Anda di halaman 1dari 14

PROSEDUR PENATALAKSANAAN

KASUS KOMPLEKS

Disusun Oleh:
Reisha Mersita, S.KG
04074881618024

Dosen Pembimbing:
drg. Hema Awalia, MPH

PENDIDIKAN PROFESI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
I. INFORMASI KASUS

Data Pribadi Pasien


Nama Pasien : Misilawati
Umur : 24 tahun
Suku : Melayu
Jenis Kelamin : Wanita
Status Perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Alamat Tetap : Jalan Sukabangun II Rt 0 34 Rw 09
Telepon/Hp : 0853 777 22672
Pendidikan Terakhir : SLTA
Pekerjaan :-
Peserta Asuransi :-

Riwayat Penyakit/ Kelainan Sistemik


Penyakit/ kelainan Penyakit/ kelainan
Ada Disangkal Ada Disangkal
sistemik sistemik
Alergi  HIV + AIDS 
Penyakit jantung  Penyakit pernafasan/ 
paru
Penyakit tekanan darah  Kelainan pencernaan 
tinggi
Penyakit kencing manis/  Penyakit ginjal 
DM
Penyakit kelainan darah  Penyakit/ kelainan 
kelenjar ludah
Penyakit hepatitis  Epilepsi 
Kelainan hati lainnya 

STATUS UMUM PASIEN


Rujukan : Datang sendiri
Keadaan umum : Sehat, Compos mentis
Berat badan : 55 kg
Tinggi badan : 155 cm
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 78 denyut/ menit
Pernafasan : 20 kali/ menit
Pupil mata : Normal

ANAMNESIS
Keluhan utama :
Seorang pasien perempuan (24 tahun) datang ke klinik RSKGM dengan
keluhan gigi depan atasnya berlubang dan berubah warna ± 3 tahun yang lalu.
Dahulu pernah terasa sakit, namun saat ini tidak terasa sakit lagi. Pasien
menginginkan perawatan.

Riwayat perawatan gigi : Pasien belum pernah dilakukan perawatan


gigi.
Kebiasaan buruk : -
Riwayat sosial : Pasien tinggal bersama orang tuanya.

PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL


Wajah :  Simetri  Asimetri
Bibir :  Sehat  Ada kelainan
Kelenjar getah bening submandibula :
Kanan :  Tidak teraba  Teraba (lunak/kenyal/keras)
 Sakit  Tidak sakit
Kiri :  Tidak teraba  Teraba (lunak/kenyal/keras)
 Sakit  Tidak sakit
Kelenjar lainnya : -

KEADAAN UMUM INTRA ORAL


Debris :  Tidak ada  Ada, regio: a, b, c, d, e, f
Kalkulus :  Tidak ada  Ada, regio: a, b, c, d, e, f
Plak :  Tidak ada  Ada, regio: a, b, c, d ,e, f
Perdarahan papilla interdental :  Tidak ada  Ada, regio: a, b, c, d ,e, f
Gingiva :  Sehat
 Ada kelainan, terdapat eritema pada margin
gingiva regio a,b,c,d,e,f
Mukosa :  Sehat
 Ada kelainan
Palatum :  Sehat
 Kelainan/ anomali
Lidah :  Sehat/ normal
 Kelainan/ anomali
Dasar mulut :  Sehat  Ada kelainan
Hubungan rahang :  Ortognati  Retrognati  Prognati
Kelainan gigi-geligi :  Tidak ada  Ada

OHI-S
DI CI OHI-S = DI + CI Ket : baik
3 1 2 2 1 1 = 10/6 + 8/6  sedang
Temuan Masalah :
1 0 3 1 1 2 =3  buruk
Gigi 21

 Terdapat lesi D6 pada gigi 21


sondasi (+), CE (-), perkusi (+), palpasi (-) D/ nekrosis pulpa disertai lesi

periapikal
 Pada gambaran radiografis :
- Terdapat radiolusen pada mahkota bagian mesial gigi
- Terdapat radiolusen yang mengelilingi 1/3 akar
- Atap kamar pulpa radiolusen dan terdapat satu saluran akar.
- Terdapat pelebaran ligamen periodontal pada 2/3 apikal.
Gambar. Foto klinis dan radiografi periapikal pada gigi 21

Diagnosa : Nekrosis Pulpa pada gigi 21 disertai lesi periapikal

Rencana Perawatan : Pulpektomi non vital dengan pasak dan restorasi akhir
mahkota jaket.
II. PROSEDUR PENATALAKSANAAN PULPEKTOMI DAN
PERAWATAN SALURAN AKAR

 Kunjungan Pertama:

- Informed Consent
Informed consent merupakan persetujuan pasien terhadap segala
tindakan dan pengobatan yang akan diberikan kepadanya setelah mendapat
informasi yang lengkap dan jelas dari dokter tentang rencana pengobatan
tersebut.

- Pemeriksaan Subjektif, Objektif, dan Penunjang


Pemeriksaan subjektif berkaitan dengan keluhan yang dialami
pasien mengenai giginya. Pemeriksaan objektif berkaitan dengan
pemeriksaan vitalitas gigi, sondasi, palpasi, dan perkusi. Pemeriksaan
penunjang dengan rontgen periapikal bertujuan untuk membantu
menegakkan diagnosis, mengetahui jumlah saluran akar, apeks gigi, dan
keadaan jaringan di sekitar gigi.

 Kunjungan Kedua:
 Pemeriksaan Subjektif dan Objektif
 Pemeriksaan Vital Sign
Pemeriksaan vital sign meliputi pemeriksaan tekanan darah, nadi,
pernafasan, dan pupil mata pada pasien.
 Open Access
Tahapan penting dalam perawatan saluran akar gigi yang terinfeksi
adalah preparasi biomekanis yang terdiri dari cleaning and shaping,
sterilisasi dan pengisian saluran akar. Preparasi biomekanis yang baik akan
menunjang proses sterilisasi dan menghasilkan pengisian yang baik
sehingga didapatkan hasil yang maksimal.
Tujuan preparasi akses adalah:
1) Memperoleh akses yang lurus
2) Membuang atap pulpa
3) Mengetahui vitalitas gigi
Preparasi akses dilakukan pada permukaan palatal/lingual gigi
dengan bentuk triangular. Preparasi akses bagian palatal gigi menggunakan
bur bulat dengan arah tegak lurus aksis gigi, kemudian atap pulpa dibuang
dengan gerakan dari kamar pulpa ke arah luar dan dinding kavitas
diratakan dengan bur fissure sampai berbentuk divergen kearah insisal.
Periksa preparasi dengan sonde, masih ada sangkutan atau tidak.

Gambar 1. Tahap Preparasi

 Eksplorasi
Mencari jalan masuk saluran akar melalui orifice dengan cara
eksplorasi menggunakan smooth broach atau jarum Miller.
 Ekstirpasi Pulpa
Pembuangan jaringan pulpa pada saluran akar menggunakan
barbed broach atau jarum ekstirpasi sedalam 2/3 saluran akar, kemudian
diputar 180 derajat searah jarum jam, lalu ditarik keluar.
Syarat barbed broach:
1) Ukuran jarum ekstirpasi sesuai dengan dimensi saluran akar
2) Tidak boleh terlalu pas dalam saluran akar
3) Makin besar instrumen, makin baik daya ambilnya
 Debridement
Lakukan irigasi pada saluran akar menggunakan bahan irigasi
dengan urutan sebagai berikut: aquades steril - NaOCl 2,5% - aquades
steril – dan chlorhexidine 2%. Bahan irigasi digunakan untuk
menghilangkan debris dan darah, melarutkan smear layer, dan sebagai efek
antibakteri. Dan kemudian dikeringkan dengan paper point.
Sodium hipoklorit (NaOCl) digunakan sebagai bahan irigasi karena
mampu melarutkan jaringan pulpa vital dan nekrotik, membilas debris
keluar dari saluran akar, bersifat anti mikroba dengan spekrum luas,
sporisid, virusid, pelumas, harganya ekonomis dan mudah diperoleh. Akan
tetapi larutan sodium hipoklorit dapat menyebabkan iritasi bila terdorong
ke jaringan periapikal, tidak mampu melarutkan komponen anorganik,
menyebabkan bercak putih bila mengenai pakaian pasien dan aromanya
tidak enak.
Chlorhexidine merupakan antiseptik kuat bentuk larutan yang
secara luas digunakan sebagai plaque control secara kimiawi didalam
rongga mulut. Chlorhexidine bukan merupakan bahan irigasi utama karena
bahan ini tidak mampu melarutkan sisa-sisa jaringan nekrotik dan kurang
efektif terhadap bakteri gram negatif.

Teknik irigasi saluran akar :


 Bahan irigasi dimasukkan secara perlahan dalam saluran akar.
 Jarum tidak boleh terjepit dalam saluran akar dan harus memungkinkan
aliran yang adekuat.
 Pilih jarum tumpul, ukuran 27 atau 28.
 Pada kasus saluran akar kecil, dimasukkan larutan pada kamar pulpa, file
akan membawa larutan sampai ke saluran akar.
 Untuk membuang kelebihan cairan, sebaiknya ditampung dengan kasa
yang diletakkan dekat kamar pulpa, selanjutnya untuk mengeringkan
saluran akar, gunakan paper point.
 Pada kasus saluran akar yang besar, masukkan jarum sampai tidak ada
hambatan, lalu tarik 2-3 mm dan diirigasi, gunakan kasa untuk
menampung kelebihan, selanjutnya untuk mengeringkan saluran akar
gunakan paper point.
 Agar pembersihan/debridement efektif pada saluran akar gigi anterior
dan posterior, jarum dibengkokkan di bagian tengahnya untuk mencapai
panjang optimum saluran akar.

Jarum Irigasi
Jenis jarum secara umum terdiri dari jarum dengan ujung terbuka (open-
ended) dan ujung tertutup (closed-ended). Jarum dengan ujung terbuka
terbagi atas flat, bevel, dan notched, sedangkan jarum dengan ujung tertutup
terbagi atas side vented, double side vented, dan multivented. Jarum dengan
ujung tertutup dapat meningkatkan aktivasi hidrodinamik bahan irigasi dan
menghindari ekstrusi bahan irigasi pada apikal. Ketika melakukan irigasi,
jarum harus dalam keadaan terbebas di dalam saluran akar. Hal tersebut
memungkinkan bahan irigasi untuk refluks dan menyebabkan debris bergerak
ke arah koronal serta mencegah terdorongnya bahan irigasi ke jaringan
periapeks dengan demikian dapat mencegah tekanan serta kerusakan pada
periapikal.
 Penentuan Panjang Kerja (PK)
Penentuan panjang kerja dilakukan dengan mengunakan Electronic
Apex Locator. Saluran akar diirigasi dengan NaOCl dan dikeringkan
dengan paperpoint. File dimasukkan ke saluran akar sampai layar
pengukuran elektronik terbaca 0,0 mm dari apeks dan terdengar nada
yang mengindikasikan apeks sudah tercapai. File dikunci posisinya dan
ditentukan panjang kerjanya dengan mengurangi 1 - 2 mm dari ukuran
panjang saluran akar yang telah didapatkan.
Gambar 2. Electronic Apex Locator
 Penentuan IAF (Initial Apical File) + Rontgen IAF
IAF merupakan file terbesar pertama yang pas masuk saluran akar
dan sesuai dengan panjang kerja yang telah ditentukan sebelumnya.
Rontgen IAF dilakukan untuk memastikan bahwa IAF telah benar.
 Irigasi
 Medikamen
Setelah dilakukan preparasi saluran akar, perlu diberikan medikamen
berupa kalsium hidroksida. Kalsium hidroksida dapat dicampur dengan
aquadest, saline, gliserin, chlorhexidine, atau anestesi lokal. Kalsium
hidroksida diaplikasikan pada saluran akar dengan menggunakan paper
point, spreader, atau lentulo spiral. Masa aktif kalsium hidroksida yaitu
7-14 hari, karena efek antiseptiknya berjalan lambat hingga dua minggu
sedangkan waktu optimumnya satu minggu. Secara fisik bahan ini
mampu menutup saluran akar sehingga meminimalkan jalannya
pertukaran eksudat jaringan yang merupakan sumber utama makanan
bakteri. Selain itu mempunyai sifat sedikit larut dalam air dan tidak
larut dalam alkohol.
 Tumpat Sementara
 Kunjungan Ketiga:
 Pemeriksaan Subjektif dan Objektif
 Buka tumpatan sementara
 Irigasi & keringkan
 Penentuan MAF (Master Apical File)
Lakukan preparasi sampai 2 nomor di atas IAF untuk menentukan
MAF, tanpa mengurangi panjang kerja.
 Preparasi step back dan rekapitulasi file
Teknik preparasi yang digunakan adalah teknik preparasi stepback
(Telescopic canal preparation atau Serial Root Canal Preparation).
o Preparasi stepback menggunakan K-File sampai 3 nomor di atas
MAF dengan mengurangi panjang kerja 1 mm.
o Setiap pergantian alat dari nomor kecil ke nomor berikutnya
selalu dilakukan irigasi dan rekapitulasi (memasukkan kembali
file terakhir [MAF] yang digunakan pada preparasi apikal untuk
mengeluarkan debris tetapi tidak memperlebar saluran akar).
o Irigasi harus dilakukan sebelum, setiap dan sesudah pergantian
alat

Instrumentasi  Rekapitulasi  Irigasi

 
Irigasi  Rekapitulasi  Instrumentasi

Contoh :
IAF = #20/ 26 mm
#25/ 26 mm
MAF = #30/ 26 mm
Step Back = #35/ 25 mmRekapitulasi = #30/ 26 mm
#40/ 24 mm Rekapitulasi = #30/ 26 mm
#45/ 23 mm Rekapitulasi = #30/ 26 mm

 Penentuan & Rontgen MAC (Master Apical Cone)


Ukurannya sama dengan MAF. Dilakukan foto rontgen kembali untuk
memastikan bahwa MAC (Master Apical Cone) telah sesuai panjang kerja
- Irigasi dan keringkan
- Medikamen
Setelah dilakukan preparasi saluran akar, perlu diberikan medikamen berupa
kalsium hidroksida. Kalsium hidroksida dapat dicampur dengan aquadest,
saline, gliserin, chlorhexidine, atau anestesi lokal. Kalsium hidroksida
diaplikasikan pada saluran akar dengan menggunakan paper point, spreader,
atau lentulo spiral. Masa aktif kalsium hidroksida yaitu 7-14 hari, karena efek
antiseptiknya berjalan lambat hingga dua minggu sedangkan waktu
optimumnya satu minggu. Secara fisik bahan ini mampu menutup saluran
akar sehingga meminimalkan jalannya pertukaran eksudat jaringan yang
merupakan sumber utama makanan bakteri. Selain itu mempunyai sifat
sedikit larut dalam air dan tidak larut dalam alkohol.
 Tumpat Sementara
Dilakukan penumpatan sementara menggunakan cavit
 Kunjungan Keempat:
 Pemeriksaan Subjektif dan Objektif
 Buka Tumpatan Sementara
 Persiapan Obturasi
Syarat boleh dilakukannya obturasi adalah saat tidak adanya
keluhan pasien dari gigi yang dirawat (rasa sakit, palpasi dan perkusi
negatif), saluran akar telah kering, tidak berbau (cotton pellet), steril,
tumpatan sementara tidak terbuka, lesi periapikal tidak berkembang, pada
RO MAC sudah sesuai dengan panjang kerja. Untuk melihat saluran akar
sudah kering atau belum, dapat dilihat dengan cara mengambil kalsium
hidroksida dengan menggunakan file dari saluran akar dan diletakkan di
atas glass slab. Jika kalsium hidroksida telah kering saat diletakkan di
atas glass slab, maka selanjutnya dapat dilakukan obturasi.
 Irigasi dan keringkan
 Obturasi Saluran Akar
Material yang dapat dilakukan adalah gutta percha dengan semen
saluran akar (sealer). Pengaplikasian semen saluran akar (sealer)
menggunakan lentulo. Fungsi semen saluran akar adalah sebagai agen
antimikroba, mengisi celah antara bahan pengisi dengan dinding dentin,
sebagai lubrikan saat proses obturasi, dan memberikan efek radiopak.
Sealer yang digunakan adalah endomethasone. Sealer endomethasone
merupakan semen saluran akar berbasis zinc oxide eugenol. Cara
manipulasinya adalah sebagai berikut.
1. Campurkan powder dan liquid dengan rasio 1:2 pada glass slab
2. Pengadukan dilakukan menggunakan spatula semen dengan gerakan
memutar searah jarum jam hingga tercampur rata dan konsistensinya
tepat
3. Konsistensi sealer yang baik dapat dicek dengan mengangkat sealer dari
glass slab menggunakan spatula semen, konsistensi yang diperoleh
adalah sealer terangkat sepanjang ±1 inci dan tidak terputus.
Teknik obturasi yang digunakan adalah teknik kondensasi lateral menggunakan
spreader. Langkah-langkah obturasi dengan menggunakan teknik ini adalah:
1. Master kon dipaskan pada saluran akar sesuai dengan panjang kerja yang
telah ditetapkan.
2. Jika letak master kon sudah tepat dalam saluran akar, kon tersebut
dikeluarkan dan saluran akar dikeringkan kembali.
3. Campur semen saluran akar dan masukkan ke saluran akar dengan
menggunakan lentulo.
4. Master kon dilapisi dengan semen saluran akar dan dengan hati-hati
ditempatkan kembali ke dalam saluran akar.
5. Spreader dimasukkan sepanjang master kon dan ditekan ke arah apeks.
6. Untuk membebaskan spreader saatakan dikeluarkan, putar spreader bolak
balik sepanjang sumbunya.
7. Setelah dikeluarkan, masukkan segera kon aksesori ke saluran akar.
Masukkan kembali spreader untuk menekan kon aksesori ke arah lateral.
8. Ulangi tahap ini sampai spreader tidak dapat masuk orifis.
9. Potong kelebihan guttaperca dengan alat (ekskavator) panas. Pemotongan
dilakukan sampai 1 mm dibawah tepi gingiva gigi anterior. Tujuan
pemotongan ini adalah agar tidak terjadi perubahan warna di mahkota
akibat bahan sealer dan bahan obturasi.

 Tumpatan Sementara
Penumpatan sementara menggunakan teknik double seal, yaitu diatas
guttapercha diaplikasikan GIC (lining) kemudian cotton pellet diletakkan
diatasnya, lalu ditumpat dengan tumpatan sementara. Setelah itu, lakukan
rontgen terhadap hasil obturasi.

 Kunjungan kelima:
 Kontrol Obturasi
Kontrol dilakukan 1 minggu setelah perawatan saluran akar. Pada saat
kontrol dilakukan pemeriksaan subjektif, objektif, dan radiografis.
 Pemeriksaan subjektif: untuk melihat ada atau tidaknya keluhan
pasien setelah dilakukan obturasi.
 Pemeriksaan objektif: dilakukan pemeriksaan visual untuk melihat
adanya perubahan warna pada gigi atau tidak, pemeriksaan palpasi,
perkusi serta tes mobilitas gigi
 Pemeriksaan radiografis: untuk melihat keadaan periapikal pada gigi
yang dirawat saluran akar
Jika tidak ada keluhan, dilanjutkan dengan restorasi akhir berupa mahkota
jaket.

Palembang, 2 Juni 2017


Disetujui oleh
Dokter Pembimbing Konservasi

drg. Danica Anastasia, Sp. KG

Anda mungkin juga menyukai