KELOMPOK XII
DOSEN PEMBIMBING
Dr. drg. Pitu W, S.Psi., Sp.Perio (K)
drg. Zulkarnain, M.Kes,
Dr. drg. Trelia Boel, M.Kes., Sp.RKG (K)
TAHUN 2021
NAMA ANGGOTA KELOMPOK
Anggota:
1. Rasbina Anggriani Beru Sembiring Pandia (190600091)
2. Sara Nabila Br. Sebayang (190600092)
3. Al Shella Ramayani (190600093)
4. Isti Auliani Putri Lubis (190600094)
5. Yolanda Betsyeba Siregar (190600095)
6. Renata Arrin (190600097)
7. Berliana Cahya Ninghati (190600098)
8. Anastasia Pinky SM (190600099)
9. Eka Mangaranap Setiati Permatasari (190600100)
10. Stephanie Deasy Theresia Pasaribu (190600101)
11. Fathia Rizky Adinda (190600102)
12. Aprili Gracesonia (190600104)
13. Jessica Desriana Natalia Nababan (190600105)
14. Muhammad Harits Wicaksono (190600106)
15. Nandez Vieri (190600107)
16. Hilyah Hilaliah Uswanah (190600231)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkankan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
Laporan ini berisi tentang hasil diskusi Pemicu 4 Blok 12 yang berjudul “Gigiku Goyang
Gigiku Malang”.
Laporan ini tidak akan selesai tanpa bimbingan dari dosen pengampu, narasumber dan
juga fasilitator yang sudah membantu kami dalam diskusi kelompok & sidang pleno dengan
memberikan kami masukan yang berarti. Untuk perbaikan dan peningkatan kualitas laporan ini
di masa yang akan datang, saran dan pendapat yang konstruktif dari pembaca sangat
diharapkan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa selaku peserta didik dan juga
bermanfaat untuk pihak-pihak lain. Atas perhatiannya, kami mengucapkan terima kasih.
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1 Pemeriksaan apa saja yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis tersebut?
Jelaskan secara lengkap!
Pemeriksaan Subjektif (Anamnesis)1,2
Pada kasus tersebut, diperoleh hasil anamnesis berupa:
a. Identitas pasien → Pasien merupakan seorang pria berusia 52 tahun.
b. Keluhan utama/chief complaint → Gigi depan atas dan bawah goyang sejak 1 bulan
lalu, gusi bengkak dan mudah berdarah bila disikat serta bau mulut.
c. Riwayat sosial/social history → Pasien seorang perokok (3 batang rokok/hari), dan
pasien mengaku hanya menyikat giginya 1 kali sehari karena takut gusinya berdarah
ketika disikat.
d. Keluhan utama pasien yaitu: gigi depan atas dan bawah goyang sejak 1 bulan lalu,
gusi bengkak dan mudah berdarah bila disikat serta bau mulut
e. Riwayat dental masa lalu berupa frekuensi menyikat gigi yakni 1 kali sehari
dikarenakan takut gusinya berdarah ketika disikat dan memiliki riwayat perokok
(3batang rokok/hari)
Pemeriksaan Objektif1,2
a. Pemeriksaan ekstraoral → Tidak ditemukan kelainan/ tidak tertera dalam skenario.
b. Pemeriksaan intraoral
▪ Pemeriksaan gigi-geligi
Gigi 12,11,21,31,32 mobiliti 2 ͦ yang berarti gigi bergerak dalam arah horizontal
(labiolingual) sampai 1 mm,
Gigi 44 mobiliti 1 ͦ yang berarti gigi bergerak dalam arah horizontal
(labiolingual) tetapi belum melebihi dari 1 mm, dan
▪ Karies media pada gigi 36, 37 dimana karies sudah mengenai dentin, tetapi
belum melebihi setengah dentin.
▪ Pemeriksaan periodonsium
▪ Keberadaan plak dan kalkulus Diperoleh Indeks Debris: 2,5 dan Indeks
Kalkulus: 3. Jika dijumlahkan maka akan diperoleh skor OHIS pasien adalah
5,5 yang berarti oral hygiene buruk.
▪ Inflamasi pada gingiva: Gingiva merah, dan oedematous.
▪ Keberadaan poket periodontal Kedalaman Poket absolut: gigi 16, 15, 12,11,21,
32,31,44,45: 7mm, dan kedalaman Poket absolut: gigi 24,25,36: 5mm. Dimana,
untuk kedalaman poket yang normal adalah 1-3 mm. Apabila kedalaman poket
sudah 4 mm atau lebih menandakan adanya keadaan patologis.
▪ Perdarahan pada probing Pemeriksaan deteksi poket menggunakan probe
periodontal diperoleh BoP (+).
▪ Resesi gingiva: Gigi 16,15,12,11,21,24,25,32,31,36,44,45: 3 mm
Pemeriksaan Penunjang1,2
Berdasarkan kasus, jenis pemeriksaan penunjang yang digunakan adalah radiografi
periapikal. Pada gambaran radiografi periapikal pasien tersebut ditemukan adanya
kehilangan tulang lebih dari 1/3 tengah pada gigi 16, 15, 12,11,21, 32,31,44,45.
2.2 Jelaskan cara menghitung kehilangan perlekatan pada gigi 16, 15, 12, 11, 21, 24, 25,
32, 31, 36, 44, 45!
Prosedur untuk menentukan CAL untuk tiga kemungkinan hubungan margin gingiva
ke CEJ. Margin gingiva mungkin ke apical CEJ, menutupi CEJ, atau berada di CEJ.
Pengukuran yang digunakan untuk menghitung tingkat perlekatan klinis: kedalaman
probing dan tingkat margin gingiva (jarak dari CEJ ke margin gingiva). Kehilangan
perlekatan atau Loss of Attachment (LOA) adalah kerusakan pada struktur yang mendukung
gigi. LOA terjadi pada periodontitis dan ditandai oleh relokasi epitel junctional ke akar
gigi, perusakan serat gingiva.3
Clinical Attachment Loss (CAL) artinya jarak antara cemento-enamel junction ke dasar
poket periodontal, diketahui dengan cara:3
a. Pada keadaan posisi puncak gingiva sejajar dengan CEJ. Kehilangan perlekatan
epitel sama dengan nilai kedalaman poket periodontal.
b. Pada keadaan pembesaran gingiva. Kehilangan perlekatan epitel adalah
mengurangi nilai kedalaman poket periodontal dengan jarak antara puncak gingiva
ke CEJ.
c. Pada keadaan resesi gingiva. Kehilangan perlekatan epitel adalah mengukur secara
langsung jarak dari CEJ ke dasar poket periodontal atau menjumlahkan jarak antara
puncak gingiva ke CEJ dengan nilai kedalaman poket periodontal.
2.3 Jelaskan diagnosis kasus tersebut beserta alasannya (sesuai AAP 1999 dan AAP
2017)!
Berdasarkan American Academy of Periodontology International Workshop (AAP)
1999
Diagnosis penyakit periodontal kasus tersebut berdasarkan AAP 1999 yaitu
“Periodontitis Kronis Generalisata Berat” karena daerah yang mengalami kerusakan
sudah > 30% dan kehilangan perlekatan ≥ 5 mm. Periodontitis kronis merupakan bentuk
yang paling umum dari periodontitis pada orang dewasa, yaitu suatu infeksi bakteri pada
jaringan pendukung gigi yang menyebabkan kehilangan perlekatan dan tulang secara
progresif. Penyakit ini dikarakteristikan dengan kerusakan serat-serat ligamen periodontal
dan tulang alveolar, terbentuknya poket, dan resesi gingiva.4
Periodontitis kronis dapat diklasifikasikan berdasarkan perluasan dan keparahan.
Berdasarkan perluasan, yaitu banyaknya daerah yang mengalami kerusakan, dapat
dibedakan menjadi lokal dan general. Periodontitis kronis dikategorikan lokal apabila <
30% daerah yang mengalami kerusakan dan dikategorikan general apabila > 30% daerah
yang mengalami kerusakan. Klasifikasi berdasarkan keparahan dilihat dari jumlah clinical
attachment loss (CAL) atau kehilangan perlekatannya, yaitu (a) ringan = kehilangan
perlekatan 1-2 mm; (b) sedang = kehilangan perlekatan 3-4 mm; dan (c) berat = kehilangan
perlekatan ≥ 5 mm.
Berdasarkan kasus:
▪ Kedalaman Poket absolut: gigi 16, 15, 12,11,21, 32,31,44,45: 7 mm
▪ Kedalaman Poket absolut: gigi 24,25,36: 5 mm
▪ Resesi gingiva dan terbukanya akar dapat menyertai periodontitis kronis tetapi
tidak selalu merupakan tanda dari penyakit. Pada kasus adanya resesi gingiva
pada gigi 16,15,12,11,21,24,25,32,31,36,44,45: 3 mm.
▪ Mobilitas gigi → Pada kasus gigi 12,11,21,31,32 mobiliti 2 ͦ , gigi 44 mobiliti
1ͦ
▪ Nyeri → Salah satu tanda penting dari periodontitis kronis adalah absennya
nyeri dan sakit kecuali bila keadaan tersebut didahului oleh inflamasi.
▪ Kerusakan tulang alveolar → Resorpsi tulang alveolar dan kerusakan ligamen
periodontal adalah tanda paling penting dari periodontitis kronis dan merupakan
salah satu penyebab lepasnya gigi. Tanda radiografi yang pertama dari
kerusakan periodontal adalah hilangnya densitas tepi alveolar. Pada kasus,
adanya kehilangan tulang lebih dari 1/3 tengah pada gigi 16, 15, 12,11,21,
32,31,44,45.
▪ Halitosis dan rasa tidak enak dikarenakan kebersihan mulut yang buruk.
Dari tanda-tanda ini, poket dan kerusakan tulang alveolar adalah tanda yang penting
dari periodontitis kronis
GRADE C, karena7
▪ Berdasarkan hasil radiografi menunjukkan adanya resorpsi vertikal yang
kedalamannya sudah lebih dari 2 mm.
▪ Resorpsi vertikal pada pasien tersebut sudah menyebar ke arah apikal akar gigi,
dimana pasien tersebut sudah mengalami 67% resorpsi tulang alveolar. Maka
didapatkan % bone loss / age =67 %: 52 tahun = 1,28 > 1.
▪ Destruksi yang berlebihan pada tulang alveolar disebabkan oleh deposit biofilm
oleh karena pasien adalah seorang perokok dan oral hygiene buruk yang hanya
menyikat giginya sekali sehari. Hal ini menyebabkan tingkat perkembangan
periodontitis menjadi sangat cepat.
2.4 Jelaskan etiologi yang mungkin untuk masing-masing keluhan yang dirasakan
pasien!
Etiologi Primer8
Plak dental
Plak dental adalah deposit lunak yang membentuk biofilm yang menumpuk ke
permukaan gigi atau permukaan keras lainnya di rongga mulut, dimana plak dental ini akan
melakukan invasi ke dalam jaringan sehingga menyebabkan terjadinya inflamasi.
Pembentukan biofilm dimulai dari interaksi bakteri dengan gigi sehingga terjadi interaksi
fisikal dan fisiologis antara berbagai spesies dalam massa mikrobial bakteri yang ada dalam
biofilm plak yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Akumulasi plak terjadi
akibat kondisi rongga mulut yang tidak baik atau oral hygiene buruk. Akumulasi plak pada
jaringan periodontal akan menyebabkan peradangan/inflamasi periodontal.
Etiologi Sekunder8
Kalkulus
Efek primer kalkulus bukan berasal dari iritasi mekanis melainkan dari bakteri yang
selalu membalutnya. Kalkulus berperan penting dalam mempertahankan dan memperhebat
penyakit periodontal dengan jalan memegang plak sehingga berkontak rapat pada jaringan
gingiva dan menciptakan daerah di mulut. Plak pada permukaan kalkulus merupakan iritan
utama, kemudian plak terkalsifikasi di bagian dalam merupakan faktor pendorong. Plak
memulai inflamasi dari dalam pocket dan pocket merupakan tempat menguntungkan bagi
penumpukan plak dan bakteri hingga kalkulus menjadi faktor patogen yang signifikan pada
penyakit periodontal.
Kebiasaan buruk
Kebiasaan buruk merupakan faktor yang terlibat dalam terjadinya dan berkembangnya
penyakit periodontal. Metode, interval, dan waktu penyikatan gigi yang salah pada pasien
tersebut dimana pasien menyikat gigi 1 kali sehari sehingga menyebabkan penumpukan
plak semakin berkembang pesat. Oleh karena itu, penting pemberian dental health
education untuk menambah pengetahuan pasien sehingga dapat meminimalisir
pertumbuhan plak.
Penggunaan tembakau/merokok
Berperannya merokok sebagai faktor etiologi disebabkan karena rokok mempermudah
penumpukan kalkulus, dimana stein tembakau yg kasar akan mudah ditumpuki oleh plak
yang terkalsifikasi menjadi kalkulus; Asap rokok dapat menurunkan kemampuan
khemotaksis dan fagositosis netrofil; Kandungan nikotin rokok dapat menurunkan
kemampuan fagositosis, menekan proliferasi osteoblas, dan mengurangi aliran darah ke
gingiva. Sehingga dampak dari kebiasaan penggunaan tembakau/merokok ialah
mengurangi aliran darah ke gingiva dan menghalangi sekresi mediator inflamasi oleh
monosit.
𝑑1 6
% 𝑏𝑜𝑛𝑒 𝑙𝑜𝑠𝑠 = × 100% = × 100% = 𝟔𝟔, 𝟔𝟕%
𝑑2 9
2.8 Jelakan jenis radiografi yang paling baik dalam membantu penegakkan diagnosis
pada kasus tersebut!
Kasus pada skenario berfokus pada kondisi jaringan periodontal pasien, sehingga harus
diterapkan jenis radiografi yang mampu mencakup kondisi gigi dan jaringan periodontal di
sekitarnya. Jenis radiografi intraoral diperlukan untuk kasus ini, radiografi intraoral adalah
radiografi yang memperlihatkan gigi dan struktur di sekitarnya. Tipe radiografi yang tepat
untuk kasus ini adalah Radiografi Periapikal.14,15 Hal-hal yang berkaitan dengan kelainan
periodontal yang harus diamati pada analisis radiografis adalah:16
1. Kontinuitas lamina dura pada krista septum interdental.
2. Jumlah tulang yang hilang, terbatas pada septum interdental.
3. Pola destruksi tulangnya: horizontal atau angular/vertikal.
4. Kepadatan (density) tulang alveolar pendukung.
5. Lebar ruang ligamen periodontal pada mesial dan distal akar gigi.
6. Rasio mahkota-akar gigi.
7. Deposit atau tepi tumpatan yang mengemper pada permukaan proksimal gigi
Sehingga jelas bahwa radiografi periapikal mampu memeriksa gigi (crown dan root)
serta jaringan yang disekitarnya sehingga sangat tepat penerapannya untuk kasus kali ini.
Berdasarkan kasus
Prognosis Umum
▪ Tipe periodontitis: prognosis buruk karena adanya attachment bone loss yang cukup
besar.
▪ Berdasarkan usia: prognosis baik karena perjalanan penyakit sejalan dengan usia
pasien.
▪ Latar belakang sistemik: pada pasien tidak diketahui adanya penyakit sistemik
maka dapat diperkirakan bahwa prognosis bisa lebih baik
▪ Penilaian terhadap status periodontal: prognosis buruk karena adanya masalah pada
jaringan periodontal
▪ Kebiasaan merokok: prognosis buruk karena seperti yang diketahui bahwa pasien
merokok 3 batang/ hari
▪ Kooperatif pasien: pasien diketahui memiliki kemauan untuk memperthankan
giginya agar tidak dicabut dan hilang maka ini sangat mempengaruhi prognosis dari
penyakit tersebut.
Prognosis Gigi
▪ Mobiliti gigi: lebih diutamakan penilaian terhadap faktor penyebab bukan derajat/
keparahan mobiliti. Maka prognosis buruk karena adanya kehilangan tulang yang
tidak mungkin untuk di koreksi yang menyebabkan mobiliti pada gigi.
▪ Saku periodontal: dikarenakan adanya kehilangan tulang yang cukup besar, yaitu
>1/3 tengah maka dapat dinyatakan prognosis buruk. Maka dapat dinyatakan bahwa
prognosis pasien tidak terlalu baik.
Prognosis pada penyakit periodontal yang dialami pasien umumnya dapat berujung
baik asalkan inflamasi dapat dikontrol melalui kebersihan mulut yang baik dan
penghilangan faktor penahan biofilm local. Pada pasien yang lebih parah yang dibuktikan
dengan invasi furkasi dan mobilitas gigi, atau pada pasien yang tidak patuh dengan praktik
kebersihan mulut, prognosisnya mungkin dapat dipertanyakan atau berujung tidak baik,
bahkan tanpa harapan.
PENUTUP
Kesimpulan
Penumpukan plak dapat mengarah ke gingivitis hingga menyebabkan terjadinya
periodontitis. Periodontitis adalah peradangan yang mengenai jaringan pendukung gigi,
disebabkan oleh mikroorganisme dan dapat menyebabkan kerusakan yang progresif pada
ligament periodontal, tulang alveolar dan disertai dengan pembentukan poket. Periodontitis
menyebabkan destruksi jaringan yang permanen yang dikarakteristikkan dengan inflamasi
kronis, migrasi epitelium penyatu ke apikal, kehilangan jaringan ikat dan kehilangan tulang
alveolar. Diagnosis pada kasus diatas berdasarkan AAP 1999 adalah Periodontitis Kronis
Generalisata Berat sedangkan diagnosis berdasarkan AAP 2017 adalah Periodontitis Stage
III Grade C. Etiologi yang mungkin untuk keluhan yang dirasakan pasien antara lain adalah
plak, karies media, kalkulus, debris, inflamasi yang disebabkan oleh akumulasi plak, dan
trauma karena oklusi.
Selain itu kebiasaan merokok pasien merupakan salah satu faktor risiko terbesar yang
dapat menyebabkan penyakit periodontal. Merokok dapat mempengaruhi prevalensi dan
tingkat keparahan periodontitis. Pada perokok, akumulasi plak cenderung meningkat
karena kandungan tar dalam rokok yang memudahkan perlekatan plak. Nikotin yang berada
didalam darah dapat mengakibatkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah pada
periodonsium, menurunkan fungsi netrofil, Ig G, limfosit T, dan limfosit B yang sangat
berperan dalam menyerang bakteri plak.
Perawatan yang dapat dilakukan pada pasien penderita seperti pada kasus yaitu 4 fase
perawatan penyakit periodontal. Apabila perawatan dilakukan dengan tepat, lalu pasien
bersikap kooperatif serta tidak didukung dengan factor sistemik maupun local, maka
prognosis kasus yang awalnya sedang dapat menjadi baik. Oleh karena itu, perlu
dilakukannya edukasi kepada pasien tetang bagaimana cara menjaga oral hygiene secara
baik dan benar, serta perlunya pasien untuk melakukan kunjungan runtin ke dokter gigi
setiap 6 bulan sekali untuk mencegah, mengatasi dan mengobati keadaan pada rongga
mulut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Junaidi & Pahrul Razi. Konsep Dasar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut II &
III. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
2018.
2. Gosanti, A. Z., & Ernawaty, E. Analisis Kelengkapan Penulisan SOAP, KIE, dan ICD X
pada Rekam Medis di Poli Umum dan Kia-Kb Puskesmas X Surabaya. Jurnal Administrasi
Kesehatan Indonesia. 2017; 5(2): 139-144.
3. Carranza FA, Takei HH, Newman MG. Clinical Periodontology. 13th Ed.
California:Elsevier Saunders. 2019.
4. Nield-Gehrig JS and Donald EW. Foundations of periodontics for the dental hygienist. 3rd
Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2011.
5. Soeprapto A. Pedoman dan Tata Laksana Praktik Kedokteran Gigi. Yogyakarta, Jembatan
Merah: STPI Bina Insan Mulia; 2017. (2).
6. Caton J, Armitage G, Berglundh T, et al. A new classification scheme for periodontal and
peri‐implant diseases and conditions – Introduction and key changes from the 1999
classification. J Clin Periodontol. 2018;45.
7. Babay, et al., Majors highlights of the new 2017 classification of periodontal and peri-
implant diseases and conditions. Saudi Dental Journal. 2019: 1-3.
8. Preshaw PM. Etiology of Periodontal Diseases : Carranza’s Clinical Periodontology. 11th
eds. California : saunders elsavier, 2012 : 89-207.
9. Quamilla Nadia. Stres Dan Kejadian Periodontitis (Kajian Literatur). [Jds] Journal Of
Syiah Kuala Dentistry Society. 2016;1(2):161–8.
10. Nelis S, Putri I, Machmud R. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Status Kesehatan
Jaringan Periodontal. Stomatognatic (J. K. G Unej), 2015; 12(2): 71-74.
11. Sumerti NN. Merokok dan Efeknya Terhadap Kesehatan Gigi dan Rongga Mulut. Jurnal
Kesehatan Gigi 2016; 4(2): 49-57.
12. Madukwe IU. Anatomy of the periodontium: a biological basis for radiographic evaluation
of periradicular pathology. J Dent Oral Hyg 2014; 6(7): 70-6.
13. Novak JM, Novak KF. Chronic Periodontitis In: Carranza’s Clinical Periodontology. Ed
10. Philadelphia: Saunders Elsevier, 2006: 494-9.
14. Boel T. Dental Radiografi. Medan: USU press, 2020.
15. Whaites E, Drage N. Essentials of dental radiography and radiology. Elsevier Health
Sciences; 2013 Jun 20.
16. Daliemunthe SH. Terapi Periodontal. Medan; 2006.
17. Aggraeni ZR, dkk. Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter Gigi. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI, 2014: 103-4, 83-7, 159-64.
18. Novak JM, Novak KF. Chronic periodontitis. in: Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR,
Carranza FA, editors. Carranza’s clinical periodontology. 10 edn. Philadelphia: Saunders
Elsevier, 2006:494-9.