Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KASUS KEPANITERAAN UMUM

PERAWATAN SCALING ULTRASONIC SCALER (USS)


GINGIVITIS RINGAN

Disusun oleh:

Suryasti Putri (J530165016)

Afifa Zahratu Firda (J530165039)

KEPANITERAAN UMUM PERIODE 5

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2016
LAPORAN PRESENTASI HASIL PERAWATAN

JUDUL :

SCALLING USS, D/GINGIVITIS RINGAN

Identitas:

Suryasti Putri (J530165016)

Afifa Zahratu Firda (J530165039)

PERIODE 5

I. PENDAHULUAN

A. DEFINISI PENYAKIT
Pada rongga mulut manusia biasanya terdapat debris, stain, plak dan kalkulus. Debris
adalah sisa makanan/deposit lunak yang dapat dibersihkan dengan berkumur atau dengan
semprotan air. Stain adalah endapan yang berwarna pada permukaan gigi. Plak
merupakan deposit lunak yang membentuk biofilm yang melekat pada permukaan gigi,
tidak terlihat kasat mata, dapat dilihat menggunakan disclosing. Plak dapat dihilangkan
dengan menggosok gigi. Plak yang termineralisasi, jika dibiarkan atau tidak dibersihkan
maka akan terbentuk massa yang keras pada permukaan gigi sehingga terbentuk kalkulus
atau karang gigi (Bakar, 2012).
Kalkulus merupakan massa kalsifikasi yang terbentuk dan melekat pada permukaan
gigi, restorasi/ geligi tiruan. Kalkulus terbagi atas kalkulus supragingiva dan subgingiva.
Kalkulus supragingiva terdeposit pada permukaan gigi yang berlawanan dengan duktus
saliva, geligi tiruan yang tidak dibersihkan atau pada oklusal gigi yang tidak mempunyai
antagonis. Kalkulus subgingiva melekat pada akar dan distribusinya tidak berhubungan
dengan glandula saliva tetapi adanya inflamasi gingiva dan pembentukan poket.
Kalkulus subgingiva lebih keras dan melekat erat pada permukaan gigi, ditemukan pada
akar gigi didekat batas apikal poket yang dalam, pada beberapa kasus yang parah,
kalkulus dapat ditemukan jauh lebih dalam sampai ke apeks gigi (Manson and Eley,
2013). Kalkulus terdiri atas 80% garam anorganik, sebagian besar berupa kristal, dengan
komponen utamanya adalah kalsium dan fosfor (Mitchell et al., 2015).
Kalkulus berkaitan erat dengan penyakit periodontal, misalnya gingivitis dan
periodontitis (Manson and Eley, 2013). Gingivitis adalah suatu bentuk inflamasi pada
gingiva yang salah satunya disebabkan oleh infeksi bakteri sehingga menyebabkan
kerusakan jaringan gingiva yang reversibel sedangkan periodontitis merupakan
kelanjutan dari gingivitis, berupa penyakit inflamasi kronis pada jaringan pendukung gigi
sehingga menyebabkan kerusakan jaringan yang destruktif (Nield-Gehrig, 2008).

B. ETIOLOGI
Penyebab penyakit periodontal terdiri dari faktor primer dan sekunder. Faktor primer
dari penyakit periodontal adalah iritasi bakteri. Meskipun demikian, sejumlah kecil plak
biasanya tidak mengganggu kesehatan gingiva dan periodontal dan beberapa pasien
bahkan mempunyai jumlah plak yang sudah berlangsung lama tanpa mengalami
periodontitis yang merusak walaupun mereka mengalami gingivitis. Faktor sekunder
dari penyakit periodontal terdiri dari faktor lokal dan sistemik yang merupakan
predisposisi dari akumulasi plak atau perubahan respons gingiva terhadap plak (Manson
and Eley, 2013).

C. PATOGENESIS
1) Initial lesion : Terbentuk karena ada akumulasi plak di sekitar tepi gingiva. Dalam 24
jam terdapat vasodilatasi di jaringan gingiva terdekat. Terjadi dalam 2-4 hari dengan
tanda klinis utamanya terjadi pelebaran ruang interselular sehingga aliran cairan
krevikular gingiva membasuhi substansi berbahaya keluar dan melepas antibodi,
komplemen, dan inhibitor protease. Sel neutrofil mulai muncul.
2) Eearly lesion : Dapat bertahan untuk waktu yang cukup lama. Setelah beberapa hari
ditemukan terjadinya peningkatan jumlah unit vaskular sehingga secara klinis tampak
adanya eritema. Ditemukan banyak limfosit dan neutrofil. Terjadi degenerasi sel
fibroblas dan kerusakan serabut kolagen. Sel basal pada epitel penghubung dan epitel
sulkus berpoliferasi membentuk rete peg ke jaringan ikat di dekatnya. Biofilm
subgingiva berkembang sejalan dengan hilangnya perlekatan epitelium penghubung
pada email.
3) Establish lesion : sejalan dengan bertambah dalamnya poket, biofilm terus
berkembang ke arah apikal. Infiltrat sel peradangan meluas lebih ke apikal ke dalam
jaringan ikat. Banyak ditemukan sel plasma. Terdapat kehilangan perlekatan jaringan
ikat dan tulang alveolar yang menunjukkan permulaan terjadinya periodontitis
(Mitchell et al., 2015)

D.GEJALA
Gingivitis ditandai dengan adanya rasa nyeri lokal atau menyeluruh pada gingiva,
halitosis (bau mulut), perdarahan gingiva ketika menyikat gigi, adanya perdarahan
spontan, pembengkakan gingiva dan terbentuknya poket (Harty dan Ogston, 1995).
E. TANDA TANDA KLINIS
Gingiva sehat mempunyai sulkus dengan kedalaman 1-3 mm, tidak terjadi
perdarahan, dan umumnya berwarna coral pink. Tekstur gingiva normal berbentuk
stippling atau menyerupai kulit jeruk. Berdasarkan penampakan klinis kasus gingivitis,
gingiva akan berwarna kemerahan, bengkak, dan dapat terjadi perdarahan (Newman et al.,
2012, Nield-Gehrig dan Willman, 2011)

II. LAPORAN KASUS


A. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
CC
 Pasien datang dengan keluhan gigi kotor dan ingin dibersihkan
PI
 Keluhan dirasakan sejak 1 tahun yang lalu
 Pasien tidak pernah berdarah saat sakit gigi
PMH
 Pasien pernah diopname di RS karena DB ± 6 bulan yang lalu
 Pasien tidak memiliki alergi terhadap makanan, cuaca, bahan
 Pasien menyangkal memiliki penyakit hipertensi serta DM tetapi mengeluhkan
memiliki hipotensi dan maag
 Pasien tidak sedang dalam perawatan dokter dan sedang tidak mengkonsumsi
obat-obatan
PDH
 Pasien pernah direstorasi ± 3-4 tahun yang lalu pada gigi belakang kiri bawah
 Pasien belum pernah membersihkan karang giginya

FH
 Umum: Ayah: Hipertensi
Ibu: Sehat
 Gigi: Ayah: Belum pernah ke dokter gigi
Ibu: Pernah cabut gigi
SH
 Pasien memiliki kebiasaan sikat gigi 3x sehari
 Pasien rutin mengkonsumsi teh

B. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
PEO

Bentuk muka: Persegi


Simetris
Profil: Cembung
Bibir: Sedang
PIO
DI: 2,5
CI: 2
OHI: 4,5 (Sedang)
Plaque Control Record: 41%
GI: 0,2 (Gingivitis Ringan)
C. DIAGNOSIS
D/ Gingivitis Ringan
D. RENCANA PERAWATAN
TP/ Scalling USS
E. TAHAPAN PERAWATAN (PENJELASAN SECARA DETAIL)
 Alat
1. Diagnostic set
2. Sickle scaler
3. Tip scalr
4. Low speed handpiece
5. Probe
6. Brush
7. Lock
8. Suction

 Bahan
1. Cotton pellet
2. Disclosing agent
3. Cotton roll
4. Pasta
5. Pumice
 Foto

1. Persiapan pasien 2. Pemeriksaan objektif 3. Pemberian disclosing


c agent

4. Scalling USS + Suction 5. Pengaplikasian 6. Hasil Scaling USS


pumice+pasta

III. HASIL PERAWATAN

Sebelum Perawatan Sesudah Perawatan


PEMBAHASAN

Perawatan yang dilakukan kepada pasien berhasil. Scaling adalah cara untuk
membersihkan seluruh deposit pada gigi, kalkulus subgingiva, kalkulus supragingiva, plak dan
stain (Manson and Eley, 2013). Pengambilan plak dan kalkulus dari permukaan gigi sampai
daerah junctional epithelium. Scaling dilakukan secara sistematis dari posterior kanan rahang
atas, anterior rahang atas, posterior kiri rahang atas, posterior kiri rahang bawah, anterior rahang
bawah, posterior kanan rahang bawah (Bakar, 2013). Scaling dapat dilakukan pada subgingiva
maupun supragingiva. Terdapat dua jenis perawatan scaling, yaitu menggunakan instrumen
manual, dan scaler ultrasonik (Mitchell et al., 2015).
Scaler ultrasonik digunakan bersama semprotan air dingin karena vibrasi dapat
menimbulkan panas. Semprotan air juga memberi efek detergen yang membantu pembersihan.
Scaler harus digunakan dengan hati-hati untuk restorasi keramik. Permukaan yang kasar
merupakan daerah deposisi plak dan kalkulus sehingga permukaan gigi harus dihaluskan agar
bebas dari kalkulus, plak, dan stain. Setelah scaling dilakukan harus dibersihkan brush dan pasta
pumice. (Manson and Eley, 2013).

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Scaling uss merupakan cara untuk membersihkan gigi dari stain serta kalkulus
pada bagian supragingiva dan subgingiva. Keberhasilan dalam melakukan scaling dapat
dicapai dengan teknik scaling yang benar dan edukasi paska perawatan.

Saran

 Pasien dianjurkan untuk tetap menjaga kebersihan rongga mulut


 Pasien dianjurkan untuk mengurangi konsumsi the
V. DAFTAR PUSTAKA

Bakar, A. 2012. Kedokteran Gigi Klinis. Yogyakarta: Quantum Sinergis Media

Harty, F.J., Ogston, R. 1995. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC

Manson, J.D., Eley, B.M. 2013. Buku Ajar Periodonti Edisi 2. Jakarta: EGC

Mitchell, L., Mitchell, D.A., and McCaul, L. 2015. Kedokteran Gigi Klinik Edisi 5. Jakarta:
EGC
Newman, M.G., Takei, H.H., Carranza, N.T. 2012. Carranza’s Clinical Periodontology (11th
ed.). St-Louis, Missouri: Saunders Elsevier.

Nield-Gehrig, J.S. 2008. Fundamentals of Periodontics Instrumentation. Philadelphia,


Pennsylvania: Lippincott Williams & Wilkins.

Nield-Gehrig, J.S., Willman, D.E. 2011. Foundations of Periodontics for the Dental
Hygienist (3th ed.). Philadelphia, Pennsylvania: Lippincott Williams & Wilkins.

Anda mungkin juga menyukai