbuhan dari gigi 22 yang
mengalami malposisi gigi individual yaitu mesiopalatotorsiversi sehingga terjadi kekurangan
ruang untuk erupsi.

Rahang Bawah :
35: bukoversi, karena terdapat pertumbuhan rahang yang kecil sehingga gigi 35 mengalami
desakan pertumbuhan dan terjadi malposisi gigi individual.
34 : linguoversi, kemungkinan karena pada gigi 35 mengalami malposisi gigi individual yaitu
bukoversi sehingga terjadi kekurangan ruang untuk erupsi
33: mesiolabiotorsiversi, kemungkinan karena terdapat pertumbuhan rahang yang kurang ke arah
anterior sehingga gigi 33 mengalami malposisi gigi individual yaitu mesiolabiotorsiversi
44; mesiolabiotorsiversi, kemungkinan karena ada desakan pertumbuhan dari gigi 43 yang
mengalami malposisi gigi individual yaitu mesiolabiotorsiversi sehingga terjadi kekurangan
ruang untuk erupsi
43: mesiolabiotorsiversi, kemungkinan karena terdapat pertumbuhan rahang yang kurang ke arah
anterior sehingga gigi 43 mengalami malposisi gigi individual yaitu mesiolabiotorsiversi.
41: distolabiotorsiversi, kemungkinan karena kebiasaan dari kecil yang tidak baik.

RENCANA PERAWATAN :
(Tuliskan rencana tindakan perawatan, rehabilitasi, edukasi, dan tindakan lanjut)

1. Menghilangkan bad habit.


2. Membersihkan kalkulus dan debris yang terdapat di beberapa regio rahang atas dan
bawah.
3. Menumpat beberapa gigi yang berlubang.
4. Mencari ruang
a.untuk Rahang atas
Berdasarkan perkembangan lengkung ke arah lateral dengan perhitungan metode Pont
regio P1-P1 mengalami kontraksi ringan sebesar -4,75 dan regio M1-M1 kontraksi ringan
sebesar -2,76. Sedangkan untuk perhitungan metode korkhaus bahwa pertumbuhan dan
perkembangan lengkung kearah anterior kurang, pertumbuhan ke anterior kurang sebesar -6mm
(retraksi). Berdasarkan perhitungan metode howes didapatkan bahwa indeks fossa canina
P<44%,yang artinya lengkung gigi tidak dapat untuk menampung gigi-gigi ke dalam lengkung
ideal.
Hasil determinasi lengkung dimana gigi geligi disusun dalam lengkung ideal diperoleh
ruang yang cukup untuk rahang atas sebelah kiri dan disebelah kanan kelebihan ruang sebesar
1mm.

b.Untuk Rahang Bawah


Hasil determinasi lengkung dimana gigi geligi disusun dalam lengkung ideal diperoleh
kekurangan ruang untuk rahang bawah sebesar -2,2 mm pada sisi kiri dan disebelah kanan
kekurangan ruang sebesar 0,9mm.

Berdasarkan hal tersebut diatas, untuk memperbaiki profil dan kondisi gigi geligi pasien
yang tidak beraturan. Menurut Carey apabila kekurangan ruang per sisi lengkung didapatkan
lebih kecil dari seperemoat lebar mesiodistal gigi P1 dapat dilakukan Penggrindingan lebar
mesiodistal gigi anterior jika pasien tidak rentan karies.

Bite Riser
Plat dengan peninggi gigitan (Bite Riser) adalah alat ortodontik lepasan yang dilengkapi
dengan peninggi gigitan (Bite Plane), yaitu penebalan akrilik disebelah palatinal/lingual gigi
anterior atau disebelah oklusal gigi-gigi posterior sehingga beberapa gigi-gigi di regio lainnya
tidak berkontak saat beroklusi.
Alat ini bisa bersifat pasif hanya untuk membebaskan gigi-gigi diregio lain atau
fungsional yaitu menyalurkan kekuatan gigitan pada saat mulut melakukan fungsi pengunyahan.

Plat peninggi gigitan datar rahang atas (maxillary flat bite plane)
Yaitu peninggi gigitan pada rahang atas dengan bidang gigitan merupakan bidang datar
yang sejajar dengan bidang oklusal diregio anterior.
Indikasi pemekaian:
- Untuk merawat maloklusi Angle klas 1 yang disertai dengan deep over bite
- Untuk merawat maloklusi Angle klas 2 yang disertai dengan deep over bite
- Dengan melengkapi dengan busur labial dapat dipakai untuk meretruksi gigi-gigi
anterior drahang atas yang protrusif.
Fungsi peninggi gigitan disini untuk menekan gigi-gigi depan rahang bawah dan
gigi-gigi posterior dapat berelongasi sehingga dapat memperkcil overbite.
Beberapa analisis Deep Over Bite dapat dilakukan pada :
a. Cetakan model gigi
Dilihat klasifikasi jaringan keras, sempurna atau tidak. Adanya benjolan pada
palatum dan prosesuss alveolaris menunjukkan klasifikasi yang tidak sempurna.
Adanya ginggiva yang tebal
Kurve von spee yang tajam
b. Foto profil
- Jika N – SNA > 43%, berarti N - GN pendek => menunjukkan Deep Over Bite
disebabkan oleh infraoklusi gigi-gigi posterior
- Jika N – SNA < 43%, berarti N - GN panjang => menunjukkan Deep Over Bite
disebabkan oleh supraoklusi gigi-gigi anterior
- Jika N – SNA = 43%, berarti N - GN normal tapi ada Deep Over Bite =>
menunjukkan Deep Over Bite disebabkan oleh kombinasi supraoklusi gigi
anterior dan infraoklusi gigi posterior
c. Sefalogram (hasil sefalometri radiografi)
Digunakan untuk Deep Over Bite tipe skeletal
- Sudut bidang mandibula (MPA) kecil. MPA adalah sudut yang dibentuk oleh
bidang mandibula (MP) dan Frankfurt Horozontal Plane (FHP)
- Ramus mandibula pendek
- Sudut gonion tajam
- Pertumbuhan muka arah vertikal kurang
d. Langsung pada pasien (metode Thompson & brodie)
 Ukur jarak N – SNA dengan kaliper geser
Misal diperoleh N – SNA = 43mm, berarti N – GN =100mm.
 Lunakkan stenz (thermoplastic compaund), taruh diatas dataran oklusal
gigi-gigi posterior rahang bawah, lalu pasien disuruh menggigit sampai
diperoleh jarak N – GN = 100mm. Tunggu sampai stenz mengeras.
 Dalam keadaan stenz masih digigit, periksa oklusi pasien.
Kemungkinan yang terjadi :
1. Deep Over Bite hilang, tapi stenz masih tebal (gigi-gigi posterior tidak
beroklusi), => deep over bite disebabkan oleh infraoklusi gigi posterior
2. Deep Over Bite masih terlihat, tapi stenz sudah tergigit habis (gigi-gigi
posterior beroklusi), => deep over bite disebabkan oleh supraoklusi gigi
anterior
3. Deep Over Bite masih terlihat dan stenz masih tebal, => deep over bite
disebabkan oleh kombinasi supraoklusi gigi-gigi anrterior dan infraoklusi gigi
posterior
 Instruksi pemakaian pada pasien :
 Pada deep over bite yang disebabkan oleh supraoklusi gigi anterior bawah alat tetap
dipakai pada waktu makan dan pada waktu tidak makan tetap digigit-gigit ringan agar
terjadi intrusi gigi anterior bawah lebih cepat dari elongasi gigi posterior
 Pada deep over bite yang disebabkan oleh infraoklusi gigi posterior alat tetap dipakai
pada waktu makan tapi jangan digigitkan terlalu keras.
 Pada deep over bite yang disebabkan oleh infraoklusi gigi posterior alat dipakai pada
waktu makan agar terjadi keseimbangan antara intrusi gigi anterior bawah dan elongasi
gigi-gigi posterior.
 Pemeriksaaan setelah pemakaian
- Tidak boleh menimbulkan rasa saki persendian (TMJ)
- Untuk mengetahui pada pasien :
1. Alat masih dipakai ukur jarak interoklusal gigi posterior apakah ada pengurangan space?
2. Alat dilepas ukur overbite pasien, apakah ada pengurangan over bite?
3. Jika overbite masih lebih besar dari normal sedangkan gigi posterior sudah kontak, maka
penebalan peninggi gigitan ditambah dengan melapisi dengan akrilik self curing sampai
kembali mencapai jarak interoklusal gigi-gigi posterior 2 – 4mm.

 Pemeriksaaan pada pasien :


 Mengukur kedalaman gigitan pada kasus deep over bite: normalnya 1/3 panjang mahkota
klinis gigi incisivus pertama atas atau 2 – 4mm
 Mengukur Free Way Space, jarak interoklusal pada saaat pasien pada posisi istirahat
fisiologis (phisiologic rest position) : normalnya 2-4mm
 Mengukur tinggi muka bagian bawah untuk menentukan ruang intermaksiler (vertical
dimension) bila mandibula dalam keadaan istirahat.

5. Mengkoreksi malrelasi dan malposisi gigi individual


Rahang Atas:
a. Tahap 1
Koreksi deep bite gigi 31,32,41,42 dengan plat aktif peninggi gigitan anterior dari
31 sampai 42.
b. Tahap 2
Plat aktif,yang dilengkapi dengan:
1. Labial arch dengan U loop pada gigi 13 dan 23 dengan stainless wire  0,7
mm.
2. Adam klamer yang diletakkan pada gigi 16 dan 26 dengan stainless wire 
0,7 mm
3. Simple spring, pada gigi 13 dengan stainless wire  0,6 mm.
4. Finger spring, pada mesial gigi 23, 22, 21 dengan stainless wire  0,6 mm.

Rahang Bawah:
a. Tahap I
1. Labial arch dengan U loop pada gigi 13 dan 23 dengan stainless wire  0,7
mm
2. Adam klamer yang diletakkan pada gigi 16 dan 26 dengan stainless wire 
0,7 mm.
3. Finger spring, pada mesial gigi 41, 42, 43 dengan stainless wire  0,6 mm.

Jalannya Perawatan:
Rahang Atas:
a. Tahap I
 Setelah dilakukan penggrindingan pada gigi 13.lalu dilanjutkan
pengaktifan simple spring pada gigi 12 untuk mendorong gigi kearah
labial sampai posisi 12 benar, sehingga bekas penggrindingan dari gigi 13
dapat tertutup dengan baik
 Pengaktifan finger spring pada gigi 23 untuk menggeser gigi kearah distal
sampai menutup bekas penggrindingan gigi 23. Lalu dilanjutkan
pengaktifan finger spring pada gigi 22 untuk menggeser gigi kearah distal
sampai menutup bekas penggrindingan gigi 22. Setelah gigi 22 kearah
distal/palatinal lalu pengaktifan finger spring untuk gigi 21 kearah distal
untuk menempati ruang bekas penggrindingan gigi 23 dan 22, agar posisi
gigi tersebut bisa dalam posisi lengkung normal.
 Aktifkan labial arch dengan cara mengecilkan loop, berfungsi untuk
meretrak gigi anterior dan mengkoreksi overjetnya dan menjaga kestabilan
gigi-gigi yang sudah bergerak.
 Pengurangan verkeilung secara selektif.

Rahang bawah:
a. Tahap I
 Setelah dilakukan penggrindingan pada gigi 43.lalu dilanjutkan
pengaktifan finger spring pada gigi 42 untuk mendorong gigi kearah
distal, setelah itu pengaktifan finger spring pada gigi 41 untuk menggeser
gigi kearah distal sampai menutup bekas penggrindingan gigi 43.Agar
posisi gigi tersebut bisa dalam posisi lengkung normal.
 Aktifkan labial arch dengan cara mengecilkan loop, yang berfungsi untuk
meretrak gigi anterior dan mengkoreksi overjetnya.
 Pengurangan verkeilung secara selektif.

4. Penyesuaian oklusi
Pengaturan malposisi gigi akan mengubah keseimbangan oklusi, sehingga dapat
menyebabkan traumatik oklusi. Maka dari itu, diperlukan penyesuaian oklusi.
Penyesuaian oklusi dilakukan setelah pengaturan gigi-gigi individual dan lengkung gigi
dan bertujuan untuk menghilangkan traumatik oklusi.
Penyesuaian oklusi dilakukan dengan cara:
 Pasien menggigit kertas artikulasi (articulating paper) pada posisi sentrik dalam
keadaan berfungsi atau mengunyah.
 Cek tonjol oklusal dan incisal gigi yang berwarna (warna dari articulating paper),
bagian tersebut menandakan terjadi traumatik oklusi.
 Bagian tersebut digrinding dengan finishing bur dan dicek berulang-ulang sampai warna
seimbang pada semua tonjol oklusal dan tepi incisal gigi.
 Dilakukan polishing menggunakan enhance.

6. Topikal Aplikasi Flour


Topikal aplikasi Flour dilakukan pada gigi-gigi sudah yang dilakukan penggrindingan
supaya mencegah terjadinya karies.

7. Pemasangan Retainer
Pemakaian retainer bertujuan untuk mempertahankan gigi-gigi dan lengkung gigi yang
telah dikoreksi dan menunggu terjadinya proses aposisi tulang alveolar di sekitar gigi,
sehingga gigi menjadi kokoh kembali dan perawatan tidak relaps.
Untuk mempertahankan posisi gigi-gigi setelah dirawat ortodontik, digunakan
Hawley retainer yang terdiri dari:
 Plat dasar dengan verkeilung pada semua gigi
 Klamer adam menggunakan stainless wire  0,7 mm
 Labial arch menggunakan stailess wire  0,7 mm dipasang dalam keadaan pasif
Instruksi yang diberikan pada pemakaian retainer adalah:
 Retainer dipakai siang dan malam (waktu tidur dipakai, hanya dilepas pada saat sikat
gigi) selama tiga bulan pertama. Kontrol tiap bulan sekali untuk mengetahui derajat
mobilitas atau kegoyahan gigi yang telah dikoreksi.
 Jika selama tiga bulan pertama masih terdapat kegoyahan gigi, maka pemakaian dengan
cara yang sama diperpanjang tiga bulan lagi. Di cek apakah setiap pemakaian kembali
alat terasa sesak atau tidak. Kontrol dilakukan setiap bulan sekali.
 Jika setelah tiga bulan kedua alat masih terasa sesak jika dipakai kembali, maka pemaka-
ian diteruskan selama tiga bulan ketiga dengan kontrol tiap bulan sekali. Jika alat sudah
tidak sesak saat dipakai, alat dipakai pada malam hari dan selalu dicek oleh pasien
apakah selama pemakaian kembali terasa sesak atau tidak, kontrol dilakukan tiap bulan
sekali.
Jika bulan ketiga alat sudah tidak sesak pada saat digunakan, maka retainer dihentikan,
kontrol tiga bulan berikutnya untuk pemeriksaan terakhir. Jika masih dicurigai ada kemu-
ngkinan relaps, sebaiknya retainer tetap dipakai pada malam hari selama tiga bulan dengan
kontrol tiap bulan sekali.
GAMBAR ALAT

Rahang Atas:
Tahap I:

Keterangan:
1. Labial arch pada gigi 13 dan 23 dengan
stainless wire  0,7 mm.
2. Adam klamer pada gigi 16 dan 26
dengan stainless wire  0,7 mm
3. Simple spring, pada gigi 13 dengan
stainless wire  0,6 mm.
4. Finger spring, pada mesial gigi 23, 22,
21 dengan stainless wire  0,6 mm.
5. Plat akrilik
6. Peninggi gigitan

Rahang Bawah:
Tahap I:
Keterangan:

1. Labial arch dengan U loop pada gigi 13


dan 23 dengan stainless wire  0,7
mm
2. Adam klamer yang diletakkan pada
gigi 16 dan 26 dengan stainless wire 
0,7 mm.
3. Finger spring, pada mesial gigi 43, 42,
41 dengan stainless wire  0,6 mm.
4. Plat Akrilik
Retainer Rahang Atas
Retainer Rahang Atas dilengkapi dengan:
1. Labial arch dengan stainless wire
0,7 mm
2. Adam klamer dengan stainless wire
0,7mm
3. Plat Akrilik

Retainer Rahang Bawah

Retainer Rahang Atas dilengkapi dengan:


1. Labial arch dengan stainless wire
0,7 mm
2. Adam klamer dengan stainless wire
0,7mm
3. Plat Akrilik
PROGNOSIS

Hasil perawatan diharapkan baik mengingat motivasi pasien yang besar untuk dirawat
giginya, usia pasien masih muda, kooperatif dan komunikatif, kesehatan gigi dan jaringan
pendukung gigi yang masih baik serta keadaan sosial dan ekonomi pasien yang mendukung.

Yogyakarta, 21 Mei 2011


Mengetahui,
Mahasiswa Dosen Pembimbing

Yunisca Septiani drg. Sulchan A Sp. Orth


LAPORAN PRAKTIKUM KEPANITERAAN
ORTHODONSIA

NO MODEL:

Nama Pasien : Dewi Eka Safitri (24 tahun)


Operator : Yunisca Septiani (20060340082)
Pembimbing : drg. Sulchan A Sp.Ort

BAGIAN ORTODONSIA
KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2011
8542P24/280411

8542P24/280411

8542P24/280411

8542P24/280411

8542P24/280411

Anda mungkin juga menyukai