Indikator
DHE adalah pembelajaran para penderita tentang pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut.
Termasuk disini mengubah perilaku/kebiasaan penderita dalam membersihkan rongga mulut untuk
mendapatkan kesehatan optimal gigi dan jaringan penyangga gigi.
Pada tahap ini mahasiswa diberi penjelasan bagaimana menerangkan pada pasien tentang
kegunaan dan pentingnya bermacam-macam alat yang digunakan untuk membersihkan gigi dan mulut.
1.
Dalam memberi penerangan pada penderita hendaknya diperhatikan beberapa hal seperti :
tingkat pendidikan, usia, dll, sehingga dalam penyampaian informasi menggunakan bahasa yang dapat
dimengerti oleh penderita. Keadaan ini berkaitan dengan daya tangkap / tingkat pemahaman terhadap
informasi yang diberikan, sehingga tujuan memberikan DHE tercapai.
Pemberian DHE idealnya harus diberikan pada penderita sebelum dilakukan perawatan
periodontal, agar untuk selanjutnya penderita dapat tetap menjaga kebersihan rongga mulutnya
b. Periodontitis
1. Beberapa atau semua tanda dari gingivitis (misalnya kemerahan, pembengkakan dan
perdarahan).
2. True pocket (poket yang diakibatkan kerusakan tulang alveolar).
3. Resesi gingiva
4. Supurasi
5. Mobilitas gigi diatas level psikologis (diatas 2 mm).
6. Kegoyangan gigi.
7. Furkasi yang terbuka.
Kebersihan mulut merupakan kunci utama dalam pencegahan penyakit periodontal. Meskipun
terdapat mekanisme self cleansing di rongga mulut yang normal, kebersihan mulut masih sangat
tergantung pada pemeliharaan yang dilakukan individu setiap hari. Pemeliharaan kesehatan gigi
akan memerlukan kombinasi yang baik antara individu itu sendiri dengan dokter gigi serta
lingkungannya. Terdapat berbagai upaya preventif yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko
penyakit periodontal. Upaya preventif secara individu diantaranya dapat berupa kontrol plak dan
pengaturan diet serta melakukan kontrol periodik ke dokter gigi (Moeis, 2016).
a. Kontrol Plak
Kontrol plak adalah upaya mempertahankan hygiene mulut melelui pembuangan plak
dengan jalan penyikatan, pemakaian benang gigi dan instrumen lain. Apabila diperlukan dapat
digunakan suatu disclosing agent untuk mengidentifikasi plak. Adapun kontrol plak dapat dilakukan
sebagai berikut :
a. Menyikat Gigi
Plak akan tetap ada walaupun telah dilakukan penyikatan gigi dua kali sehari, hal ini
dikarenakan metode pembersihan yang dilakukan belum tepat. Beberapa metode disarankan
oleh para ahli, namun belum dapat dibuktikan bahwa metode yang satu lebih baik daripada
metode yang lain (Pratiwi, 2017).
1. Scrub memperkenalkan cara sikat gigi dengan menggerakkan sikat secara horizontal. Ujung
bulu sikat diletakan pada area batas gusi dan gigi, kemudian digerakkan maju dan mundur
berulang-ulang.
2. Roll memperkenalkan cara menyikat gigi dengan gerakkan memutar mulai dari permukaan
kunyah gigi ke belakang, gusi dan seluruh permukaan gigi sisanya. Bulu sikat diletakkan pada
area batas gusi dan gigi dengan posisi paralel dengan sumbu tegaknya gigi
3. Bass memperkenalkan cara menyikat gigi dengan cara meletakkan bulu sikatnya pada area
batas gusi dan gigi sambil membentuk sudut 45 derajat dengan sumbu tegak gigi. Sikat gigi
digetarkan di tempat tanpa mengubah-ubah posisi bulu sikat.
4. Stillman mengaplikasikan metode dengan menekan bulu sikat dari arah gusi ke gigi secara
berulang, setelah sampai di permukaan kunyah, bulu sikat digerakkan memutar. Bulu sikat
diletakkan pada area batas gusi dan gigi sambil membentuk sudut 45 derajat dengan sumbu
tegak gigi seperti pada metode Bass.
5. Fones mengutarakan metode gerakan sikat secara horizontal sementara gigi ditahan pada
posisi menggigit atau oklusi. Gerakan dilakukan memutar dan mengenai seluruh permukaan
gigi atas dan bawah.
Secara umum hingga saat ini disimpulkan bahwa cara sikat gigi yang paling efektif adalah
dengan mengkombinasikan metode-metode tersebut di atas yaitu (Pratiwi, 2017).
1. Pada gerakan vertikal, bulu sikat diletakkan tegak lurus dengan permukaan fasial gigi dan
digerakkan dari atas ke bawah atau sebaliknya. Gerakan ini dilakukan di daerah permukaan
fasial gigi dari depan sampai belakang (Gambar 4.1.A).
2. Gerak vertikal bertujuan melepaskan sisa makanan yang terselip di antara lekuk permukaan
gigi dan antara gigi dengan gusi. Bulu sikat bergerak dari arah leher gigi (perbatasan garis
gusi dan gigi) ke arah mahkota gigi yaitu pada gigi atas bulu sikat bergerak dari atas ke
bawah dan gerak sebaliknya pada gigi bawah. Hal ini dilakukan untuk mencegah iritasi gusi
dan pembersihan yang tidak efektif.
3. Gerakan vertikal juga dilakukan pada permukaan dalam gigi yaitu permukaan palatal pada
gigi atas dan lingual pada gigi bawah. Seperti pada permukaan fasial, bulu sikat bergerak
menarik sisa makanan dari daerah leher gigi ke arah mahkota gigi (Gambar 4.1.B).
4. Gerakan horizontal dilakukan pada permukaan gigit atau kunyah (permukaan oklusal) pada
gigi geraham (premolar dan molar). Bulu sikat digerakkan maju-mundur secara berulang-
ulang
5. Gerakan memutar dilakukan pada permukaan fasial gigi atas sampai bawah dari belakang
kiri, ke depan dan belakang kanan. Gerakan ini dilakukan pada posisi gigi atas berkontak
dengan bawah.
6. Setelah itu, dilakukan penyikatan pada lidah di seluruh permukaannya, terutama bagian atas
lidah. Gerakan pada lidah tidak ditentukan, namun umumya adalah dari pangkal belakang lidah
sampai ujung lidah(Gambar 4.2).
4. Berkumur
Obat kumur biasanya bersifat antiseptik yang dapat membunuh kuman sebagai timbulnya
plak, radang gusi dan bau mulut. Namun, tindakan berkumur tidak mengeliminir perlunya
penyikatan gigi. Obat kumur juga dapat menjadi penyegar mulut atau mengurangi bau mulut seusai
makan. Penggunaan obat kumur biasanya 20 ml setiap habis bersikat gigi dua kali sehari. Obat
kumur dikulum dalam mulut selama 30 detik kemudian dikeluarkan. Bahan aktif yang terkandung
dalam obat kumur antara lain timol, eukaliptol, metal salisilat, mentol, klorheksidin glukonat,
hidrogen peroksida dan terkadang mengandung enzim dan kalsium. Bahan lain yang juga
terkandung adalah air, pemanis seperti sorbitol dan sodium sakarin dan alkohol 20 % (Pratiwi,
2017).