Anda di halaman 1dari 45

Arathi Rao, Principles & Practice of Pedodontics 3rd edition; “Preventive Dentistry” page 191-220.

Liestyani Adista – 17.44

PENCEGAHAN MASALAH KESEHATAN GIGI

PENDAHULUAN

Pencegahan masalah kesehatan gigi didefinisikan sebagai “Usaha-usaha yang dilakukan


untuk menjaga perkembangan normal, fungsi fisiologis, dan untuk mencegah penyakit mulut
dan bagian sekitarnya.”

Menurut komite ahli WHO, pencegahan menyatakan prosedur atau tindakan yang
mencegah timbulnya penyakit.

PRINSIP DAN TUJUAN PENCEGAHAN MASALAH KESEHATAN GIGI

1. Untuk mempengaruhi gaya hidup individu, keluarga, dan masyarakat, sehingga kesehatan
mulut terjaga dan tersebar.
2. Untuk menyediakan perawatan yang dibutuhkan oleh individu yang mengalami penyakit
mulut, sehingga proses penyakit dapat dihentikan sedini mungkin dan mencegah
hilangnya fungsi mulut.
3. Untuk menghilangkan ketakutan anak-anak terhadap prosedur kesehatan gigi melalui
pendidikan, pengalaman, dan upaya sadar dari penyedia perawatan.

RUANG LINGKUP

Penekanan utama praktik perawatan kesehatan mulut adalah pencegahan penyakit gigi. Hal
ini disebabkan oleh:

1. Penyakit gigi sudah umum.


2. Peningkatan terjadinya penyakit gigi.
3. Pencegahan utama penyakit gigi dimungkinkan karena adanya pengetahuan yang
memadai dari etiopatologi dan epidemiologi.
4. Kebanyakan penyakit gigi dimulai tanpa gejala.
5. Pencegahan sekunder terhadap penyakit gigi mungkin dilakukan.
6. Penyakit gigi tidak dapat sembuh sendiri.
INTERVENSI MINIMAL DARI KESEHATAN GIGI

Konsep intervensi minimal dari kesehatan gigi telah berkembang sebagai akibat dari
meningkatnya pemahaman akan proses karies dan berkembangnya bahan-bahan restoratif
berperekat.

Saat ini karies tidak hanya diperlakukan sebagai gejala tetapi juga sebagai sebuah
penyakit. Maka dimulailah pendekatan medis yang tidak hanya melakukan restorasi rongga
mulut tetapi juga menilai risiko karies.

Perawatan invasif minimal atau kesehatan gigi invasif minimal atau micro dentistry
semuanya berbentuk intervensi minimal kesehatan gigi. Hal ini berhubungan dengan
perawatan konservati ultra pada jaringan mulut yang infeksi dan terpengaruh dan bertujuan
untuk mempertahankan jumlah maksimum jaringan mulut dengan memberikan intervensi
yang tidak begitu invasif yang sering dianggap tidak menyakitkan dan tidak menimbulkan
trauma bagi pasien. Perawatan ini juga bertujuan mengelola karies melalui penilaian risiko
(CAMBRA, singkatan untuk “pengelolaan karies melalui penilaian risiko).1-4

Tujuan dan Sasaran Intervensi Minimal Kesehatan Gigi

1. Penyakit harus dirawat terlebih dahulu.


2. Pendekatan operasi bedah merupakan upaya terakhir, dengan pengangkatan minimal
bahan gigi alami.
3. Pengelolaan dimulai dari identifikasi dan eliminasi penyakit.
4. Restorasi secara otomatis tidak mencegah atau menghilangkan penyakit.
5. Karies merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan sampai mikroflora berhasil
dikendalikan maka risiko demineralisasi lanjutan pada struktur gigi yang terisas akan terus
berlanjut.

Prinsi-Prinsip Intervensi Minimal Kesehatan Gigi Menurut Federasi Dunia FDI

1. Modifikasi flora oral: Hal ini dapat dicapai melalui pengendalian plak yang memadai dan
mengurangi konsumsi karbohidrat.
2. Pendidikan pasien: Hal ini harus memberikan informasi tentang etiologi karies gigi dan
metode pencegahan. Memberikan penekanan pada modifikasi diet dan pemeliharaan
kesehatan mulut.
3. Remineralisasi lesi non-kavitas pada enamel dan dentin: Karies merupakan sebuah proses
demineralisasi dan remineralisasi. Lesi karies awal dapat diatasi dengan remineralisasi.
Air ludah berperan penting dalam proses ini. Penilaian kualitas dan kuantitas saliva
merupakan sebuah aspek yang sangat penting.
4. Intervensi operasi minimal terhadap lesi kavitas: Restorasi lesi kavitas sedapat mungkin
harus konservatif dengan tujuan mempertahankan gigi alami yang dilanjutkan dengan
restorasi menggunakan bahan perekat seperti semen kaca-ionomer dan/atau komposit
resin.
5. Perbaikan restorasi yang rusak: Karena pengangkatan restorasi lama mengakibatkan
pengangkatan struktur gigi yang sehat, perbaikan sebisa mungkin harus dijadikan alternatif
penggantian.

Konsep Intervensi Minimal Perawatan Gigi

Tiga konsep utama intervensi minimal ini yaitu:

1. Identifikasi faktor risiko.


2. Pencegahan.
3. Kontrol.

Konsep Identifikasi

1. Penilaian risiko karies


 Evaluasi saliva
 Evaluasi aktivitas karies (Tes aktivitas karies)
 Penilaian oklusi dan faktor gigi
 Memahami lingkungan pasien seperti status sosioekonomi, status pendidikan, dsb.
2. Bimbingan antisipatif dan pendidikan kesehatan

Konsep Pencegahan

Pencegahan karies dilakukan dengan perencaan untuk memeriksa faktor etiologis. Tiga
bagian strategi untuk mencegah karies yaitu:

A. Memerangi karies yang menyebabkan mikroorganisme


- Antiseptik biguanide, klorheksidin: pada konsentrasi tinggi, zat ini berperan sebagai
deterjen yang merusak membran sel dan menyebabkan hilangnya konstituen
sitoplasma. Pada konsentrasi rendah, zat ini mencegah transportasi gula dan tingkat
glikolitik dan aktivitas ATPase terikat membran.
- Triclosan: merupakan sebuah agen antibakteri nonionik terhadap bakteri gram +ve.
Zat ini cocok dengan fluor sehingga dapat digunakan dalam pasta gigi.
- Delmopinol hidroklorida: merupakan zat yang sangat aktif untuk mengurangi jumlah
bentukan plak.
- Vaksin karies: dapat berupa imunisasi aktif atau pasif. Tetapi hal ini kurang signifikan
karena keterlibatan banyak bakteri dan faktor eyiologi karies.
- Terapi penggantian: dalam metode ini, bakteri kariogenik digantikan dengan bakteri
non-kariogenik. Secara praktik hal ini sulit dilakukan.
B. Memodifikasi karies, mengenalkan bahan-bahan diet dan penggunaan pengganti gula –
hal ini dilakukan melalui konseling diet.
C. Meningkatkan kekebalan gigi terhadap pembusukan
- Remineralisasi agen seperti fluor, CPP, novamin, hidroxyapatite, dsb.
- Sealant lubang dan celah.
- Laser.
- Menambah kekebalan – sistem pelindung pada saliva dapat diproduksi melalui
teknologi DNA rekombinan.

Konsep Kontrol

Sasarannya adalah perawatan karies dan pemeliharaan gigi yang direstorasi. Restorasi atau
perawatan karies bertujuan hanya mengangkat karies aktif di mana tidak memungkinkan
adanya remineralisasi. Kemudian, gigi direstorasi menggunakan bahan penghasil fluor yang
merekat. Profilaxis oral profesional berkelanjutan sangatlah penting untuk menjaga kondisi
restorasi tetap baik sehingga mengurangi risiko karies sekunder. Alat khusu untuk kontrol
karies yaitu:

1. Aplikasi ozon
2. Teknik restoratif tanpa trauma
3. Restorasi resin pencegahan
4. Konsep pengangkatan karies secara kemomekanik

Komponen Perawatan Gigi untuk Pencegahan

 Penilaian risiko karies


 Rumah gigi dan Pedoman antisipatif
 Perawatan profesional: meliputi perawatan khusus yang diberikan oleh dokter seperti
sealant lubang dan celah, PRR, terapi fluor, dsb.
 Perawatan di rumah: meliputi sikat gigi, flossing, berkumur, dan prosedur lainnya yang
dilakukan oleh pasien dan orang tua di rumah.

Penilaian Risiko Karies

Penilaian risiko karies digunakan untuk menentukan risiko relatif pasien terhadap
pengembangan karies. Penilaian risiko ini menjadi elemen kunci dalam pencegahan berbagai
penyakit dan menjadi pedoman bagi para praktisi untuk memberikan strategi pencegahan
yang sesuai. Ada berbagai macam metode penilaian risiko karies. American Academy of
Pediatric Dentistry (AAPD) telah mengembangkan CAT/Caries Risk Assesment Tool (Alat
Penilaian Risiko Karies) yang menilai risiko berdasarkan kondisi klinis, faktor lingkungan
dan kesehatan umum individu. Berdasarkan hal ini, tiap anak dapat dikategorikan ke dalam
risiko pengembangan karies rendah, sedang atau risiko tinggi (Tabel 7.1). penilaian risiko
harus diulangi secara berkala dalam jangka waktu tertentu karena risiko anak menderita
penyakit gigi dapat berubah seiring waktu akibat perubahan kebiasaan (contoh: diet,
perawatan di rumah), mikroflora oral, atau kondisi fisik.

Penilaian risiko pada anak dapat dilakukan dengan mengidentifikasi faktor-faktor


yang menyebabkan penyakit, yaitu:

 Evaluasi saliva dan faktor pembawa lainnya (tes kerentanan terhadap karies)
 Evaluasi aktivitas karies (tes aktivitas karies)
 Memahami lingkungan pasien seperti status sosioekonomi, status pendidikan, dsb.
 Kesehatan dan pendidikan
 Penilaian, analisis, dan konseling diet

Rumah Gigi

Definisi (AAPD 2010)

Rumah gigi merupakan hubungan berkelanjutan antara dokter gigi dan pasien, mencakup
semua aspek perawatan kesehatan mulut yang disampaikan secara komprehensif, dapat
diakses terus-menerus, terkoordinasi, dan berpusat pada keluarga. Pendirian rumah gigi
dimulai dari usia 12 bulan dan mencakup rujukan ke spesialis gigi ketika dibutuhkan.
Rumah gigi mencakup semua aspek kesehatan mulut sebagai hasil dari interaksi
pasien, orang tua, profesional non-gigi, dan profesional gigi. Konsep ini diambil dari definisi
AAP tentang rumah medis yang menyatakan bahwa perawatan kesehatan utama pediatrik
paling baik dilakukan di tempat yang memberikan dan menyediakan perawatan yang
komprehensif, dapat diakses terus-menerus, berpusat pada keluarga, terkoordinasi, penuh
kasih sayang, dan efektif secara kultur atau diawasi oleh spesialis kesehatan anak yang
berkualitas.

Karena dokter, perawat, dan profesional kesehatan lainnya menangani ibu dan bayi
lebih dulu daripada dokter gigi, sangatlah penting bagi mereka untuk mengetahui etiologi
infeksi dan faktor risiko yang berhubungan dangan karies anak usia dini, membuat keputusan
yang sesuai tentang intervensi efektif dan tepat waktu, dan membantu pembentukan rumah
gigi.

Anak-anak yang memiliki rumah gigi lebih mungkin menerima perawatan kesehatan
mulut yang rutin dan perawatan pencegahan yang sesuai. Rujuan oleh dokter atau penyedia
layanan kesehatan telah direkomendasikan, sejak usia 6 bulan, 6 bulan setelah gigi pertama
tumbuh, dan tidak lebih dari usia 12 bulan.

Selain itu, penunjukan kembali pada periode selanjutnya didasarkan pada penilaian
risiko. Hal ini memberikan peluang di waktu-waktu kritis untuk melakukan praktik
pencegahan dan mengurangi risiko anak terhadap penyakit mulut/gigi yang dapat dicegah.

Setiap bayi harus mendapat penilaian risiko kesehatan mulut dari penyedia layanan
kesehatan utamanya atau dari profesional kesehatan yang berkualitas ketika berumur 6 bulan.
Pemeriksaan awal ini harus meliputi:

 Penilaian risiko orang tua terhadap penyakit mulut menggunakan penilaian risiko karies
 Memberikan pendidikan kesehatan mulut bayi
 Mengevaluasi dan meningkatkan paparan fluor

Hal-hal di bawah ini harus sudah tercapai di usia 12 bulan:

 Pencatatan riwayat medis dan gigi secara menyeluruh


 Menyelesaikan pemeriksaan mulut yang menyeluruh
 Penilaian risiko bayi terhadap karies dan menentukan rencana pencegahan yang sesuai
dan jeda re-evaluasi periodik berdasarkan penilaian tersebut
 Memberikan pedoman antisipatoris yang berkaitan dengan perkembangan gigi dan
mulut, status fluor, kebiasaan menyedot non-nutrisi, tumbuh gigi, pencegahan cedera,
instruksi kesehatan mulut, dan pengaruh diet pada gigi
 Perencanaan perawatan yang komprehensif dan jadwal kesehatan mulut secara periodik
 Merujuk pasien ke profesional kesehatan yang sesuai jika diperlukan intervensi

Rekomendasi AAPD untuk Rumah Gigi

1. AAPD mendorong orang tua dan penyedia layanan kesehatan lainnya untuk membantu
setiap anak membentuk rumah gigi di usia 12 bulan.
2. Rumah gigi harus memberikan:
a. Perawatan kesehatan mulut yang komprehensif termasuk perawatan akut dan layanan
pencegahan
b. Penilaian yang komprehensif terhadap penyakit dan kondisi mulut
c. Program kesehatan gigi pencegahan yang disesuaikan untuk masing-masing individu
berdasarkan penilaian risiko karies dan penilaian risiko penyakit periodontal.
d. Pedoman antisipatoris tentang masalah pertumbuhan dan perkembangan (contoh:
tumbuh gigi, kebiasaan mengulum jari atau dot)
e. Rencana untuk trauma gigi akut
f. Informasi tentang perawatan yang sesuai untuk gigi dan gingiva anak. Hal ini meliputi
pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit pada jaringan yang mendukung dan
mengelilinginya dan pemeliharaan kesehatan, fungsi, dan estetika struktur dan
jaringan.
g. Konseling diet
h. Rujukan ke spesialis lainnya ketika rumah gigi tidak dapat memberikan perawatan
secara langsung
i. Pendidikan tentang rujukan masa depan ke dokter gigi haru diketahui dan diterima
dengan baik oleh orang dewasa ketika mengalami masalah kesehatan mulut untuk
melanjutkan perawatan kesehatan mulut; rujukan ditentukan oleh pasien, orang tua,
dan dokter gigi pediatrik.
3. AAPD menganjurkan adanya interaksi dengan program intervensi, sekolah, program
pendidikan anak usia dini dan perawatan anak, anggota komunitas medis dan kesehatan
gigi, serta lembaga swasta dan umum lainnya untuk memastikan kesadaran terhadap
masalah kesehatan mulut usia tertentu.
Pedoman Antisipatoris

Pedoman antisipatoris didefinisikan sbeagai konseling proaktif antar orang tua dan pasien
tentang perubahan perkembangan yang akan terjadi pada jeda antara kunjungan supervisi
kesehatan yang berisi informasi tentang perawatan harian khususnya untuk menghadapi jeda
kunjungan tersebut.

Pedoman antisipatoris harus sesuai dengan penilaian risiko. Singkatnya, pedoman


antisipatoris merupakan peringatan atau pedoman bagi orang tua dan anak bahwa sang anak
rentan terhadap perkembangan penyakit karena adanya faktor risiko dan juga
memberitahukan dan membimbing orang tua tentang metode untuk mencegah penyakit di
masa depan.

Ruang lingkup pedoman antisipatoris dapat mencakup penyakit/gangguan rongga


mulut seperti karies, luka, kebiasaan, dsb.

Instruksi Kesehatan Mulut sebagai Bagian dari Pedoman Antisipatoris

Untuk Ibu/Pengasuh

 Kesehatan mulut: Menggosok gigi dan flossing oleh ibu setiap hari
 Diet: Pendidikan diet/pola makan untuk orang tua
 Fluor: Menggunakan pasta gigi berfluorida dan berkumur setiap malam dengan sodium
fluorida 0,05% bebas alkohol untuk mengurangi tingkat plak dn membantu
remineralisasi enamel
 Pengangkatan karies: Perawatan gigi secara profesional yang rutin untuk ibu dapat
membantu para ibu menjaga kesehatan mulut secara optimal dan meminimalisir potensi
transfer MS ke bayi, sehingga mengurangi risiko bayi menderita ECC.
 Penundaan kolonisasi: Pendidikan untuk orang tua, terutama ibu untuk menghindari
perilaku berbagi air ludah (contoh: berbagi sendok dan peralatan lainnya, berbagi gelas,
membersihkan dot atau mainan yang jatuh dengan mulut) dapat mencegah kolonisasi
awal dari mutan Streptococcus pada mulut bayi. Hal ini juga dapat dilakukan dengan
menyarakan pada ibu untuk menggunakan permen karet xylitol. Telah terbukti bahwa
permen karet ini dapat mengurangi tingkat mutan Streptococcus dan mencegah transmisi
bakteri-bakteri tersebut.

Untuk Anak
 Kesehatan mulut: Langkah-langkah kesehatan mulut harus dilakukan tidak lebih dari
pertama kali gejal tumbuh gigi muncul. Membersihkan gigi bayi segera setelah gigi
tumbuh dengan kain bersih atau sikat gigi lembut akan membantu mengurangi kolonisasi
bakteri. AAPD (2010) merekomendasikan gigi anak-anak harus disikat dua kali sehari
dengan pasat gigi berfluorida dan menggunakan sikat gigi lembut sesuai dengan umur
anak. “Olesan tipis” pasta gigi direkomendasikan untuk anak-anak di bawah umur 2
tahun, sedangkan pasta gigi “seukuran kacang” direkomendasikan untuk anak-anak umur
2-5 tahun.
 Flossing harus dimulai ketika permukaan gigi yang bersambung tidak dapat dibersihkan
dengan sikat gigi.
 Konseling diet: praktik pola makan berisiko tinggi mulai muncul sejak dini,
kemungkinan sedari umur 12 bulan, dan biasanya dilanjutkan sampai awal masa kanak-
kanak. Seringnya pemberian makan melalui botol di malam hari, penggunaan cangkir
tanpa tumpahan atau cangkir pelatihan untuk balita yang berkepanjangan, seringnya
konsumsi camilan atau minuman yang mengandung karbohidrat terfermentasi
meningkatkan risiko karies anak.
 Fluorida: fluorida yang digunakan secara profesional atau agen lainnya yang membantu
remineralisasi seperti Kasein Fosfopeptida (CPP) dapat dipertimbangkan untuk diberikan
kepada anak-anak yang berisiko tinggi terhadap karies berdasarkan penilaian risiko
karies.
 Pencegahan luka: konseling pencegahan luka sesuai umur untuk trauma orofasial harus
dilakukan.
 Kebiasaan non-nutritif: kebiasaan oral non-nutritif (contoh: menghisap jari atau dot,
bruxism, mengeluarkan lidah secara abnormal) dapat mendorong struktur gigi dan
dentoalveolar. Pentingnya pembahasan kebutuhan akan menghisap tahap awal dan
kebutuhan menyapih bayi dari kebiasaan-kebiasaan tersebut sebelum terjadinya
maloklusi atau displasia skeletal.

Perawatan Kesehatan Mulut untuk Dewasa

AAPD mengakui adanya kebutuhan yang berbeda dari pasien dewasa karena:

1. Tingkat potensi karies tinggi


2. Peningkatan risiko luka traumatis dan penyakit periodontal
3. Kecenderungan kebiasaan nutrisi buruk
4. Peningkatan hasrat dan kesadaran estetik
5. Kompleksitas perawatan kombinasi ortodontik dan restoratif
6. Fobia dokter gigi
7. Potensi konsumsi tembakau, alkohol, dan obat-obatan lainnya
8. Kehamilan
9. Gangguan makan
10. Kebutuhan sosial dan psikologis khusus

Dengan demikian, kebutuhan kuat berdasarkan instruksi perawatan mulut harus


diberikan kepada para remaja. Seringnya pemberian evaluasi dan motivasi juga penting
dilakukan (Tabel 7.2).

Tes Aktivitas Karies

Aktivitas karies didefinisikan sebagai kecepatan gigi dihancurkan oleh karies, meliputi lesi
karies baru dan perluasan gigi berlubang yang telah ada selama periode tertentu. Analisis
akurat dari aktivitas ini sangat penting untuk perencanaan perawatan, pemilihan bahan
restoratif, pencabutan gigi, dan pelaksaan prosedur pencegahan.

Persyaratan Ideal untuk Tes Aktivitas Karies

 Harus memiliki dasar teoritis yang sehat


 Menunjukkan korelasi maksimal dengan status klinis
 Harus akurat dengan hasil duplikasi
 Sederhana
 Tidak mahal
 Membutuhkan waktu pelaksanaan yang tidak lama
 Harus valid, dapat dipercaya dan akurat.

Beberapa Tes Aktivitas Karies

1. Jumlah koloni laktobasilus


2. Tes Snyder
3. Tes reduktase saliva
4. Metode pisau lidah saliva
5. Tes aktivitas karies pesat dengan disk resazurin.

Jumlah Koloni Laktobasilus


 Diperkenalkan oleh Hadley pada tahun 1933
 Tes ini menghitung jumlah bakteri acidogenic dan aciduric pada saliva pasien, dengan
menghitung jumlah koloni yang muncul pada piringan agar peptone tomat atau medium
Rogasa.
 Saliva diambil setelah pasien mengunyah parafin sebelum sarapan.
 Saliva diencerkan dengan perbandingan 1:100
 0,4 ml dari saliva yang diencerkan tersebut dioleskan pada permukaan piringan agar dan
diinkubasi pada suhu 37oC selama 3-4 hari
 Jumlah koloni dihitung menggunakan penghitung Quebec

Kerugian

 Diperoleh hasil setelah beberapa hari


 Penghitungan koloni merupakan proses yang menjemukan
 Membutuhkan peralatan yang kompleks dan personel yang sudah mendapatkan pelatihan
bakteriologi
 Biaya mahal
 Dibutuhkan pengulangan sampel

Tes Snyder

 Tes ini mengukur kecepatan formasi asam, ketika sampel saliva terstimulasi
diinokulasikan ke dalamagar glukosa yang pH-nya disesuaikan menjadi 4,7-5 dan
menggunakan hijau bromocresol sebagai indikator warna.
 Saliva dikumpulkan dan dikocok secara cepat selama 3 menit.
 0,2 ml bagian diambil dengan pipet dan dimasukkan ke dalam tabung agar dan dicampur
 Agar dibiarkan mengeras dan diinkubasi pada suhu 37oC.
 Perubahan warna pada indikator diobservasi setelah 24, 48, dan 72 jam.

Kelebihan

 Sederhana
 Membutuhkan peralatan sederhana
 Biaya sedang
 Menemukan korelasi tinggi antara tes Snyder dan tes jumlah laktobasilus dan aktivitas
karies klinis.
Tes Reduktase Saliva

 Tes ini mengukur reduktase enzim pada saliva


 Tes ini mengukur tingkat perubahan pewarna indikator, warna biru diazoresorsinol
menjadi merah kemudian menjadi tak berwarna ketika tereduksi oleh flora saliva yang
sudah dicampur.
 Sampel dicampur menggunakan sejumlah tetap diazoresorsinol dan perubahan warna
dicatat setelah 30 detik dan 15 menit.

Metode Pisau Lidah Saliva

 Tes ini memperkirakan jumlah S. Mutan dalam campuran saliva terstimulasi parafin,
ketika dikulturisasi pada medium agar Mitis Salivaris Bacitracin (MSB).
 Pasien mengunyah lilib parafin selama 1 menit untuk memindahkan mikroorganisme
plak ke dalam saliva.
 Kemudian, subyek diberi pisau lidah yang steril, memutarnya di dalam mulut selama 10
kali sampai kedua sisi pisau terlumuri dengan baik. Kelebihan saliva diambil dengan
menarik pisau lidah melalui bibir yang terkatup.
 Kedua sisi pisau lidah ditekan ke medium agar MSB di sebuah cawan petri. Kemudian
diinkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam.
 Jumlah > 100 unit pembentuk koloni. CFU dengan metode ini dikatakan proporsional
ketika lebih besar dari 106 CFU S. mutan per ml saliva dengan metode konvensional.

Tes Aktivitas Karies Pesat dengan Disk Resazurin

 Metode ini memiliki karakteristik reaksi waran yang berkembang dalam waktu 15 menit
pada suhu 32-37oC.
 Warna pada disk berubah dari biru menjadi violet kebiruan, violet kemerahan, dan
kemudian menjadi merah atau tidak berwarna.
 Disk resazurin sangat sensitif terhadap mikroorganisme gram +ve seperti S. mutan, S.
mitis, kelompok laktobasilus dan actinomyces.
 Perubahan warna terjadi karena reaksi kimia (reaksi oksidasi-reduksi) dan bukan sebuah
efek pH.

PENDIDIKAN KESEHATAN
Istilah ini berasal dari bahasa Latin ‘educare’ yang berarti untuk membawa dan untuk
memimpin.

Pendidikan kesehatan gigi merupakan sebuah bagian integral dari pendidikan


kesehatan umum. Sehingga, pencapaian tujuan kesehatan gigi membutuhkan penerapan
prinsip-prinsip dan proses yang efektif pada aspek lain pendidikan kesehatan.

Pencapaian tingkat tujuan pendidikan kesehatan gigi ditentukan oleh rangkaian faktor
yang saling berhubungan, yaitu:

1. Aksesibilitas layanan kesehatan gigi dan pendapat yang dipercaya oleh individu.
2. Kemampuan ekonomi untuk melaksanakan tingkat perawatan kesehatan gigi yang
disarankan.
3. Penerimaan praktik kesehatan gigi yang disarankan dalam hal kebiasaan, tradisi, dan
kepercayaan individu, keluarga, dan kelompok.
4. Sejauh mana orang-orang telah memiliki pengalaman pembelajaran yang dibutuhkan
untuk memahami atau menginginkan manfaat dari kebiasaan kesehatan gigi yang baru
atau termodifikasi dan perilaku ini biasanya membutuhkan pengorbanan individu yang
cukup besar akan keuangan, sosial atau psikologis.

Definisi

Pendidikan kesehatan didefinisikan sebagai “sebuah proses yang memberi informasi,


memotivasi, dan membantu orang-orang untuk menggunakan dan menjaga praktik dan gaya
hidup sehat, mendukung perubahan lingkungan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
tersebut dan melaksanakan pelatihan dan penelitian profesional untuk tujuan yang sama.”

Tujuan Pendidikan Kesehatan

1. Memberi informasi kepada orang-orang


- Mengenai pengetahuan ilmiah tentang pencegahan penyakit dan promosi kesehatan
- Hal ini akan menghilangkan batasan ketidakpedulian, prasangka, dan kesalahpahaman
orang-orang tentang kesehatan dan penyakit
2. Memotivasi orang-orang
- Hanya mengatakan kebenaran tidaklah cukup
- Harus memotivasi orang-orang untuk mengubah gaya hidup yang sesuai
3. Memandu orang-orang untuk bertindak
- Membantu orang-orang menggunakan layanan kesehatan yang tersedia secara arif dan
bijaksana
- Pendidikan kesehatan berperan sebagai perekat yang menguatkan konstruksi program
kesehatan.

Pendekatan terhadap Kesehatan Publik

1. Peraturan
- Promosi kesehatan, dilaksanakan melalui penegakan hukum
- Kurang berhasil mengubah kebiasaan dalam jangka waktu lama
- Membutuhkan perangkat administratif yang luas
2. Layanan
- Bertujuan menyediakan semua fasilitas kesehatan
- Ketika ‘rasa kebutuhan’ tidak terbentuk maka ini adalah sebuah kegagalan
3. Pendidikan
- Meliputi motivasi, komunikasi, dan pembuatan keputusan
- Lambat tapi hasil permanen dapat dicapai

Langkah-langkah Penerapan Ide dan Praktik Baru

1. Ketidaksadaran: Individu kurang pengetahuan


2. Kesadaran: ingin mengetahui tentang penyakit dan pencegahannya
3. Ketertarikan: Mencari informasi yang lebih detail
4. Evaluasi: Mempertimbangkan pro dan kontra
5. Uji coba: Keputusannya dilaksanakan
6. Penerapan: Memutuskan bahwa praktik baru tersebut bagus dan melaksanakannya.

Komunikasi dalam Pendidikan Kesehatan

Tujuan dari komunikasi adalah untuk menyampaikan informasi dari satu orang ke orang
lainnya dengan harapan membawa perubahan perilaku.

Elemen Kunci dalam Komunikasi

1. Komunikator: Orang yang mengedukasi


2. Pesan: Pengetahuan atau informasi
3. Peserta: Orang-orang yang diedukasi
4. Saluran komunikasi atau alat bantu yang digunakan untuk berkomunikasi: Bisa berupa
alat bantu audio (perekam, mikrofon, dsb), alat bantu visual (papan tulis, poster, dan
sejenisnya, serta proyektor, film, dsb) atau kombinasi dari keduanya.

PENILAIAN, ANALISA DAN KONSELING DIET

Meliputi langkah-langkah yang dilakukan untuk mengevaluasi diet pasien dan menerapkan
kebiasaan diet yang sudah dimodifikasi.

Penilaian Kebiasaan Diet

Pengumpulan informasi tentang konsumsi makanan dan kebiasaan diet penting dilakukan
ketika menghubungkan diet dengan meratanya atau munculnya karies.

Berbagai Metode yang Dilakukan untuk Pengumpulan Informasi

A. Lembar neraca makanan


B. Catatan makanan dan perkiraannya
C. Metode pengukuran dan teknik duplikasi porsi makanan
D. Metode wawancara
E. Kuisioner

Pemilihan metode sangat dipengaruhi oleh tujuan studi. Penilaian diet dapat dilakukan
terhadap pasien individu atau sekelompok orang.

Lembar neraca makanan (hanya digunakan untuk penilaian kebiasaan pola makan pada
populasi tertentu): merupakan sebuah perkiraan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh
sebuah populasi pada waktu tertentu, dinyatakan sebagai konsumsi per kapita per tahun. Data
ini diperoleh dengan membagi total jumlah makanan dengan total jumlah populasi suatu
negara dan menghubungkannya dengan frekuensi karies dan konsumsi gula.

Kelebihan: memberikan total gambaran suatu negara, efektif untuk memformulasikan


program makanan nasional.

Kerugian: reliabilitas data berbeda untuk tiap negara dan data ini hanya menunjukkan jumlah
makanan yang tersedia dan tidak dikonsumsi karena sisa makanan tidak dihitung. Tidak
berguna untuk penilaian individu.

Catatan makanan dan perkiraannya: metode ini jumlah makanan yang dikonsumsi dicatat
(Tabel 7.3) selama periode waktu tertentu (3-7 hari termasuk akhir pekan). Dapat digunakan
untuk kelompok dalam sebuah institusi, keluarga atau individu. Setiap orang harus mencatat
semua jumlah makakan yang dikonsumsi selama 3-7 hari termasuk akhir pekan. Jumlah gula
yang terkandung dalam makanana juga harus dicatat secara khusus.

Kelebihan: dapat diperoleh sampel besar dan murah serta tidak perlu mengadakan pelatihan
untuk pesertanya.

Kerugian: tidak mewakili sepekan yang biasa, bias oleh tiap individu, fakta bahwa seseorang
selalu mencatat makanannya dapat mengubah kebiasaan makan dan keakuratan bergantung
pada reliabilitas data.

Metode pengukuran/teknik duplikasi porsi

Metode ini disebut juga sebagai metode resep atau metode porsi ganda. Porsi yang sama
dengan yang dikonsumsi dikumpulkan dari tiap subyek dan kemudian dianalisa oleh
investigator. Makanan yang dikonsumsi di luar rumah juga harus dihitung. Kemudian
ditimbang.

Kelebihan: lebih akurat.

Kerugian: terbatasnya ukuran sampel, banyak kerja yang harus dilakukan dan biayanya
tinggi.

Metode wawancara

Ada dua variasi:

a. Mengingat Diet – mengingat makanan yang dikonsumsi selama 1-2 hari (1 hari atau 24
jam).
b. Riwayat diet – pertanyaan dibuat tentang pola dan kebiasaan makanan secara umum
selama periode tertentu, bisa 1 tahun atau lebih.

Kelebihan: dapat memperoleh sampel besar dengan waktu yang sedikit, murah dan mungkin
dilakukan komunikasi langsung.

Kerugian: perilaku pewawancara sangat penting dalam pembuatan keputusan dan riwayat
satu hari tidak menggambarkan data yang tepat.

Kuisioner
Mirip dengan wawancara, tetapi tidak ada pewawancara. Individu diberi kuisioner yang harus
dilengkapi dengan tanda centang atau jawaban. Tetpai hal ini hanya mencatat item-item
dalam kuisioner saja dan item lainnya mungkin tidak masuk di dalamnya.

Tujuan Diet pada Modifikasi

1. Pembatasan frekuensi antara makan dan camilan.


2. Mengurangi konsumsi gula samapi maksimum 10% dari total energi yang dibutuhkan,
dan meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung pati dan serat.
3. Menghindari produk yang mengandung konsentrasi gula tinggi dan harus dikonsumsi
lama dalam mulut seperti permen dan manisan atau setidaknya membatasi konsumsi ini
untuk sekali dalam seminggu.
4. Menggunakan pengganti gula.
5. Loka karya nasional IDA pada tujuan kesehatan mulut untuk India dan strategi untuk
mewujudkannya dengan 2000 AD konsumsi gula tidak lebih dari 10 kg/orang/tahun.

Konseling Diet

Pada beberapa pasien, kebiasaan diet tunggal dapat menjelaskan tingginya tingkat aktivitas
karies, seperti frekuensi memakan permen atau makan camilan di malam hari dan hal ini
dapat dengan mudah diperbaiki. Pada pasien lainnya, ditemukan situasi makan yang
kompleks. Pola makan dapat dikarakterisasikan melalui konsumsi camilan tanpa rasa
kenyang yang nyata atau asupan nutrisi yang tepat. Dalam kasus seperti ini dibutuhkan
perubahan perilaku dasar.

Perubahan perilaku dipengaruhi oleh fakta bahwa manusia merupakan makhluk


neofobia. Sehingga, perubahan harus dilakukan secara perlahan dan bertahap. Saran yang
diberikan harus sesuai dengan lingkungan rumah, agama, status keuangan, pengobatan
pasien, gangguan metabolisme, dsb.

Tiga Tahapan Dasar Perubahan Perilaku

1. Tahap kontemplasi – pasien memeperoleh pemahaman bahwa faktanya kebiasaan


makannya dapat dihubungkan dengan penyakit dan hal ini harus diubah.
2. Tahap perubahan perilaku.
3. Tahap mempertahankan.

Bidang yang Berpengaruh untuk Mempromosikan Modifikasi Perilaku Diet/Pola Makan


 Hukum dan peraturan
 Norma dan nilai budaya – menggunakan sosok terkenal atau nilai dari senyuman yang
menarik
 Pendidikan, untuk mewujudkan kesadaran
 Produksi makanan – pengurangan produksi dan penjualan makanan kariogenik
 Ketersediaan makanan – membuat pilihan lebih sehat sebagai pilihan yang lebih mudah
 Meningkatkan status sosio-ekonomi
 Media – melalui iklan
 Penilaian dan konseling diet

Modifikasi diet identik dengan pembatasan masukan gula. Tetapi pendekatan seperti
ini hanya menarik sedikit pengikut dan tidak praktis untuk skala kesehatan publik.
Pendekatan yang lebih pragmatis untuk mendorong penggunaan pengganti gula harus
dilakukan melalui penggunaan pemanis hipoasidogenik dan non-asidogenik.

Xylitol merupakan salah satu pendekatan diet yang menjanjikan. Permen karet xylitol
telh diketahui dapat mengurangi level S. mutan dengan mengubah jalan metabolismenya.
Xylitol juga meningkatkan remineralisasi dan menghentikan karies dentin. Sejumlah strategi
efektif yang potensial juga telah dilakukan seperti penggunaan pengawet yang ditambah
dengan peningkatan aktivitas antibakteri dengan menggunakan penghambat alami
demineralisasi seperti berbagai fosfat, komponen seperti oat dan kacang pecan polifenol
(ditemukan dalam cokelat) dan keju serta produk susu sapi lainnya.

Makanan dengan Potensi Kariogenik Rendah

 Kandungan protein tinggi relatif


 Kandungan lemak sedang untuk memudahkan ditelan
 Konsentrasi minimal dari karbohidrat terfermentasi
 Kapasitas buffering yang kuat
 Kandungan mineral tinggi
 pH > 6,0
 kemampuan untuk menstimulasi aliran saliva

Agen Remineralisasi

1. Fluorida: dijelaskan secara detail di bab selanjutnya


2. Kasein Fosfopeptida
3. Novamin
4. Hidroxyapatite
5. LASER

Kasein Fosfopeptida (CPP)

Kasein Fosfopeptida dapat digunakan sendiri atau sebagai CPP-ACP (Kasein Fosfopeptida
dengan kalsium fosfat amorf) atau CPP-ACFP (Kasein Fosfopeptida dengan kalsium fluorida
fosfat amorf). Zat-zat ini berasal dari kasein yaitu sebuah protein susu. CPP-ACP telah
menunjukkan pengurangan demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi lesi karies sub-
permukaan enamel. Fungsi utama Kasein Fosfopeptida untuk memodulasi bioavailabilitas
tingkat kalsium fosfat dengan menjaga fosfat ionik dan kejenuhan kalsium untuk
meningkatkan remineralisasi. ACP juga berperan untuk mengontrol pengendapan CPP
dengan ion kalsium dan fosfat. Kelebihan CPP-ACFP yaitu ketersediaan kalsium dan fosfat
dalam satu produk. Tiap molekul CPP dapat mengikat 25 ion kalsium, 15 ion fosfat, dan 5
ino fluorida. CPP juga dipercaya memiliki antibakteri dan efek buffering terhadap plak dan
juga menghalangi pertumbuhan dan penyebaran S. mutan dan S. sobrinus. CPP-ACP yang
dikombinasikan dengan fluorida memiliki efek aditif terhadap aktivitas karies. Penambahan
CPP-ACP pada minuman ringan dengan kecenderungan untuk demineralisasi sebenarnya
mengurangii kapasitas erosi minuman ringan. CPP-ACP juga telah ditambahkan pada pasta
gigi, obat kumur, permen karet, lozenges.

NovaMin

NovaMin (Kalsium Natrium Fosfosilikat) merupakan produk merek dagang dari NovaMin
Technology Inc. (NTI). Ini merupakan sebuah gelas bioaktif yang tersusun dari mineral yang
terbentu secara alami dalam tubuh dan bereaksi ketika kontak dengan air, saliva, atau cairan
tubuh lainnya. Reaksi ini melepaskan ion kalsium, fosfor, sodium, dan ion silikon yang
menghasilkan pembentukan kristal apatit hidroksikarbonat (HCA) baru.

Hydroxyapatite

Nano-kristal hydroxyapatite terkarbonasi, dengan ukuran, morfologi, komposisi dan


kristalinitas kimia yang sebanding dengan dentin, dikatakan dapat me-remineralisasi enamel,
sehingga bermanfaat dalam mengelola karies gigi. Konsentrasi 10% nano- hydroxyapatite
optimal untuk remineralisasi karies enamel awal. Ini telah digunakan dalam pasta gigi
(sebagai isian) dan sealan lubang dan celah. Kristal hydroxyapatite secara efektif dapat
menembus tubulus dentin dan menutupnya. Kristal hydroxyapatite ini dapat menutup
pembuka tubular dentin dengan sumbatan dalam waktu 10 menit dan regenerasi lapisan
mineral permukaan.

Laser

Kemampuan laser untuk mengubah permukaan email dan meningkatkan ketahanannya pada
tantangan asam dimanfaatkan. CO2 laser diserap secara efisien oleh mineral gigi dan berubah
dengan cepat menjadi panas dan membentuk keramik seperti permukaan yang sangat tahan
terhadap serangan asam. Penanganan Laser menjadi sangat berguna untuk pengobatan
permukaan lubang dan celah. Laser Nd: YAD juga telah digunakan untuk penggoresan email
tanpa resiko iritasi pulpa.

Terapi Ozon

Ozon merupakan senyawa kimia yang mengandung atom oksigen (o3 – oksigen triatomik.
Terapi ozon telah terbukti efektif pada penanganan pencegahan karies gigi. Ini biasanya
dianjurkan dokter gigi untuk sterilisasi gigi berlubang, saluran akr, kantong periodontal dan
lesi herpes. Ini menghalangi dengan metabolisme sel bakteri, kemungkinan besar dengan
mengalangi dan memblok operasi pada sistem kontrol. Jumlah yang cukup pada oksigen
triatomik menerobos membran sel dan ini menuju ke penghancuran bakteri. Saluran terapi
ozon merangsang reminelarisasi pada lubang yang baru jadi mengikuti penanganan dalam
waktu kisaran enam sampai delapan minggu.

PENUTUP PIT DAN FISUR

Anatomi pit dan fisur pada gigi telah lama dikenal sebagai daerah berkelanjutan untuk
permulaan lubang gigi. Robertson menulis tahun 1835 bahwa potensi lubang secara langsung
berhubungan dengan bentuk dan kedalaman pit dan fisur. GV Black menjelaskan bahwa
43%-45% lubang/caries terjadi pada permukaan oklusal. Sisa-sisa potongan makanan tetap
dalam tempat fisur tanpa memperhatikan upaya profilaksis (pencegahan penyakit.

Survey Pengujian Kesehatan Nasional Dan Gizi (NHANES III) yang dilakukan tahun
1988-1991 menunjukan bahwa lubang lubang aklusal tercatat 56% lubang pada anak-anak
dan remaja, dibandingkan dengan 32% karies buccal atau 12% pada karies proximal.
Penurunan lubang sekitar 92% tercapai jika pentup/sealant tetap utuh diatas pit dan
fisur untuk waktu 5 tahun. Flour menggunakan kelembutan permukaan dimana
sealant/penutup mencegah lubang fisur, karenanya memberikan semua proteksi. Ini karena
pada permukaan yang halus setidaknya 1 mm pada email ditemukan superfisial pada
persimpangan dentinoenamel. Sebaliknya pada dasar fisur, yang mungkin dekat atau
sebenarnya dalam dentin. Karena karies email bisa diremineralisasi oleh fluor, manfaat fluor
yakni untuklebih melembutkan permukaan caries dan juga Fluor mungkin tidak mampu
meraih pit dan fisur yang lebih dalam.

Sejarah/Riwayat

Hyatt, 1924 pertama kali dianjurkan pada istilah “Penangkal Odontotomi” dan dipublis sama
tahun 1923. Dia menganjurkan mengisi fisur pada gigi dengan perak atau tembaga semen
oksifosfat secepat mungkin gigi tererupsi dan seletahnya, saat gigibenar-benar tererupsi ke
dalam rongga mulut rongga aklusal kecil disiapkan dan diisi dengan campuran perak.

Bodecker, 1929 menjelaskan pelebaran fisur secara mekanik sehingga fissur kurang
tanggapt untuk partikel makanan dan menyebutnya dengan ‘Penghancuran Fissur”

Gore, 1939 menggunakan polimer sebagai sealant. Dia menggunakan selulosa nitrat
dalam pelarut organik untuk mengisi permukaan email dibuat poros oleh tindakan asam pada
saliva.

Buonocore, 1955 mengobservasi bahwa alat tambahan akrilik resin pada permukaan
gigi sangat ditingkatkan setelah penanganan email dengan konsentrasi cairan asam fosforik.

Bowen, 1962 menggunakan BISGMA, namun itu terlalu kental dan memerlukan
pengenceran dengan monomer.

Roydhouse, 1968 menggunanakan BISGMA monomer menggunakan MMA


sebabagai pengencer bersama dengan peroksida amina pada lubang selama 3 tahun.

Buonocore , 1970 memanfaatkan sistem yang sama namun digunakan pada ultraviolet
sensitif inisiator polimerisasi (benzoin methyl ether).

Kebutuhan Bahan yang Digunakan sbagai Penutup Pit dan Fissur


 Penyerapan dan daya laut air yang dikurangi
 Kekerasan dan ketahanan abrasi setelah pengobatan.
 Kekuatan, kerasnya permukaan dan stabilitas dimensional yang cukup, dll
 Aliran yang baik
 Pengaturan dalam waktu yang singkat yang sesuai dan waktu kerja yang memadai
 Konduktifitas termal yang sama seperti gigi
 Kekuatan tulang yang baik dengan email
 Iner seara kimia, antikariogenik, dll
 Keringanan yang rendah
 Penyusutan polimerisasi yang dikurangi

Bahan yang Digunakan Sebagai Sealant

1. Cyanoacrylates:

 Ditemukan di akhir 1950an


 Digunakan sebagai perekat bedah dan sealant gigi
 Adanya jejak kelembapan yang mereka polimeisasi dengan cepat menjadi keras dan
polimer yang rapuh pada permukaan gigi yang tergores.

Daya tahan mekanis tidak memuaskan dan tidak biodegradable. Hidrolisisuntuk bahan
racun berpotensi terjadi, karena metril sianoakrilat mulanya digunakan. Ini hkemudian
diganti oleh butil and isobutil ester yang dianggap lebih stabil.

2. Poliuretan

 Contonhnya, epoxilite (mengandung 10% sodium momoflur fosfat denga cairan


poliuretab and menmanfaatkan asam sitrat sebagai etchant)
 Secara umum tidak digunakan karena properti mekanis yang buruk dan daya tahan
mulut dan toksisitas.

3. dimethacrylates

 MMA sangat volatil dan kurang penetrasi


 Enamit, sealant baru memanfaatkan sistem MMA-PMMA diinisiasi oleh boron butil.
Ini mengikat lebih baik dan kurang terpengaruh dengan pencelupan di air
 BISGMA merupakan cairan amber kental pada volalitas rendah diencerkan dengan
MMA (rasio 3:1) untuk digunakan sebagai sealant.
4. ionomer kaca

 Dikembangkan oleh McLean dan Wilson


 Hidrofilik, adhesi yang baik, biokompatibel, pelepasan fluor. Ini merupakan manfaat
yang ditambahkan secara rutin digunakan resin BIG GMA. Flour yang terlepas
memperbaiki resistensi karies, meremineralisasi email karies dan juga mengubah
adhesi bakteri
 Digunakan untuk fisur yang lubangnya melebihi 100 um.
 Tingkat penyimpanan jangka panjang, memakai resistensi kaca ionomer semen
dipertanyakan
 Karena ini merepakan teknik yang kurang sensitif daripada sesin, mereka
merekomendasikan sebagai sealant sementara dalam gigi erupsi yang tidak lengkap
pada anak-anak yang pemisahannya sangat sulit tercapai.

5. Fluor melepaskan sealant resin:

 Dengan kemunculan baru-baru ini pafa flour melepas sealant, ini lebih mudah
bagi flour untuk mencapai email lebih dalam
 Mereka menigkatkan tingkat fluor sampai 3500 ppm dalam lapisan email yang
dalam
 Uretan yang dimodifikasi-BIS-GMA resin digunakansebagai fluor yang
melepaskan sealant.
 Menggabungkan fluor tidak mengubah sifat resin

Klasifikasi pada Sealant BIS GMA

1. Berdasarkan metode pengobatan

generasi pertama: polimerisasi dengan cahaya ultraviolet pada panjang gelombang


350 nm. menyerap sinar UV secara berlebihan dan mencegah polimerisasi lengkap
pada sealant. Intensitas sinar dibedakan dari lampu ke lampu.

Generasi kedua: sembuh sendiri atau sembuh secara kimiawi. Kebanyakan tidak diisi.
Bisa transparan, buram dan berwarna. Diisi penggunaan resin yang ditambahkan dan
resistensi penyerapan dibandingkan resin yang tidak diisi
Generasi Ketiga: cahaya yang tampak sembuh pada panjang gelombang 430 – 490.
Mungkin tidak diisi (biasaya putih) atau diisi (biasanya bersih).

2. Berdasarkan adanya Filter

Tidak diisi – aliran yang lebih baik

Semidiisi – kuat dan tahan untuk digunakan

3. berdasarkan warna

Buram – untuk identifikasi yang mudah

Jelas – sulit dideteksi

Buram – untuk indentifikasi yang mudah)

Pink (Fuji VII, GC Company) – pelepasan fluor yang lebih baik

Resin yang lebih baru tersedia yang merubah warna mengikurti polimerisasi. Clinpro
sealant (3M ESPE) merupakan salah satu sealant fisur dan pit yang berwarna pink dan
mengubah putih natural pada polimerisasi

Ciri BIS-GMA

Biokompabilitas

 Tidak mengiritasi jaringan


 Reaksi alergi harus diwaspadai
 Permukaan terkelupas mungkin mendorong akumulasi plak dan mendorong lubang
dan pewarnaan

Kemudahan Manipulasi

 Hasil yang baik tergantung pada karakteristik manipulasi seperti proporsi,


pencampuran, waktu kerja, metode penempatan, teknik polimerisasi dan pengaturan
waktu. Jika tidak dikontrol dengan baik ini mungkin menjadi ikatan antar muka yang
buruk dan kekuatan resin yang rendah. Waktu penyembuhan 90-180 deti dan waktu
kerja ke 2/3 waktu penyembuhan.
Viscositas dan Penetasi

 Biasanya digunakan untuk mengisi fisur yang lebar dan dangkal tapi bukan fisur
yang sempit dan dalam, karenanya viscositas disukai. Namun kerugianya bahwa
aliran bahan berhenti dari permukaan khususnya rahang atas
 Ditemukan bahwa bahkan fisur yang sempit bisa diisi secara lengkap dengan sealant
yang memiliki koefisien yang tinggi pada penetrasi sepanjang itu diaplikasikan pada
tepi proximal pada permukaan oklusal dan dibiarkan mengalir ke lain tepi.

Stabilitas Dimensional

 Volalitas, penyusutan polimerisasi dan konsentrasi termal mempengaruhi penempatan


dan penekanan yang dikembangakan yang sebagai gantiya mempengaruhi ciri
mekanis dan daya tahan ikatan
 Tingkat penyusutan penyembuhan dipengaruhi oleh kadar konversi pada monomer ke
polymer.
 Kombinasi panas dan penyusutan polimerisasi mungkin menghasilan tekanan internal
tinggi. Retakan mungkin berkembang dalam lapisan marginal tipis sealant saat
pengerasan.
 Hambatan polimerisasi olleh atmosferik oksigen yang memproduksi lapisan yang
tidak terpolimerisasi monomer pada permukaan bahan resin dan sekeliling permukaan
iterior pada gelembung udara dalam tubuh bahan.

Ciri fisik dan Mekanikal

 Perluasan panas dan kontraksi sebagai hasil makanan panas dan dingin mempengaruhi
stress yang dihasilkan pada antarmuka dengan email
 Ini juga dipengauhi oleh penyerapan air
 Koefisien pada perluasan pada sealant lebih dari 7-10 kali dibandingkan gigi.

Kebocoran Mikro dan Ketahanan bakteri

 Interface/antarmuka menunjukan kebocoran mikro yang bisa diabaikan setelah 6


bulan
 Keefektifan pencegahan karies pada fissur sealant dikaitkan dengan kombinasi pada
jumlah yang ditambah pada bakteri yang layak dan kurang mencukupi karbohidat
yang difermentasi untuk sisa bakteri untuk mengakumulasi asam pada konsentrasi
kariogenik.
 Juga menemukan hasil bakteriologis negatif setelah 5 tahun fissur sealant.

Langkah-langkah dalam Penempatan Sealant (Gambar 7.17 A sampai G)

1. Propilaksis yang teliti: dioles dengan pasta yang bebas fluor dan gliserin. Aplikasi fluor
membuat permukaan email sulit untuk digores dan gliserin membentuk lapisan tahan pada
permukaan. Gigi harus dicuci dengan teliti untuk menghilangkan yang mengapung dari fisur.

2. goresan asm: menghilangkan hbahan organik dan remahan dari permukaan dan
menghasilkan mikro pori yang monumer bisa masuk. Kadar penggoresan tergantung pada ciri
dan konsentrasi asam, durasi pembukaan, komposisi dan situs email. 30-50% asam ortofosfat
digunakan dalam bentuk cairan untuk 30-60 detik menggunakan sikat rambut warna hitam.
Cairan harus diisi ulang jika itu mengalir dari permukaan. Penggoresan membiarkan sealant
untuk memasuki sekitar 50 um kedalaman email. Cairan etchant disarankan karena masuk
lebih baik ke alur yang dalam dibandingkan gel.

3. berkumur: permukaan gigi dikumur dengan seksama selama 30 detik dengan udara bebas
minyak dan air.

4. Penempatan bahan: beberapa penulis merekomendasikan penempatan pada agen ikatan


lebih dulu untuk penempatan bahan sealant. Namun pemeliharaan berlu diberikan untuk
mengisi fisur dan pit dengan ikatan. Sealant fisur diaplikasikan menggunakan sikat rambut
warna hitam dan dipolimerisasi

5. selesai: rasakan dengan lembut hasilnya

Penyimpanan Sealant: nilai penyimpanan untuk sealant yang ditempatkan pada gigi
permanen mulanya dilaporkan lebih tinggi penyimpanan untuk gigi yang rontok. 76%
penyimpanan diobservasi salam geraham primer sampai 2.8 tahun setelah penempatan.
Geraham permanen pertama menunjukan nilai retensi yang berbeda dari 92% setelah 1 tahun
sampai 28% setelah 15 tahun. Meskipun nilai retensi/penyimpanan rendah, tidak ada
peningkatan penting dalam nilai karies.
Alasan untuk perbedaan dihubungkan ke email prosmless pada gigi rontok. Email
prismless merupakan produk pada aktifitas fungsional yang dikurangi slama tahap terminal
pada amelogenesis, yang dihasilkan dalam kurangya formasi batang email selama formasi
email 25 um. Kemudian ditemukan bahwa sejak email prismless terjadi hanya 17% pada gigi
sulung, ini mungkin bukan satu-satunya alasan untuk perbedaan retensisealant yang dikurangi
dan mungkin karena kandungan mineral yang lebih rendah dan volume prisma intenal yang
lebih tinggi.

TEKNIK RESTORATIF ATRAUMATIK

Teknik restoratif atraumatik (ART) merupakan prosedur berdasarkan pada penghilangan


karies struktur gigi menggunakan tangan dan memulihkan rongga dengan bahan restorasi
adhesi. Adanya bahan restoratif pada pilihan merupakan semen glasionomer.

Sejarah

 Penanganan restoratif atraumatik diawali pada pertengahan 1980 di Tanzania.


 Tahun 1991, komunitas ujicoba lapangan memulai di Thailand, membandingkan ART
dengan penanganan tradisional menggunakan alat pengeboran gigi dan campuran.
 komunitas lain dipersiapkan di Zimbabwe tahu 1993.
 Hasil penelitian telah ditunjukan bahwa melalui aplikasi ART, sekitar 85%
penyimpanan satu permukaan pada pertumbuhan permanen akan menjadi baik hingga
3 tahun.
 Penelitian di thailan and Zimbabwe, dan juga komunitas percobaan lain, yang mulai
tahun 1995 di Pkistan, menunjukan bahwa rasa sakit jarang dirasakan dengan
pendekatan ini. Faktanya, jika diterapkan dengan benar ART diterima dengan baik
pada mayoritas pasien.

Keuntungan Teknik Restoratif Atraumatik

1. ART memberikan perhatian pada gigi busuk, yang tidak mengancam, murah, dan bisa
mencegak ekstraksi pada kebanyakan kasus.

2. ART berdasarkan pada pengetahuan modern mengenai teknik intervesi dengan begitu
memerlukan pencabutan gigi yang sedikit.
3. karena bukan prosedur invasif, ada potensi besar untuk penggunaanya pada anak-anak dan
orang dewasa yang takut.

4. ini juga memberikan pilihan restorasi untuk kelompok khusus dalam komunitas, seperti
orang-orang yang cacat secara fisik atau mental panti jompo dan rumah sakit.

IndikasiTeknik Restorasi Traumatik

1. dilakukan dimana tidak ada listrik untuk menjalankan mesin untuk persiapan rongga
seperti di desa terpencil

2. saat banyak orang harus dirawat seperti di pengungsian.

3. area dimana itu sulit untuk mengambil peralatan yang berat karena ketidak leluasaan alam.
Peralatan yang dibutuhkan ART sedikit.

Kontraindikasi pada Teknik Restorasi

1. Adanya abses yang dihubungkan dengan gigi yang disimpan

2. aanya klinik eksposur pulpa.

3. gigi yang sakit lama dan mungkin berhubungan dengan inflamasi kronis pulpa

4. ada rongga karies jelas namun tidak bisa dicapai tangan.

Prinsip Teknik Restoratif Atraumatik

1. menghilangkan gigi karies menggunakan tangan

2. memulihkan rongga dengan bahan restoratif adheres ke permukaaan gigi

Langkah dalam menyiapkan rongga untuk Teknik Retoratif Atraumatic

1. gulungan kaas ditempatkan disamping gigi yang ditangani, ini akan menyerap saliva dan
menjaga gigi tetap kering.

2. plak dan deposit lain dihilangkan dari permukaan gigi dengan butir kapas basah, dan
kemudian permukaan dikeringkan dengan butir kapas kering.

3. luas karies dilihat

4. akses karies dilebarkan dengan menempatkan pisau gigi ke rongga dan menggerakan alat
ke depan dan kebelakang seperti membuka kunci. Pergerakan ini memecah bagian kecil
email karies.
5. dentin karies kemudia dihilangkan dengan penggali dengan membuat pergerakan sendok
melingkar .

6. email yang tidak didukung mungkin ada sangat lemah dan dihilangkan dengan pisau.

7. memulihkan rongga dengan semen ionomer kaca menggunakan teknik tekanan jari.

RESTORASI RESIN pREVENTIF(PRR)/ RESTORASI RESIN ADHESIF


KONSERVATIF

Mungkin ada pit dan fisur yang dalam pada permukaan gigi yang memerlukan terapi sealant.
Dalam situasi ini jika karier ada pada satu area atau bagian pits atau fisur lalu karier
dipulihkan dan sisa pits dan fisur dilindungi dengan sealan. ini dianjurkan sebagai restorasi
resin adhesif/perekat karena kebingungan makna asli dengan sealant pit dan fisur (Gambar
7.18).

Jenis Pencegahan Restorasi Resin

Ada 3 tipe pencegahan restorasi resin berdasarkan perluasan dan kedalaman karies, yakni

Tipe A Restorasi Resin Preventif (Gambar 7.19

Tipe A membandingkan pits dan fissure mencurigakan dimana karies terbatas untuk
email. Bur dengan kecepatan putar lama digunakan untuk menghilangkan didekalsifikasi
email.

Langkahnya:

1. permukaan dibersihkan

2. kapas gulung digunakan untuk pemisahan

3. pits dan fisur yang didelkasifikasi dihilangkan dengan bor menlingkar yang lambat

4. pengolesan gel asam ditempatkan ke seluruh permukaan oklusal semala 60 detik

5. kemudian dicuci 20 detik dan dikeringkan semama 10 detik

6. sealand diaplikasikan hati-hati, mencegah jebakan udara di tempat preparasi.

7. ini dipolimerasi dengan sinar selama 20 detik.

8. oklusi disesuaikan, jika dibutuhkandengan bur


Tipe B Restorasi Resin Preventif (Gambar 7.20)

Tipe B membandingkan luka yang baru jadi memanjang e dentin yang kecil dan terbatas

Langkah-langkah:

1. teliti pada permukaan

2. penempatan bendungan karet

3. pit dan fisur karies dihilangkan dengan bur melingkar yang cepat

4. pengaturan hidroksida kalium yang cepat ditempatkan pada dentin

5. pengolesan asam gel ditempatkan pada seluruh permukaan oklusal selama 60 detik

6. kemudian dicuci 20 detik dan dikeringkan 10 detik

7. ikatan diaplikasikan pada dinding preparat

8.preparat diisi dengan bahan komposit resin

9. bahan sealan yang sisi diaplikasikan pada seluruh permukaan oklusal dan semua
lapisan disembuhkan

10. oklusi disesuaikan dan permukaan diselesaikan dan dipoles.

Tipe C Restorasi Resin Preventif (Gambar 7.12)

Tipe C dicirikan oleh adanya karies dalam dan perlu untuk pengeksploran lebih pada
dentin

1. meneliti permukaan

2, menempatkan bendungan karet

3. pit dan fisur karies dihilangkan dengan bur melengkar kecepatan rendah. Karena ini
melibatkan karies dalam, anastesi lokal mungkin diperlukan.

4. siku-siku putar ditempatkan pada margin cavosurface email pada preparat

5.hidroksida kalsium setting yang cepat ditempatkan pada dentin

6. pengolesan gel asam ditempatkan pada seluruh permukaan oklusal selama 60 detik

7. lalu dicuci 20 detik dan dikeringkan 10 detik


8. ikatan diaplikasikan pada dinding preparat

9. preparat kemudian diisin dengan bahan komposit resin

10 bahan selan yang diisi diaplikasikan pada seluruh permukaan oklusal dan seluruh
lapisan yang disembuhkan

11. aklusi disesuaikan dan permukaan diselesaikan dan dipoles.

KONSEP PEMBUANGAN CHEMOMECHANICAL KARIES

CMCR merupakan teknik non invasif pada pembuangan dentin yang terinfeksi
menggunakan kimia. Metode pembuangan caries berdasarkan pada pemutusan yang
diikuti dengan menggali dentin yang lunak. Ini dikenalkan ke dokter gigi sebagi metode
alternatif pada pembuangan karies dan utamanya diindikasi untuk mengatasi
ketidaknyamanan pada bur. Beberapa agen telah digunakan seperti Carisolv, yang sangan
sukses dan umum digunakan. Gel Carisolv merupakan 2 campuran komponen. Satu
komponen utama mengandung 3 asam amino dan sodium hidroksida. Cairan lain
mengandung komponen hipoklorida reaktif (NaOCI).

Agen lain yang digunakan adalah papacarie. Papacarie pada dasarnya tersusun oleh
papain, kloramin dan toluidine blue. Papain berinterakksi dengan kolagen dengan
terputusnya mineral dentin melalui bakteri, membuat dentin yang terinfeksi lebih halus,
dan membiarkan pembuangannya dengan tanpa alat pemotong.

PEMELIHARAAN KEBERSIHAN MULUT

Bantuan Kebersihan mulut

Tipe alat bantan kebersihan gigi untuk menjaga kebersihan gigi yakni

Sikat Gigi

tujuan sikat gigi yakni untuk menghilangkan plak dan sisa makanan dan menstimulasi
jaringan gingival.

Komponen sikat

Sikat terdiri dari kepala dan handle yang dihubungkan dengan leher. Porsi kepala terdiri
dari bulu yang terbuat dari nilon
Kepala

Ukuran kepala sikat harus dipilih untuk kemampuan maksimum rongga mulut. Panjang
kepala jangan >2.5 cm untuk anak-anak. Lebar harus 6/.7 mm untuk anak yang cukup
memadai untuk mengkover 3 gigi yang berdekatan.

Tekstur bulu dicirikan

1. diameter kawat halus

2. panjang bulu sekitar 11 mm

3. ukuran lubang dimana kawat halus yang terdiri dari jumbai dimasukan

4. jumlah jumbai pada area yang diberikan

5. jumlah bulu dalam tiap jumbai

Susunan jumbai dan desin dasar

1. lurus: semua jumbai sama tinggi (gambar 7.24 A)

2. melengkung: jumbai pada sisi itu lebih panjang dan secara bertahap berkurang
tingginya terhadap pusat lengkung.

3. cembung: jumbai pada pusat lebih panjang dan bertahap berkurang tingginya pada
pusat lengkung pada bentuk cembung (gambar 7.24c)

4. bergerigi: jumbai tingginya berbeda seperti bergerigi (gambar 7.24D)

Sikat Pedodontik yang bagus

 diameter tiap kawat halus 0.16 – 0.22 mm


 Tuft 24-33
 Handle panjang
 Kepalanya berukuran kecil

Modifikasi sikat

1.sikat jari (gambar 7.25) sikat ini digunakan saat sedikit gigi erupsi dan akan membantu
membiasakan anak ke sikat normal.

2. sikat ortodontik (gambar 7.26). ini mengandung baris luar pada bulu yang lebih panjang
dan baris dalam lebih lebih rendah
3. sikat pembersih sulcular khusus: digunakan untuk kantong periodontal and tidak umum
digunakan pada praktik pediatrik

4. alat pacu jantung 45: bulu secara otomatis ditempatkan pada 45 angel untuk permukaan
gigi

5. interdenta (gambar 7.27 A dan B): ini terdiri dari pegangangn yang sikatnya berbeda
bentuk dan ukuran bisa ditentukan per kebutuhan pasien. Sikat satu jumbai juga digunakan
untuk membersihkan area interproximal.

6. Sikat traveling: sikat bisa ditempatkan dalam box

7. gigi ari (gambar 7.28): ini erdiri dari kapas gulung pada batang.ini digunakan untuk
membersihkan gigi untuk anak kecil setelah membasahinya dengan air. Pasta gigi tidak
digunakan

8. sikat gigi untukanak cacat: dengan pengikat elastis,

9. sikat gigi bateray (gambar 7.29): tidak memerlukan cara manual. Tiga tipe gerak mungkin
yakni

i. putaran lengkung 60, jadi bulu mennyapu gigi dengan metode melingkar

ii. horizontal maju mundur

iii. pergerakan bulat panjang mengkombinasikan osilasi dengan gerakan maju mundur

ini khususnya berguna pada anak pra sekolah saat digunakan orang tua atau anak.

PROGRAM SIKAT GIGI UNTUK ANAK

Teknik yang digunakan

Teknik bas (gambar 7.30)

Sikat ditempatkan pada sudut 25 derajat ke sumbu panjang pada gigi dan bulu dengan lembut
dimasukan ke sulcus gingiva dan area interproximal. Lalu digerakan maju mundur dengan
geraran 1 sampai 15 detik tiap area. Permukaan oklusal disikat dengan gerakan pendek.
Dalam metode bas modifikasi, setelah getaran diaplikasikan, sikat diputar ke permukaan
oklusal.
Teknik modifikasi Stillman

Bulu ditempatkan 45 derajat ke apeks pada gigi pada margin gingival jadi berhenti sejenak
pada gingiva. Sikat kemudian digerakan dengan gerakan bertahap terhadap permukaan
oklusal. Ini membersihkan area inerproximal dan pijatan jaringan gingival.

Metode Charter

Sikat ditempatkan 45 derajat pada sumbu poros gigi. Bulu dipaksa ke area interproximal
dengan rotasi sebentar dan gerakan getaran. Bulu ditekan ke sisi gigi gngiva dan bergerak
dengan bundar pendek atau maju mundur. Ni direkomendasikan jika ada luka.

Teknik Roll

Bulu ditempatkan 45 derakat. Sisi bulu diputar ke gingiva Untuk memutihkan jaringan
sementara dan sikat digosokkan berlawanan dengan permukaan gigi dalam arah oklusal. Hal
tersebut bisa dengan mudah dilakukan dan digunakan oleh banyak orang. Lebih sesuai atau
tepat bila pasien dalam kondisi kesehatan normal.
Teknik Menggosok (Gambar. 7.34)
Ini adalah teknik yang paling sering digunakan. Bulu sikatnya ditempatkan 90 derajat
terhadap permukaan gigi dan sikat gigi digerakkan maju mundur seperti menggosok lantai.
Teknik ini hanya membersihkan permukaan saja dan bukanlah teknik yang baik untuk
menghilangkan plak dari area interproksimal. Teknik ini juga dapat menyebabkan abrasi gigi
dan resesi gingiva. Karena teknik ini tidak membutuhkan teknik yang ektensif maka teknik
ini ideal untuk digunakan pada anak-anak.
Metode Fisiologis (Gambar. 7.35)
Metode ini berdasarkan keyakinan bahwa tindakan menyikat gigi seharusnya menyerupai
jalannya makanan, yaitu dari mahkota ke arah gingiva. Metode ini membutuhkan bulu sikat
yang lembut atau lunak dan menggosok dilakukan dengan menyapukan dari bagian koronal
secara apikal menuju margin gingiva dan gingiva.
Teknik Fone (Gambar. 7.36)
Sikat ditekan kuat-kuat berlawanan dengan gigi dan gingiva dengan bulu sikat di sudut-sudut
yang tepat terhadap permukaan bukal dan gagang sikat sejajar dengan bidang oklusal. Pasien
mengoklusi gigi dan sikat digerakkan dengan gerakan putaran dengan radius selebar
mungkin. Teknik ini efektif untuk anak-anak muda dengan ketangkasan manual yang
minimal.
Teknik Sikat Gigi yang Direkomendasikan untuk Anak-anak
 Kebanyakan anak-anak berpikir jika teknik menggosok (scrub) lebih mudah untuk
dilakukan
 Penggosokan (scrub) atau penggosokan melingkar (circular scrub) adalah yang
terbaik untuk anak-anak muda dengan sedikit ketangkasan manual dan teknik ini lebih
efektif daripada teknik roll
 Area insisal dan oklusal dan facial dan lingual dua pertiganya sering tidak disikat. Jadi
area-area ini harus dilakukan pengecekan ganda oleh orang tua (Gambar. 7.37A
sampai E)
 Sikat gigi yang lembut hingga sedang lebih efisien
 waktu yang dibutuhkan setidaknya 2 ½ sampai 3 menit untuk mencakup seluruh area
permukaan
 menghilangkan plak secara menyeluruh sekali setiap hari cukup untuk menjaga
kesehatan gingiva, ketelitian dalam menyikat lebih penting daripada frekuensinya.
 Orangtua menyikat gigi anak-anaknya sampai anak telah mencapai ketrampilan atau
ketangkasan manual, yakni usia 5-6 tahun.
Panduan untuk Menjaga Kebersihan Mulut di Rumah
Konseling Pranatal
Waktu terbaik untuk memulai konseling sebenarnya dimulai sebelum lahirnya seorang anak.
Hal ini karena pasangan yang berharap, terutama jika anak tersebut adalah anak yang pertama
adalah yang paling reseptif terhadap rekomendasi kesehatan preventif. Mereka harus
berkonsultasi mengenai kebiasaaan kebersihan mulut mereka sendiri dan peran yang
seharusnya mereka mainkan sebagai panutan bagi anak-anak mereka.
Bayi (0-1 tahun) (Gambar 7.38)
Anak seharusnya diayun dengan satu tangan sementara gum pad dipijat dengan
tangan yang lain. Posisi ini akan memberikan rasa aman pada buah hati.
Gum pads dibersihkan dengan kain basah atau guaze. Saat gigi muncul, sikat gigi
kecil lembut berbulu halus digunakan dan tidak perlu menggunakan jenis pasta gigi apapun.
Balita (1-3 tahun) (Gambar 7.39A sampai C)
Penyikatan rutin dilakukan oleh orang tua. Bidang sikat gigi dan air digunakan saat
penyikatan. Posisi anak dan orangtua sangat penting. Tiga posisi bisa digunakan:
1. Posisi ini memerlukan dua orang. Mereka duduk di atas kursi dan saling berhadapan,
lutut mereka bersentuhan satu sama lain. Anak berbaring dengan kepala menghadap
orang yang akan menyikat dan kakinya menghadap orang lainnya. Posisi ini
membutuhkan dua orang dan tidak selalu mungkin (Gambar 7.39A)
2. Posisi ini juga membutuhkan satu orang. Dia duduk di lantai dengan kaki mereka
merentang dan anak diposisikan berbaring di kaki. Tangan kiri digunakan untuk
menarik pipinya dan tangan kanan digunakan untuk menyikat (Gambar 7.39B)
3. Posisi ini membutuhkan satu orang. Dia duduk di lantai dengan kaki mereka
merentang di depan dan anak di posisikan di pangkuan. Kepala anak dibantu dengan
tangan kiri orangtua atau kepala anak bisa disandarkan pada tubuh si bunda (Gambar
7.39C)
Pra- Sekolah (3-6 tahun) (Gambar 7.40)
Orangtua berdiri di belakang anak dan keduanya menghadap ke arah yang sama. Anak
menyandarkan kepalanya ke tangan kiri orangtua dan tangan kanan digunakan untuk
menyikat. Tangan ini juga bisa digunakan untuk menarik pipi dan sementara tangan lainnya
digunakan untuk menyikat. Cara ini juga tepat digunakan untuk flossing.
Pasta gigi mengandung fluoride bisa digunakan dengan ukuran biji jagung jika anak
telah belajar meludah. Pada tahapan ini juga gel fluoride dan berkumur untuk penggunaan di
rumah mungkin diperkenalkan dalam jumlah kecil dan terbatas untuk pasien-pasien tersebut
menunjukkan risiko karies sedang hingga tinggi. Penggunaan agen pengendali plak
kemoterapeutik lainnya pada umumnya tidak direkomendasikan. Orangtua harus melanjutkan
tanggung jawab atas kebersihan mulut buah hatinya.
Usia Sekolah (6-12 tahun)
Tahapan ini ditandai dengan penerimaan meningkatnya tanggung jawab oleh anak-anak.
Keterlibatan orangtua masih dibutuhkan. Namun, daripada menampilkan kebersihan mulut,
mereka bisa beralih menuju pengawasan aktif. Di paruh kedua tahapan ini, kebanyakan anak
dapat menyikat dan melakukan flossing dengan sendirinya. Orangtua mungkin perlu untuk
menyikat dan melakukan flossing pada gigi anak mereka dalam beberapa kesulitan untuk
mencapai area mulut atau jika ada masalah kepatuhan. Satu hal yang berguna adalah
disclosing agent mungkin bermanfaat pada tahapan ini. Anak-anak pada usia ini bisa
termotivasi dengan cepat dan bisa dijelaskan pentingnya menjaga gigi mereka tetap bersih
dan sehat.
Selain itu, penggunaan chlorhexidine atau listerine bisa diperkenalkan pada mereka
yang berisiko terkena penyakit periodontal dan karies.
Usia Sekolah (12-19 tahun)
Meskipun pasien remaja biasanya telah mengembangkan keterampilan prosedur kebersihan
mulut yang cukup, kepatuhan adalah masalah utama selama periode usia ini. Memotivasi
seorang remaja untuk memikul tanggung jawab atas kebersihan mulutnya sendiri mungkin
dipersulit dengan reaksi pemberontakan terhadap otoritas eksternal dan beberapa
ketidakmampuan untuk menghargai konsekwensi jangka panjang. Selain itu, kebiasaaan
makan yang buruk dan perubahan hormon pubertas meningkatkan risiko remaja untuk
terserang karies dan peradangan gingiva. Mereka harus terus dimotivasi.
Dentrifices
Arti kata berasal dari bahasa Latin , dens= gigi dan fricare= untuk menggosok
Tujuan utama dentrifice adalah untuk membersihkan dan menggosok permukaan gigi yang
mudah dijangkau saat digunakan bersama dengan sikat gigi. Hal itu harus memberikan
pembersihan yang maksimal dengan abrasi minimal, mencegah akumulasi noda, dan
memperlambat perkembangan bau mulut yang tidak menyenangkan.
Komposisi
Abrasive (20-50%)
Abrasi yang terjadi selama penggunaan dentifrice adalah fungsi dari:
 Kekerasan yang melekat pada bahan abrasif
 Ukuran dan bentuk partikel dari bentuk yang bergerigi
 Sifat-sifat adukan abrasif seperti pH, viskositas, konduktivitas panas, dan lain-lain.
 Kekerasan bulu sikat
 Tekanan yang diberikan selama penyikatan
 Sifat-sifat permukaan yang mengelupas
Meningkatnya pemakaian dikaitkan dengan—abrasif yang lebih keras, partikel yang
lebih tajam, pH rendah, menyikat dengan kasar dengan bulu sikat yang keras, tekanan
yang berlebihan.
Abrasif yang biasa digunakan
 Gel silika
 Garam Fosfat--DCP
 Sodium metafosfat yang tidak larut
 Aluminium oksida
Humektan: mencegah hilangnya air dan pengerasan selanjutnya dari pasta gigi saat terkena
air. Bahan yang digunakan sebagai humektan adalah gliserol, sorbitol, propilen glikol.
Binders: mereka adalah koloid hidrofil yang menstabilkan formulasi dan mencegah
pemisahan fase-fase cair dan padat selama penyimpanan. Gum Arabic, gum karaya, gum
tragacanth, alginates, sari lumut Irlandia (Irish moss extract), dan lain lain digunakan
sebagai binders. Mereka menghilang atau mengembang membentuk bahan yang kental.
Permukaan deterjen aktif: ini menurunkan tekanan permukaan, menembus dan melonggarkan
endapan permukaan dan emulsi atau menahan bekas sisa peninggalan. Sodium lauryl sulfate
biasa digunakan. Zat ini dapat larut dalam air, berfungsi dalam larutan asam atau alkali dan
tidak membentuk endapan dalam air keras atau air liur, menghasilkan busa dan sensasi yang
menyenangkan. Zat lain yang digunakan adalah sodium coconut monoglyceride sulfonate,
sodium n-lauryl sarcosinate, poloxalene.
Agen perasa: agen dasarnya adalah mint, minyak atsiri dari adas manis, cengkeh, eucalyptus,
citrus, menthol, kayu manis, dan tutti frutti. Juga dapat mengandung pemanis sintetis seperti
sakarin.
Bahan pengawet: dichlorophene, benzoates, p-hydroxybenzoates, formaldehyde,methyl/ethyl
atau propyl paraben digunakan sebagai bahan pengawet.
Bahan-bahan lainnya
Agen pewarna: Green, eritrosin, tartrazine, tin oxide.
Agen terapeutik: Ammonia dan urea, klorofil, antibiotik seperti penisilin, bacitracin,
eritromisin, chlorhexidine, hydrogen peroxide, fluoride, desensitizing agents-formal dehyde,
potassium atau silver nitrat, zinc klorida, sodium sitrat, sodium fluoride, strontium chloride
atau triclosan.
Agen anti kalkulus: 3.3% pirofosfat, tetrasodium pirofosfat, disodium pirofosfat.
Benang Gigi
Parmly pertama kali menerbitkan surat kabar mengenai penggunaan benang gigi untuk
pembersihan area interproksimal gigi.
1882—benang gigi pertama dibuat secara komersial oleh Codman dan Shurtleff
1948—Bass memberikan spesifikasi untuk manufaktur benang gigi seperti berikut ini:
Bahan—seharusnya terbuat dari benang nilon berkekuatan tinggi dan berwarna cerah, 2
demier/filamen.
Susunan/bentuk: memutar 5 benang dari 70 denier, 34 benang filamen
Putaran: 3 putaran, steam set
Ukuran : 350 denier
Klasifikasi Benang Gigi
Menurut Komite Standar Nasional Amerika, benang floss bisa terdiri dari tiga macam:
Tipe I: Benang gigi tak terbatas yang terdiri dari benang yang tidak memiliki bahan aditif
lain.
Tipe II: Benang gigi terikat yang terdiri dari benang yang tidak memiliki bahan aditif lain
selain agen pengikat atau memiliki bahan aditif yang berkontribusi hanya pada kinerja
kosmetik benang floss, seperti lilin.
Tipe III: Terikat atau tidak terikat dan mengandung obat aditif yang dimaksudkan untuk
memberikan efek terapeutik propilaktik, seperti fluoride.
Benang tak terbungkus lapisan lilin: hal ini biasanya terkait dengan kemudahan melewati area
interproksimal yang rapat dan memiringkan gerakan mungkin cenderung mencakup area
yang lebih luas.
Benang terbungkus lapisan lilin: Biasanya digunakan di klinik untuk meligasi rubber dam
dan memeriksa kontak interproksimal. Masalah yang dihadapi adalah bahwa beberapa lapisan
lilin dari benang tetap tersisa pada permukaan gigi dan membantu dalam adhesi plak
Taflon Floss: Terbuat dari serat polytetrafluoroethylene yang dibuat oleh WL Gore dan
Asosiasinya secara ekslusif untuk Procter and Gambler. Teflon floss tidak mudah robek atau
dipakai.
Keefektifan Benang Gigi
 Menghilangkan plak interproksimal secara efisien dan mengurangi jumlah plak,
peradangan gingiva, dan pendarahan.
 Menyikat gigi dikombinasikan dengan flossing adalah yang paling efisien
Penggunaan Benang Gigi (Gambar 7.41.A dan B)
Flossing direkomendasikan pada anak-anak dengan kontak proksimal. Pada awalnya
orangtua harus bertanggung jawab atas flossing sampai anak menginjak usia 9 tahun.
Mungkin hal ini terlihat sulit bagi anak yang lebih muda untuk menguasai seni
melakukan flossing atau orangtua mungkin berpikir bahwa sulit untuk melakukan flossing
pada gigi anaknya. Hal ini bisa dilakukan dengan lebih mudah dengan penggunaan floss
holder. Floss holder tersedia dalam berbagai macam bentuk yang memungkinkan anak-anak
muda atau orangtua untuk melakukan flossing. Biasanya folder yang digunakan berbentuk Y
(Gambar 7.42). Benang dari dimensi yang dibutuhkan dipotong dan diikat melewati lengan
yang pendek dan bahan yang tersisa diikat di sekitar roda yang digunakan sebagai reservoir.
Benang siap pakai dengan holdernya juga tersedia. Tapi bahan benang yang tersedia terbatas
dan tidak ada persediaan untuk reservoir, maka benang yang sama harus digunakan untuk
seluruh mulut.
Disclosing Agents
Sulit untuk memvisualisasikan plak tipis dalam penglihatan yang tidak menampakkan noda.
Untuk pengendalian plak yang lebih efisien perlu untuk memvisualisasikan plak yang mana
juga memberikan edukasi pada pasien. Disclosing agents adalah zat kimia yang berfungsi
mewarnai plak dan membuat plak-plak tersebut terlihat pada enamel.
Penggunaan Disclosing Agents
1. Memperkirakan status kebersihan mulut pasien
2. Dalam mengedukasi dan memotivasi pasien dan orangtua mengenai kebiasaan
menyikat gigi yang baik
3. Evaluasi pasien dalam mengingat janji pertemuan
4. Di rumah, pasien bisa menilai diri mereka sendiri mengenai prosedur kebersihan
mulut.
Bahan-bahan yang Digunakan sebagai Disclosing Agents
Agen yang biasa digunakan sebagai disclosing agents adalah:
1. Two tone
2. Eritrosin
3. Bismark brown
4. Basic Fuchsin
5. Fast Green
6. Mercurochrome
7. Displaque
8. Pewarna Fluorescent
Beberapa agen menodai plak yang lebih lama atau tua dalam satu warna dan plak baru
dengan warna yang lain. Sebagai contoh, dua warna disclosing solution adalah pewarna yang
membedakan plak dengan menodai plak yang lebih tua dengan warna biru dan plak yang
baru-baru ini dengan tumpukan tipis dalam warna merah dan pink.
Pewarna Fluorescent digunakan bersama dengan cermin khusus (Plak lite) dengan kadar
penyerapan berkisar antara 200-540nm panjang gelombang. Memanfaatkan cahaya tungsten
dan filter atau memanfaatkan cahaya operasional standar dan filter optik atau cahaya UV.
Pasien memeriksa bayangannya di cermin dan gigi yang ternoda memiliki warna kuning-
hijau yang terang. Warna tidak nampak pada mata telanjang dan tidak mengotori gingiva dan
mukosa. Tapi, kerugiannya adalah biaya tambahan filter dan cahaya dan juga deteksi plak
memerlukan ruangan yang gelap.
Penggunaan Disclosing Agent (Gambar. 7.43A sampai C)
Disclosing Agent yang bagus mewarnai plak secara mendalam dan dapat juga mewarnai
pelikel secara samar-samar, tapi tidak seharusnya mengotori bibir dan gingiva. Untuk
menghindari hal ini, bibir, gingiva, lidah, dan lain-lain bisa ditutup dengan layer atau vaseline
atau agen secara hati-hati diaplikasikan hanya di atas permukaan gigi.
Disclosing Agent sangat mudah digunakan. Beberapa tetes diteteskan ke dalam mulut dan
ditetesi dengan beberapa tetes air atau bisa secara langsung diseka di atas permukaan gigi
dengan katun. Disclosing Agent seharusnya tidak mengiritasi jaringan lunak maupun keras.
Pengganti Gula
Merupakan fakta yang telah diketahui bahwa manusia memiliki kelemahan atas rasa manis
dan juga sukrosa diketahui menjadi salah satu agen etiologi dalam pembentukan karies.
Menasehati orang untuk menahan diri memakan sukrosa pada kenyataannya tidaklah
mungkin. Karenanya pengganti gula diperkenalkan.
Pengganti gula terbagi menjadi dua jenis:
A. Pemanis non-kalori/pemanis yang kuat
B. Pemanis kalori/ gula bergizi/pengganti gula

Pemanis Non-Kalori
Adalah zat yang berasal dari bahan sintesis atau alami yang terasa lebih manis daripada gula
bobot demi bobot. Menghasilkan sedikit atau tanpa energi, tidak menyediakan dalam jumlah
besar dan digunakan dalam jumlah yang sangat kecil dalam minuman atau dicampurkan
dengan pengganti gula dalam makanan dan jajanan. Kesuksesan utama mereka adalah
berdasarkan kontrol berat dan produk penyakit gula.
Contohnya: Sakarin, Siklamat, Aspartam, dan lain-lain.
Pengganti Gula/ Pemanis Kalori
Biasanya adalah karbohidrat atau pengganti karbohidrat. Mereka bisa
dimetabolisasikan untuk menghasilkan energi dan menambah curah produk makanan.
Mereka sama manisnya atau kurang manis dibandingkan dengan sukrosa dan
membutuhkan pencampuran dengan pemanis yang kuat. Nilai jual utama mereka terletak
pada produk untuk penyakit diabetes dan permen “yang aman untuk gigi”. Contoh: sorbitol,
siklitol, fruktosa, glukosa. Pemilihan pemanis yang ideal berdasarkan:
 Penerimaan konsumen
 Toleransi konsumen berdasarkan kapasitas metabolisme
 Produk seharusnya non-kariogenik
Pengganti yang biasa digunakan:
1. Silitol
2. Sorbitol
3. Sakarin
4. Siklamat
5. Aspartam
Silitol
 Secara alami muncul pada raspberri, stroberi, plum, selada, kembang kol, jamur, dan
lain-lain.
 Rasa manisnya sama dengan sukrosa
 Secara perlahan diserap dari saluran pencernaan
 Efek samping: Diare karena aksi osmotik, berpredisposisi ke pembentukan batu
ginjal, hiperplasia ephitelial, dan neoplasia kandung kemih.
 Sebagian besar bakteri termasuk S. mutans dan laktobacilli tidak memetabolisme
silitol
 Sebagian besar permen karet mengandung silitol, dan mengunyah permen karet
selama beberapa menit secara signifikan menurunkan tingkat air liur dan plak dari S.
mutans
Sorbitol
 Secara alami muncul pada cherry, plum, pear, aple, berry, dan ganggang
 Rasa manisnya separuh dari sukrosa
 Diserap dengan perlahan dari usus dengan mekanisme transpor pasif
 1 gm sorbitol menghasilkan 4 kalori energi
 Efek samping: gangguan lambung dan bereaksi sebagai pencahar
 WHO merekomendasikan konsumsi sorbitol dibatasi sampai 150 mg/kg/sehari
 Pada kenyataannya semua galur bakteri memfermentasi sorbitol untuk menghasilkan
asam tapi kecepatannya sangat lambat
 Dibandingkan dengan sukrosa dan karbohidrat lainnnya, sorbitol menyebabkan
sedikit karies, dan juga dihubungkan dengan berkurangnya jumlah plak
 Bisa ditambahkan ke dalam dentrifice karena sifat manisnya dan sebagai humektan
Sakarin
 Digunakan secara luas sebagai pengganti gula
 200 kali lebih manis daripada sukrosa. Lebih dari 0.1% cenderung menjadi pahit dan
dapat menyebabkan muntah
 Efek sampingnya jarang, beberapa kasus fotosensitasi dan reaksi alergi seperti
urtikaria telah dilaporkan
 Dieksresikan dalam urin
 Tersedia dalam bentuk tablet, cairan, atau bubuk
 Mengganggu pertumbuhan dan metabolisme S. mutans
 Dosis maksimal yang diperbolehkan adalah 1 gm/hari untuk orang dengan berat
155lbs
Siklamat
 Digunakan sebagai sodium siklamat
 30 kali lebih manis daripada sukrosa
 Efek samping: efek pencahar minimal. Penggunaan jangka panjang dapat
menyebabkan keterlambatan pertumbuhan
 Tidak dapat difermentasikan oleh mikroorganisme oral
Aspartam
 130 kali lebih manis daripada sukrosa
 Hilangnya rasa manis karena penyimpanan dan saat dimasak menjadi kerugian utama
 Harus dijauhkan dari pasien yang menderita fenilketonuria selama kehamilan
 Tidak stabil dalam perubahan pH yang ekstrim
Untuk pengganti agar bisa diterima secara komersial adalah:
 Memiliki kekuatan pemanis yang cukup
 Tidak beracun
 Harganya mudah dijangkau
 Tahan panas
 Waktu simpan lama
 Tidak bereksi dengan komponen makanan lainnya
Tingkat Pencegahan, Sudut Pandang Karies
Menurut WHO (1970), Tingkat pencegahan karies terutama bisa dibagi menjadi
tingkatan primer, sekunder, dan tersier.
Tingkat Pencegahan Primer
Tingkat pencegahan primer melibatkan tindakan yang harus dilakukan sebelum awal
penyakit, yang menghilangkan kemungkinan bahwa penyakit tidak akan pernah terjadi.
Dilakukan bertujuan untuk mengurangi kejadian kasus baru penyakit pada populasi.
Hal ini diselesaikan dengan pengenalan fluoride pada pasokan air bersama atau pencegahan
makanan atau jajanan mengandung sukrosa. Tingkat pencegahan primer bisa dibagi lagi ke
dalam sub-tingkatan, promosi kesehatan dan perlindungan khusus (tindakan yang diambil
diringkas ke dalam tabel di bawah ini)
Tingkat Pencegahan Sekunder
Tingkat pencegahan sekunder melibatkan tindakan yang mana menghentikan perkembangan
penyakit dan tahap permulaannya dan mencegah komplikasi.
Tujuannya adalah mengurangi prevalensi karies dengan diagnosa dini dan pengobatan yang
cepat. Penggunaan radiograf untuk mendeteksi lesi karies awal menuntun pada pencegahan
pada tingkat sekunder (tindakan yang diambil dirangkum dalam tabel di atas)
Tingkat Tersier
Tingkat pencegahan tersier melibatkan tindakan yang mana membatasi perkembangan
kecacatan dari penyakit yang dibantu dalam rehabilitasi.
Program Kesehatan Gigi di Sekolah
Tujuan Pelayanan Gigi di Sekolah
Tujuannya menurut Asosiasi Gigi Amerika adalah:
1. Untuk membantu setiap anak sekolah menghargai pentingnya kesehatan mulut
2. Untuk membantu setiap anak sekolah menghargai hubungan antara kesehatan gigi
dengan kesehatan pada umumnya dan juga penampilan
3. Untuk mendorong praktik pengamatan kesehatan gigi, termasuk perawatan pribadi,
pengobatan profesional, diet yang tepat, dan kebiasaan oral.
4. Untuk mendaftar bantuan semua kelompok dan lembaga-lembaga yang berminat
dalam mempromosikan kesehatan di sekolah
5. Untuk mengubungkan aktifitas kesehatan gigi dengan seluruh kegiatan kesehatan
sekolah
6. Untuk merangsang perkembangan sumber daya untuk membuat perawatan gigi
tersedia bagi semua anak
7. Untuk mendorong para dokter gigi melakukan layanan kesehatan yang cukup bagi
anak-anak
Keuntungan dari Program Berbasis Sekolah
1. Anak-anak dari kelompok usia yang berbeda tersedia untuk pencegahan atau prosedur
perawatan
2. Suasana sekolah kurang mengancam daripada kantor pribadi
3. Pendidikan kolektif bisa juga diberikan bersamaan dengan pengobatan individu
4. Layanan gigi menambah layanan perawatan dengan membantu memberikan
pengobatan kesehatan menyeluruh pada anak-anak sekolah
Kerugian dari Program Berbasis Sekolah
1. Melakukan pengobatan gigi di sekolah sulit karena beberapa batasan seperti jumlah
kursi praktek, dan lain-lain
2. Jam sekolah yang pendek dan libur panjang dapat menghalangi program tersebut
Elemen dari Program Berbasis Sekolah
1. Meningkatkan sekolah—hubungan komunitas
2. Melakukan pemeriksaan gigi
3. Melakukan edukasi kesehatan
4. Melakukan program khusus
- Program menggosok gigi
- Program membilas mulut
- Program tablet fluoride
- Fluidasi air sekolah
- Penempatan sealant
5. Rujukan ke perawatan gigi
6. Menindaklanjuti pemeriksaan gigi

Anda mungkin juga menyukai