Anda di halaman 1dari 20

INFORMASI KASUS

Data Pribadi Pasien


Nama Pasien : Dini Tiara
Umur : 20 tahun
Suku : Melayu
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum kawin
Agama : Islam
Alamat Tetap : Timbangan-Inderalaya
Telepon/Hp : 081273642210
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Mahasiswi
Peserta Asuransi : -

Riwayat Penyakit/ Kelainan Sistemik


Penyakit/ kelainan Penyakit/
Ada Disangkal Ada Disangkal
sistemik kelainan sistemik
Alergi HIV + AIDS
Penyakit jantung Penyakit
pernafasan/ paru
Penyakit tekanan darah Kelainan
tinggi pencernaan
Penyakit kencing manis/ Penyakit ginjal
DM
Penyakit kelainan darah Penyakit/ kelainan
kelenjar ludah
Penyakit hepatitis Epilepsi
Kelainan hati lainnya

STATUS UMUM PASIEN


Rujukan : Datang sendiri
Keadaan umum : Sehat, Compos mentis
Berat badan : 48 kg

1
Tinggi badan : 160 cm
Indeks Massa Tubuh (IMT) : 18,7 kg/m2 (Normal)
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 78 denyut/ menit
Pernafasan : 18 kali/ menit
Pupil mata : Normal

ANAMNESIS
Keluhan utama :
Seorang pasien perempuan (20 tahun) datang ke klinik RSKGM dengan
mengeluhkan tambalan gigi depan atasnya berubah warna dan berbayang hitam kurang
lebih sejak 3 tahun yang lalu, gigi pasien tidak pernahsakit sebelumnya, namun terasa
ngilu saat makan panas dan dingin. Pasien merasa tidak nyaman sehingga ingin giginya
dirawat.
Riwayat perawatan gigi : -Tambalan sewarna gigi dengan sinar pada gigi depan
atas sebelah kanan 2 tahun yang lalu
Kebiasaan buruk : -
Riwayat sosial : Pasien adalah seorang mahasiswi tinggal sendiri
(kost).
PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL
Wajah : Simetri Asimetri
Bibir : Sehat Ada kelainan
Kelenjar getah bening submandibula :
Kanan : Tidak teraba Teraba (lunak/kenyal/keras)
Sakit Tidak sakit
Kiri : Tidak teraba Teraba (lunak/kenyal/keras)
Sakit Tidak sakit
Kelenjar lainnya : -
KEADAAN UMUM INTRA ORAL
Debris : Tidak ada Ada, regio: a, b, c, d,e, f
Kalkulus : Tidak ada Ada, regio: a, c, d, f
Plak : Tidak ada Ada, regio: a, b, c, d,e, f
Perdarahan papilla interdental : Tidak ada Ada, regio: a, c, d, f
Gingiva : Sehat
Ada kelainan terdapat eritema pada margin
gingiva regio a,c,d,,f
Mukosa : Sehat
ada kelainan

2
Palatum : Sehat
Kelainan/ anomali
Lidah : Sehat/ normal
Kelainan/ anomali
Dasar mulut : Sehat Ada kelainan
Hubungan rahang : Ortognati Retrognati Prognati
Kelainan gigi-geligi : Tidak ada Ada
OHI-S
DI CI OHI-S = DI + CI Ket : baik
2 0 1 1 0 1 = 6/6 + 4/6 sedang
1 0 2 1 0 1 = 1,6 buruk

Temuan Masalah :
Gigi 11 :
Terdapat tumpatan sementara pada permukaan palatal yang dalam keadaan baik
dan tidak lepas.
Pemeriksaan klinis terlihat adanya tambalan berwarna putih lebih opak dari gigi
asli dan berbayang hitam.
Keluhan : (-)
Perkusi : (-)
Palpasi : (-)
Pemeriksaan radiografi periapikal terlihat adanya gambaran radiopak pada
saluran akar

Gambar. Foto klinis dan rontgen periapikal pada gigi 11

Diagnosa : Pulpitis irreversibel

3
Rencana Perawatan : Pulpektomi vital dengan pasak, dan restorasi akhir mahkota
jaket

4
PASAK

Prosedur tahapan pembuatan pasak dan mahkota jaket:

Preparasi mahkota
pasak
Pembuatan pola lilin untuk
Preparasi pasak dan inti Pembuatan
mahkota mahkota
Metode tidak langsung
Metode langsung sementara
Preparasi saluran
akar

Pembuatan mahkota Pemasangan pasak Pengecoran pasak

Pemasangan mahkota pasak Penyemenan post instruksi kepada


(pst crown) crown pasien

A PREPARASI MAHKOTA PASAK

1 Preparasi Bagian Mahkota


a Preparasi dimulai dengan membuang sisa jaringan mahkota. Pemotongan bagian
distal dimulai dari sudut mesial menuju disto-servikal. Bagian mesial yang
tersisa dipotong serong mulai dari tengah diagonal menuju sudut mesio-servikal.
Cara ini dilakukan agar gigi sebelahnya tidak ikut terpreparasi.
b Sisa bagian tengah digerinda sehingga hasilnya terdiri dari dua bidang yaitu
labial dan palatal.
c Sebaiknya jaringan gigi pada bagian labial dan lingual jangan dipreparasi sampai
di bawah tepi gusi agar tidak terjadi penutupan pinggiran preparasi oleh gusi
yang dapat mengganggu ketepatan pencetakan. Nanti sebelum pasak dipasang,
barulah pinggiran gigi dapat dipreparasi kembali sampai 0,5 mm di bawah

5
permukaan gusi pada bagian labial. Setelahnya, baru dilakukan pencetakan
untuk pembuatan crown.

2 Preparasi Saluran Akar


a Preparasi dimulai terlebih dahulu dengan menggunakan bur bulat tergantung
pada besarnya garis tengah akar.
b Dilakukan pengambilan guttapercha menggunakan ekskavator yang telah
dipanaskan, sedikit demi sedikit diambil. Perlu diusahakan agar bahan pengisi
saluran akar tidak tertarik keluar semua, tetapi pada daerah apeks masih terisi
dengan guttapercha dan pasta pengisi saluran akar.
c Pengambilan guttapercha dapat dilakukan dengan instrumen putar yang
disebut dengan peso reamers/drill yang dipasang pada contra angle low speed.
Menurut Tillman bisa menggunakan bur bulat dengan putaran lambat, mula-
mula membuat jalan masuk dengan bur bulat kecil, kemudian dengan bur bulat
lebih besar sesuai dengan saluran akar yang ada dan jika gutta percha dalam
saluran akar telah diambil sepanjang yang dikehendaki maka bur bulat dapat
diganti dengan bur fisur untuk memuat bentuk dari pasak.
d Dengan bur fisur, saluran akar dilebarkan dan dibentuk hingga penampangnya
berbentuk oval dengan sumbu panjang dalam arah labiolingual untuk
mencegah terjadinya rotasi.
e Diameter saluran akar kurang lebih 1/3 ukuran penampang permukaan akar.
Dalamnya 2/3 panjang akar atau sedikitnya sama dengan panjang mahkota gigi
asli yang diganti.
f Dibuat seat atau dudukan berbentuk shoulder sedalam 0,7-1 mm dengan
bentuk mengikuti keliling akar dengan lebar 1/6 diameter akar, tujuannya
untuk mencegah patahnya inti oleh adanya daya gigit dari gigi lawan.
g Untuk memeriksa hasil preparasi digunakan santigen yang dipanaskan sampai
lunak kemudian dicetakkan ke dalam preparasi. Jika preparasi sudah memadai,
tahap selanjutnya adalah membuat pola lilin pasak inti.

6
Gambar 2. Preparasi mahkota pasak

Keterangan gambar 2:
1 Dilihat dari labial
2 Dilihat dari proksimal
3 Dilihat dari insisal
a Gigi masih utuh
b Pemotongan mahkota bagian
mesial e Pembentukan saluran akar dan
c Pemotongan mahkota bagian dudukan
distal (1) Garis tengah akar
d Pemotongan sisa mahkota (2) Lebar dudukan 1/6 diameter akar
(3) Diameter saluran akar 1/3 diameter
akar
(4) Lebar pundak 1/6 diameter akar

7
Ferrule

Efek Ferrule didefinisikan sebagai vertical band dari struktur gigi pada

aspek gingival dari suatu preparasi mahkota gigi. Efek ini digunakan pada

preparasi pasak dalam bentuk kontrabevel melingkari gigi. Preparasi ferrule ini

menguatkan aspek koronal dari preparasi pasak, menghasilkan suatu dudukan

oklusal, dan bertindak sebagai bentuk antirotasi.

Preparasi Ferrule Effect 2 mm Berbentuk Kontra Bevel Melingkari Gigi di atas

Servikal Gigi untuk Menambah Resistensi Pasak (Baum dan Phillips, 1995;

Garoushi dan Vallitu, 2006)

Efek ferrule manambah retensi, tetapi yang lebih utama adalah

menyediakan resistensi pada gigi. Preparasi ferrule dengan tinggi 1 mm telah

menunjukkan resistensi yang lebih baik daripada gigi yang direstorasi pasak tanpa

menggunakan sistem ferrule. Penelitian lain menunjukkan bahwa preparasi ferrule

1,5 sampai 2 mm memberikan keuntungan ketahanan pasak maksimum dan dapat

mencegah terjadinya fraktur akar, walaupun ada beberapa pola fraktur pada

koronal yang masih dapat direstorasi kembali.


Akhiran Preparasi

Desain cavosurface margin: (a). Knife-edge, (b). Chamfer, (c). Shoulder, (d).
Bevel shoulder

Knife-edge/feather edge atau shoulderless

Bentuk preparasi ini dapat digunakan untuk restorasi yang terbuat dari

logam. Keuntungan dari bentuk akhiran preparasi ini adalah pengambilan jaringan

yang lebih sedikit, namun preparasi tidak dapat dievaluasi secara tepat

pengurangan di bagian tepi servikal sehingga dapat mengakibatkan akhiran tepi

servikal terlalu dalam di sulkus gingiva dan mengiritasi jaringan periodontal.

Kekurangan dari akhiran tepi servikal knife-edge ini adalah batasnya sulit

dilihat secara jelas pada gigi yang dipreparasi maupun pada model. Bentuk

akhiran ini memerlukan pengamatan secara lebih teliti oleh laboran terutama pada

saat membuat pola malamnya. Bentuk knife-edge merupakan akhiran tepi servikal

yang digunakan pula pada restorasi yang terbuat dari bahan emas karena

preparasinya dapat dibuat secara lebih mudah dan pengambilan jaringan gigi tidak

terlalu banyak, sehingga tidak membahayakan jaringan pulpa gigi.


Preparasi shoulder (bentuk hahu penuh)

Preparasi shoulder ini adalah preparasi yang mempunyai bahu

mengelilingi seluruh servikal sehingga disebut full shoulder atau partial shoulder

jika hanya bagian labial/bukal. Preparasi ini lebih menjamin adanya ruangan yang

cukup di daerah servikal terutama untuk kelompok restorasi metal porselen atau

metal akrilik. Teknik preparasi ini lebih sulit dan tidak mungkin dikerjakan pada

gigi yang mempunyai ruang pulpa yang besar. Bur yang digunakan dalam

pembuatan akhiran tepi servikal ini adalah bur bentuk fisur runcing yang

ujungnya rata. Bur ini digunakan apabila diperlukan ruangan untuk penempatan

restorasi yang terbuat dari porselen.

Preparasi bevel shoulder (bentuk setengah bahu)

Bentuk akhiran tepi servikal ini merupakan kombinasi dari bentuk bahu

penuh yang disertai dengan bevel. Preparasi bevel shoulder ternyata dapat

menghasilkan kontur yang baik untuk penempatan tepi restorasi karena jika bahu

ditempatkan pada lokasi yang tepat maka tepi bevel dapat berada dalam sulkus

gingival tanpa mengganggu dasar sulkus gingiva. Preparasi ini memenuhi dua

syarat penting pada daerah servikal yaitu, memberikan ruangan yang cukup untuk

bahan restorasi yang diperoleh dari bahu dan memungkinkan adaptasi tepi yang

adekuat dari bevel. untuk membuat bahu dan bevel di sub gingiva, bahu perlu

dipreparasi setinggi tepi gusi yang sehat dan kemudian ditambahkan bevel 0,3-0,5

mm. Cara preparasi ini memungkinkan kontrol penempatan tepi restorasi dengan

baik. Bentuk bevel shoulder ini digunakan sebagai akhiran tepi servikal pada

restorasi metal porselen, namun porselen tidak ditempatkan pada bagian bevelnya.
Bagian bevel biasanya ditempati oleh metal collar atau restorasi yang bagian

leher/tepi servikalnya terbuat dari logam.

Akhiran preparasi bentuk chamfer

Beberapa peneliti menganggap sebuah akhiran servikal yang bersudut

tumpul atau bentuk dengan potongan melintang yang melengkung disebut dengan

chamfer. Bell dkk yang dikutip oleh Reitemeier menyatakan bahwa preparasi

dilakukan dengan pengurangan setebal 1,5 mm, sudut garis internal yang

membulat dari sudut cavosurface sebesar 135. Desain preparasi tepi ini sangat

menguntungkan jika dipakai untuk lahkota logam porselin, karena tepi logamnya

dapat dibuat relatif tipis. Bentuk chamfer seringkali digunakan sebagai akhiran

tepi servikal dari restorasi yang terbuat dari logam, namun bukan berarti bahwa

bentuk chamfer lebih istimewa jika dibandingkan dengan bentuk akhiran preparasi

servikal lainnya.
B PEMBUATAN POLA LILIN UNTUK PASAK DAN INTI

Pembuatan pola lilin dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu langsung
(direct method) dan cara tidak langsung (indirect method)
1 Metode Tidak Langsung (indirect method)
a. Memasukkan bahan cetak elastomer ke dalam saluran akar dengan
semprotan.
b. Sebatang kawat yang diulas bahan perekat (tray-adhesive).
c. Kawat dengan adhesive dilumuri bahan cetak.
d. Kawat dimasukkan ke dalam saluran akar dengan gerak memompa
(pumping-action).
e. Dengan kawat pada tempatnya dilakukan pencetakan dengan bahan
cetak elastomer.
f. Cetakan (impression) yang sudah jadi.
g. Model kerja dengan pola lilin.

Gambar 3.Pembentukan pola lilin untuk pasak/inti.

2 Metode Langsung (direct method)


a Lilin inlay dipanaskan di atas lampu spiritus, ditekan menyerupai
bentuk kerucut sampai lunak. Lilin dimasukkan ke dalam saluran
akar yang telah dibasahi dengan aquades. Dipadatkan penuh pada
seluruh preparasi saluran akar dan membentuk atap.
b Dipasang stift (paper-clip) kawat yang dipanaskan terlebih
dahulu,ditekan masuk ke dalam lilin di saluran akar. Pada bagian
atap stift disisakan tidak tertutup lilin dan dibengkokkan sebagai
tanda yang membedakan bagian palatal dan labial.
c Setelah lilin mengeras dan melekat pada kawat, pola lilin ditarik
keluar dari saluran akar untuk melakukan koreksi. Koreksi ini dapat
dilakukan dengan membandingkan hasil preparasi saluran akar yang
tercetak pada santigen.
d Bentuk akhir pola inti menyerupai bentuk preparasi mahkota jaket
hanya saja ukurannya lebih kecil.

(a) (b) (c)(d) (e)


Gambar 4.Pembentukan pola lilin untuk pasak inti dengan metode langsung. a)
Pengisian saluran akar dengan lilin inlay. b) Penekanan/pemadatan lilin dengan alat. c)
Pola pasak dengan kawat paper-clip. d)Pembentukan inti dilihat dari labial. e)
Pembentukan inti dilihat dari proksimal.

C PEMBUATAN MAHKOTA SEMENTARA

Oleh karena dalam pembuatan mahkota pasak seluruh jaringan


mahkota dihilangkan, maka untuk melekatkan suatu mahkota diperlukan
pasak sementara. Pasak sementara dapat dibuat dari sisa paper-clipyang
dilipat sampai kedua ujungnya merapat seperti pada gambar5. Kedua ujung
yang merapat dapat direnggangkan seperlunya agar jika dimasukkan dalam
saluran akar terdapat friksi/gesekan terhadap dinding saluran akar agar dapat
memegang pasak pada tempatnya.
Mahkota sementara untuk keperluan ini dapat digunakan mahkota
sementara buatan pabrik yang ukuran, bentuk, dan warna disesuaikan. Dapat
juga menggunakan gigi artifisial yang terbuat dari akrilik dan harus
memenuhi syarat estetik. Bagian palatal gigi akrilik dikurangi sedemikian
rupa, sehingga tersedia tempat yang cukup untuk penempatan kawat paper
clips yang berfungsi sebagai pasak sementara (gambar 6). Kemudian mahkota
ini disemenkan pada preparasi. Untuk memudahkan pengeluaran digunakan
semen fletcher yang biasa digunakan sebagai bahan tambalan sementara.

Gambar 5.Pembuatan pasak/ inti sementara.


a) Sebagai bahan pasak dapat dipakai kawat paper-clips yang diluruskan dan dipotong
menurut ukuran.
b) Kawat dipegang di tengahnya dengan tang berparuh lancip, kemudian ditekuk dengan
ibu jari dan jari telunjuk.
c) Dengan tang berparuh lebar kedua ujung kawat dirapatkan.
d) Kedua ujung diregangkan untuk mendapatkan retensi gesek dengan dinding saluran akar.
e) Pasak/inti sementara pada tempatnya di saluran akar.
Gambar 6.Pembuatan mahkota sementara
a. (1) Gigi artifisial untuk protesa
(2) Freser untuk mengambil bagian palatal
(3) Bur fisur untuk membuat tempat bagi inti kawat
(4) Mahkota sementara
(5) Posisi mahkota dan pasak/ inti sementara terhadap akar
b. (1) Pasak/ inti sementara
(2) Gigi artifisial yang telah diubah bentuknya
(3) Self-curing acrylic
c. Pembentukan dan penyelesaian mahkota sementara
d. Mahkota berpasak sementara
(1) Pasak kawat
(2) Gigi artifisial
(3) Self-curing acrylic

D PENGECORAN PASAK

Tahap kerja pengecoran logam terdiri dari :


1 Pemasangan saluran cor (sprue) pada pola lilin
Kawat yang dipakai untuk membuat pola lilin dapat berfungsi
sebagai sprue. Untuk mencegah terjadinya porositas pengisutan
(shrinkage porosity) pada sprue ditambahkan reservoir.
2 Pemendaman (investing)
Sebelum pemendaman dilakukan, terlebih dahulu dibuat
pembentuk kawah (crucible form) dari lilin pada sebuah tabung casting
ring. Kawah pengecoran dengan slinger sebaiknya dibuat dangkal, yaitu
kerucut kawah yang bersudut 120, sedangkan jika pengecoran
dilakukan dengan mesin sentrifugal harus dibentuk lebih curam yaitu
80- 90. Pola lilin harus dibersihkan terlebih dahulu menggunakan kuas
dan air sabun atau denganalkohol untuk menghilangkan tegangan
permukaan. Adukan bahan pendam diulaskan secara tipis pada
permukaan pola lilin sampai semua lilin diliputi oleh adukan semen. Pola
lilin yang telah terulas dimasukkan ke dalam tabung cor.Kemudian
tabung cor diletakkan pada pembentuk kawah lalu diisi dengan bahan
pendam.
3 Pembakaran (burning out)
4 Pengecoran (casting)
5 Penyelesaian (finishing)
Pada tahap ini, hasil cor tidak perlu dipoles karena permukaan
yang kasar menjadi tempat retensi antara semen dengan permukaan
pasak.

E PEMASANGAN PASAK

1 Pasak dicoba dimasukkan ke dalam saluran akar. Jika terdapat kelebihan


logam seperti bintil logam yang dapat menghalangi arah masuk atau
insersi, maka kelebihan logam tersebut dipotong/dibuang.
2 Inti tidak boleh tergigit gigi antagonis. Khusus untuk koreksi posisi gigi,
inti dapat dibengkokkan sesuai dengan maksud koreksi maksimal 30.
3 Pada pasak terlebih dahulu dibuat alur lolos (escape vent) sebagai tempat
mengalirnya semen dengan mudah untuk menghilangkan adanya tekanan
balik dari pasak pada saat penyemenan. Tekanan balik ini akan
menyulitkan pengepasan pasak (gambar 7).
4 Untuk melekatkan pasak dalam saluran akar digunakan adukan semen
yang agak encer dimasukkan ke saluran akar menggunakan sonde atau
reamer.
5 Pasak juga dilumuri dengan adukan semen tersebut kemudian
dimasukkan ke dalam saluran akar dan dipertahankan kedudukan yang
semestinya sampai semen mengeras. Untuk memudahkan pekerjaan,
kelebihan semen dibuang sebelum semen mengeras.

Gambar 7.Pembuatan alur lolos (escape vent) pada pasak

6 Selanjutnya dilakukan pencetakan, kemudian model dari hasil cetakan ini


digunakan untuk pembuatan mahkota pasak.

F PEMBUATAN MAHKOTA
Prosedur pembuatan mahkota pasak sama dengan pembuatan mahkota
jaket untuk gigi vital.

Tabel 1. Perbedaan mahkota jaket akrilik dan porselen


Akrilik Porselen
Indikasi Untuk mahkota jaket sementara Untuk mahkota jaket permanen
Untuk semua gigi anterior atas Khusus untuk gigi insisivus
dan bawah sentralis atas (ideal)
Kontra- Gigi yang kecil Gigi anterior bawah
indikasi Gigi crowded
Gigitan edge to edge
Deep overbite
Pundak Boleh penuh, sebagian, tanpa Harus pundak penuh dengan tipe
pundak square sudut 90

G PEMASANGAN MAHKOTA PASAK (POSTCROWN)


Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat uji coba pemasangan/ try in
mahkota pasak (post crown) antara lain :

1 Estetik
Warna dari post crown harus sesuai dengan gigi asli yang ada
dalam rongga mulut. Bentuk dan ukuran harus disesuaikan dengan
anatomi gigi.
2 Oklusi
Tidak boleh terjadi kontakprematur yang akan mengakibatkan
traumatik oklusi. Untuk mengetahuinya digunakan kertas artikulasi,
adanya teraan yang lebih tebal menunjukkan terjadinya traumatik oklusi.
3 Adaptasi
Terutama keakuratan/kerapatan tepi servikal antara tepi mahkota
jaket dengan bagian servikal gigi asli. Pada bagian pundak, pinggiran
mahkota tidak boleh menekan gusi (overhang), karena kelebihan
mahkota dapat menjadi tempat tertimbunnya plak yang akan
mengakibatkan peradangan gusi.
4 Kedudukan
Mahkota tidak boleh labioversi ataupun palatoversi, disesuaikan
dengan kedudukannya terhadap gigi lain yang ada dalam rongga mulut.
5 Daerah Titik Kontak
Untuk pemeriksaan daerah titik kontak digunakan dental
floss.Daerah titik kontak harus dapat dilalui oleh dental floss ini.

H PENYEMENAN POST CROWN

Semen yang akan digunakan harus disesuaikan dengan bahan crown.


Semen-semen yang mengandung eugenol (zinc oxide eugenol cement,
alumina EBAcement) tidak cocok untuk menyemen mahkota yang terbuat dari
bahan akrilik, karena akan bereaksi dengan bahan akrilik dimana akrilik akan
berubah warna, menjadi lunak dan permukaannya menjadi retak-retak
(crazing).
Semen jenis komposit memiliki sifat mekanis yang lebih baik. Semen
jenis polikarboksilat memiliki sifat adhesi terhadap dentin dan glasir lebih
baik daripada semen zinc-phospat dimana semen zinc phospat lebih mudah
larut dalam cairan mulut.
Mahkota diisi penuh dengan adukan semen dan sebagian diulaskan
merata pada sekeliling preparasi post untuk mencegah terkurungnya
gelembung udara pada sudut pundak. Setelah mahkota masuk dengan
seksama pada tempatnya, operator harus mempertahankan kedudukannya
sampai semen mengeras. Kemudian sisa-sisa semen dibersihkan.

I INSTRUKSI PADA PASIEN

Instruksi yang diberikan sama dengan instruksi pada pembuatan


mahkota jaket, dimana pasien diminta tidak menggunakan mahkota pasak
untuk menggigit sesuatu yang keras dengan sengaja. Pasien diminta untuk
datang kembali 3-7 hari setelah pemasangan untuk diperiksa oklusi, keadaan
sela gusi, dan kebersihan mulutnya.

Palembang, November 2016


Disetujui oleh
Pembimbing Konservasi Gigi

drg. Siti Rusdiana Puspa Dewi, M.Kes

alumina EBAcement) tidak cocok untuk menyemen mahkota yang


terbuat dari bahan akrilik, karena akan bereaksi dengan bahan akrilik dimana
akrilik akan berubah warna, menjadi lunak dan permukaannya menjadi retak-
retak (crazing).
Semen jenis komposit memiliki sifat mekanis yang lebih baik. Semen
jenis polikarboksilat memiliki sifat adhesi terhadap dentin dan glasir lebih
baik daripada semen zinc-phospat dimana semen zinc phospat lebih mudah
larut dalam cairan mulut.
Mahkota diisi penuh dengan adukan semen dan sebagian diulaskan
merata pada sekeliling preparasi post untuk mencegah terkurungnya
gelembung udara pada sudut pundak. Setelah mahkota masuk dengan
seksama pada tempatnya, operator harus mempertahankan kedudukannya
sampai semen mengeras. Kemudian sisa-sisa semen dibersihkan.

J INSTRUKSI PADA PASIEN

Instruksi yang diberikan sama dengan instruksi pada pembuatan


mahkota jaket, dimana pasien diminta tidak menggunakan mahkota pasak
untuk menggigit sesuatu yang keras dengan sengaja. Pasien diminta untuk
datang kembali 3-7 hari setelah pemasangan untuk diperiksa oklusi, keadaan
sela gusi, dan kebersihan mulutnya.

Palembang, November 2016


Disetujui oleh
Pembimbing Konservasi Gigi

drg. Listia Eka Merdekawati, Sp.KG

Anda mungkin juga menyukai