PENCEGAHAN KARIES
Disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Isu Terkini Kesehatan Gigi dan
Mulut
Dosen Pengampu drg. Ani Subekti, MDSc, Sp.KGA
Disusun oleh :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pencegahan” telah dipraktekkan oleh para dokter gigi selama lebih dari 100 tahun.
Banyak dokter gigi masih berpendapat bahwa karies gigi dapat dirawat dengan
upaya restorasi gigi yang terkena. Pada kenyataan pengeboran dan selanjutnya
tersebut secara menyeluruh. Dewasa ini, pemeliharaan struktur gigi yang sehat
harus menjadi tujuan utama pada setiap perawatan gigi karena proses terjadinya
karies gigi dan mekanisme kerja fluorida sebagai agen pencegah karies semakin
dipahami. Oleh karena itu “pencegahan untuk perluasan” merupakan motto baru
yang diawali dengan proses identifikasi dan perawatan pencegahan dan selanjutnya
upaya restorasi yang seminimal mungkin. Berpatokan pada konsep MID maka
perawatan karies gigi telah mengalami pergeseran dari intervensi restorasi menjadi
banyak dikemukakan oleh para pakar. Di pihak lain telah dikembangkan pula
atraumatic restorative treatment yang dicanangkan oleh WHO tahun I994 salah satu
sebetulnya mempunyai tujuan yang sama dan dapat diartikan sebagai intervensi
minimal.
Karies gigi merupakan penyakit pada jaringan gigi yang diawali dengan
terjadinya kerusakan jaringan yang dimulai dari permukaan gigi (pit, fissures, dan
daerah inter proksimal), kemudian meluas kearah pulpa. Karies gigi dapat dialami
oleh setiap orang dan juga dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih, serta
dapat meluas ke bagian yang lebih dalam dari gigi, misalnya dari enamel ke dentin
atau ke pulpa. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya karies gigi,
anatomi gigi.
konsumsi gula. Karies gigi merupakan penyakit yang paling umum terjadi pada
menunjukkan bahwa karies pada anak relatif lebih tinggi dipengaruhi oleh diet.
Dalam rongga mulut proses demineralisasi dan remineralisasi selalu terjadi.
Sesudah makan pH plak akan menunrn dan dapat mencapai di bawah pH kritis
email. Proses deminerathasi dan remineralisasi ini akan seimbang jika serangan
asam dapat segera diimbangi dan segera kembali normal. Tetapi keseimbangan ini
makanan dan minuman. Jika demineralisasi lebih besar akan rerjadi karies, dan jika
remineralisasi lebih besar gigi akan menjadi lebih tahan terhadap serangan asam.
Dalam hal ini peran saliva sangat penting. Karenanya jika produksi kelenjar saliva
terganggu, karies akan lebih mungkin terjadi. Dalam hubungannya dengan proses
menyebutkan bahwa karies adalah hasil kumulatif antara proses demineralisasi dan
remineralisasi. Dengan kata lain karies terjadi jika ada gangguan keseimbangan
memerangi semua penyebabnya. Dalam hal ini karena salah satu penyebabnya
diperparah dengan masukan sukrosa juga menjadi pentjng. Namun karena kejadian
karies juga dapat dimodifikasi oleh fluor, Suplemen fluor dapat diberikan kepada
pertahanan.
B. Tujuan
PEMBAHASAN
Intervention”, khususnya dalam rangka proteksi gigi yang rawan karies. Pada dasarnya
penilaian potensi faktor risiko karies awal, pencegahan karies berdasarkan faktor-
faktor risiko ini dan menghilangkan atau meminimalisir efeknya, serta merestorasi gigi
dengan bahan biomimetik. Selain dengan bahan biomimetik, teknik invasif minimal
pendidikan kepada pasien, remineralisasi dari lesi non-cavitated pada enamel dan
dalam kedokteran gigi. Bakteri berkaitan erat dengan peningkatan risiko karies.
Karies adalah penyakit infeksi, maka fokus utama adalah mengontrol infeksi,
dapat difermentasikan.
dini dari pasien. Peran serta orang tua sangat diperlukan di dalam membimbing,
agar anak dapat memelihara kebersihan gigi dan mulutnya. Selain itu orang tua
juga mempunyai peran yang cukup besar di dalam mencegah terjadinya akumulasi
perilaku yang mendukung atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak.
Pengetahuan tersebut dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu
kesehatan gigi dan mulut merupakan faktor predisposisi dari perilaku yang tidak
disusun oleh para ahli. Program tersebut menekankan pada pencegahan terjadinya
karies. Oleh karena masih banyak para orang tua yang beranggapan bahwa geligi
susu hanya sementara dan akan diganti oleh geligi tetap sehingga mereka tidak
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya telah dimulai sejak bayi masih
di dalam kandungan, sehingga orang tua akan lebih siap di dalam melakukan
instruksi tersebut.
merupakan proses alami yang terjadi dalam lingkungan mulut. Individu dengan
bebas karies akan menyeimbangkan serangan asam dari biofilm dengan sistem
bufer saliva dan penyikatan gigi untuk mempertahankan kontrol biofilm. Faktor-
faktor lain, seperti pemberian fluor dan control diet juga berperan dalam
Kriteria risiko tinggi untuk anak-anak meliputi satu atau lebih dari hal-hal
berikut ini: gigi karies, karies email awal pada area multipel (white spot lesion),
plak terlihat pada gigi anterior, gambaran radiografis menunjukkan karies email,
titer tinggi terhadap Streptococcus mutans (SM), penggunaan alat ortodontik, dan
Anak-anak lain yang dapat dimasukkan ke dalam risiko tinggi adalah anak
yang belum pernah dilakukan aplikasi fluor secara topikal, anak yang
mengkonsumsi gula-gula dan makanan kariogenik lebih dari tiga kali sehari, ibu
dengan karies aktif, anak dengan kebutuhan khusus, dan kondisi yang
mencegah karies, terdapat beberapa faktor yang harus diubah, yaitu diet,
kebersihan mulut, fluor dan fisur silen. Lingkungan rongga mulut berada dalam
ke dalam email gigi yang mengalami demineralisasi, yaitu hilangnya mineral gigi
dalam proses karies pada gigi. Dengan terapi remineralisasi proses karies dapat
remineralisasi diantaranya :
kondisi awal karies yang bermanivestasi sebagai “White Spot”. Iptek terkini
menunjukkan bahwa karies gigi bukan sekedar gigi berlubang, tetapi adalah
“White spot” (bercak putih pada gigi) adalah proses karies masih reversible dan
Phosphate ke dalam struktur gigi yang telah hilang, melalui sediaan CPP-ACP.
Gambar 1. White Spot pada gigi 21
1) Tujuan:
2) Indikasi:
(Donut Irene).
risiko karies nggi, anak dengan gigi berjejal, pasien dalam perawatan
3) Bahan sediaan:
nano-complexes)
4) Penatalaksanaan Persiapan:
5) Pelaksanaan:
b) Oles krem pada gigi yang rawan dengan jari/ sikat gigi, dan gunakan
d) Gunakan pagi hari setelah sikat gigi dan atau malam hari setelah sikat
b. Pembertian Fluor
dapat dicapai dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor dan obat
kumur sodium fluorida yang dijual bebas. Penggunaan fluor varnish telah
berhasil bila varnish fluorida atau bahan lain yang melepaskan fluor dalam
c. Surface Protection
tambal yang bersifat adesif seper glass ionomer kaya fluor dan mempunyai
b) Melindungi permukaan oklusal gigi yang ada fisur hitamnya yang rawan
2) Indikasi:
a) Untuk gigi molar yang baru erupsi, terutama pada anak/ pasien yang
Karies).
3) Kontra indikasi:
Tidak untuk gigi dengan permukaan oklusal dengan fisur yang dangkal
4) Instrumen Surface Protec on adalah set GIC viskositas nggi, terdiri dari:
a) Paper pad
b) Spatula plastik
c) Kaca mulut
d) Sonde
e) Pinset
g) Kapas
Persiapan:
Pelaksanaan:
c) Sendok powder dan satu tetes aduk liquid sesuai peraturan yang
Penyelesaian:
berlaku.
perlu, misalnya lesi cavitas tidak dapat dipertahankan dan keperluan untuk fungsi
dan estetik. Meminimalkan jumlah struktur gigi yang dibuang saat preparasi kavitas
sebagai berikut:
mencegah perluasan karies, memperbaiki fungsi dan estetik. gigi sulung dan
bahan restorasi yang dipilih yang dapat menggantikan dalam hal estetik dan fungsi.
Bahan tersebut antara lain adalah semen glass ionomer. Semen tersebut berfungsi
dengan baik sebagai bahan tambal untuk gigi sulung maupun permanen.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
deteksi dini dan perawatan dini pada tingkat mikro (tahap yang paling kecil),
diikuti dengan invasi yang paling minimal dan “patient friendly” sebagai pilihan
Bakteri berkaitan erat dengan peningkatan risiko karies. Oleh karena itu
penyebab karies, sehingga ada tindakan pencegahan yang lebih dini dari pasien.
dapat memelihara kebersihan gigi dan mulutnya. Selain itu orang tua juga
Angela, A. 2005. Pencegahan primer pada anak yang berisiko karies tinggi. Maj. Ked.
Gigi. (Dent. J.), Vol. 38. No. 3 Juli–September: 130–134.
Leman, MA. 2009. Moving From Operative to Preventive Treatment in Dental Caries
Management. Jurnal Biomedik, Volume 1, Nomor 3, November, hlm 131-141.
Rahayu, YC. 2013.Peran Agen Remineralisasi pada Lesi Karies Dini. Stomatogantic
(J. K. G Unej) Vol. 10 No. 1: 25-30.