MINGGU KE – 1
(Periode 7-17 Desember)
Disusun Oleh:
Halimah (2020-16-063)
Pembimbing:
Nety Trisnawaty, drg, Ph.D
o Palatum dalam
o Overbite 5mm
o Mesiobuccal cusp M1 RA di buccal groove RB
o Gigi 32 distolinguoversi
o Gigi 31, 41, 42 mesiolinguoversi
o Gusi depan bawah sering berdarah
o Gigi 31, 41, 42 gusi merah & bengkak, terdapat karang gigi di daerah lingual
o Gigi 47 karies mencapai pulpa. Sondase (-), CE (-), PT (+)
o Gigi 46 karies dentin. Sondase (+), CE (+), PT (-)
o Gigi 31 karies email di bagian mesial. Sondase (-), CE (-), PT (-)
o Gigi 32 karies email di bagian mesial. Sondase (-), CE (-), PT (-)
o Gigi 16 karies mencapai pulpa. Sondase (+), CE (+), PT (-)
REKAM MEDIS DIAGNOSIS ORAL
I. IDENTIFIKASI PASIEN
1.Nama : Dinda Salsabila
2.Usia/Tanggal Lahir : 21 Tahun /1 Juni 1999
3.Pekerjaan : Mahasiswa
4.Alamat Tempat Tinggal : Jl. Anggrek Cakra No.31
5.Telepon Rumah/ Kantor : 021-5482223
6.Email : dinda_salsabila@yahoo.com
7.Pendidikan Terakhir : SMA
8.Usia Ayah : 50 Tahun
9.Usia Ibu : 45 Tahun
VII. RESUME
1.Diagnosis :
• Maloklusi dental klas I Angle modifikasi Dewey tipe 1 dan 2.
• Gigi 47 Nekrosis pulpa disertai periodontitis apikalis kronis oleh karena
bakteri plak.
Diagnosis Banding : Pulpa normal & pulpitis irreversible, periodontitis
apikalis akut
• Gigi 46 Hiperemi pulpa oleh karena bakteri plak
Diagnosis Banding : Iritasi pulpa dan pulpitis irreversible
• Gigi 31 Iritasi pulpa oleh karena bakteri plak dan kalkulus
Diagnosis Banding : Pulpa normal dan hiperemi pulpa
• Gigi 32 Iritasi pulpa oleh karena bakteri plak dan kalkulus
Diagnosis Banding : Pulpa normal dan hiperemi pulpa
• Gigi 16 Pulpitis irreversible oleh karena bakteri plak
Diagnosis Banding : Pulpitis revesible dan nekrosis pulpa
• Gigi 31,41,42 Gingivitis kronis lokalis oleh karena bakteri plak dan
kalkulus diperberat crowding
Diagnosis Banding : Periodontitis
VIII. PROGNOSIS
2.Sedang,
3.Buruk,
X. RUJUKAN
• Pro ro” OPG dan periapikal (16,47) Lab radiologi
• Pro scalling & rootplaning RB Lab periodonsia
• Pro filling komposit 16,31,32,47,46 Lab konservasi
• Pro PSA 16,47 Lab konservasi
• Perawatan ortodonti menggunakan piranti ortodonti lepasan Lab
ortodonsia
ODONTOGRAM
O car
O car - O car
nvt
mesio mesio M car - M car -
linguo linguo mesiolin mesiolin
versi versi guoversi guoversi
Keterangan
16 : Karies oklusal
41 : Mesiolinguoversi, kalkulus
42 : Mesiolinguoversi, kalkulus
46 : Karies oklusal
Diagnosis pada kasus diatas adalah maloklusi dental klas I Angle modifikasi Dewey tipe 1,2,
karena hubungan mesiobuccal cusp M1 RA yang terletak di buccal groove RB, serta terdapat gigi
crowding di anterior RB dan protrusif pada gigi anterior RA. Maloklusi merupakan oklusi yang
menyimpang dari keadaan normal, terdapat ketidakteraturan gigi atau penempatan yang salah
lengkung gigi di luar rentang normal. Maloklusi merupakan masalah gigi yang paling umum
dikeluhkan seseorang, sehingga memiliki keinginan untuk melakukan tindakan perawatan
ortodontik. Salah satu kondisi maloklusi yang paling sering terjadi adalah adanya gigi crowding
yang dapat menjadi pemicu adanya masalah jaringan periodontal. Gigi yang crowding sangat sulit
dibersihkan dengan menyikat gigi, kondisi ini dapat menyebabkan penumpukan plak yang juga
menjadi salah satu faktor resiko terjadinya kalkulus dan gingivitis. Hal ini dapat disebabkan karena
pada saat menyikat gigi, sikat gigi tersebut sulit menjangkau sisa makanan yang menempel di area
interdental sehingga terjadi akumulasi plak dan membentuk kalkulus kemudian menjadi pemicu
terjadinya gigi berlubang (karies) dan penyakit gusi (gingivitis).1 Selain itu, adanya kebiasaan
buruk juga merupakan salah satu faktor umum yang berperan dalam terjadinya maloklusi. Salah
satu jenis kebiasaan buruk yang sering terjadi adalah menghisap ibu jari (thumb sucking). Suatu
kebiasaan yang berdurasi total sedikitnya 6 jam sehari, berfrekuensi cukup tinggi dengan intensitas
yang cukup dapat menyebabkan maloklusi. Dari ketiga faktor ini yang paling berpengaruh adalah
durasi atau lamanya kebiasaan tersebut berlangsung. Kebiasaan buruk seperti thumb sucking sering
didistribusikan sebagai penyebab atau faktor resiko terjadinya berbagai macam maloklusi yang
mengakibatkan palatum yang dalam, insisif maksila protrusif, serta menyebabkan peningkatan
overjet.2
KLASIFIKASI MALOKLUSI
Klasifikasi Angle:
b. Divisi 2 : I1 atas retroklinasi; I2 atas proklinasi; deep bite (I2 atas dapat menyebabkan
trauma pada gingiva labial mandibula); lengkung gigi tampak berbentuk persegi;
aktivitas otot perioral normal.
c. Subdivisi : bila satau sisi hubungan M klas II, sisi lainnya klas I.
• Maloklusi Klas III (Mesiocclusion), yaitu mesibuccal cusp M1 RA beroklusi pada
interdental M1 dan M2 permanen.
a. True class III : Kelas III skeletal
b. Pseudo class III : Mandibula bergerak ke depan/maju saat menutup mulut
c. Subdivisi : Satu sisi Klas III, sisanya Klas I.
Pada kasus diatas, pasien dilakukan dengan menggunakan piranti ortodonti lepasan atau bisa
disebut juga dengan removable appliance. Piranti ortodonti lepasan adalah piranti ortodonti yang
dapat dipasang dan dilepas sendiri oleh pasien. Piranti lepasan dapat memberikan hasil yang
maksimal apabila dipakai terus-menerus. Piranti lepasan dapat digunakan untuk perawatan
maloklusi yang ringan. Kunci utama keberhasilan perawatan ortodonti pada pemakaian piranti
lepasan adalah penentuan rencana perawatan dan sekaligus desain pirantinya. Dari rencana
perawatan dapat ditentukan beberapa alternatif desain pirantinya. Khusus desain piranti ortodonti
lepasan, harus mencakup seluruh komponen-komponen dari piranti ortodonti lepasan. Komponen-
komponen tersebut meliputi:
• Komponen aktif
• Komponen retentif (pasif)
• Penjangkaran
• Lempeng akrilik 4
➢ Untuk gigi anterior RA pasien yang protrusif, pasien dapat dilakukan perawatan dengan
menggunakan labial bow aktif dengan menggunakan kawat berdiameter 0,6-0,7mm.
Panjang labial bow dapat diletakkan dari gigi 13 ke 23 atau 14 ke 24. Bentuk labial bow
ini, mengikuti lengkung gigi anterior dan sejajar bidang oklusal. Tujuan dari penggunaan
labial bow aktif ini adalah untuk meretraksi gigi-gigi anterior kearah palatal.
➢ Pada gigi pasien yang crowding dapat menggunakan klamer aktif berupa bumper terbuka
(z spring), double mershon, serta labial bow. Bumper terbuka digunakan pada gigi 32, dapat
menggunakan kawat dengan diameter 0,6mm yang diletakkan di daerah lingual. Tujuan
dari penggunaan bumper terbuka pada gigi 32 ini adalah untuk mendorong sisi distal gigi
32 ke arah labial. Kemudian, untuk gigi 31,41,42 yang mesiolinguoversi, dapat
menggunakan double mershon. Klamer yang dipakai dapat menggunakan kawat dengan
diameter 0,6-0,7mm. Tujuan dari penggunaan double mershon ini adalah untuk mendorong
lebih dari 2 gigi anterior ke arah labial secara bersamaan (mendorong sisi mesial kearah
labial). Selanjutnya, penggunaan klamer yang terakhir adalah labial bow pada daerah labial
rahang bawah. Tujuan dari labial bow ini adalah untuk mempertahankan lengkung gigi dari
arah labial. Dapat diletakkan dari 33 ke 43 atau 44 ke 34
➢ Selain menggunakan komponen aktif, perawatan juga dilakukan dengan menggunakan
komponen pasif seperti adams klamer. Adams klamer dapat digunakan pada gigi-gigi molar
rahang atas dan bawah yaitu 16, 26, 36 dan 46. Kawat yang digunakan menggunakan
diameter 0,7mm-0,8mm. Tujuan dari penggunaan adams klamer ini adalah sebagai alat
retensi plat aktif serta penjangkaran.3
NEKROSIS PULPA
Diagnosis yang kedua, gigi 47 mengalami nekrosis pulpa disertai periodontitis apikalis
simptomatik, karena terdapat karies mencapai pulpa dengan vitalitas (-) serta PT(+). Nekrosis
pulpa merupakan kematian pulpa yang diakibatkan oleh pulpitis irreversible simptomatik atau
asimptomatik yang tidak dirawat atau terjadi karena trauma yang mengganggu suplai darah ke
pulpa. Pulpa biasanya tidak responsif terhadap pulp testing. Ketika nekrosis pulpa (atau pulpa
nonvital) terjadi, suplai darah pulpa tidak ada dan saraf pulpa tidak berfungsi. Bila terjadi
peningkatan jaringan dalam ruang pulpa, dapat menyebabkan kolapsnya pembuluh darah sehingga
terjadi nekrosis. Setelah pulpa menjadi nekrotik total, gigi biasanya akan menjadi asimptomatik
sampai terjadi perluasan penyakit ke jaringan periradikuler. Dengan nekrosis pulpa, gigi biasanya
tidak merespon electric test atau stimulasi dingin.5,6
➢ Pada kasus diatas, gigi yang mengalami nekrosis pulpa disertai lesi periapikal dapat
dilakukan rencana perawatan seperti pembersihan karang gigi (scalling) terlebih dahulu,
perawatan saluran akar (PSA) dan restorasi resin komposit kavitas kelas I. Adapun tahapan
perawatannya pada kunjungan pertama, terdiri dari pembuangan jaringan karies dan
pembukaan akses ke ruang pulpa hingga ke orifis. Kemudian dilanjutkan irigasi saluran
akar, pengukuran panjang kerja estimasi (panjang saluran akar pada radiograf dikurangi 1),
lalu eksplorasi saluran akar dengan menggunakan K-file. Selanjutnya penentuan panjang
kerja (dengan apex locator), dan melakukan preparasi saluran akar dengan teknik tertentu
(setiap pergantian instrument harus melakukan irigasi), dan kemudian irigasi kembali
saluran akar dan berikan dressing dan tumpatan sementara.
➢ Pada kunjungan kedua, melakukan kontrol kepada pasien dengan melakukan pemeriksaan
objektif seperti pemeriksaan IO (perkusi, palpasi dan mobilitas) dan membongkar
tumpatan sementara. Kemudian dilakukan pengisian saluran dan hasil pengisian saluran
akar diperiksa dengan pengambilan foto radiograf untuk memastikan hasil yang hermetis.
Pasien diinstruksikan untuk datang kembali untuk observasi jaringan periodontal dan
dilakukan tumpatan permanen.7
IRITASI PULPA
Iritasi pulpa adalah suatu keadaan dimana lapisan enamel gigi mengalami kerusakan sampai batas
dentino enamel junction;
Pemeriksaan obyektif:
a) Terlihat karies yang kecil
b) Pemeriksaan dengan sonde tidak memberi reaksi, tetapi kadang terasa sedikit
c) Tes thermis : dengan chlor etil terasa ngilu, bila rangsang dihilangkan biasanya rasa ngilu juga
hilang.
➢ Perawatan pada gigi 31 dan 32 yang iritasi pulpa adalah preparasi kavitas dan restorasi
resin komposit klas II. 8
HIPEREMI PULPA
Hiperemi pulpa adalah penumpukkan darah secara berlebihan pada pulpa, yang disebabkan
kongesti vaskular. Hiperemi pulpa dapat disebabkan oleh trauma (seperti trauma oklusi, syok
termal pada saat preparasi kavitas, dehidrasi akibat penggunaan alkohol dan iritasi terhadap dentin
yang terbuka disekitar servikal gigi), kimiawi (makanan asam atau manis, bahan sterilisasi dentin
seperti fenol atau H2O2), dan bakteri yang dapat menyebar melalui lesi karies atau tubulus dentin
ke pulpa. Hiperemi pulpa ditandai dengan rasa sakit yang tajam dan pendek. Umumnya rasa sakit
timbul karena rangsangan makanan atau minuman yang manis, asin, atau dingin. Rasa sakit ini
tidak spontan dan tidak berlanjut ketika rangsangan dihilangkan.8,9
Pemeriksaan obyektif:
a) Terlihat karies media atau profunda
b) Bila di tes dengan chlor etil terasa ngilu,
c) Di test dengan sonde kadang terasa ngilu,kadang tidak.
d) Perkusi negatif.
➢ Perawatan pada gigi 46 dapat dilakukan dengan melakukan restorasi resin komposit
secara langsung apabila karies tersebut belum mendekati pulpa, restorasi dapat langsung
dilakukan tanpa dilakukan perawatan saraf.
➢ Perawatan dapat juga dilakukan dengan pulp capping direk/indirek. Tergantung indikasi
dan kontraindikasi pada tiap pemilihan teknik pulp capping.
PULPITIS IRREVERSIBLE
Saat keadaan penyakit pulpa berkembang, peradangan pada pulpa bisa berubah menjadi pulpitis
ireversibel. Kondisi ini dapat dibagi menjadi subkategori pulpitis irreversible simptomatik dan
asimptomatik.
Gingivitis didefinisikan sebagai peradangan pada gingiva. Ini terjadi ketika microbial plaque
(bakteri) menumpuk di permukaan gigi sebagai akibat dari penyikatan gigi yang tidak efektif. Oleh
karena itu, menyikat gigi yang efektif sangat penting untuk memastikan pembuangan sisa makanan
yang memadai, yang dapat mencegah perkembangan plak lebih lanjut. Gingivitis diklasifikasikan
sebagai lokalis, ketika sekitar 30% atau kurang dari jaringan gingiva yang berdarah saat
pemeriksaan periodontal, dan generalis jika lebih dari 30% .Pada gingivitis, tidak ada bukti
kerusakan jaringan periodontal dan hilangnya perlekatan gigi yang dapat diamati dari gambaran
radiografi. Dengan demikian, gingivitis dapat disembuhkan dan dicegah dengan memelihara
kesehatan jaringan gigi dan mulut yang tepat.
Pasien dengan gingivitis umumnya halitosis dan perdarahan di gingiva tanpa disertai rasa sakit,
baik secara spontan atau selama menyikat gigi. Namun untuk mendiagnosis gingivitis perlu
dilakukan pemeriksaan perubahan gingiva secara menyeluruh seperti warna, konsistensi, tekstur,
dan ukuran. Gingiva yang meradang akan tampak eritematosa dan edema, dan berdarah saat
probing.
Pada kasus diatas, gigi 32,31,42,41 didiagnosis gingivitis kronis lokalis, dengan gejala klinis
gingiva merah, bengkak, adanya kalkulus di area lingual serta sering berdarah. Selain itu, gingivitis
hanya terlibat pada beberapa gigi saja di rongga mulut. Gejala klinis lain yang dimiliki gingivitis
kronis antara lain pembesaran gingiva pada interdental dan margin gingiva, tidak disertai rasa sakit,
permukaan licin dan mengkilat serta konsistensi lebih lunak. Kemungkinan terjadinya gingivitis
kronis lokalis ini, dapat disebabkan oleh gigi yang crowding pada RB dan kesulitan untuk
melakukan metode kebersihan mulut yang efektif sehingga, dapat menyebabkan penumpukan plak
yang juga menjadi salah satu faktor resiko terjadinya kalkulus dan gingivitis.
➢ Terapi gingivitis pada regio 31,41,42 diarahkan untuk mengontrol dan mengurangi
faktor etiologi, seperti mikrobial biofilm dan kalkulus. Tahap pertama yang dilakukan
adalah melakukan edukasi terhadap pasien terhadap pemeliharaan oral hygiene-nya dengan
edukasi cara menyikat gigi yang benar serta penggunaan dental floss. Selain itu, dilakukan
prosedur scalling dan root planing pada RB. Namun, apabila plak dan kalkulus hanya
sebatas permukaan enamel saja, maka cukup dilakukan scalling. Namun jika terdapat
exposed dari akar maka dapat dilakukan rootplaning. Setelah dilakukan scalling dan root
planing, pemberian antibacterial seperti obat kumur yang mengandung chlorhexidine
digluconate atau triclosan. Jika digunakan dengan benar, pasien dengan OH yang buruk,
dapat mereduksi gingivitis. Namun antibacterial ini hanya dapat mengontrol plak
supragingiva, tetapi tidak untuk plak subgingiva. Antibacterial harus mengurangi plak dan
menunjukkan pengurangan gingivitis setidaknya 6 bulan. Agen antibacterial juga harus
aman dan tidak menimbulkan efek samping yang merugikan. 11,12
Pre Eliminary Phase