Anda di halaman 1dari 31

Tugas Administrasi Kebijakan Kesehatan

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM


JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)
DI PUSKESMAS PEMBANTU 26 ILIR

Oleh :
Bebbi Arisya KP, S.KG (16.13101.10.06)

PROGRAM PASCA SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA
PALEMBANG
2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat petunjuk dan

bimbingan-Nya, penulis berhasil menyelesaikan makalah ini yang berisi pemahaman

materi bagi kita selaku siswa sebagai sarana belajar agar kita lebih aktif dan kreatif.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak sekali mengalami banyak

kesulitan karena kurangnya ilmu pengetahuan, namun berkat bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan meskipun banyak

kekurangan.

Penulis menyadari sebagai seorang mahasiswa yang pengetahuannya belum

seberapa dan masih perlu banyak belajar dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena

itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif untuk

kesempurnaan makalah ini.

Penulis berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat dan

digunakan sebagai bahan pembelajaran di masa yang akan datang.

Palembang, Januari 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang 3

B. Rumusan masalah 6

C. Tujuan 6

D. Ruang lingkup 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 7

B. Evaluasi Pelayanan Publik 13

C. Profil Puskesmas Pembantu 26 Ilir 15

BAB III DATA SEKUNDER 20

BAB IV PEMBAHASAN 25

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 28

B. Saran 28

DAFTAR PUSTAKA 29

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk dapat hidup

layak dan produktif. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1),

ditetapkan bahwa “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat

tinggal, dan mendapat lingkungan yang baik dan sehat serta berhak memperoleh

pelayanan kesehatan.” Dewasa ini, nilai kesehatan seseorang merupakan hal yang tak

ternilai harganya. Jika, tubuh tidak sehat, maka aktivitas yang akan dilakukan akan

terhambat. Kesehatan menurut WHO (1947) adalah suatu keadaan sejahtera

sempurna yang meliputi : kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata

bebas dari penyakit dan atau kelemahan.

Kesehatan adalah hak dasar setiap individu dan semua warga negara berhak

mendapatkan pelayanan kesehatan, tidak terkecuali masyarakat miskin. Kondisi ini

diakibatkan oleh keterbatasan akses terhadap pelayanan kesehatan yang dipengaruhi

oleh faktor kemampuan ekonomi. Seperti yang kita ketahui, biaya kesehatan yang

meningkat dari waktu ke waktu menjadikan masyarakat miskin semakin jauh dalam

hal pencapaian pelayanan kesehatan.

Pentingnya peran pemerintah untuk ikut serta dalam membantu masyarakat

pada hakekatnya adalah memberikan pelayanan yang terbaik. Pemerintahan dibentuk

tidak untuk melayani diri sendiri tetapi untuk melayani masyarakat, menciptakan

4
kondisi yang memungkinkan setiap individu dapat mengembangkan kemampuan dan

kreativitasnya untuk tujuan bersama. Hal ini tertuang dalam Konstitusi Negara dan

Undang-Undang No 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional yang

mengamanatkan kepada pemerintah untuk memberikan perlindungan bagi fakir

miskin, anak dan orang terlantar serta orang tidak mampu yang pembiayaan

kesehatannya dijamin oleh Pemerintah.

Semakin baik status kesehatan peduduk suatu negara semakin baik pula

tingkat perekonominya dengan demikian akan lebih mempercepat peningkatan

kesejahteraan masyarakat di negara tersebut. Dengan fungsi pemerintah untuk

mensejahterakan rakyatnya maka pemerintah membuat program kesehatan bagi

masyarakat miskin dan tidak mampu untuk mempermudah mereka dalam

memperoleh pelayanan kesehatan secara gratis. Program pemerintah tersebut

dinamakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Dalam MENPAN No.63/2003 (Ratminto 5: 2005) pelayanan publik

merupakan suatu upaya yang dilakukan pemerintah untuk pemenuhan kebutuhan

masyarakat baik berupa barang dan jasa dalam rangka pelaksanaan ketentuan

peraturan perundang-undangan. Sesuai dengan definisi tersebut, pelayanan publik

dilakukan oleh instansi-instansi pemerintah baik di pusat maupun daerah. Segala

bentuk pemenuhan kebutuhan tersebut dilaksanakan untuk membantu mewujudkan

tujuan negara yang salah satunya adalah memajukan kesejahteraan umum serta

mencerdaskan bangsa (Pembukaan UUD 45).

5
Konsep evaluasi kebijakan menurut Nugroho (2006) adalah untuk men-

getahui variasi dalam indikator-indikator kinerja yang digunakan untuk menjawab

pertanyaan pokok yaitu bagaimana kinerja implementasi publik, faktor-faktor apa

yang menyebabkan variasi itu dan bagaimana strategi peningkatan kinerja?. Untuk

menilai kebijakan publik, Dunn (1993) memberikan kriteria sebagai berikut: a). efekti

tas, apakah hasil yang diinginkan sudah tercapai? b). efsiensi, seberapa banyak usaha

diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan? c). kecukupan, seberapa jauh

pencapaian hasil yang diinginkan memecahkan masalah? d). perataan, apakah biaya

manfaat didistribusikan dengan merata kepada kelompok-kelompok tertentu? e).

responsivitas, apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan, preferensi dan nilai-

nilai kelompok tertentu? f). ketepatan, apakah hasil (tujuan) yang diinginkan benar-

benar berguna atau bernilai?.

Sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama di wilayah kerjanya,

puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan yang wajib menyelenggarakan

pelayanan kesehatan secara bermutu, terjangkau, adil dan merata termasuk pelayanan

program JKN.6 Puskesmas Pembantu 26 Ilir kota Palembang merupakan salah satu

Puskesmas pembantu dibawah naungan Puskesmas Merdeka yang memberikan

pelayanan rawat jalan, dan merupakan unit pelaksana Dinas Kesehatan Kota

Palembang yang terletak di Kecamatan Bukit Kecil. Visi Puskesmas Merdeka adalah

“Tercapainya kecamatan bukit kecil sehat dengan bertumpu pada pelayanan prima

dan pemberdayaan masyarakat”. Lokasi Puskesmas Pembantu 26 Ilir terletak sangat

strategis, yaitu di dekat pasar 26 Ilir. Hal ini menjadi dorongan bagi Puskesmas

6
Pembantu 26 Ilir dalam menarik jumlah pasien, sehingga mutu pelayanan kesehatan

di Puskesmas Pembantu 26 Ilir harus tetap terjamin untuk memenuhi kebutuhan

pasien dan dapat memberikan kepuasan pasien terutama pasien yang mengikuti

program JKN.

Keberhasilan kebijakan publik tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempen-

garuhinya. Menurut Edward III (1980) ada 4 faktor yang mempengaruhinya yaitu: a).

komunikasi; b). sikap pelaksana; c). sumber daya dan d). struktur organisasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN) di Puskesmas Pembantu 26 Ilir.

B. Rumusan masalah

Bagaimana pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di

Puskesmas Pembantu 26 Ilir?

C. Tujuan

Makalah ini dibuat untuk mengetahui pelaksanaan Program Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Pembantu 26 Ilir.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup makalah ini adalah program Jaminan Kesehatan Nasional

(JKN) yang dilaksanakan di Puskesmas Pembantu 26 Ilir.

7
BAB II

TUNJAUAN PUSTAKA

1. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

a. Pengertian JKN

JKN merupakan program pelayanan kesehatan terbaru yang merupakan

kepanjangan dari Jaminan Kesehatan Nasional yang sistemnya menggunakan sistem

asuransi. Artinya, seluruh warga Indonesia nantinya wajib menyisihkan sebagian

kecil uangnya untuk jaminan kesehatan di masa depan.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES) Republik Indonesia

nomor 903/MENKES/PER/V/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan

Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), bertujuan untuk memberikan acuan bagi

Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

dan pihak terkait penyelenggaraan program Jaminan Kesehatan Masyarakat

(Jamkesmas) dalam rangka :

Pasal 1 :

a) Memberikan kemudahan dan akses pelayanan kesehatan kepada peserta

di seluruh jaringan fasilitas kesehatan Jamkesmas.

b) Mendorong peningkatan pelayanan kesehatan yang terstandar bagi

peserta, tidak berlebihan sehingga terkendali mutu dan biayanya.

c) terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel.

8
Pasal 2 : Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 1 mengacu pada prinsip-prinsip :

a) Dana amanat dan nirlaba dengan pemanfaatan untuk semata-mata

peningkatan derajat kesehatan masyarakat miskin.

b) Menyeluruh (komprehensif) sesuai dengan standar pelayanan medik yang

cost effective dan rasional.

c) Pelayanan terstruktur, berjenjang dengan portabilitas dan ekuitas.

d) Efisien, transparan dan akuntabel.

Pasal 3 : Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat

sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.

Pasal 4 : Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 686/Menkes/SK/VI/2010 tentang Pedoman Pelaksanaan

Program Jaminan Kesehatan Masyarakat dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 5 : Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar

setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini

dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

9
b. Peserta JKN

Sesuai Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN), dengan adanya JKN, maka seluruh masyarakat Indonesia akan

dijamin kesehatannya. Dan juga kepesertaanya bersifat wajib tidak terkecuali juga

masyarakat tidak mampu karena metode pembiayaan kesehatan individu yang

ditanggung pemerintah.

Program JKN dan BPJS Kesehatan 2014 ini adalah merupakan sebuah proyek

dalam bidang kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia melalui

Kementrian Kesehatan. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan

mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory).

Dimana dalam hal ini adalah juga berdasarkan Undang-Undang Nomor 40

Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar

iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.

c. Tujuan JKN

Tujuan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah agar semua

penduduk terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi

kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak, dalam rangka :

10
1) Memberikan kemudahan dan akses pelayanan kesehatan kepada peserta

di seluruh jaringan fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial.

2) Mendorong peningkatan pelayanan kesehatan kepada peserta secara

menyeluruh, terstandar, dengan sistem pengelolaan yang terkendali mutu

dan biaya.

3) Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan

akuntabel.

d. Manfaat JKN ( Jaminan Kesehatan Nasional )

Ada 2 (dua) manfaat Jaminan Kesehatan, yakni berupa pelayanan kesehatan

dan Manfaat non medis meliputi akomodasi dan ambulans. Ambulans hanya

diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan dengan kondisi tertentu yang

ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.

Pelayanan yang diberikan bersifat paripurna (preventif, promotif, kuratif dan

rehabilitatif) tidak dipengaruhi oleh besarnya biaya premi bagi peserta. Promotif dan

preventif yang diberikan dalam konteks upaya kesehatan perorangan (personal care).

Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian pelayanan:

1) Penyuluhan kesehatan perorangan, yang meliputi paling sedikit penyuluhan

mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan

sehat.

11
2) Imunisasi dasar, meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri Pertusis

Tetanus dan HepatitisB (DPTHB), Polio, dan Campak.

3) Keluarga berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi, dan

tubektomi bekerja sama dengan lembaga yang membidangi keluarga

berencana. Vaksin untuk imunisasi dasar dan alat kontrasepsi dasar

disediakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.

4) Skrining kesehatan, diberikan secara selektif yang ditujukan untuk

mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari risiko

penyakit tertentu.

5) Meskipun manfaat yang dijamin dalam JKN bersifat komprehensif namun

masih ada yang dibatasi, yaitu kaca mata, alat bantu dengar (hearing aid),

alat bantu gerak (tongkat penyangga, kursi roda dan korset).

e. Akses Pelayanan Menggunakan Kartu JKN

1) Jenis Pelayanan

Ada 2 (dua) jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh Peserta JKN,

yaitu berupa pelayanan kesehatan (manfaat medis) serta akomodasi

dan ambulans (manfaat non medis).Ambulanshanya diberikan untuk

pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan dengan kondisi tertentu yang

ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.

12
2) Prosedur Pelayanan

Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan pertama-tama harus

memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan tingkat

pertama. Bila Peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat

lanjutan, maka hal itu harus dilakukan melalui rujukan oleh Fasilitas

Kesehatan tingkat pertama, kecuali dalam keadaan kegawat darurat

medis.

3) Kompensasi Pelayanan

Bila di suatu daerah belum tersedia Fasilitas Kesehatan yang

memenuhi syarat guna memenuhi kebutuhan medis sejumlah Peserta,

BPJS Kesehatan wajib memberikan kompensasi, yang dapat berupa:

penggantian uang tunai, pengiriman tenaga kesehatan atau penyediaan

Fasilitas Kesehatan tertentu. Penggantian uang tunai hanya digunakan

untuk biaya pelayanan kesehatan dan transportasi.

4) Penyelenggara Pelayanan Kesehatan

Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua Fasilitas

Kesehatan yang menjalin kerja sama dengan BPJS Kesehatan baik

fasilitas kesehatan milik Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan swasta

yang memenuhi persyaratan melalui proses kredensialing dan

rekredensialing.

13
2. Evaluasi Pelayanan Publik

Bagian akhir dari suatu proses kebijakan yang dipandang sebagai pola

aktivitas yang berurutan adalah evaluasi kebijakan. Menurut Lester dan Stewart

(dalam Agustino 2008:185) mengungkapkan bahwa evaluasi ditujukan untuk melihat

sebagian-sebagian kegagalan suatu kebijakan dan untuk mengetahui apakah

kebijakan yang telah dirumuskan dan dilaksanakan dapat menghasilkan dampak yang

diinginkan.

Arikunto (2005:10-11), mengemukakan evaluasi program sebagai suatu

rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan

program , selanjutnya dalam perspektif evaluasi hasil belajar, menyatakan bahwa

fungsi penilaian meliputi: selektif, diagnostik, penempatan, pengukuran keberhasilan.

Pelayanan menurut Gronroos (Ratminto 2 : 2005) adalah suatu aktivitas atau

serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi

sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain

yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk

memecahkan permasalahan konsumen atau pelanggan.

Undang-Undang No. 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik mendefinisikan

pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan

kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga

negara dan penduduk atas barang, jasa, dan atau pelayanan administratif yang

disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Menurut Keputusan Menteri pendayagunaan aparatur Negara nomor 63 tahun

14
2003 (Atik dan Ratminto 18:2005), menyatakan bahwa pelayanan publik adalah

segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik,

sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Asas pelayanan publik untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan

bagi pengguna jasa, penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi asas-asas pelayanan

sebagai berikut (keputusan menpan nomor 63 tahun 2004):

a. Transparansi

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang

membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

b. Akuntabilitas

Dapat dipertanggungjawabkan dengan peraturan perundang-undangan.

c. Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan

dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efiktifitas.

d. Partisipatif

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik

dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

e. Kesamaan Hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan,

gender dan status ekonomi.

f. Keseimbangan Hak dan Kewajiban

15
Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban

masing-masing pihak.

3. Profil Puskesmas Pembantu 26 Ilir

Kepala
Puskemas

Tata Usaha

KIA/KB/
BP Umum BP Gigi Apotik MTBS loket
Gizi

Gambar 1. Organogram Puskesmas Merdeka Palembang

a. Letak Geografis dan Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu 26 Ilir

Puskesmas Pembantu 26 Ilir berada dibawah naungan Puskesmas Merdeka

yang merupakan Puskesmas Kecamatan pada tahun 1988 ditetapkan sebagai salah

satu Puskesmas Induk di Kecamatan Bukit Kecil sekaligus Puskesmas Koordinator

untuk Kecamatan Bukit Kecil dengan luas wilayah kerja 619 Ha. Puskesmas Merdeka

mempunyai 2 Puskesmas Pembantu, yaitu Puskesmas Pembantu 26 Ilir dan

Puskesmas Pembantu 19 Ilir serta 16 Posyandu. Wilayah kerja Puskesmas Merdeka

meliputi 4 kelurahan, yaitu Kelurahan 26 Ilir, Kelurahan 22 Ilir, Kelurahan 19 Ilir,

dan Kelurahan Talang Semut. Puskesmas Pembantu 26 Ilir terletak di dekat pasar 26

16
Ilir.

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Merdeka adalah 30.031 jiwa

dengan jumlah penduduk wanita sebanyak 12.763 jiwa dan pria sebanyak 17.238

jiwa. Sebaran demografi penduduk di wilayah kerja Puskesmas Merdeka adalah 789

ibu hamil, 788 ibu bersalin, 712 bayi, 3.028 balita, usia lanjut 437 jiwa. Pada wilayah

kerja ini, terdapat pula 1.303 jiwa kepala keluarga miskin dan 10.364 jiwa anggota

keluarga miskin (Profil Puskesmas, 2012).

b. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Merdeka Palembang

c. Visi, Misi, Kebijakan Mutu, Motto dan Nilai Puskesmas Merdeka

Visi : ”Tercapainya Kecamatan Bukit Kecil Sehat dengan Bertumpu Pada

17
Pelayanan Prima Dan Pemberdayaan Masyarakat”

Misi :

1. Meningkatkan Kemitraan pada semua pihak.

2. Meningkatkan Profesionalitas, Provider dan Pemberdayaan Masyarakat.

3. Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan yang bermutu prima.

4. Mengikuti standar yang telah ditetapkan

Kebijakan Mutu : Puskesmas merdeka bertekad meningkatkan kualitas pelayanan

secara berkesinambungan berdasarkan standar yang ditetapkan demi tercapainya

kepuasan masyarakat.

Motto : Kesehatan anda adalah kebahagian kami.

Nilai :

1. Pengabdian

2. Kebersamaan dan kekeluargaan

3. Kerja keras

4. Saling percaya

5. Terus belajar (Profil Puskesmas, 2012).

d. Sumber Daya Puskesmas Merdeka Palembang

1) Tenaga

18
Adapun sumber daya manusia yang ada di Puskesmas Merdeka meliputi:

medis, paramedis dan non kesehatan yang masing-masing bertanggung

jawab terhadap tugas pokok atau tugas integrasi dan fungsinya. Tenaga di

Puskesmas Merdeka Palembang dengan rincian pada tabel berikut :

Tabel 1. Staf/Tenaga Kesehatan Puskesmas Merdeka Palembang

Tenaga Kesehatan Jumlah (orang)


Dokter umum 3
Dokter spesialis 2
Dokter gigi 1
Perawat gigi 2
Bidan 16
Perawat 10
Pembantu ahli gizi 1
Tenaga laboratorium 2
Pengelola obat 3
Penjaga Loket 4
Tata usaha 4
Jumlah 48

2) Sarana dan prasarana

• Retribusi 100%

• ASKES

19
• ASKESKIN

• Dekonsentrasi

• Operasional puskesmas

• APBN/APBD (Profil Puskesmas, 2012).

e. Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Pembantu 26 Ilir

Upaya kesehatan Puskesmas menurut Kepmenkes No 128 th 2004 adalah:

A. Upaya kesehatan wajib puskesmas

1) Upaya promosi kesehatan

2) Upaya kesehatan lingkungan

3) Upaya perbaikan gizi

4) Upaya pencegahan & pemberantasan penyakit menular

5) Upaya kesehatan ibu, anak & kb

6) Upaya pengobatan dasar

B. Upaya kesehatan pengembangan puskesmas

1) Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah

(UKGS)

2) Posyandu Lansia (Profil Puskesmas, 2012).

BAB III

DATA SEKUNDER

20
8000

7000

6000

5000
Tahun 2014
4000
Tahun 2015
Tahun 2016
3000

2000

1000

0
Puskesmas Merdeka Pustu 26 ilir Pustu 19 Ilir

Gambar Diagram Jumlah Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


Puskesmas Merdeka Tahun 2014-2016

Gambar Contoh Kuisioner Kepuasan Pelanggan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


Puskesmas Pembantu 26 Ilir

21
22
23
24
25
BAB IV

PEMBAHASAN

Evaluasi kebijakan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dimaksudkan

untuk melakukan penilaian sejauh mana jaminan kesehatan masyarakat dapat

memberikan konstribusi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Evaluasi

pelaksanaan program JKN di Puskesmas Pembantu 26 Ilir dinilai melalui dua aspek,

yaitu aspek kepesertaan dan aspek pelayanan.

Aspek kepesertaan dievaluasi melalui jumlah peserta yang mengikuti program

JKN. Data sekunder menunjukkan jumlah peserta program JKN di Puskesmas

Pembantu 26 Ilir meningkat setiap tahunnya sejak tahun 2014 hingga 2016 masing-

masing 894 peserta, 1.017 peserta, dan 1.385 peserta. Hal tersebut menunjukkan

bahwa dari aspek kepesertaan, Puskesmas pembantu 26 Ilir memiliki kinerja yang

baik dalam sosialisasi program JKN dan pendataan peserta JKN. Aspek pelayanan

dinilai melalui beberapa indicator, yaitu efektifitas, efesiensi, kecukupan, pemerataan,

responsivitas dan ketepatan dalam pelaksanaan kebijakan tersebut.

Efektiftas adalah sasaran akhir dari suatu program. Namun dalam mencapai

sasaran program perlu diikuti dengan efesiensi, karena bisa saja sasaran dapat

tercapai tetapi kalau dalam pelaksaaan tidak terdapat efesiensi berarti terdapat

pemborosan biaya, tenaga dan waktu. Efektifitas Program JKN di Puskesmas

Pembantu 26 Ilir ternyata belum terlaksana sesuai dengan apa yang diharapkan

(belum maksimal). Belum maksimal efektifitas pelayanan kesehatan ini ada kaitan

26
dengan efesiensi dalam penggunaan biaya yang dikeluarkan sangat besar. Tetapi

pembayaran penggantian biaya cukup besar itu tidak dibayarkan pada waktu yang

tepat setiap bulannya dan keadaan ini mempersulit operasional pelayanan kesehatan

masyarakat di Puskesmas Pembantu 26 Ilir.

Selain itu, sarana dan prasarana kesehatan serta tenaga medis tersedia belum

memadai, sedangkan jumlah pasien yang ingin berobat setiap harinya cukup ramai.

Permasalahan kurangnya efektiftas dan efesiensi pelaksanaan program pelayanan

kesehatan di Puskesmas Pembantu 26 Ilir bukan semata kesalahan pihak petugas

Puskesmas saja, tetapi juga dipihak pengawas Dinas Kesehatan. Pengawas Dinas

Kesehatan tidak rutin mengontrol pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan

masyarakat di Puskesmas sehingga permasalahan yang sesungguhnya terjadi di

puskesmas tidak dapat diketahui secara utuh dan detail. Dengan demikian produk

informasi yang diberikan pengawas pada Dinas Kesehatan tentang pelaksanaan

Program Kesehatan di Puskesmas sangat minim. Dengan produk informasi yang

sangat minim, maka permasalahan rintangan primer yang sesungguhnya dalam

kesuksesan imple- mentasi kebijakan sulit diketahui.

Menurut Tangkilisan (2003) pendekatan yang digu- nakan dalam studi

implementasi, dimulai dari suatu intisari dari pertanyaan, apakah rintangan primer

untuk mengimplementasikan kebijakan sukses?. Dimana terdapat 4 indikator dalam

mengimplementasikan kebijakan publik yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi dan

struktur birokrasi.

Informasi dalam kebijakan perlu dikomunikasikan secara efektif. Isi kebijakan

27
mesti ditransmisikan kepada personalia dengan tepat, jelas, akurat dan konsisten. Jika

isi kebijakan tidak jelas dan bagaimana rincianya, maka akan timbul kesalah paha-

man antara pembuat kebijakan dan implementatornya. Kurangnya komunikasi antara

instansi yang terkait terutama Dinas Kesehatan, Puskesmas dengan pihak kelura- han

dalam mengumpulkan data masyarakat miskin, terjadilah penyimpangan pemberian

bantuan pengobatan gratis yang tidak sesuai dengan kebijakan pemerintah. Kondisi

ini dipicu pula oleh sikap implementasi kebijakan dalam mengaplikasikan kebijakan,

karena ada kepentingan-kepentingan pribadi atau karena karakteristik dan watak yang

dimiliki implementator. Pemahaman pelaksana program pelayanan kesehatan pada

Puskesmas Pembantu 26 Ilir dalam pelaksanaan tugasnya memiliki pengetahuan ala

kadarnya saja dan hanya berpedoman pada teknis pelaksanaannya, tetapi tidak paham

untuk apa mereka melakukan itu dan apa yang diharapkan dari tugas mereka.

Keadaan ini disebabkan terbatasnya jumlah dan kualitas sumber daya tenaga yang ada

pada Puskesmas Pembantu 26 Ilir.

28
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil evaluasi pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di

Puskesmas Pembantu 26 Ilir Kecamatan Bukit Kecil pada dasarnya belum berjalan

dengan maksimal. Walaupun dari aspek kepesertaan terjadi peningkatan jumlah

peserta JKN yang mengartikan bahwa sosialisasi dan pendataan peserta JKN berjalan

dengan baik. Namun, dari aspek pelayanan program JKN di Puskesmas Pembantu 26

Ilir dinilai belum baik. Efektiftas yang belum mencapai sasaran JKN, efsiensi dalam

menggunakan sumber daya masih belum tercapai, perataan distribusi biaya manfaat

yang tidak merata, kecukupan pemberian bantuan kepada masyarakat miskin, masih

kurangnya responsivitas dalam menanggapi berbagai keluhan dan ketepatan

pemberian bantuan kepada masyarakat miskin pengguna Jamkesmas. Faktor-faktor

yang mempengaruhi pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah

faktor kurangnya komunikasi, minimnya sumber daya manusia, disposisi yang be-

lum baik dan struktur birokrasi yang belum e sien serta minimnya biaya operasional.

B. Saran

Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Pembantu 26 Ilir

sudah selayaknya dilaksanakan secara maksimal dari aspek kepesertaan maupun

aspek pelayanan agar peserta JKN dapat menikmati pelayanan dengan baik.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Riant, Nugroho D. 2004. Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi dan

Evaluasi, PT.Elex Media Komputindo, Ja- karta.

2. Edward III. George. 1980. Implementing Public Policy Congsessional Quartelly

Inc. Washington.

3. Dunn, William. 1993. Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Edisi Kedua, Gajah

Mada University Press, Yogyakarta.

4. Tangkilisan. 2003. Evaluasi Kebijakan Pub- lik, Penjelasan, Analisa Dan

Transformasi Pikiran Nagel, Balairung & Co, Yogyakarta.

5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia PER/V/2011. Nomor

903/MENKES/ Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan

Masyarakat (Jamkesmas).

6. Ratminto, Winarsih Atik. 2005. Manajemen Pelayanan. Y ogyakarta : Pustaka

Pelajar.

7. Undang-Undang Republik Indonesia no. 23 tahun 1992. Tentang Kesehatan.

8. Jamkesmas. 5 Oktober 2012. Wikipedia Bahasa Indonesia, diambil pada Tanggal

15 Juni 2013 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Jamkesmas.

9. Definisi Pelayanan Publik. 18 Januari 2013. Pelayan Publik, diambil pada

tanggal 10 Juli 2015 dari http://www. kajianpustaka. com/2013/01/ pelayanan-

publik. html

30
31

Anda mungkin juga menyukai