Anda di halaman 1dari 24

Mampu menjelaskan definisi kartu status / rekam medis

Permenkes no 269/Menkes/Per/III/tahun 2008 tentang rekam medis menyatakan rekam medis adalah berkas
yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan
lain yang telah diberikan kepada pasien.
a. Akurat, menggambarkan proses dan hasil akhir pelayanan yang diukur secara benar
b. Lengkap, mencakup seluruh kekhusussan pasien dan sistem yang dibutuhkan dalam
analisis hasil ukuran
c. Terpercaya, dapat digunakan dalam berbagai kepentingan
d. Valid atau sah sesuai dengan gambaran proses atau produk hasil akhir yang diukur
1. e. Tepat waktu, dikaitkan dengan episode pelayanan yang terjadi
f. Dapat digunakan untuk kajian, analisis dan pengambilan keputusan
g. Seragam, batasan sebutan tentang elemen data yang dibakukan dan konsisten
penggunaannya di dalam maupun luar organisasi
h. Dapat dibandingkan dengan standar yang disepakati dan diterapkan
i. Terjamin kerahasiannya
j. Mudah diperoleh melalui sistem komunikasi antar yang berwenang. Rumah sakit
bertanggung jawab untuk melindungi informasi yang ada di dalam rekam medis terhadap
kemungkinan hilangnya keterangan ataupun memalsukan data yang ada dalam rekam
medis, atau dipergunakan oleh orang yang semestinya tidak diberi izin.

2 Mampu mejelaskan fungsi kartu status / rekam medis


Tujuan dibuatnya rekam medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib administrasi
dimana hal ini merupakan langkah dalam peningkatam pelayanan kesehatan di bidang pelayanan
kesehatan. Tanpa didukung suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar, tidak
mungkin tertib administrasi rumah sakit akan berhasil sebagaimana yang diharapkan. Tertib
administrasi merupakan salah satu faktor yang menentukan upaya pelayanan kesehatan di ruamh
sakit (Rustiyanto, 2019).
1. Kegunaan Rekam Medis
1. Menurut Permenkes No. 269/Menkes/Per/III/tahun 2008, rekam medis dapat
digunakan sebagai :
a. Pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien
b. Alat bukti dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran dan kedokteran gigi, penegakan
etika kedokteran dan etika kedokteran gigi
c. Keperluan pendidikan dan penelitian
d. Dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan
e. Data statistik kesehatan
Menurut Depkes RI tahun 2006 kegunaan rekam medis dapat dilihat dari berbagai
aspek antara lain :
a. Aspek Administrasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena isinya menyangkut
tindakan berdasarkan wewenang dan tanggungjawab sebagai tenaga medis dan
perawat dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.
b. Aspek Medis
Rekam medis dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan
yang harus diberikan kepada pasien.
c. Aspek Hukum
Menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam
rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan bahan tanda bukti untuk
menegakkan keadilan
d. Aspek Keuangan
Isi Rekam Medis dapat dijadikan sebagai bahan untuk menetapkan biaya pembayaran
pelayanan. Tanpa adanya bukti catatan tindakan/pelayanan, maka pembayaran tidak
dapat dipertanggung jawabkan.
e. Aspek Penelitian
Berkas Rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena isinya menyangkut data/
informasi yang dapat digunakan sebagai aspek penelitian.
f. Aspek Pendidikan
Berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya menyangkut
data/informasi tentang kronologis dari pelayanan medik yang diberikan pada pasien.
g. Aspek Dokumentasi
Isi rekam medis menjadi sumber ingatan yang harus di dokumentasikan dan dipakai
sebagai bahan pertanggung jawabkan dan laporan sarana kesehatan.

Mampu menjelaskan definisi pemeriksaan subyektif pada penderita

Guna menghindari informasi yang tidak relevan dan untuk mencegah kesalahan atau kelalaian dalam uji
klinis, operator harus melakukan pemeriksaan rutin. Rangkaian pemeriksaan harus dicatat pada kartu status
dan harus dijadikan sebagai petunjuk untuk melakukan kebiasaan diagnostik yang tepat.
Pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut keluhan utama pasien, riwayat medis yang lalu dan riwayat
kesehatan gigi yang lalu diperiksa. Bila diperlukan lebih banyak informasi, pertanyaan-pertanyaan
selanjutnya harus ditujukan kepada pasien dan harus dicatat secara hati-hati.
Pemeriksaan Subyektif adalah pemeriksaan berdasarkan atas keluhan penderita. Untuk memperoleh
3 suatu riwayat dalam bentuk wawancara, maka hendaklah pemeriksa dan penderita mempunyai kesamaan
bahasa. Bahasa yang digunakan adalah yang mudah dan sederhana sehingga dapat dimengerti oleh
penderita. Pemeriksa harus dapat mengembangkan suatu situasi guna perekaman wawancara dengan baik.
Jika penderitanya adalah anak kecil, maka harus didapat kepercayaan anak tersebut terhadap pemeriksa.
Pemeriksa seakan-akan ikut merasakan hal-hal yang diderita pasien dan memberi kesempatan penderita
mengemukakan keluhan-keluhannya. Kadang-kadang dalam melakukan wawancara dengan anak kecil sulit
dilakukan, sehingga pemeriksa perlu melakukan wawancara dengan salah satu keluarganya. Keadaan ini
disebut allo anamnesis. Bila wawancara dilakukan terhadap penderita sendiri, keadaan ini disebut auto
anamnesis.

Mampu menjelaskan fungsi menanyakan NAMA pada penderita


4
Untuk membedakan pasien yang satu dan yang lainnya
Mampu menjelaskan fungsi menanyakan PEKERJAAN pada penderita
1. Hal ini untuk mengetahui status sosial pasien
5 2. Ekonomi Menengah keatas atau kebawah
Kebawah biasanya pendidikan kurang - sulit memahami penjelasan --- drg harus benar” menjelaskan pelan
3. Memperkirakan pendapatan pasien, Bahan yg digunakan, menyesuaikan

6 Mampu menjelaskan fungsi menanyakan ALAMAT pada penderita


Data tempat tinggal/alamat pasien perlu ditanyakan dan diketahui oleh seorang dokter, karena beberapa pola
penyakit tertentu selalu berkorelasi dengan tempat tinggal pasien. Beberapa penyakit infeksi menular
misalnya, sangat berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal pasien. Data alamat juga mungkin akan
diperlukan
untuk kepentingan tindak lanjut tertentu yang akan dilakukan oleh dokter atau pihak rumah sakit. Data
nomor telepon juga saat ini dipandang sangat penting untuk dapat menghubungi pasien atau
keluarganya bila diperlukan. Pasien atau keluarganya tidak perlu merahasiakan alamatnya
mengingat arti penting data alamat ini.

Mampu menjelaskan fungsi menanyakan FAKTOR PREDILEKSI (UMUR dan JENIS


KELAMIN) pada penderita
-umur menentukan oh biasanya anak-anak lebih susah sikat gigi sgh hrs diedukasi lebih
7
-umur menentukan gigi pergantian  spacemaintainer/ space regainr
-wanita biasanya berhubungan dgn hormon msl penyakit tertentu ct sar

8 Mampu menjelaskan definisi pemeriksaan obyektif pada penderita


Pem oby ada 2 yaitu intra dan ekstra oral. Pemeriksaan intra oral dilakukan dalam mulut pasien untuk
mengetahui kondisi rongga mulut pasien baik jaringan keras maupun lunak.

Pada pemeriksaan objektif ini,


pemeriksaan dapat dilakukan dengan:
Melihat
Palpasi
Perkusi
Sonde
Termis
Rontgen foto

Pemeriksaan intra oral meliputi


pemeriksaan terhadap:
1. Pemeriksaan terhadap gigi, antara
lain:
a. Gigi yang hilang
b. Keadaan gigi yang tinggal:
- gigi yang mudah terkena karies
- banyaknya tambalan pada gigi
- mobility gigi
- elongasi
- malposisi
- atrisi
Jika dijumpai ada kelainan gigi yang
mengganggu pada pembuatan
gigitiruan, maka sebaiknya gigi
tersebut dicabut.
c. Oklusi : diperhatikan hubungan oklusi
gigi atas dengan gigi bawah yang ada.
Angle klas I, II, dan III.
d. Adanya ovrclosed occlusion pada gigi
depan, dapat disebabkan, antara lain
karena :
- angular cheilosis
- disfungsi dari TMJ
- spasme otot-otot kunyah
Spasme otot-otot kunyah dapat
diperbaiki dengan menambah dimensi
vertical pada pembuatan gigitiruan
sebagian lepasan.
Selain deep overbite, harus diketahui
juga ukuran over jet dari gigi depan.
Dalam keadaan normal, ukuran over
bite dan over jet ini berkisar antara 2
mm.
e. Warna gigi
Warna gigi pasien harus dicatat
sewaktu akan membuat gigitiruan
sebagian lepasan, terutama pada
pembuatan gigitiruan di daerah anterior
untuk kepentingan estetis.
f. Oral hygiene
- adanya karang gigi
- adanya akar gigi
- adanya gigi yang karies
- adanya peradangan pada jaringan
lunak, misalnya : gingivitis
g. Rontgen foto.
Dengan rontgen foto dapat diketahui
adanya:
- kualitas tulang pendukung dari gigi
penyangga
- gigi-gigi yang terpendam, sisa-sisa
akar
- kista
- kelainan periapikal
- resorbsi tulang
- sclerosis (penebalan tulang)
h. Resesi gingival
Terutama pada gigitiruan sebagian
lepasan yang dilihat untuk gigi
penyangga dari gigitiruan tersebut.
i. Vitalitas gigi
2. Pemeriksaan terhadap mukosa /
jaringan lunak yang menutupi tulang
alveolar, seperti:
- inflamasi, pada keadaan ini mukosa
harus disembuhkan terlebih dahulu
sebelum dicetak.
- bergerak/tidak bergerak.
- keras/lunak
3. Pemeriksaan terhadap bentuk
tulang alveolar.
- bentuk U, V
- datar, sempit, luas, undercut
4. Ruang antar rahang
- besar, dapat disebabkan karena
pencabutan yang sudah terlalu lama
- kecil, dapat disebabkan karena elongasi
- cukup, minimal jaraknya 5 mm
5. Adanya torus
-pada palatum disebut torus palatinus
-pada mandibula disebut torus mandibula
Torus ini bila keadaan mengganggu pada
pembuatan gigitiruan, harus dibuang
6. Pemeriksaan jarngan pendukung gigi
7. Pemeriksaan terhadap frenulum
Apakah perlekatannya tinggi atau
rendah sampai puncak alveolar, dimana
jika perlekatan yang rendah akan
mengganggu gigitiruan yang dibuat,
sehingga perlu dilakukan pembebasan.
Setelah dilakukan pemeriksaanpemeriksaan
terhadap pasien, dapat
diketahui apakah masih perlu dilakukan
perawatan pendahuluan sebagai
persiapan perawatan prostodontik.
Dari hasil pemeriksaan-pemeriksaan
tersebut di atas, maka dapat
ditentukan :
- diagnosa
- rencana perawatan
- prognosa
9 Mampu menjelaskan pemeriksaan apa saja pemeriksaan ekstra oral yang dilakukan pada
penderita
Pemeriksaan ektra oral meliputi
pemeriksaan terhadap:
1. Bentuk muka/wajah
a. Dilihat dari arah depan.
- oval/ovoid
- persegi/square
- lonjong/tapering
b. Dilihat dari arah samping.
- cembung
- lurus
- cekung
2. Bentuk bibir
- panjang, pendek
- normal
- tebal, tipis
- tegang, kendor (flabby)
Tebal tipis bibir akan mempengaruhi
retensi gigitiruan yang akan dibuat,
dimana bibir yang tebal akan memberi
retensi yang lebih baik.
3. Sendi rahang
- mengeletuk
- kripitasi
- sakit

Mampu menjelaskan pemeriksaan tanda-tanda vital tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi
10 respirasi dan nilai rujukan normalnya, tinggi badan, berat badan
Di buku
Mampu menjelaskan pemeriksaan asimetri wajah pada penderita
11

12 Mampu menjelaskan pemeriksaan sendi temporo mandibula


A. Sendi TMJ : pemeriksaan bunyi ckliking joint karena mudah terjadi dislokasi
Palpasi : ada atau tidak keluhan
Pergerakan kesamping : ada atau tidak keluhan
Pola membuka mulut : ada atau tidak keluhan
Cara pemeriksaan :
- VISUAL
Dilihat pergerakan buka tutup mulut dan keadaan setelah oklusi ( dilihat pergerakannya
simetris atau tidak )
- Palpasi
1. Penderita didudukkan pada posisi istirahat
2. diletakkan kedua jari telunjuk operator di bagian luar meatus acusticus externa kiri
dan kanan penderita
3. penderita di instruksikan untuk membuka dan menutup mulutnya.
Apabila tidak terasa adanya krepitasi saat palpasi di bagian luar meatus acusticus
externa atau bunyi clikcing pada saat membuka dan menutup mulut BERARTI pola
pergerakan TMJ normal.
- Auskultasi
Pemeriksaan menggunakan bantuan stetoskop atau didengar dengan telinga saja, apakah saat
melakukan buka tutup mulut terdengar suara clicking atau krepitasi

13 Mampu menjelaskan pemeriksaan kelenjar getah bening pada kepala leher

Kelenjar limfe memegang peran penting dalam sistem kekebalan tubuh. Limfe mirip dengan plasma
tetapi dengan kadar protein yang lebih kecil dan di dalam limfe tidak terdapat sel lain.

Fungsi

1. Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke dalam sirkulasi darah.


2. Mengangkut limfosit dari kelenjar limfe ke sirkulasi darah.
3. Untuk membawa lemak yang sudah dibuat emulsi dari usus ke sirkulasi darah.
4. Kelenjar limfe akan menyaring dan menghancurkan mikroorganisme untuk mencegah
penyebaran mikroorganisme tersebut dari tempat masuknya ke dalam jaringan dan ke bagian
tubuh lainnya.
5. Apabila tubuh menderita suatu infeksi maka kelenjar limfe akan menghasilkan zat antibodi untuk
melindungi tubuh terhadap infeksi tersebut.

Kelenjar limfe atau limfonodi

Limfonodi berbentuk kecil lonjong dan terdapat di sepanjang pembuluh limfe. Kerjanya sebagai
penyaring dan dijumpai di tempat-tempat terbentuknya limfosit. Kelompok-kelompok kelenjar limfe
utama terdapat di dalam leher, axial, thorax, abdomen, dan lipat paha.

Hampir semua bentuk radang atau keganasan di area kepala dan leher akan terlihat dan bermanifestasi
ke kelenjar limfe leher. Pasien dengan penyakit pada leher dan wajah mempunyai banyak gejala yang
bervariasi. Pasien akan menderita nyeri kepala, kelemahan otot, disestesia, pembengkakan atau tumor,
deformitas dan perubahan pada kulit merupakan keluhan-keluhan yang paling sering dijumpai.

Pada keadaan sehat kelenjar getah bening tidak teraba, kecuali kelenjar getah bening inguinal. Kelenjar
getah bening yang normal konsistensinya lunak, mudah digerakkan dari kulit di atas maupun dari
dasarnya, suhu normal, permukaannya licin dan tidak nyeri tekan. Bila teraba maka deskripsikan
ukurannya, konsistensinya, permukaannya, keadaan kulit diatasnya (melekat erat atau tidak), dasarnya
(tempat perlekatannya apakah kelenjar getah bening di atasnya mudah digerakkan atau tidak), suhu,
nyeri tekan atau tidak.

Pembesaran kelenjar getah bening abnormal dapat terjadi sebagai akibat penjalaran dari infeksi regional
yang akan menyebabkan konsistensi kelenjar getah bening yang terkena akan teraba kenyal atau lunak
dengan ukuran tidak terlalu besar, nyeri terhadap tekanan, dan bisa digerakkan. Penyebab pembesaran
kelenjar getah bening lainnya adalah akibat metastasis dari neoplasma ganas yang menyebabkan
kelenjar getah bening tersebut konsisteninya keras seperti batu tetapi tidak nyeri dan terfixir. Abnormal
jika teraba dengan diameter 1-4,5 cm. Bila kelenjar limfe teraba kenyal dan ukurannya termasuk besar
dijumpai pada penyakit hodgkin atau limfoma.

Pemeriksaan fisik kelenjar limfe pada area kepala leher meliputi pemeriksaan di kelenjar submandibula
yang terletak pada dekat sudut mandibula, kelenjar submental yang terletak pada bawah dagu yaitu di
area mentalis, dan kelenjar servikal pada kedua sisi leher bagian atas.
Mampu menjelaskan letak kelenjar getah bening pada kepala leher

Pemeriksaan fisik kelenjar limfe pada area kepala leher meliputi pemeriksaan di kelenjar submandibula
yang terletak pada dekat sudut mandibula, kelenjar submental yang terletak pada bawah dagu yaitu di
area mentalis, dan kelenjar servikal pada kedua sisi leher bagian atas.

Pemeriksaan pada kelenjar limfonodi tercatat sebagai berikut :


14
 Pemeriksaan kelenjar submandibula; Kanan/kiri : teraba (+/-), lunak/kenyal/keras, nyeri tekan
(+/-)
 Pemeriksaan kelenjar submental : teraba (+/-), lunak/kenyal/keras, nyeri tekan (+/-)
 pemeriksaan kelenjar servikal; Kanan/kiri : teraba (+/-), lunak/kenyal/keras, nyeri tekan (+/-)

Mampu menjelaskan pemeriksaan kelenjar saliva mayor dan minor


Saliva dihasilkan oleh kelenjar saliva yang terdiri atas sepasang kelenjar saliva mayor serta beberapa kelenjar
saliva minor.
Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis, submandibularis, dan sublingualis. Kelenjar parotis
merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak bilateral di depan telinga antara ramus mandibularis dan
processus mastoideus dengan bagian yang meluas ke muka di bawah lengkung zigomatik. Kelenjar
submandbularis merupakan kelenjar saliva terbesar kedua yang terletak pada dasar mulut di bawah korpus
15 mandibula. Salurannya bermuara melalui lubang yang terdapat di samping frenulum lingualis. Kelenjar
sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak paling dalam, pada dasar mulut antara
mandibula dan otot genioglossus. Masing-masing kelenjar sublingualis sebelah kanan dan kiri bersatu untuk
membentuk massa kelenjar di sekitar frenulum lingualis.15 9

Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar lingualis, bukalis, labialis, palatinal, dan glossopalatinal. Kelenjar-
kelenjar ini berada di bawah mukosa dari bibir, lidah, pipi, serta palatum. 15

16 Mampu menjelaskan letak kelenjar saliva mayor dan minor


17 Mampu menjelaskan definisi CPITN
CPITN diperkenalkan pada tahun 1997. Organisasi kesehatan dunia (WHO)
mulai mengembangkan suatu indeks yang disebut Community Periodontal Index Treatment Needs
(CPITN)
CPITN ialah indeks untuk mengukur kebutuhan perawatan penyakit periodontal
dan juga merekomendasikan jenis perawatan yang dibutuhkan untuk mencegah
penyakit periodontal.

Terdapat indikator status periodontal yang digunakan dalam penilaian ini, yaitu
a. Skor 0 tidak ada poket atau perdarahan gingiva pada saat penyondean.
b. Skor 2 perdarahan gingiva pada saat penyondean.
c. Skor 2 kalkulus supra dan subgingiva.
d. Skor 3 poket sedalam 3,5-5,5 mm.
e. Skor 4 poket periodontal dengan kedalaman 6 mm.
18 Mampu menjelaskan sextan yg diperiksa pada CPITN
Pada pengukuran CPITN dilakukan hal-hal sebagai berikut
1. Menggunakan sonde khusus( WHO Periodontal Examining Probe )
2. Menggunakan 6 buah sektan
3. Menggunakan gigi indeks
4. Menggunakan skor untuk menilai tingkatan kondisi jaringan periodontal
Menentukan relasi skor tertinggi KKP (kategori kebutuhan perawatan), tenaga
dan tipe pelayanan.
1. Sonde khusus ( WHO probe )
Pada pengukuran CPITN digunakan sonde khusus yang dinamakan sonde
WHO probe yang mempunyai sonde khusus, yaitu ujungnya berbentuk bulat
dengan diameter 0,5 mm dan mempunyai kode warna dari 3,5 sampai 5,5 mm.
Dengan bentuk yang khusus dari probe WHO, probe ini dapat dipakai sebagai
alat perasa (sensing instrument) atau explorer, untuk mengetahui ada tidaknya
perdarahan, untuk menegetahui ada tidaknya kalkulus, mengetahui ada tidakny
poket dan untuk mengetahui kualitas kedalaman poket.
2. Sextan
Untuk memperoleh penilaian CPITN dipergunakan sextanyang meliputi 6
region, yaitu :
a. Sextan 1 : gigi 4,5,6,7 ka RA
b. Sextan 2 : gigi 1,2,3ki /ka RA
c. Sextan 3 : gigi 4,5,6,7 ki RA
d. Sextan 4 : gigi 4,5,6,7 ka RB
e. Sextan 5 : gigi 1,2,3 ka /ki RB
f. Sextan 6 : gigi 4,5,6,7ki RB
Suatu sextan dapat diperiksa jika terdapat paling sedikit 2 gigi dan bukan
merupakan indikasi untuk pencabutan. Jika pada sextan tersebut hanya ada satu
gigi,gigi tersebut dimasukkan ke sextan sebelahnya. Pada sextan yang tidak
bergigi, tidak diberi skor. Penilaian untuk sextan adalah keadaan yang terparah /
skor tertinggi.

19 Mampu menjelaskan pemeriksaan periodontal pada index CPITN ( probing depth, bleeding on
probing, furcation involvement, kemerahan, kegoyangan)

Terjadi perdarahan saat probing (Bleeding on probing/BOP)

Perdarahan saat probing terjadi akibat adanya proses peradangan yang melibatkan jaringan gingiva, ditandai
dengan terjadinya perubahan vaskuler meliputi dilatasi pembuluh darah kapiler dan peningkatan alirandarah
di gingiva. Inflamasi gingiva cenderung dimulai pada daerah papila interdental dan menyebar ke sekitar
servikal/leher gigi. Kriteria derajat perdarahan saat probing diukur berdasarkan pengukuran
PapillaryBleeding Index (PBI)

Derajat 1 : Muncul titik perdarahan 20 - 30 detik setelah probing pada sulkus gingiva bagian mesial dan
distal dengan mengguna-kan prob periodontal.
Derajat 2 : Terlihat garis tipis darah atau beberapa titik perdarahan pada tepi gingiva.

Derajat 3 : Interdental papila terlihat dipenuhi dengan sedikit atau banyak darah.

Derajat 4 : Perdarahan yang banyak. Setelah probing, darah mengalirke daerah interdental sampai menutupi
gigi dan atau gingiva.

Terbentuk poket periodontal (Periodontal Pocket Depth/PPD)

Poket periodontal didefinisikan sebagai proses bertambah dalamnya sulkus gingiva secara patologis yang
terjadi akibat adanya migrasi epitel periodontal ke arah apikal karena desakan plak subgingiva dan invasi
bakteri. Pendalaman sulkus dapat terjadi karena pergerakan tepi gingiva bebas ke arah koronal, seperti pada
gingivitis, dan perpindahan epitel jungsional ke arah apikal, bagian koronal epitel terlepas dari permukaan
gigi.

Kedalaman poket adalah jarak antara dasar poket dan margin gingiva yang dapat diukur menggunakan prob
periodontal.

Cara probing untuk pemeriksaan poket adalah dengan menyelipkan prob dengan tekanan ringan ke dalam
poket sedapat mungkin sejajar dengan poros panjang gigi dengan tetap menjaga prob berkontak dengan
permukaan gigi sampai dirasakan ada tahanan. Bila terasa ada tahanan, kedalaman poket yang terukur dapat
dibaca pada kalibrasi prob berapa milimeter yang masuk ke dalam poket40
Probing dilakukan mulai dari interproksimal distal dan mesial gigi pada permukaan vestibular yang dicatat
sebagai poket mesial, kemudian dilanjutkan pada sebelah interproksimal distal dan mesial pada permukaan
oral dicatat sebagai poket distal, setelah itu dilakukan pada bagian tengah gigi pada permukaan vestibular
dan oral yang dicatat sebagai poket bukal .
Menurut Takei dan Carranza kedalaman poket dibedakan menjadi dua jenis, antara lain:
1. Kedalaman biologis, yaitu jarak antara marginal gingiva dengan dasar poket (ujung koronal dari junctional
epithelium).

2. Kedalaman klinis, yaitu jarak dimana sebuah instrumen prob masuk ke dalam poket. Kedalaman penetrasi
prob tergantung pada ukuran prob, gaya yang diberikan, arah penetrasi, resistensi jaringan, dan kecembungan
mahkota. Kedalaman penetrasi prob dari apeks jaringan ikat ke junctional epithelium adalah ± 0.3 mm. Gaya
tekan pada prob yang dapat ditoleransi dan akurat adalah 0.75 N.Teknik probing yang benar adalah alat prob
dimasukkan pararel dengan aksis vertikal gigi dan “bergerak” secara sirkumferensial mengelilingi
permukaan setiap gigi untuk mendeteksi daerah dengan penetrasi terdalam. Jika terdapat banyak karang gigi,
biasanya sulit untuk mengukur kedalaman poket karena karang gigi menghalangi masuknya prob, maka
dilakukan pembuangan karang gigi terlebih dahulu sebelum dilakukan pengukuran poket.41

kegoyahan (mobility) gigi


Kegoyahan gigi umumnya terjadi akibat adanya lesi di periodontal oleh karena hilangnya penyokong
periodontal yang mempengaruhi stabilitas gigi dan diperberat oleh kekuatan pengunyahan 41. Menurut Takei
dan Carranza, 4 derajat kegoyahan gigi dapat dinilai sebagai berikut:
1) Derajat 0 : kegoyahan fisiologis

2) Derajat 1 : kegoyahan gigi ringan dalam arah horizontal kira-kira 0,2 - 1 mm.

3) Derajat 2 : kegoyahan gigi dalam arah horizontal mencapai 1 mm, tetapi tanpa kegoyahan gigi dalam arah
vertikal.

4) Derajat 3: kegoyahan gigi dengan bebas, baik dalam arah fasiolingual maupun mesiodistal.

Cara pemeriksaan kegoyahan gigi adalah dengan memegang gigi secara kuat menggunakan 2 handle
instrument logam (kaca mulut) lalu digerakkan arah fasial- lingual, atau dengan 1 handle instrument logam
(kaca mulut) dan jari, digerakkan arah fasial-lingual

KEMERAHAN DAN PENDARAHAN GINGIVA


Kemerahan Diperiksa dengan mengeringkan gingiva menggunakan tampon steril, dilihat
ada/tidaknya kemerahan yang tampak pada margin gingiva, meluas atau
tidaknya kemerahan ke gingiva cekat hingga mukosa bergerak tak bergerak
(mukogingivajuntion). Diberi tanda (+) atau (-)
Perdarahan Pemeriksaan dilakukan dengan probe WHO, dengan cara probe dimasukkan
(bleeding on secara perlahan kedalam sulkus gingiva, dijalankan dari mesial ke distal pada
probing) permukaan fasial dan dijalankan dari mesial ke distal pada permukaan palatal /
lingual, diberi tanda (+) / (-)

Cara Melakukan Probing Dept


Menggunakan probe WHO, dipegang menggunakan Teknik Modified Pen Grasp, kemudian
dimasukan kedalam sulkus gigi sejajar dengan Panjang sumbu atau aksis gigi dengan tekanan
ringan (kurang lebih 0,25 N). Menyusuri tiap sisi gigi dengan gerakan walking stroke. Ada 6 sisi
gigi yang harus diperiksa secara beruritan dari bagian fasial ke bagian lingual/palatal.
6 sisi tersebut ialah : Mesio facial, mid facial, disto facial, disto palatal/lingual, mid
palatal/lingual dan mesio palatal/lingual
Kemudia dari 6 sisi gigi tersebut diambil kedalaman poket yang paling parah untuk dijadikan
kedlaman poket pada gigi tersebut

Mampu menjelaskan papillary bleeding index


20

21 Mampu menjelaskan kriteria index pada CPITN


Mampu menjelaskan gingival overgrowth index
Gingival overgrowth / gingival enlargement adalah pembesaran gingiva atau suatu peradangan pada gingiva
22 yang disebabkan oleh banyak faktor baik faktor lokal maupun sistemik, yang paling utama adalah faktor
lokal yaitu plak bakteri. Tanda klinis yang muncul yaitu gingiva membesar, halus, mengkilat, konsistensi
lunak, warna merah dan pinggirannya tampak membulat. Hal ini menimbulkan estetik yang kurang baik.

23 Mampu menjelaskan definisi OHI


1. OHI-S
Menurut Green dan Vermillion (1964, cit. Nio, 1987) untuk mengukur kebersihan gigi
dan mulut adalah dengan mempergunakan suatu indeks yang disebut Oral Higiene Index
Simplified (OHI-S). Nilai dari OHI-S ini merupakan nilai yang diperoleh dari hasil
penjumlahan antara debris indeks dan kalkulus indeks.
 Gigi Index Penilaian OHI-S
Pemeriksaan debris dan kalkulus dilakukan pada gigi tertentu dan pada permukaan
tertentu dari gigi tersebut meggunakan SONDE, yaitu:
a. Untuk rahang atas yang diperiksa :
1) Gigi molar pertama kanan atas pada permukaan bukal.
2) Gigi insisivus pertama kanan atas pada permukaan labial.
3) Gigi molar pertama kiri atas pada permukaan bukal.
b. Untuk rahang bawah yang diperiksa :
1) Gigi molar pertama kiri bawah permukaan lingual.
2) Gigi insisivus pertama kiri bawah pada permukaan labial.
3) Gigi molar pertama kanan bawah pada permukaan lingual.
Masing-masing permukaan gigi secara horizontal dibagi menjadi 3 bagian yaitu, daerah
sepertiga gingival (gingiva third), daerah sepertiga bagian tengah (middle third), dan
daerah sepertiga bagian insisal (incisal third).
Bila ada kasus dimana salah satu gigi indeks tersebut tidak ada, maka penilaian dilakukan
sebagai berikut :
a. Bila molar pertama atas atau bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada molar kedua atas atau
bawah.
b. Bila molar pertama dan molar kedua atas atau bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada molar
ketiga atas atau bawah.
c. Bila molar pertama, kedua dan ketiga atas atau bawah tidak ada, tidak dapat dilakukan
penilaian.
d. Bila insisivus pertama kanan atas tidak ada, penilaian dilakukan pada insisivus pertama kiri atas.
e. Bila insisivus pertama kanan atau kiri atas tidak ada, tidak dapat dilakukan penilaian.
f. Bila insisivus pertama kiri bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada insisivus pertama kanan
bawah.
g. Bila insisivus pertama kiri atau kanan bawah tidak ada, tidak dapat dilakukan penilaian.
h. Bila ada kasus diantara keenam gigi indeks yang seharusnya diperiksa tidak ada, maka penilaian
debris indeks dan kalkulus indeks masih dapat dihitung apabila ada dua gigi indeks yang dapat
dinilai (Nio, 1990).

Kriteria Penilaian OHI-S Menurut Depkes R.I., (1995), kriteria penilaian kebersihan gigi dan mulut (OHI-
S) seseorang dapat dilihat dari adanya debris dan kalkulus pada permukaan gigi. Untuk menentukan
kriteria penilaian debris atau penilaian OHI-S, maka dipakai tabel debris score dan calculus score

24 Mampu menjelaskan cara pemeriksaan debris dan kalkulus dan kriteria index nya

Dalam pe pemeriksaan debris kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut:


Kriteria Penilaian Pemeriksaan Debris
No KRITERIA NILA
I
1. Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris atau pewarnaan ekstrinsik. 0
2. Pada permukaan gigi yang terlihat, pada debris lunak yang menutupi permukaan gigi 1
seluas 1/3 permukaan atau kurang dari 1/3 permukaan.
Pada permukaan gigi yang terlihat tidak ada debris lunak tetapi ada pewarnaan ekstrinsik
yang menutupi permukaan gigi sebagian atau seluruhnya.
3. Pada permukaan gigi yang terlihat pada debris lunak yang menutupi permukaan 2
tersebut seluas lebih dari 1/3 permukaan gigi, tetapi kurang dari 2/3 permukaan gigi.

4. Pada permukaan gigi yang terlihat ada debris yang menutupi permukaan tersebut 3
seluas lebih 2/3 permukaan atau seluruh permukaan gigi.

Debris Index = Jumlah penilaian debris


Jumlah gigi yang diperiksa

Dalam pemeriksaan calculus kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut :


Kriteria Penilaian Pemeriksaan Kalkulus
No KRITERIA NILA
I
1. Tidak ada karang gigi 0
2. Pada permukaan gigi yang terlihat ada karang gigi supragingival menutupi permukaan 1
gigi kurang dari 1/3 permukaan gigi.
3. Pada permukaan gigi yang terlihat ada karang gigi supragingival menutupi permukaan 2
gigi lebih dari 1/3 permukaan gigi.
Sekitar bagian cervikal gigi terdapat sedikit subgingival.
4. Pada permukaan gigi yang terlihat adanya karang gigi supragingival menutupi permukaan 3
gigi lebih dari 2/3 nya atau seluruh permukaan gigi.
Pada permukaan gigi ada karang gigi subgingival yang menutupi dan melingkari
seluruh cervikal (A. Continous Band of Subgingival Calculus).

Penilaian debris score dan calculus score adalah sebagai berikut :


a. Baik (good), apabila nilai berada diantara 0-0,6.
b. Sedang (fair), apabila nilai berada diantara 0,7-1,8.
c. Buruk (poor), apabila nilai berada diantara 1,9-3,0.
Penilaian OHI-S adalah sebagai berikut :
a. Baik (good), apabila nilai berada diantara 0-1,2.
b. Sedang (fair), apabila nilai berada diantara 1,3-3,0.
c. Buruk (poor), apabila nilai berada diantara 3,1-6,0.
OHI-S atau Oral Hygiene Index Simplified merupakan hasil penjumlahan Debris Index (DI)
dan Calculus Index (CI).

Mampu menjelaskan cara penghitungan index OHI


Rumus OHI-S = Debris Index + Calculus Index
25 Atau
OHI-S = DI + CI

Mampu menjelaskan gambaran normal jaringan periodontal secara klinis


Jaringan periodontal merupakan jaringan pendukung gigi yang terdapat
disekeliling gigi. Ada 4 komponen dari jaringan periodontal yaitu gingiva, ligamen
periodontal, sementum dan tulang alveolar. Fungsi secara umum dari jaringan
periodontal adalah sebagai kesatuan yang menjaga gigi tetap pada posisinya, dalam
berbagai macam respon selama proses
pengunyahan.
Jaringan periodontal dikatakan sehat jika secara klinis tidak
26 terlihat adanya kehilangan perlekatan serta pada gambaran radiograf jarak antara tepi
puncak tulang dengan cemento enamel junction (CEJ) adalah 2-3mm.6 Pada
referensi lain disebutkan bahwa jarak puncak alveolar kira-kira 1-1,5mm di
bawah CEJ gigi yang berdekatan. Pada gigi posterior, tinggi puncak alveolar sejajar dengan garis yang
menghubungkan CEJ yang berdekatan . Komponen utama ligamen periodontal
adalah kolagen, sehingga ruang ligamen periodontal pada gambaran radiograf
terlihat sebagai ruang radiolusen antara akar gigi dan lamina dura.2 Ligamen
periodontal memegang peranan penting dalam menyalurkan beban oklusal yang
berlebihan serta menyuplai nutrisi ke sementum, tulang dan gingiva melalui
pembuluh darah.9
27 Mampu menjelaskan gambaran normal jaringan periodontal secara radiografis
1. Kekaburan dan putusnya kontinuitas
lamina dura, pada bagian mesial atau distal
dari puncak septum interdental
dipertimbangkan sebagai perubahan
radiografi paling awal pada periodontitis.
2. Kehilangan tulang interdental berlanjut dan
pelebaran ruang periodontal akibat
radiolusen wedge shape pada aspek mesial
dan distal puncak tulang.
3. Proses destruksi berjalan sepanjang puncak
septum interdental dan tingginya tulang
menjadi berkurang.
4. Tinggi tulang septum interdental berkurang
secara progresif
Mampu menjelaskan gambaran patologis jaringan periodontal secara radiografis
Gingiva tdk terlihat
28 Space membran periodontal tidak ada pelebaran
Tulang alveolar tidak ada penurunan
Lamina dura tidak terputus
Mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang untuk penderita penyakit periodontal dengan
29
penyakit sistemik
30 Mampu menyebutkan diagnose penyakit periodontal menurut AAP 1999
A. DIAGNOSA

 Menegakkan diagnosa harus berdasarkan pada pemeriksaan subyektif dan obyektif.


Pemeriksaan subyektif adalah: anamnese, sedangkan pemeriksaan obyektif adalah:
pemeriksaan klinis ekstra oral, intra oral dan rontgen foto.
 Menurut APP tahnu 1999, macam diagnose periodonsia sebagai berikut:
Penyakit Gingiva yang Diinduksi Plak Gigi
Penyakit ini dapat terjadi pada periodonsium tanpa kehilangan perlekatan atau pada
periodonsium dengan kehilangan perlekatan yang stabil dan tidak maju.
I. Gingivitis yang berhubungan dengan plak gigi saja
A. Tanpa faktor lokal yang berkontribusi
B. Dengan faktor-faktor lokal yang berkontribusi (lihat Kotak 3-4)
II. Penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh faktor sistemik
A. Terkait dengan sistem endokrin
1. Gingivitis terkait pubertas
2. Gingivitis terkait siklus menstruasicycle
3. Kondisi terkait kehamilan
a. Radang gusi
b. Granuloma piogenik
4. Gingivitis terkait diabetes-mellitus
B. Terkait dengan diskrasia darah
1. Gingivitis terkait leukemia
2. Lainnya
III. Dipengaruhi Obat-Obatan
A. Penyakit gingiva yang dipengaruhi obat Drug
1. Pembesaran gingiva karena pengaruh obat
2. Gingivitis yang dipengaruhi obat
Sebuah. Gingivitis terkait kontrasepsi oral
b. Lain
IV. Penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh malnutrisi
A. Gingivitis defisiensi asam askorbat
Lesi Gingiva yang Tidak Diinduksi Plak
I. Penyakit gingiva yang berasal dari bakteri tertentu
A. Neisseria gonorrhoeae
B. Treponema pallidum
C. Spesies Streptokokus
D.Lainnya
II. Penyakit gingiva yang berasal dari virus
A. Infeksi virus herpes
1. Gingivostomatitis herpes primer
2. Herpes mulut berulang
3. Varisela zoster
III. Penyakit gingiva yang berasal dari jamur
A. Infeksi spesies Candida: kandidiasis gingiva umum
B. Eritema gingiva linier
C. Histoplasmosis
D.Lainnya
IV. Lesi gingiva yang berasal dari genetik
A. Fibromatosis gingiva herediter
V. Manifestasi gingiva dari kondisi sistemik
A. Lesi mukokutan
1. Lichen planus
2. Pemfigoid
3. Pemfigus vulgaris
4. Eritema multiforme
5. Lupus eritematosus
6. Kondisi akibat obat
7. Lainnya
B. Reaksi alergi
1. Bahan restorasi gigi
Sebuah. Air raksa
b. Nikel
c. Akrilik
d. Lain
2. Reaksi yang disebabkan oleh hal-hal berikut:
a. Pasta gigi atau pasta gigi
b. Obat kumur atau obat kumur
c. Aditif permen karet
d. Makanan dan aditif
3. Lainnya
VI. Lesi traumatis (buatan, iatrogenik, atau tidak disengaja)
A. Cedera kimia
B. Cedera fisik
C. Cedera termal
VII. Reaksi benda asing
VIII. Tidak ditentukan lain
2. Lainnya
III. Dipengaruhi Obat-Obatan
A. Penyakit gingiva yang dipengaruhi obat Drug
1. Pembesaran gingiva karena pengaruh obat
2. Gingivitis yang dipengaruhi obat
Sebuah. Gingivitis terkait kontrasepsi oral
b. Lain
IV. Penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh malnutrisi
A. Gingivitis defisiensi asam askorbat
Lesi Gingiva yang Tidak Diinduksi Plak
I. Penyakit gingiva yang berasal dari bakteri tertentu
A. Neisseria gonorrhoeae
B. Treponema pallidum
C. Spesies Streptokokus
D.Lainnya
II. Penyakit gingiva yang berasal dari virus
A. Infeksi virus herpes
1. Gingivostomatitis herpes primer
2. Herpes mulut berulang
3. Varisela zoster
III. Penyakit gingiva yang berasal dari jamur
A. Infeksi spesies Candida: kandidiasis gingiva umum
B. Eritema gingiva linier
C. Histoplasmosis
D.Lainnya
IV. Lesi gingiva yang berasal dari genetik
A. Fibromatosis gingiva herediter
V. Manifestasi gingiva dari kondisi sistemik
A. Lesi mukokutan
1. Lichen planus
2. Pemfigoid
3. Pemfigus vulgaris
4. Eritema multiforme
5. Lupus eritematosus
6. Kondisi akibat obat
7. Lainnya
B. Reaksi alergi
1. Bahan restorasi gigi
Sebuah. Air raksa
b. Nikel
c. Akrilik
d. Lain
2. Reaksi yang disebabkan oleh hal-hal berikut:
a. Pasta gigi atau pasta gigi
b. Obat kumur atau obat kumur
c. Aditif permen karet
d. Makanan dan aditif
3. Lainnya
VI. Lesi traumatis (buatan, iatrogenik, atau tidak disengaja)
A. Cedera kimia
B. Cedera fisik
C. Cedera termal
VII. Reaksi benda asing
VIII. Tidak ditentukan lain

31 Mampu menjelaskan keadaan klinis masing masing diagnose penyakit periodontal


32 Mampu menjelaskan penatalaksanaan masing masing penyakit periodontal
A. FASE PERAWATAN PERIODONSIA
Perawatan di bidang periodontik dilakukan sesuai dengan jenis kelamin/penyakit yang
dimiliki oleh pasien. Secara garis besar, perawatan penyakit periodontal terdiri atas fase
perawatan :
a. Perawatan Fase I
Merupakan perawatan inisial yang harus selalu dilakukan dengan tujuan
menghilangkan/mengurangi, ataupun mencegah penyakit periodontal tahap dini, seperti
gingivitis, dengan cara membuang semua iritan lokal penyebab radang dengan skeling dan
penghalusan akar (SPA), kontrol plak, splinting sementara, perbaikan restorasi gigi,
koronoplasti, dan penambalan karies. Setelah perawatan fase ini dilakukan evaluasi
sebelum ke fase II.
b. Perawatan Fase II
Merupakan perawatan bedah, yang dilakukan untuk menghilangkan jaringan patologis pada
dinding poket dengan tindakan bedah periodontal seperti kuretase, gingivektomi, dan
bedah flep, dengan tujuan membentuk perlekatan kembali gingiva ke permukaan gigi,
membantu regenerasi jaringan, dan mencapai kondisi jaringan periodonsium yang stabil
dan mudah dalam pemeliharaan. Fase ini dilakukan jika perawatan fase inisial tidak berhasil.
c. Perawatan Fase III
Merupakan perawatan pendukung seperti : pembuatan gigi tiruan, perawatan ortodontik,
splinting permanen, dan faktor predisposisi lainnya.
d. Perawatan Fase IV
Merupakan pengecekan kembali secara periodik adanya plak dan kalkulus, kondisi gingiva
(poket dan peradangan), oklusi, kegoyangan gigi, dan perubahan patologis lainnya.

Urutan Prosedur Terapi


1. Preliminary phase :
Perawatan keadaan darurat :
a. Dental atau periapikal
b. Periodontal (apabila menjumpai kasus darurat maka harus segera dilakukan perawatan)
Misal, pencabutan gigi yang hopeless dan insisi drainase abses periodontal
2. Terapi fase I
a. Kontrol plak
b. Kontrol diet
c. Menghilangkan kalkulus dan root planing
d. Memperbaiki faktor iritasi : restorasi, protesa
e. Terapi oklusal
f. Minor ortodontik movement
g. Splinting
h. DHE
i. Terapi Hipersensitivitas Gigi
3. Evaluasi respon periodontal terhadap terapi fase I
a. Pengecekan kembali kedalaman poket dan inflamasi gingiva
b. Plak dan kalkulus
4. Terapi fase II (fase surgical/fase bedah)
a. Bedah periodontal (gingivek,operkulek,frenulek,...)
b. Terapi saluran akar
5. Terapi fase III (fase restorative) misal penvabutan sisa akar
a. Restorasi
b. Protesa
6. Evaluasi respon periodontal terhadap prosedur restorative
7. Terapi fase IV (fase pemeliharaan)
Kontrol periodik untuk pemeriksaan :
a. Plak dan kalkulus
b. Keadaan gingiva
c. Karies
d. Oklusi dan mobilitas gigi
e. Keadaan patologi yang lain (Carranza, 2012).

33 Mampu menjelaskan patofisiologi penyakit periodontal


34 Mampu menjelaskan faktor predisposisi penyakit periodontal
Mampu menjelaskan fase perawatan periodontal preliminary phase
35

36 Mampu menjelaskan fase perawatan periodontal non surgical phase


37 Mampu menjelaskan fase perawatan periodontal surgical phase
38 Mampu menjelaskan fase perawatan periodontal restorative phase
B. TIPE PROGNOSIS
1. Excellent prognosis: bone loss (-), kondisi ginggiva (+), kooperatif, faktor sistemik &
lingkungan (merokok, faktor genetic, stress) (-)
2. Good prognosis: punya 1 atau lebih: sisa tulang penyangga cukup, adequate kontrol
faktor etiologi dan perawatan geligi, kooperatif, faktor sistemik & lingkungan (-)
3. Fair prognosis: punya 1 atau lebih: sisa tulang penyangga tidak cukup, goyang beberapa
gigi, grade I furcation involvement, kemungkinan besar perawatan bs adequate,
kooperatif, adanya faktor sistemik dan lingkungan yg terbatas
4. Poor prognosis: punya satu atau lebih: moderate – advance bone loss, gigi goyang,
grade I dan II furcation involvement, sulitnya area yg dirawat, kooperatif px meragukan,
faktor sistemik & lingkungan (+)
5. Questionable prognosis: punya satu atau lebih: advance bone loss, grade II dan III
furcation involvement, gigi goyang, area tidak terakses, faktor sistemik & faktor
lingkungan ada
6. Hopeless prognosis: punya satu atau lebih: advance bone loss, area tdk terjangkau,
indikasi pencabutan, grade III&IV furcation involment, ada faktor sistemik, lingkungan
tdk terkontrol (Carranza, 2012).

39 Mampu menjelaskan fase perawatan periodontal maintenance phase


40 Mampu menjelaskan kriteria prognosa periodontal good
41 Mampu menjelaskan kriteria prognosa periodontal fair
42 Mampu menjelaskan kriteria prognosa periodontal poor
43 Mampu menjelaskan kriteria prognosa periodontal questionable
44 Mampu menjelaskan kriteria prognosa periodontal hopeless

Anda mungkin juga menyukai