Anda di halaman 1dari 19

PROSEDUR PENATALAKSANAAN

PULPEKTOMI VITAL GIGI 22

Oleh :
Sheilladelia Shavira, S.KG
04074881618019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
I. INFORMASI KASUS

Data Pribadi Pasien


Nama Pasien : Febriani
Umur : 27 tahun
Suku : Melayu
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat Tetap :Jalan sosial, Panti Sosial
Telepon/Hp :
Pendidikan Terakhir : Sekolah penyandang disabilitas
Pekerjaan : Siswa
Peserta Asuransi : -

Riwayat Penyakit/ Kelainan Sistemik


Penyakit/ kelainan Penyakit/ kelainan
Ada Disangkal Ada Disangkal
sistemik sistemik
Alergi  HIV + AIDS 
Penyakit jantung  Penyakit pernafasan/ 
paru
Penyakit tekanan darah  Kelainan pencernaan 
tinggi
Penyakit kencing manis/  Penyakit ginjal 
DM
Penyakit kelainan darah  Penyakit/ kelainan 
kelenjar ludah
Penyakit hepatitis  Epilepsi 
Kelainan hati lainnya 

STATUS UMUM PASIEN


Rujukan : Datang sendiri
Keadaan umum : Sehat, Compos mentis
Berat badan : 47 kg
Tinggi badan : 157 cm
Indeks Massa Tubuh (IMT) : kg/m2 (Sedang)
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 82 denyut/ menit
Pernafasan : 20 kali/ menit
Pupil mata : Normal

ANAMNESIS
Keluhan utama :
Pasien wanita (27 tahun) mengeluhkan gigi depan kirinya berwarna hitam,
pernah sakit +- 1 bulan lalu hingga tidak dapat tidur, sekarang gigi tersebut nyilu
ketika makan atau minum yang dingin, serta sakit ketika dipakai untuk menggigit
makanan yang keras, sehingga pasien ingin giginya diperbaiki.

Riwayat perawatan gigi : Mencabut gigi oleh diri sendiri


Kebiasaan buruk : -
Riwayat sosial : Berasal dari panti sosial
PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL
Wajah :  Simetri  Asimetri
Bibir :  Sehat  Ada kelainan
Kelenjar getah bening submandibula :
Kanan :  Tidak teraba  Teraba (lunak/kenyal/keras)
 Sakit  Tidak sakit
Kiri :  Tidak teraba  Teraba (lunak/kenyal/keras)
 Sakit  Tidak sakit
Kelenjar lainnya : -
KEADAAN UMUM INTRA ORAL
Debris :  Tidak ada Ada, regio: a, b, c,d,e, f
Kalkulus :  Tidak ada Ada, regio: a, b, c, d,e, f
Plak :  Tidak ada Ada, regio: a, b, c, d,e,f
Perdarahan papilla interdental :  Tidak ada Ada, regio:
Gingiva :  Sehat
 Ada kelainan edema dan eritema
Mukosa :  Sehat
 Ada kelainan terdapat lesi plak berwarna putih
di mukosa bukal gigi 16, tidak sakit,datar,
unilateral.
Palatum :  Sehat
 Kelainan/ anomali
Lidah :  Sehat/ normal
 Kelainan/ anomaly
Dasar mulut :  Sehat  Ada kelainan
Hubungan rahang :  Ortognati  Retrognati  Prognati
Kelainan gigi-geligi :  Tidak ada  Ada
OHI-S
DI CI OHI-S = DI + CI Ket : baik
1 1 1 1 0 1 = 6/6 + 9/6 sedang
1 1 1 3 1 3 = 16/6 buruk
Temuan Masalah :
Gigi 22
 Terdapat lesi D6 pada gigi 22.
 Vitalitas termal (CE) : (+)
 Perkusi : (+)
 Palpasi : (-)
 Pemeriksaan radiografi periapikal terlihat adanya gambaran radiolusen pada
mahkota gigi 22, mencapai selapis tipis kamar pulpa, saluran akar tunggal
berwarna radiolusen, akar lurus radiopak, tunggal, serta terdapat pelebaran
ligamen periodontal pada apeks gigi 22, lamina dura dan tulang alveolar tidak
ada kelainan.

Gambar. Foto klinis dan periapikal pada gigi 22

Diagnosa : Pulpitis Ireversible gigi 22 disertai periodontitis apikalis

Rencana Perawatan : Restorasi pulpektomi, pasak logam cor dan mahkota jaket
akrilik
II. PROSEDUR PENATALAKSANAAN PULPEKTOMI DAN
PERAWATAN SALURAN AKAR

a. Informed consent
Informed consent merupakan persetujuan atau penolakan oleh pasien
terhadap segala tindakan dan pengobatan yang akan diberikan kepadanya
setelah mendapat informasi yang lengkap dan jelas dari dokter tentang
rencana pengobatan tersebut.

b. Pemeriksaan Subjektif dan Objektif


Pemeriksaan subjektif berkaitan dengan keluhan pasien tentang giginya.
Pemeriksaan objektif berkaitan dengan pemeriksaan vitalitas gigi dan
apakah terdapat kelainan periapikal atau tidak (tes sondasi, CE, palpasi, dan
perkusi).

c. Pemeriksaan Vital Sign


Pemeriksaan vital sign meliputi pemeriksaan tekanan darah, nadi,
pernafasan, dan pupil mata pada pasien.

d. Foto Rontgen Periapikal


Terdapat 3 fungsi utama foto rontgen periapikal dalam perawatan
endodontik:
 Diagnosis
 Treatment
Menentukan panjang kerja, master kon, dan obturasi.
 Recall
Mengevaluasi perawatan yang telah dilakukan.
e. Penentuan Panjang Kerja (PK)
Panjang kerja harus ditentukan untuk menghindari:
 Rusaknya apical constriction (penyempitan saluran akar di apikal).
 Perforasi ke apikal.
Panjang kerja dapat ditentukan dengan menggunakan metode:

- Metode radiografi (menurut Bregmann)


*Pj. gigi sebenarnya = Pj.Mahkota sebenarnya x Pj.Gigi Rontgen
Pj.Mahkota Rontgen
*Pj. kerja = Pj.Gigi Sebenarnya – (1-2 mm)
Penentuan panjang kerja pada kasus :
 Pj.gigi sebenarnya = 7 mm x 20 mm
6,4 mm
= 21,87 mm
 Panjang Kerja = 21,87 mm – 1,5 mm
= 20,3 mm
≈ 20 mm
Jarak panjang kerja dari apeks ditentukan oleh keadaan pada radiografi,
yaitu:
A. Tidak ada resorpsi tulang/akar : 1 mm dari apeks.
B. Resorpsi tulang tetapi tidak ada resorpsi akar : 1,5 mm dari apeks.
C. Resorpsi tulang dan akar : 2 mm dari apeks.
Gambar 3. Jarak panjang kerja berdasarkaan keadaan radiografi
- Metode Non Radiografi
 Metode taktil
Biasanya untuk yang telah terlatih. Ujung jari mendekati file
untuk mencapai kontriksi apeks.
 Metode elektronik mengunakan Electronic Apex Locator
Saluran akar diirigasi dengan NaOCl dan dikeringkan dengan
paperpoint. File dimasukkan ke saluran akar sampai layar pengukuran
elektronik terbaca 0,0 mm dari apeks dan terdengar nada yang
mengindikasikan apeks sudah tercapai. File dikunci posisinya dan
ditentukan panjang kerjanya dengan mengurangi 1 - 2 mm dari ukuran
panjang saluran akar yang telah didapatkan.
f.Pemberian Anestesi Lokal pada Gigi Vital
Anestesi yang dilakukan pada prosedur ini adalah anestesi
infiltrasi.Namun, bila anestesi infiltrasi tidak berhasil maka diberikan anestesi
tambahan seperti injeksi injeksi intraligamen atau injeksi intrapulpa.
a) . Injeksi intrapulpa
- Jarum dibengkokkan 45º dengan menggunakan tutup jarum.

- Untuk menutup lokasi injeksi, dipakai gulungan kapas.

- Jarum ditempatkan pada lubang atap pulpa (peringatkan pasien akan


kemungkinan adanya nyeri).
- Mampatkan gulungan kapas pada lubang akses dan deponir secara
perlahan. Pasien sering merasakan adanya nyeri tajam sewaktu terasa
adanya tekanan balik pada pegangan jarum suntik. Adanya tekanan
balik ini menandakan anestesi berhasil.

Gambar 4. Teknik injeksi intrapulpa

b) Injeksi intraligamen
- Injeksikan jarum pada sulkus gingiva, di bagian mesial atau distal gigi
yang akan dianestesi.
- Masukkan jarum ke ligamen periodontal sampai ada tahanan.

- Injeksikan anestetikum sebanyak 0,2 ml secara perlahan.

- Teknik injeksi ini tidak digunakan pada periodontitis marginalis.

Gambar 5. Teknik injeksi intraligamen


g. Preparasi Akses
Tahapan penting dalam perawatan saluran akar gigi yang terinfeksi
adalah preparasi biomekanis yang terdiri dari cleaning and shaping, sterilisasi
dan pengisian saluran akar. Preparasi biomekanis yang baik akan menunjang
proses sterilisasi dan menghasilkan pengisian yang baik sehingga didapatkan
hasil yang maksimal.
Tujuan preparasi akses adalah:1). memperoleh akses yang lurus, 2).
membuang atap pulpa, dikarenakan atap pulpa merupakan jaringan nekrotik
dan banyak deposit bakteri serta darah menempel disitu, sehingga jika tidak di
buang dapat menyebabkan infeksi dan perubahan warna 3).mengetahui
vitalitas gigi. Preparasi akses meliputi pembukaan akses agar instrumen dapat
masuk ke orifice dengan mudah serta mendapatkan lapang pandang yang baik.
Preparasi akses dilakukan pada permukaan palatal/lingual gigi dengan bentuk
triangular. Periksa preparasi dengan sonde, masih ada sangkutan atau tidak.
Setelah akses dibuka, saluran akar ditelusuri (eksplorasi) dengan
menggunakan smooth broach atau jarum Miller sesuai dengan panjang kerja
yang telah ditentukan sebelumnya.
h. Ekstirpasi Pulpa
Pembuangan jaringan pulpapada saluran akar menggunakan barbed
broach atau jarum ekstirpasi, dengan syarat: 1). ukuran jarum ekstirpasi sesuai
dengan dimensi saluran akar, 2). tidak boleh terlalu pas dalam saluran akar,
3). makin besar instrumen, makin baik daya ambilnya.
i. Debridement
Lakukan irigasi pada saluran akar menggunakan bahan irigasi dengan
urutan sebagai berikut: normal saline 0,9% - NaOCl 2,5% - normal saline
0,9% – dan chlorhexidine 2%. Tujuan pembilasan NaOCl 2,5% oleh saline
sebelum pemberian chlorhexidine adalah untuk menghindari reaksi perubahan
warna yang terjadi jika NaOCl bercampur dengan chlorhexidine. Bahan
irigasi digunakan untuk menghilangkan debris dan darah, melarutkan smear
layer, dan sebagai efek antibakteri. Dankemudian dikeringkan dengan paper
point.
Tabel 1. Ringkasan bahan irigasi yang digunakan pada perawatan endodontik.

Hidrogen
No Bahan irigasi Normal saline Sodium hipoklorit EDTA Chlorhexidine
peroksida
1 Konsentrasi 0,9% 0,5%,1%,2,5%,5,2% 3% 15%, 17% 0,12%, 0,2%,2%
2 pH 7,3 10,8-12 6 7,3-8 5,5-7
3 Mekanisme Pembilasan Bakterisidal Bakterisidal Lubrikasi, Bakteriostatik
aksi fisik emulsifikasi, pada konsentrasi
dan rendah.
membawa Bakterisidal
debris dalam pada konsentrasi
suspense tinggi
4 Keuntungan Tidak ada efek -Memiliki sifat Memiliki sifat Melarutkan Lebih efektif
Membuang unsur
samping desinfectant dentin/debris pada bakteri
organik dari dentin
untuk memperdalam dan anorganik, gram positif
penetrasi medikamen
antibakteri sebagai
-Membuang/
menghilangkan biofilm pelumas,
-Melarutkan jaringan
membuat
pulpa dan nekrotik
-Memiliki efek manipulasi
antibakterial
canal
-Menghasilkan
pelumasan saluran menjadi
-Ekonomis
lebih mudah
-Mudah didapat
5 Kerugian Desinfectant -Karena tegangan Tidak dapat
yang terlalu permukaan tinggi, melarutkan sisa
kemampuan untuk
ringan jaringan nekrotik
membasahi dentin
rendah
-Iritan terhadap jaringan
dan dapat menyebabkan
kerusakan sel yang parah
-Jika berkontak dengan
gingiva, dapat
menyebabkan inflamasi
karena sifatnya yang
tajam (dapat membakar
kulit)
-Dapat membuat putih
pakaian, jika tumpah
-Bau dan rasa tidak enak
-Uap dari NaOCl dapat
mengiritasi mata
-Dapat membuat korosi
instrument
-Tidak dapat
menghilangkan smear
layer
-Kontak yang lama
dengan dentin dapat
mempengaruhi kekuatan
fleksural dentin

Teknik irigasi saluran akar :


 Bahan irigasi dimasukkan secara perlahan dalam saluran akar.
 Jarum tidak boleh terjepit dalam saluran akar dan harus memungkinkan aliran
yang adekuat.
 Pilih jarum tumpul, ukuran 27 atau 28.
 Pada kasus saluran akar kecil, dimasukkan larutan pada kamar pulpa, file akan
membawa larutan sampai ke saluran akar.
 Untuk membuang kelebihan cairan, sebaiknya ditampung dengan kasa yang
diletakkan dekat kamar pulpa, selanjutnya untuk mengeringkan saluran akar,
gunakan paper point.
 Pada kasus saluran akar yang besar, masukkan jarum sampai tidak ada
hambatan, lalu tarik 2-3 mm dan diirigasi, gunakan kasa untuk menampung
kelebihan, selanjutnya untuk mengeringkan saluran akar gunakan paper point.
 Agar pembersihan/debridement efektif pada saluran akar gigi anterior dan
posterior, jarum dibengkokkan di bagian tengahnya untuk mencapai panjang
optimum saluran akar.
j. Preparasi Saluran Akar
Teknik preparasi yang digunakan adalah teknik preparasi stepback
(Telescopic canal preparation atau Serial Root Canal Preparation).
 Penentuan IAF (Initial Apical File)
IAF merupakan file terbesar pertama yang pas masuk saluran akar dan
sesuai dengan panjang kerja yang telah ditentukan sebelumnya.
Preparasi saluran akar diawali dengan menggunakan IAF dengan putaran ¼
- ½ putaran searah jarum jam.
 Rontgen IAF
Foto rontgen dilakukan kembali untuk memastikan bahwa IAF telah benar.
 Penentuan MAF (Master Apical File)
Lakukan preparasi sampai 2 nomor di atas IAF untuk menentukan MAF,
tanpa mengurangi panjang kerja.
 Rontgen MAC (Master Apical Cone): Ukurannya sama dengan MAF.
Dilakukan foto rontgen kembali untuk memastikan bahwa MAC (Master
Apical Cone) telah sesuai panjang kerja. Pada saat dilakukan foto rontgen
tersebut pastikan bahwa kavitas di tumpat dengan tambalan sementara.
 Preparasi step back dan rekapitulasi file
1. Preparasi selanjutya adalah stepback menggunakan K-File sampai 3
nomor di atas MAF dengan memperpendek panjang kerja sepanjang 1
mm.
2. Setiap pergantian alat dari nomor kecil ke nomor berikutnya selalu
dilakukan irigasi dan rekapitulasi (memasukkan kembali file terakhir
[MAF] yang digunakan pada preparasi apikal untuk mengeluarkan
debris tetapi tidak memperlebar saluran akar).
*Irigasi harus dilakukan sebelum, setiap dan sesudah pergantian alat

Instrumentasi  Rekapitulasi  Irigasi

 
Irigasi  Rekapitulasi  Instrumentasi

Gambar 5. Urutan selama preparasi saluran akar


Contoh :
IAF =#20/ 26 mm
#25/ 26 mm
MAF =#30/ 26 mm
Step Back =#35/ 25 mmRekapitulasi = #30/ 26 mm
#40/ 24 mm Rekapitulasi = #30/ 26 mm
#45/ 23 mm Rekapitulasi = #30/ 26 mm

k. Medikamen
Medikamen yang digunakan pada kasus ini adalah Chresophen.
Setelah dilakukan ekstirpasi jaringan pulpa, maka dapat diberikan Chresophen
sebagai medikamen. Bulatan kapas kecil yang telah dibasahi dengan
Chresophen diperas dengan kapas kering, diletakkan pada dasar kamar pulpa,
lalu ditumpat sementara. Desinfeksi didapatkan dari penguapan chresophen di
dalam kamar pulpa.Masa aktif chresophen yaitu 3 - 5 hari.
Setelah dilakukan preparasi saluran akar, juga perlu diberikan
medikamen. Medikamen pada kasus ini adalah kalsium hidroksida. Kalsium
hidroksida dapat dicampur dengan aquadest, saline, gliserin, chlorhexidine,
atau anestesi lokal. Kalsium hidroksida diaplikasikan pada saluran akar
dengan menggunakan paper point, spreader, atau lentulo spiral. Masa aktif
kalsium hidroksida yaitu 7-14 hari.
Tabel 2. Ringkasan bahan medikamen yang digunakan pada perawatan
endodonti
Durasi
Bahan Medikamen Keuntungan Kerugian
Aktivitas
Golongan Fenol
 Eugenol 3 hari Mengendalikan nyeri Bau dan rasa tidak enak
 ChKM 1 hari Antibakteri sprektrum luas, Tidakbermanfaat sebagai
 sifat iritasi rendah medikamen antar-kunjungan
 Chresophen 3 - 5 hari Antiphlogistikum (mengurangi -
inflamasi)
Aldehid
 Formokresol 2-3 bulan Antibakteri Toksisitas, tidak mengendalikan
nyeri, efek nekrosis terhadap
jaringan, merangsang resopsi
internal
 Glutaraldehid 14-30 Desinfektan kuat Reaksi bersifat asam, mengiritasi
hari jaringan
Steroid Belum Menurunkan nyeri, tidak Menurunkan regenerasi sel dan
diketahui toksis,mengurangi peradangan jaringan, menghambat
pembentukan fibroblas dan antibodi
Kalsium Hidroksida 7-14 hari Antimikroba, menurunkan Tidak mengendalikan nyeri
inflamasi pada apeks, tidak
toksis

l. Obturasi
Tujuan dari obturasi adalah:
1. Memasukkan suatu bahan pengisi ke ruang pulpa yang sebelumnya diisi oleh
jaringan pulpa untuk mencegah infeksi berulang,
2. Menciptakan kerapatan yang sempurna sepanjang sistem saluran akar (dari
korona sampai ujung apeks).
Syarat boleh dilakukannya obturasi adalah saat tidak adanya keluhan pasien
dari gigi yang dirawat (rasa sakit, palpasi dan perkusi negatif), saluran akar
telah kering, tidak berbau (cotton pellet), steril, tumpatan sementara tidak
terbuka, lesi periapikal tidak berkembang, pada RO MAC sudah sesuai dengan
panjang kerja. Untuk melihat saluran akar sudah kering atau belum, dapat
dilihat dengan cara mengambil kalsium hidroksida dengan menggunakan file
dari saluran akar dan diletakkan di atas glass slab. Jika kalsium hidroksida telah
kering saat diletakkan di atas glass slab, maka selanjutnya dapat dilakukan
obturasi.

Material yang dapat dilakukan adalah gutta percha dengan semen saluran
akar (sealer). Pengaplikasian semen saluran akar (sealer) menggunakan lentulo.
Fungsi semen saluran akar adalah sebagai antimikroba, mengisi celah antara
bahan pengisi dengan dinding dentin, sebagai pelumas dan memberikan efek
radiopak. Jenis semen saluran akar yang digunakan adalah kalsium hidroksida.

Tabel. 3 Ringkasan material obturasi yang digunakan pada perawatan


endodonti
Material
Keuntungan Kekurangan
Obturasi

SOLID

Gutta percha Plastis, bersifat opak, kerapatannya Tidak beradhesi ke dentin (diperlukan sealer),
adekuat, mudah dikeluarkan dari mengkerut jika dingin, tidak bisa digunakan
saluran akar, antimikrobial. pada saluran akar yang sangat bengkok.

Kon Perak Kerapatan yang adekuat untuk Tidak mampu beradapatsi, korosi, toksisitas,
jangka waktu pendek. susah dikeluarkan kembali.

Kirgi Sebagai material inti Tidak pernah mencapai kerapatan sempurna,


sukar dikeluarkan kembali,

SEMISOLID

ZOE Bersifat opak, antimikrobial, mudah Pengkerutan saat mengeras, toksis, sukar
dimanipulasi mengendalikan panjang kerja, kerapatan tidak
konsisten.

Berbasis resin Material obturasi tunggal, mudah Toksis, sukar menentukan panjang kerja,
dimanipulasi mudah larut

Tabel. 4 Ringkasan jenis sealer yang digunakan pada perawatan endodonti


Jenis sealer Keuntungan Kerugian
Berbasis OSE
Endofill Kombinasi baik dengan gutta percha, Mewarnai dentin, wakti pengerasan
radiopak, tidak mengkerut, antiinflamasi- sangat lambat (2-5 jam), tidak adhesif,
antiseptik mudah larut, toksisitas
Endometason Radiopak, antiinflamasi Kelarutan tinggi, menimbulkan alergi

Berbasis Resin
2-seal Sifat sealing jangka panjang, adhesif, Toksisitas, sulit dibersihkan, adhesif
radiopak yang sangat tinggi. kurang baik dengan gutta percha.
AH26 Antimikroba, adhesif, waktu kerja lama, Mewarnai dentin, tidak larut dalam
kerapatan sangat baik. pelarut, sedikit toksis saat belum
mengeras.
Glass ionomer Adhesi baik ke dentin Sulit larut jika dilakukan perawatan
cement ulang (pembuatan pasak).
Kalsium Merangsang terbentuknya barrier kalsium Toksisitas.
Hidroksida di apeks, antimikroba, kerapatan jangka
pendek yang adekuat.
Silicone
Gutta flow Bersifat radiopak, toksisitas rendah, Tidak adhesif dengan dentin.
adaptasi baik.

Teknik obturasi yang digunakan adalah teknik kondensasi lateral


menggunakan spreader dan kondensasi vertikan menggunakan plugger.
Langkah-langkah obturasi dengan menggunakan teknik ini adalah:
1. Master kon dipaskan pada saluran akar sesuai dengan panjang kerja yang
telah ditetapkan.
2. Jika letak master kon sudah tepat dalam saluran akar, kon tersebut
dikeluarkan dan saluran akar dikeringkan kembali.
3. Campur semen saluran akar dan masukkan ke saluran akar dengan
menggunakan lentulo.
4. Master kon dilapisi dengan semen saluran akardan dengan hati-hati
ditempatkan kembali ke dalam saluran akar.
5. Spreader dimasukkan sepanjang master kon dan ditekan ke arah apeks.
6. Untuk membebaskan spreader saat akan dikeluarkan, putar spreader
bolak balik sepanjang sumbunya.
7. Setelah dikeluarkan, masukkan segera kon aksesori ke saluran akar.
Masukkan kembali spreader untuk menekan kon aksesori.
8. Ulangi tahap ini sampai spreader tidak dapat masuk orifis.
9. Potong kelebihan guttaperca dengan alat (stoper semen) panas.
Pemotongan dilakukan sampai 1 mm dibawah tepi gingiva gigi anterior.
Tujuan pemotongan ini adalah agar tidak terjadi perubahan warna di
mahkota akibat bahan sealer dan bahan obturasi.
10. Lakukan kondensasi vertikal menggunakan plugger yang bertujuan untuk
memadatkan bahan pengisi.

m. Tumpatan Sementara
Penumpatan sementara menggunakan teknik double seal, yaitu diatas
guttapercha diaplikasikan cotton pellet kemudian bahan tumpatan sementara
diletakkan diatasnya, lalu ditumpat dengan GIC. Setelah itu lakukan rontgen
terhadap hasil obturasi.
n. Kontrol
Kontrol dilakukan 1 minggu setelah perawatan saluran akar. Pada saat
kontrol dilakukan pemeriksaan subjektif, objektif, dan radiografis.
 Pemeriksaan subjektif: untuk melihat ada atau tidaknya keluhan pasien
setelah dilakukan obturasi
 Pemeriksaan objektif: dilakukan pemeriksaan visual untuk melihat
adanya perubahan warna pada gigi atau tidak, pemeriksaan palpasi,
perkusi serta tes mobilitas gigi
 Pemeriksaan radiografis: untuk melihat keadaan periapikal pada gigi
yang dirawat saluran akar

o. Restorasi Akhir
Restorasi yang dilakukan pada kasus ini adalah pasak + mahkota jaket.

Palembang, Januari 2017

Disetujui oleh
Dokter Pembimbing Konservasi

drg. Rinda Y, Sp.KG.

Anda mungkin juga menyukai