Anda di halaman 1dari 13

RESTORATIVE DENTISTRY II

PEMICU 3 BLOK 16

“Sakit Gigi Tengah Malam”

Disusun Oleh:

Kelompok 3

Dosen Pembimbing:

Drg. Essie Octiara, Sp. KGA

Prof. Trimurni Abidin,drg.,M.Kes.,Sp.KG (K)

Drg. Yendriwati., M.Kes., Sp. OF

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019
TIM PENYUSUN

Ketua : Aminah Aprillia Lubis (170600027)

Sekretaris : Tisya Maulidia (170600137)

Anggota : Aisha Anindita (170600021)

Maharani Syahnia Putri (170600022)

Meidina Putri Harahap (170600023)

Caterine Audrey Tarigan (170600024)

Rahmadiana Lubis (170600025)

Indri Safitri Harahap (170600026)

Amina Aprillia Lubis (170600027)

Cindy Audria Pratiwi (170600028)

Eskarisa Br Ginting (170600029)

Lucyana Rusida (170600030)

Jessica C. I. P. Chandra (170600131)

Nindha Siti Moudy (170600132)

Emie N Sitorus (170600133)

Chandra Halim (170600134)

Sally Cynthiana (170600135)

Christy (170600136)

Elizabeth Sihite (170600138)

Christitania Br Ginting (170600139)

Lutfiah Nanda (170600140)


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini berisi
tentang laporan hasil diskusi yang berjudul “Sakit Gigi Tengah Malam”

Laporan ini berisi tentang hasil diskusi kelompok mengenai kasus yang di berikan.
Laporan ini tidak akan selesai tanpa bimbingan dari dosen pembimbing dan begitu pula dengan
fasilitator yang sudah membantu kami dalam diskusi dan memberikan kami masukan-masukan
yang berarti.

Untuk kesempurnaan makalah ini di masa mendatang, saran dan pendapat


yang konstruktif dari pembaca sangat diharapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
mahasiswa selaku peserta didik serta pihak-pihak lain. Atas perhatiannya, kami ucapkan terima
kasih.

Medan, 20 Oktober 2019


DAFTAR ISI

TIM PENYUSUN .................................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 2

DAFTAR ISI............................................................................................................................ 3

BAB I : PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG ............................................................................................... 4
1.2. DESKRIPSI PEMICU ............................................................................................... 4

BAB II : PEMBAHASAN
2.1. PEMBAHASAN PRODUK ...................................................................................... 6

BAB III : PENUTUP


3.1. KESIMPULAN........................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 18


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Masyarakat semakin menyadari menjaga kesehatan Gigi dan Mulut memang sangat penting
dilakukan, karena ketika gigi sudah mengalami kerusakan maka fungsinya dapat terganggu,
Bahkan bisa bertambah parah. Ketika pasien ke dokter gigi dapat memberikan perawatan
berupa restorasi gigi. Restorasi gigi yang dapat membantu memperbaiki bentuk dan fungsi
pada gigi yang rusak dengan berbagai bahan tambalan berupa resin komposit, emas dan lain-
lain. Setelah ataupun sebelum melakukan proses restorasi gigi, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan Oleh dokter gigi maupun pasien sehingga mendapat hasil yang maksimal untuk
perawatan tersebut untuk menghindari terjadinya kegagalan yang dapat merugikan pasien.

1.2 DESKRIPSI PEMICU


Judul Pemicu : Sakit Gigi Tengah Malam
Penyusun : Drg. Essie Octiara, Sp.KGA; Prof. Trimurni Abidin, drg., M. Kes.,
Sp.KG.(K); Drg. Yendriwati., M.Kes., Sp. OF
Hari/ Tanggal : Jum’at /18 Oktober 2019
Jam : 13.30 – 15.30 Wib

Seorang anak perempuan usia 8 tahun dibawa ibunya ke dokter gigi untuk pertama
kalinya. Pasien mengeluh gigi belakang kanan bawah berlubang dan sakit sejak kemarin
malam sehingga mengganggu tidur pasien.Hasil anamnesis diperoleh gigi tersebut sudah
berulang kali sakit sewaktu makan sejak beberapa minggu yang lalu, namun kali ini sampai
mengganggu tidur anak. Hasil pemeriksaan klinis :
- Gingiva regio belakang kanan bawah berwarna kemerahan dan oedem
- Gigi 46 karies mencapai pulpa di oklusal, test vitalitas (+)
- Gigi 65 karies mencapai pulpa di mesio-oklusal, test vitalitas (+)
- Terdapat kalkulus pada regio belakang kanan atas dan bawah
Hasil pemeriksaan radiografis :
- Gigi 65 karies mencapai pulpa
- Resorpsi akar pada tahap 1/3 apikal
- Pembentukan akar benih 25 sampai 1/3 servikal akar
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PEMBAHASAN PRODUK

1. Jelaskan anatomi internal 46 dan 65

Anatomi gigi 46

Anatomi internal gigi terbagi menjadi 2 :

1. Kamar pulpa dan tanduk pulpa

 kamar pulpa lebih lebar dimesiodistal dari pada bukolingual, hal ini seperti bentuk
mahkotanya .
 Jumlah tonjol pulpa sama dengan jumlah tonjol mahkota. Gigi molar 1 bawah memiliki
5 tonjol dan artinya terdapat 5 tanduk pulpa. 3 tanduk pada bagian bukal dan 2 tanduk
pada bagian lingual.
 kamar pulpa jaraknya jauh dari permukaan oklusal, biasanya terletak pada bagian
servikal.
 dasar kamar pulpa pada gigi permanen muda adalah datar. Dasara ini terletak apisal
garis servikal (berada pada batang akar).
 dasar kamar pulpa molar 1 bawah memiliki lebih dari 1 orifisi.
 atap kamar pulpa sering kali sejajar dengan tepi servikal email, hanya tanduk pulpa
yang menonjol hingga mahkota anatomis.

2. Saluran akar dan orifisi

 gigi molar 1 prmanen bawah umumnya memiliki 2 akar (mesial dan distal) dengan 3
saluran.
 akar mesial yang lebih lebar sering memiliki 2 saluran akar : mesiobukal dan
mesidigual.
 akar distal yang lebih sempit hanya memiliki 1 saluran akar.
 letak orifis pada gigi molar bawah berlaku hukum :
a. first low of symmetry : orifis berada pada garis yang sama jika ditarik garis dari
arah mesiodistal melalui dasar kamar pulpa.

b. second law of symmetry : orifis berada pada garis yang tegak lurus terhadap first
law.

 foramen apikal pada anak 8 tahun untuk gigi 46 belum menutup sempurna.
Anatomi gigi 65 :

1. kamar pulpa dan tanduk pulpa

Kamar pulpa pada gigi 65 lebih lebar dari pada gigi permanen, hal ini dikarenakan lapisan
dentin dan enamel pada gigi sulung tipis.

 Tanduk pulpa lebih dekat ke bagian oklusat.


 Jumlah tanduk pulpa 4, sesuai dengan cupsnya, dimana tanduk pulpa mesiobukal paling
besar dan dekat dengan DIJ.

2. saluran akar dan orifisi

 Gigi 65 memiliki 3 akar (mesial, distal dan prostal)


 Saluran akar pada gigi desidui lebih lebar dari pada gigi permanen.

2. Kenapa pasien lebih mengeluh sakit pada gigi 46 dibanding gigi 65bmeskipun kondisi
karies gigi mencapai pulpa dan vital? Jelaskan alasannya!

gigi 46 dan 65 sama-sama karies mencapai pulpa dan vital, namun mengapa pasien lebih
mengeluhkan sakit pada gigi 46 dibandingkan gigi 65, karena penghantaran impuls lebih
cepat pada serabut saraf yang bermielin. Pada morfologinya, gigi permanen muda lebih
banyak A delta fibers, yaitu serabut saraf dan serabut myelin dengan kecepatan
penghantaran impuls 30 m/s , serabut saraf ini memiliki kecepatan konduksi yang lebih
cepat serta tajam. Sementara itu, pada gigi desidui lebih banyak C fibers, serabut ini
menyalurkan rasa sakit berdenyut dan tak tajam dengan kecepatan penghantaran impuls 0,4
m/s.
Selain itu, pada gigi permanen persyarafan pada gigi permanen telah mencapai pre-dentin,
sementara itu pada gigi desidui persyarafan mencapai odontoblast, sehingga rangsangan
rasa sakit, intensitas nyeri pada gigi 46 akan lebih sering dikeluhkan dari pada gigi 65

3. Jelaskan pemeriksaan objektif yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis gigi 46


dan 65 dan sebutkan apa yang diperoleh pada pemeriksaan tersebut!

 Inspeksi visual dan taktil : perhatikan warna, kontur dan konsistensi pada jaringan lunak
Teknik inpeksi : menggunakan jari, eksplorer, probe periodontal dan secara visual,
inspeksi harus dilakukan dalam kondisi kering, cahaya optimum dan gunakan universal
precaution
Hasil : gingiva regio bawah kanan berwarna kemerahan dan oedem, gigi 46 karies
mencapai pulpa dioklusal, gigi 65 karies mencapai pulpa dimesio oklusal, terdapat
kalkulus pada regio belakang kanan atas dan bawah.

 Perkusi untuk mengetahui apakah inflamasi telah sampai kejaringan periodontal


atau tidak.
 Palpasi untuk mengetahui konsistensi jaringan dan respon nyeri.
 Tes vitalitas untuk mengetahui vitalitas pulpa, bisa dengan thermal test, cold
testing/EPT
 Radiografi untuk mendapatkan informasi tambahan tentang :
 Karies yang mencapai pulpa, saluran akar, adakah kalsifikasi, resobsi internal atau
eksternal, penebalan ligamen periodontal, resobsi sementum, destruksi tulang
alveolar dan adanya benih gigi.
 Hasil : gigi 65 karies mencapai pulpa, resobsi akar pada tahap 1/3 apikal, dan
pembentukan akar benih sampai 1/3 servikal akar.

4. Jelaskan diagnosa gigi 46 dan 65 dan diagnosis menurut ICD 10

Gigi 46 ICDAS : D6

 Karies pulpa oklusal


 Vitalitas (+)
 Palpasi (+)
 Gingiva merah
 Ada kalkulus
 Awalnya sakit saat makan, sekarang spontan malam hari.
Diagnosis : pulpitis irreversibel simtomatik.
Menurut ICD 10 : KO4.02 Irreversibel pulpitis

Gigi 65 ICOAS : D6

 Karies pulpa mesio oklusal


 Vitalitas
 Resopsi akar pada tahap 1/3 servikal akar
 Tidak ada keluhan sakit

Diagnosis : K3 vital.
Menurut ICO 10 : K02.8 ( Kanes profunda dengan pulpa terbuka pada gigi vital ).
5. Jelaskan rencana terapi awal dan akhir untuk gigi 46 dan 65 serta alasannya!

Gigi 46 :
RPA Apeksogenesis dengan teknik deep pulpotomi
RPF Restorasi Klas I Resin Komposit
Alasan : gigi 46 adalah gigi permanen muda dimana bagian apikal akar belum tertutup
sempurna. Kemudian gigi juga masih vital.apeksogenesis adalah suatu prosedur pada pulpa
yang telah terinflamasi dan masih vital pada gigi yang penutupan akarnya belum sempurna.
Indikasi : - Foramen belum menutup sempurna
- Adanya kerusakan pada pulpa koronal dan radicular dalam keadaan sehat.
Gigi 65 :
RPA Pulpotomi vital (Deep pulpotomi)
RPF SSC
Alasan : karena karies sudah mencapai pulpa dan hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa gigi
masih vital. Selain itu, untuk gigi 65 pada pasien ini tidak ada sakit yang spontan
Pulpotomi adalah teknik perawatan kamar pulpa tanpa melakukan perawatan hingga ke ujung
akar dengan tujuan mempertahankan vitalitas gigi.
Mengapa menggunakan SSC :
Karena karies sudah melibatkan 2 permukaan yakni mesial dan oklusal. Selain itu gigi ini juga
sudah dilakukan pulpotomi yang menyebabkan giginya lemah. Selain itu giginya juga tidak
terdapat pembengkakan dan kelainan periapikal.

6. Jelaskan tahap kerja terapi awal gigi 46 dengan bahan CaOH dan biodentine serta
tahap kerja terapi gigi 65!
Melakukan pulpotomi vital dengan CaOH :
 Lakukan anastesi lokal
 Isolasi daerah kerja menggunakan rubber dam atau matrics rectional
 Ekskavasi jaringan karies
 Pembukaan atap pulpa dicapai sepanjang garis lurus, gunakan daerah yang terbuka
sebagai titik acuan menggunakan bur steril. Jaringan pulpa yang sehat harus
ditinggalkan dalam saluran akar untuk maturasi pulpa.
 Kamar pulpa diirigasi dengan salin steril, aquadest, keringkan dengan kapas steril dan
periksa ada tidaknya perdarahan.
 Letakkan selapi CaOH. CaOH dalam bentuk pasta dibuat dengan air (pasta CaOH
dengan methycellulose) sejumlah kecil pasta dengan use syringe dengan kedalaman 1-
2 mm dikamar pulpa (atap pulpa yang terpotong menjadi rangsang reaksi kalsifikasi).
Pasta cepat mengeras.
 Diatasnya aplikasikan base semen dengan ZOE
 Restorasi sementara
 Isolator diambil, cek oklusi
 Evaluasi dengan radiografi.

Dengan Biodentine :
 Kedalaman 2mm, ambil dari mahkota sampao jaringan pulpa
 Irigasi NaOcl 3% hentikan bleeding dengan menekan pulpa yang teramputasi dengan
catton pellete stril 60 detik, dengan tekanan ringan.
 Aplikasikan bahan
Serbuk dicampur dengan cairan dalam kapsul triturator selama 30 detik setelah
tercampur, setting biodentine sekitar 12 menit
Biodentine bubuk dalam kapsul dan cairan dalam pipet. Cairan dimasukkan pada
kamar pulpa yang sudah di ekskavasi pada kamar pulpa dan dipadatkan dengan spatula
dan amalgam carrier.

7. Apakah parameter keberhasilan dan kegagalan perawatan awal pada gigi 46 dan
jelaskan penanggulangannya

keberhasilan dari perawatan ditandai dengan tidak adanya keadaan patologisperiapeks,


barier jas, keras pulpa pada apeks yang dapat terlihat secara foto rontgen atau dengan
pemeriksaan secara hati-hati menggunakan file pada sal. akar. Hasil perawatan afeksifikasi
merupakan materi kalsifikasi yang terdapat diatas forasmen aplikalis, secara histologis di
identifikasikan dengan osteoid atau sementoid, gam radiologis periapeks.

- Tanda kegagalan perawatan : terjadi infeksi ulang akibat lepasnya tumpatan sementara
sehingga muncul gejala seperti nyeri, bengkak, radiolusensi periapeks.

- penanggulangannya adalah melakukan tambahan ulang. Hasil radiografi dan pemeriksaan


dengan file tidak terjadi penutupan pada apeks dengan baik, maka dilakukan retreatment
dengan mengganti Ca(OH)2 yang lama / biodentin yang lama dengan yang baru.

Prosedur retreatment : diagnosis isolasi restorasi coronal removal Ca(oH)2/biodentin


cleaning dan shaping obturasi

8. mengapa kalkulus hanya terdapat pada regio belakang kanan dan apa peranan
kalkulus bagi penyakit periodontal?

kalkulus berada dibelakang / regio belakang dikarenakan daerah yang sulit terjangkau oleh
pembersihan secara mekanis dengan sikat gigi dan cara sikat gigi yang salah serta memudahkan
perlekatan kalkulus oleh karena ketidakrataan pada permukaan gigi misalnya karies.
Kalkulus dental adalah massa terkalsifikasi / berkotivikasi yang melekat kepermukaan gigi asli
maupun potesa. Biasanya kalkulus terdiri dari plak bakteri yang telah terremineralisasi kalkulus
bisa terbentuk dari hari pertama sampai hari – 14hari pembentukan plak.sokar memisahkan
efek kalkulus dengan plak yang belum terkalsifikasi, plak tersebut banyak sekali mengandung
bakteri dan toksin – toksin yang dapat merusak jaringan periodontal serta merangsang terjadi
inflamasi. Beberapa produk bakteri dapat menghambat pertumbuhan dan menggangu
metabolisme sel- sel jaringan pejamu. Salah satu produk bakteri adalah enzim.

Contoh : Porphyromonan gingivalis enzim protease menghancurkan kolagen, fibronektin


dan imunoglobin. Enzim ini akan memfasilitasi penghancuran jaringan dan invasi ke jaringan
perlodonsium. Interaksi yang terjadi antara pejamu dengan produk bakteri akan memicu
dilepasnya mediator- mediator IL - 2, tumor necrosis faktor TNF alpha, prostaglandin daari
makrofat dan monosit. Sitokin dari pejamu tersebut berpotensi untuk memicu resopsi tulang
dan menghambat sel- sel imunitas lainnya.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Perawatan terhadap gigi dan mulut pasien perlu untuk memperbaiki fungsi dan estetis.
Perawatan salah satunya adalah restorasi gigi, sudah sepatutnya setiap dokter gigi memberikan
perawatan terhadap pasien dengan tetap mempertahankan jaringan yang masih baik dengan
tujuan mengembalikan setiap struktur gigi dari aspek bentuk, warna, posisi, dan lainnya . Oleh
karena itu seorang dokter gigi diharapkan dapat melakukan perawatan dengan baik agar
mendapatkan hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

1.

Anda mungkin juga menyukai