KASUS KOMPLEKS
Disusun Oleh:
Reisha Mersita, S.KG
04074881618024
Dosen Pembimbing:
drg. Hema Awalia, MPH
PENDIDIKAN PROFESI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
I. INFORMASI KASUS
ANAMNESIS
Keluhan utama :
Seorang pasien perempuan (24 tahun) datang ke klinik RSKGM dengan
keluhan gigi depan atasnya berlubang dan berubah warna ± 3 tahun yang lalu.
Dahulu pernah terasa sakit, namun saat ini tidak terasa sakit lagi. Pasien
menginginkan perawatan.
OHI-S
DI CI OHI-S = DI + CI Ket : baik
3 1 2 2 1 1 = 10/6 + 8/6 sedang
Temuan Masalah :
1 0 3 1 1 2 =3 buruk
Gigi 21
periapikal
Pada gambaran radiografis :
- Terdapat radiolusen pada mahkota bagian mesial gigi
- Terdapat radiolusen yang mengelilingi 1/3 akar
- Atap kamar pulpa radiolusen dan terdapat satu saluran akar.
- Terdapat pelebaran ligamen periodontal pada 2/3 apikal.
Gambar. Foto klinis dan radiografi periapikal pada gigi 21
Rencana Perawatan : Pulpektomi non vital dengan pasak dan restorasi akhir
mahkota jaket.
II. PROSEDUR PENATALAKSANAAN PULPEKTOMI DAN
PERAWATAN SALURAN AKAR
Kunjungan Pertama:
- Informed Consent
Informed consent merupakan persetujuan pasien terhadap segala
tindakan dan pengobatan yang akan diberikan kepadanya setelah mendapat
informasi yang lengkap dan jelas dari dokter tentang rencana pengobatan
tersebut.
Kunjungan Kedua:
Pemeriksaan Subjektif dan Objektif
Pemeriksaan Vital Sign
Pemeriksaan vital sign meliputi pemeriksaan tekanan darah, nadi,
pernafasan, dan pupil mata pada pasien.
Open Access
Tahapan penting dalam perawatan saluran akar gigi yang terinfeksi
adalah preparasi biomekanis yang terdiri dari cleaning and shaping,
sterilisasi dan pengisian saluran akar. Preparasi biomekanis yang baik akan
menunjang proses sterilisasi dan menghasilkan pengisian yang baik
sehingga didapatkan hasil yang maksimal.
Tujuan preparasi akses adalah:
1) Memperoleh akses yang lurus
2) Membuang atap pulpa
3) Mengetahui vitalitas gigi
Preparasi akses dilakukan pada permukaan palatal/lingual gigi
dengan bentuk triangular. Preparasi akses bagian palatal gigi menggunakan
bur bulat dengan arah tegak lurus aksis gigi, kemudian atap pulpa dibuang
dengan gerakan dari kamar pulpa ke arah luar dan dinding kavitas
diratakan dengan bur fissure sampai berbentuk divergen kearah insisal.
Periksa preparasi dengan sonde, masih ada sangkutan atau tidak.
Eksplorasi
Mencari jalan masuk saluran akar melalui orifice dengan cara
eksplorasi menggunakan smooth broach atau jarum Miller.
Ekstirpasi Pulpa
Pembuangan jaringan pulpa pada saluran akar menggunakan
barbed broach atau jarum ekstirpasi sedalam 2/3 saluran akar, kemudian
diputar 180 derajat searah jarum jam, lalu ditarik keluar.
Syarat barbed broach:
1) Ukuran jarum ekstirpasi sesuai dengan dimensi saluran akar
2) Tidak boleh terlalu pas dalam saluran akar
3) Makin besar instrumen, makin baik daya ambilnya
Debridement
Lakukan irigasi pada saluran akar menggunakan bahan irigasi
dengan urutan sebagai berikut: aquades steril - NaOCl 2,5% - aquades
steril – dan chlorhexidine 2%. Bahan irigasi digunakan untuk
menghilangkan debris dan darah, melarutkan smear layer, dan sebagai efek
antibakteri. Dan kemudian dikeringkan dengan paper point.
Sodium hipoklorit (NaOCl) digunakan sebagai bahan irigasi karena
mampu melarutkan jaringan pulpa vital dan nekrotik, membilas debris
keluar dari saluran akar, bersifat anti mikroba dengan spekrum luas,
sporisid, virusid, pelumas, harganya ekonomis dan mudah diperoleh. Akan
tetapi larutan sodium hipoklorit dapat menyebabkan iritasi bila terdorong
ke jaringan periapikal, tidak mampu melarutkan komponen anorganik,
menyebabkan bercak putih bila mengenai pakaian pasien dan aromanya
tidak enak.
Chlorhexidine merupakan antiseptik kuat bentuk larutan yang
secara luas digunakan sebagai plaque control secara kimiawi didalam
rongga mulut. Chlorhexidine bukan merupakan bahan irigasi utama karena
bahan ini tidak mampu melarutkan sisa-sisa jaringan nekrotik dan kurang
efektif terhadap bakteri gram negatif.
Jarum Irigasi
Jenis jarum secara umum terdiri dari jarum dengan ujung terbuka (open-
ended) dan ujung tertutup (closed-ended). Jarum dengan ujung terbuka
terbagi atas flat, bevel, dan notched, sedangkan jarum dengan ujung tertutup
terbagi atas side vented, double side vented, dan multivented. Jarum dengan
ujung tertutup dapat meningkatkan aktivasi hidrodinamik bahan irigasi dan
menghindari ekstrusi bahan irigasi pada apikal. Ketika melakukan irigasi,
jarum harus dalam keadaan terbebas di dalam saluran akar. Hal tersebut
memungkinkan bahan irigasi untuk refluks dan menyebabkan debris bergerak
ke arah koronal serta mencegah terdorongnya bahan irigasi ke jaringan
periapeks dengan demikian dapat mencegah tekanan serta kerusakan pada
periapikal.
Penentuan Panjang Kerja (PK)
Penentuan panjang kerja dilakukan dengan mengunakan Electronic
Apex Locator. Saluran akar diirigasi dengan NaOCl dan dikeringkan
dengan paperpoint. File dimasukkan ke saluran akar sampai layar
pengukuran elektronik terbaca 0,0 mm dari apeks dan terdengar nada
yang mengindikasikan apeks sudah tercapai. File dikunci posisinya dan
ditentukan panjang kerjanya dengan mengurangi 1 - 2 mm dari ukuran
panjang saluran akar yang telah didapatkan.
Gambar 2. Electronic Apex Locator
Penentuan IAF (Initial Apical File) + Rontgen IAF
IAF merupakan file terbesar pertama yang pas masuk saluran akar
dan sesuai dengan panjang kerja yang telah ditentukan sebelumnya.
Rontgen IAF dilakukan untuk memastikan bahwa IAF telah benar.
Irigasi
Medikamen
Setelah dilakukan preparasi saluran akar, perlu diberikan medikamen
berupa kalsium hidroksida. Kalsium hidroksida dapat dicampur dengan
aquadest, saline, gliserin, chlorhexidine, atau anestesi lokal. Kalsium
hidroksida diaplikasikan pada saluran akar dengan menggunakan paper
point, spreader, atau lentulo spiral. Masa aktif kalsium hidroksida yaitu
7-14 hari, karena efek antiseptiknya berjalan lambat hingga dua minggu
sedangkan waktu optimumnya satu minggu. Secara fisik bahan ini
mampu menutup saluran akar sehingga meminimalkan jalannya
pertukaran eksudat jaringan yang merupakan sumber utama makanan
bakteri. Selain itu mempunyai sifat sedikit larut dalam air dan tidak
larut dalam alkohol.
Tumpat Sementara
Kunjungan Ketiga:
Pemeriksaan Subjektif dan Objektif
Buka tumpatan sementara
Irigasi & keringkan
Penentuan MAF (Master Apical File)
Lakukan preparasi sampai 2 nomor di atas IAF untuk menentukan
MAF, tanpa mengurangi panjang kerja.
Preparasi step back dan rekapitulasi file
Teknik preparasi yang digunakan adalah teknik preparasi stepback
(Telescopic canal preparation atau Serial Root Canal Preparation).
o Preparasi stepback menggunakan K-File sampai 3 nomor di atas
MAF dengan mengurangi panjang kerja 1 mm.
o Setiap pergantian alat dari nomor kecil ke nomor berikutnya
selalu dilakukan irigasi dan rekapitulasi (memasukkan kembali
file terakhir [MAF] yang digunakan pada preparasi apikal untuk
mengeluarkan debris tetapi tidak memperlebar saluran akar).
o Irigasi harus dilakukan sebelum, setiap dan sesudah pergantian
alat
Irigasi Rekapitulasi Instrumentasi
Contoh :
IAF = #20/ 26 mm
#25/ 26 mm
MAF = #30/ 26 mm
Step Back = #35/ 25 mmRekapitulasi = #30/ 26 mm
#40/ 24 mm Rekapitulasi = #30/ 26 mm
#45/ 23 mm Rekapitulasi = #30/ 26 mm
Tumpatan Sementara
Penumpatan sementara menggunakan teknik double seal, yaitu diatas
guttapercha diaplikasikan GIC (lining) kemudian cotton pellet diletakkan
diatasnya, lalu ditumpat dengan tumpatan sementara. Setelah itu, lakukan
rontgen terhadap hasil obturasi.
Kunjungan kelima:
Kontrol Obturasi
Kontrol dilakukan 1 minggu setelah perawatan saluran akar. Pada saat
kontrol dilakukan pemeriksaan subjektif, objektif, dan radiografis.
Pemeriksaan subjektif: untuk melihat ada atau tidaknya keluhan
pasien setelah dilakukan obturasi.
Pemeriksaan objektif: dilakukan pemeriksaan visual untuk melihat
adanya perubahan warna pada gigi atau tidak, pemeriksaan palpasi,
perkusi serta tes mobilitas gigi
Pemeriksaan radiografis: untuk melihat keadaan periapikal pada gigi
yang dirawat saluran akar
Jika tidak ada keluhan, dilanjutkan dengan restorasi akhir berupa mahkota
jaket.