Anda di halaman 1dari 68

MODUL KEPERAWATAN KELUARGA

Oleh :

Rini Ambarwati, S.Kep.Ns., M.Si

PRODI KEPERAWATAN KAMPUS SUTOMO


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kami

telah diberikan kesehatan dan kesempatan untuk dapat menyelesaikan

MODULAJAR KEPERAWATAN KELUARGA Program Studi D III

Keperawatan Surabaya dengan lancar.

MODUL AJAR KEPERAWATAN KELUARGAini bertujuan sebagai

bahan pembelajaran dalam mata kuliah keperawatan keluarga. Selain itu bahan ajar

ini disusun untuk membekali mahasiswa keperawatan dengan kompetensi pada mata

kuliah keperawatan keluargayang meliputi pengetahuan, sikap dan perilaku .

Di periode selanjutnya buku ajar ini akan terus disempurnakan, dengan

harapan untuk dapat lebih membantu kelancaran mahasiswa dalam mempelajari

tentang esensi praktik keperawatan keluarga, maka segala kritik dan saran yang

sifatnya membangun sangat dihargai untuk perubahan ke arah yang lebih baik.

Tim penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan MODUL AJAR KEPERAWATAN KELUARGA

ini. Semoga dapat berguna bagi mahasiswa Program Studi D III Keperawatan

Sutomo Jurusan keperawatan Poltekkes Kemenkes .

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

KONSEP DASAR PELAYANAN KESEHATAN


BAB 1 : Pelayanan Kesehatan Utama /Primary HealthCare(PHC)
BAB 2 : Konsep Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
Latihan Dan Tugas
Evaluasi Formatif
Daftar Pustaka

KONSEP DASAR KEPERAWATAN KELUARGA


BAB 3 : Konsep Keluarga
BAB 4 : Model Konseptual Keperawatan Keluarga
BAB 5 : Trend Dan Isu Keperawatan Keluarga
BAB 6 : Konsep proses keperawatan keluarga
BAB 7 : Manajemen Sumber Daya Keluarga
Latihan Dan Tugas
Evaluasi Formatif
Daftar Pustaka
BAB 1
KONSEP PELAYANAN KESEHATAN UTAMA

Capaian Pembelajaran

A. Latar belakang
World Health Essembly tahun 1977 telah menghasilkan kesepakatan global
untuk mencapai “Kesehatan Bagi Semua atau Health For All” Pada Tahun 2000
(KBS 2000 / HFA by The Year 2000), yaitu Tercapainya suatu derajat kesehatan
yang optimal yang memungkinkan setiap orang hidup produktif baik secara social
maupun ekonomi.
Pada tahun 1978, Konferensi di Alma Ata, menetapkan Primary Health Care
(PHC) sebagai Pendekatan atau Strategi Global untuk mencapai Kesehatan Bagi
Semua (KBS) atau Health For All by The Year 2000 ( HFA 2000 ). Dalam
konferensi tersebut Indonesia juga ikut menandatangani dan telah mengambil
kesepakatan global pula dengan menyatakan bahwa untuk mencapai Kesehatan Bagi
Semua Tahun 2000 ( HFA’200 ) kuncinya adalah PHC ( Primary Health Care ) dan
Bentuk Opersional dari PHC tersebut di Indonesia adalah PKMD ( Pengembangan
Kesehatan Masyarakat Desa ).

B. Pengertian
Primary Health Care ( PHC ) adalah pelayanan kesehatan pokok yang
berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat
diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat
melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat terjangkau
oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan mereka
dalam semangat untuk hidup mandiri ( self reliance ) dan menentukan nasib sendiri (
self determination ).

C. Perkembangan PHC di Indonesia


Pada awal tahun 1970-an, organisasi kesehatan dunia (WHO) mendesak negara
anggotanya untuk melakukan penilaian terhadap sistem pelayanan kesehatan masing-
masing dengan mengacu kepada hasil studi WHO mengenai pelayanan kesehatan
desa. Departemen kesehatan Indoensia menanggapinya dengan menyusun rencana
Program Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) yang mulai
dilaksanakan pada tahun 1975. Suatu kelompok kerja dibentuk untuk merencanakan
danmengembangkan program PKMD secara resmi dinyatakan sebagai suatu strategi
untuk meningkatkan kesehatan rakyat Indonesia.
PKMD adalah bentuk operasional dari Primary Health Care (PHC) di
Indonesia. PKMD mencakup serangkaian kegiatan swadaya masyarakat berazaskan
gotong royong yang didukung oleh pemerintah melalui koordinasi lintas sektoral
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan atau yang terkait dengan
kesehatan, agar masyarakat dapat hidup sehat guna mencapai kualitas hidup dan
kesejahteraan yang lebih baik.

A. Prinsip, Ciri. Unsur, Elemen, Tujuan dan Tujuan PHC

1. Prinsip PHC
Pada tahun 1978, dalam konferensi Alma Ata ditetapkan prinsip-prinsip PHC
sebagai pendekatan atau strategi global guna mencapai kesehatan bagi semua. Lima
prinsip PHC sebagai berikut :
a. Pemerataan upaya kesehatan
Distribusi perawatan kesehatan menurut prinsip ini yaitu perawatan primer dan
layanan lainnya untuk memenuhi masalah kesehatan utama dalam masyarakat
harus diberikan sama bagi semua individu tanpa memandang jenis kelamin, usia,
kasta, warna, lokasi perkotaan atau pedesaan dan kelas sosial.
b. Penekanan pada upaya preventif
Upaya preventif adalah upaya kesehatan yang meliputi segala usaha, pekerjaan
dan kegiatan memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dengan peran serta
individu agar berprilaku sehat serta mencegah berjangkitnya penyakit.
c. Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan
Teknologi medis harus disediakan yang dapat diakses, terjangkau, layak dan
diterima budaya masyarakat (misalnya penggunaan kulkas untuk vaksin cold
storage).
d. Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian
Peran serta atau partisipasi masyarakat untuk membuat penggunaan maksimal dari
lokal, nasional dan sumber daya yang tersedia lainnya. Partisipasi masyarakat
adalah proses di mana individu dan keluarga bertanggung jawab atas kesehatan
mereka sendiri dan orang-orang di sekitar mereka dan mengembangkan kapasitas
untuk berkontribusi dalam pembangunan masyarakat. Partisipasi bisa dalam
bidang identifikasi kebutuhan atau selama pelaksanaan.

e. Kerjasama lintas sektoral dalam membangun kesehatan


Pengakuan bahwa kesehatan tidak dapat diperbaiki oleh intervensi hanya dalam
sektor kesehatan formal; sektor lain yang sama pentingnya dalam
mempromosikan kesehatan dan kemandirian masyarakat. Sektor-sektor ini
mencakup, sekurang-kurangnya: pertanian (misalnya keamanan makanan),
pendidikan, komunikasi (misalnya menyangkut masalah kesehatan yang berlaku
dan metode pencegahan dan pengontrolan mereka); perumahan; pekerjaan umum
(misalnya menjamin pasokan yang cukup dari air bersih dan sanitasi dasar) ;
pembangunan perdesaan; industri; organisasi masyarakat.

2. Ciri-Ciri PHC
Adapun cirri-ciri PHC adalah sebagai berikut :
a. Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat
b. Pelayanan yang menyeluruh
c. Pelayanan yang terorganisasi
d. Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat
e. Pelayanan yang berkesinambungan
f. Pelayanan yang progresif
g. Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga
h. Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah satu aspek saja
3. Unsur Utama PHC
Tiga unsur utama yang terkandung dalam PHC adalah sebagai berikut :
a. Mencakup upaya-upaya dasar kesehatan
b. Melibatkan peran serta masyarakat
c. Melibatkan kerjasama lintas sektoral

4. Tujuan PHC
a. Tujuan Umum
Mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang
diselenggarakan, sehingga akan dicapai tingkat epuasan pada masyarakat yang
menerima pelayanan.
b. TujuanKhusus :
1) Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayanai
2) Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani
3) Pelayanan harus berdasarkan kebutuhanmedis dari populasi yangdilayani
4) Pelayanan harus secara maksimum menggunkantenaga dan sumber –sumber
daya lain dalam memenuhikebutuhan masyarakat.

5. Fungsi PHC
PHC hendaknya memenuhi fungsi-fungsi sebagai berikut :
a. Pemeliharaan Kesehatan
b. Pencegahan Penyakit
c. Diagnosis dan Pengobatan
d. Pelayanan Tindak lanjut
e. Pemberian Sertifikat

6. Elemen-Elemen PHC
Dalam pelaksanaan PHC harus memiliki 8 elemen essensial yaitu :
a. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit
serta pengendaliannya
b. Peningkatan penyedediaan makanan dan perbaikan gizi
c. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar
d. Kesehatan Ibu dan Anak termasuk KB
e. Imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama
f. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemic setempat
g. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa
h. Penyediaan obat-obat essensial

7. Tanggung Jawab Tenaga Kesehatan Dalam PHC


Tanggung jawab tenaga kesehatan dalam PHC lebih dititik beratkan kepada hal-
hal sebagai berikut :
a. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan
implementasi pelayanan kesehatan dan program pendidikan kesehatan
b. Kerjasama dengan masyarakat, keluarga, dan individu
c. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik asuhan diri sendiri pada
masyarakat
d. Memberikan bimbingan dan dukungan kepada petugas pelayanan kesehatan
dan kepada masyarakat
e. Koordinasi kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat.

8. Hal-Hal Yang Mendorong Pengembangan Konsep Primary Health Care:

1. Kegagalan penerangan teknologi pelayanan medis tanpa disertai orientasi


aspek social-ekonomi-politik.
2. Penyebaran konsep pembangunan yang mengaitkan kesehatan dengan sektor
pembangunan lainnya serta menekankan pentingnya keterpaduan, kerjasama
lintas sektor dan pemerataan/perluasan daya jangkau upaya kesehatan.
3. Keberhasilan pembangunan kesehatan dengan pendekatan peran serta
masyarakat di beberapa negara.

B. IMPLEMENTASI PHC DI INDONESIA

Primary Health Care (PHC) diperkenalkan oleh World Health Organization


(WHO) sekitar tahun 70-an, dengan tujuan untuk meningkatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Di Indonesia, PHC memiliki 3 (tiga)
strategi utama, yaitu :
1. Kerjasama multisektoral.
2. Partisipasi masyarakat.
3. Penerapan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dengan pelaksanaan di
masyarakat.
Menurut Deklarasi Alma Ata (1978) PHC adalah kontak pertama individu,
keluarga, atau masyarakat dengan sistem pelayanan. Pengertian ini sesuai dengan
definisi Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2009, yang menyatakan bahwa
Upaya Kesehatan Primer adalah upaya kesehatan dasar dimana terjadi kontak
pertama perorangan atau masyarakat dengan pelayanan kesehatan.
Dalam mendukung strategi PHC yang pertama, Kementerian Kesehatan RI
mengadopsi nilai inklusif, yang merupakan salah satu dari 5 nilai yang harus
diterapkan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan, yaitu pro-rakyat, inklusif,
responsif, efektif, dan bersih. Strategi PHC yang kedua, sejalan dengan misi
Kementerian Kesehatan, yaitu
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat,
termasuk swasta dan masyarakat madani;
2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan
yang paripurna, merata bermutu dan berkeadilan;
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan; dan
4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
Di Indonesia, pelaksanaan Primary Health Care secara umum dilaksanakan
melaui pusat kesehatan dan di bawahnya (termasuk sub-pusat kesehatan, pusat
kesehatan berjalan) dan banyak kegiatan berbasis kesehatan masyarakat seperti
Rumah Bersalin Desa dan Pelayanan Kesehatan Desa seperti Layanan Pos Terpadu
(ISP atau Posyandu). Secara administratif, Indonesia terdiri dari 33 provinsi, 349
Kabupaten dan 91 Kotamadya, 5.263 Kecamatan dan 62.806 desa.
Untuk strategi ketiga, Kementerian Kesehatan saat ini memiliki salah satu
program yaitu saintifikasi jamu yang dimulai sejak tahun 2010 dan bertujuan untuk
meningkatkan akses dan keterjangkauan masyarakat terhadap obat-obatan.Program
ini memungkinkan jamu yang merupakan obat-obat herbal tradisional yang sudah
lazim digunakan oleh masyarakat Indonesia, dapat teregister dan memiliki izin edar
sehingga dapat diintegrasikan di dalam pelayanan kesehatan formal.Untuk mencapai
keberhasilan penyelenggaraan PHC bagi masyarakat, diperlukan kerjasama baik
lintas sektoral maupun regional, khususnya di kawasan Asia Tenggara.
Dalam penerapannya ada beberapa masalah yang terjadi di
Indonesia.Permasalahan yang utama ialah bagaimana primary health care belum
dapat dijalankan sebagaimana semestinya. Oleh karena itu, ada beberapa target yang
seharusnya dilaksanakan dan dicapai yaitu:
a. Memantapkan Kemenkes berguna untuk menguatkan dan meningkatkan kualitas
pelayanan dan mencegah kesalahpahaman antara pusat keehatan dan masyarakat
b. Pusat Kesehatan yang bersahabat merupakan metode alernatif untuk menerapkan
paradigma sehat pada pelaksana pelayanan kesehatan.
c. Pelayanan kesehatan primer masih penting pemberdayaan masyarakat dalam
bidang kesehatan.
d. Pada era desentralisasi, variasi pelayanan kesehatan primer semakin melebar dan
semakin dekat pada budaya lokal.

1. Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD)


Seperti yang terlah tertulis pada pelita III, PKMD adalah bentuk
pengembangan operasional dari PHC di Indonesia.PKMD mencakup serangkaian
kegiatan swadaya masyarakat berazaskan gotong royong, yang didukung oleh
pemerintah melalui koordinasi lintas sektoral dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan kesehatan atau yang terkait dengan kesehatan, agarmasyarakat dapat
hidup sehat guna mencapai kualitas hidup dan kesejahteraan yang lebih baik.

Upaya Kesehatan Dasar PKMD mempunyai 8 upaya kesehatan dasar yang


mencakup:

1. Pendidikan masyarakat tentang masalah kesehatan dan upaya


penanggulangannya.
2. Pemberantasan dan pencegahan penyakit endemik setempat.
3. Program Imunisasi
4. Kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana
5. Pengadaan obat esential
6. Pengadaan pangan dan gizi
7. Pengobatan penyakit umum dan cedera
8. Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan

Program PKMD merupakan bagian integral dari pembangunan pedesaan yang


menyeluruh, dibawah naungan LKMD, sekarang namanya BPD (Badan Perwakilan
Desa).BPD bertanggung jawab terhadap sepuluh sisi pembangunan, termasuk
kesehatan dengan tujuan untuk meningkatkan kehidupan ekonomi dan sosial
masyarakat.

2. Hubungan PHC, PKMD dan Posyandu

Pendekatan PHC dimantapkan oleh adanya prioritas untuk menurunkan tingkat


kematian bayi, ibu dan tingkat kelahiran.Strategi ini ditandai dengan pembangunan
jaringan pelayanan ke tingkat masyarakat melalui Posyandu.Posyandu mencakup tiga
unsur utama PHC, yang meliputi peran serta masyarakat, kerjasama lintas sektoral
dan perluasan jangkauan upaya kesehatan dasar. Posyandu dengan ”lima kridanya”
merupakan bentuk PHC atau PKMD yang berprioritas. Apabila selanjutnya
memungkinkan untuk melengkapi krida (kegiatan) Posyandu dengan kebutuhan
dasar yang lain yaitu sanitasi dasar dan penyediaan obat esensial sehingga menjadi
sapta krida Posyandu, lengkaplah upaya kesehatan dasar yang dilaksanakan melalui
Posyandu untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat penduduk guna mencapai
”kesehatan bagi semua tahun 2000”
DAFTAR PUSTAKA

_____. _____. Dikutip dari http://ompuheso.wordpress.com/2012/11/05/primary-


health-care-phc/. Diakses tanggal 30 September 2013, pukul 23:19 WIB

Suparyanto. 2010. Dikutip dari http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/01/phc-


primary-health-center.html. Diakses tanggal 30 September 2012, pukul
23:25 WIB

_____. _____. http://kamarudin.blogdetik.com/2009/04/12/pelayanan-kesehatan-


primer-primary-health-care-phc/. Diakses tanggal 2 Oktober 2013, pukul
18:40 WIB

_____. _____. http://artikelprofesikesehatan.blogspot.com/2012/11/konsep-


primary-health-care-phc.html. Diakses tanggal 4 Oktober 2013, pukul
17:20
BAB 2
KONSEP PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT
(PUSKESMAS)

Capaian Pembelajaran :
Setelah memelajari Topik 3 ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang
pengertian Puskesmas, tujuan Puskesmas, prinsip Puskesmas, tugas, fungsi, dan
wewenang Puskesmas, persyaratan Puskesmas, kategori Puskesmas, perizinan dan
registrasi Puskesmas, kedudukan dan organisasi, upaya kesehatan Puskesmas,
akreditasi Puskesmas, jaring pelayanan, jejaring kerja sama dan rujukan, pendanaan,
sistem informasi, pembinaan, dan pengawasan Puskesmas.

A. PENGERTIAN PUSKESMAS

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah


fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah
suatu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan
oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

B. TUJUAN PUSKESMAS

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk


mewujudkan masyarakat yang:

1. memiliki perilaku sehat, meliputi kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup


sehat;
2. mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu;
3. hidup dalam lingkungan sehat;
4. memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok
maupun masyarakat.
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas dilaksanakan
untuk mendukung terwujudnya kecamatan sehat.

C. PRINSIP PENYELENGGARAAN PUSKESMAS

Prinsip penyelenggaraan Puskesmas adalah sebagai berikut.

1. Paradigma sehat
Berdasarkan prinsip paradigma sehat Puskesmas mendorong seluruh
pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan
mengurangi risiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
2. Pertanggungjawaban wilayah
Berdasarkan prinsip pertanggungjawaban, wilayah Puskesmas menggerakkan
dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
3. Kemandirian masyarakat
Berdasarkan prinsip kemandirian masyarakat Puskesmas mendorong
kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
4. Pemerataan
Berdasarkan prinsip pemerataan, Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan
Kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah
kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya
dan kepercayaan.
5. Teknologi tepat guna
Berdasarkan prinsip teknologi tepat guna, Puskesmas menyelenggarakan
pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai
dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk
bagi lingkungan.
6. Keterpaduan dan kesinambungan
Berdasarkan prinsip keterpaduan dan kesinambungan, Puskesmas
mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) lintas program dan
lintas sektor, serta melaksanakan sistem rujukan yang didukung dengan manajemen
Puskesmas.
D. TUGAS, FUNGSI DAN WEWENANG PUSKESMAS
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas, Puskesmas
menyelenggarakan fungsi penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah
kerjanya dan penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Dalam menyelenggarakan fungsi UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya
Puskesmas berwenang untuk:

1. melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan


masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;
2. melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
3. melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan;
4. menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah
5. kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerjasama dengan sektor lain terkait;
6. melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan
7. berbasis masyarakat;
8. melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas;
9. memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;
10. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan
cakupan
11. Pelayanan Kesehatan;
12. memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk
dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respons penanggulangan
penyakit.

E. PERSYARATAN PUSKESMAS
Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan. Dalam kondisi
tertentu, pada 1 (satu) kecamatan dapat didirikan lebih dari 1 (satu) Puskesmas.
Kondisi tertentu ditetapkan berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan,
jumlah penduduk, dan aksesibilitas. Pendirian Puskesmas harus memenuhi
persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, peralatan kesehatan, ketenagaan,
kefarmasian, dan laboratorium.Lokasi pendirian Puskesmas harus memenuhi
persyaratan, yaitu geografis, aksesibilitas untuk jalur transportasi, kontur tanah,
fasilitas parkir, fasilitas keamanan, ketersediaan utilitas publik, pengelolaan
kesehatan lingkungan, dan kondisi lainnya. Pendirian Puskesmas harus
memperhatikan ketentuan teknis pembangunan bangunan gedung negara.
Bangunan Puskesmas harus memenuhi persyaratan yang meliputi
persyaratan administratif, persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja, serta
persyaratan teknis bangunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, bersifat permanen dan terpisah dengan bangunan lain, serta menyediakan
fungsi, keamanan, kenyamanan, perlindungan keselamatan dan kesehatan serta
kemudahan dalam memberi pelayanan bagi semua orang termasuk yang
berkebutuhan khusus, anak-anak, dan lanjut usia. Selain bangunan, setiap
Puskesmas harus memiliki bangunan rumah dinas Tenaga Kesehatan.
Bangunan rumah dinas Tenaga Kesehatan didirikan dengan mempertimbangkan
aksesibilitas tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan. Puskesmas harus
memiliki prasarana yang berfungsi paling sedikit seperti berikut ini.
1. Sistem penghawaan (ventilasi).
2. Sistem pencahayaan.
3. Sistem sanitasi.
4. Sistem kelistrikan.
5. Sistem komunikasi.
6. Sistem gas medik.
7. Sistem proteksi petir.
8. Sistem proteksi kebakaran.
9. Sistem pengendalian kebisingan.
10. Sistem transportasi vertikal untuk bangunan lebih dari 1 (satu) lantai.
11. Kendaraan Puskesmas keliling.
12. Kendaraan ambulans.
Peralatan kesehatan di Puskesmas harus memenuhi persyaratan standar
mutu, keamanan, keselamatan, memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan
perundang- undangan, serta diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi
penguji dan pengkalibrasi yang berwenang. Sumber daya manusia Puskesmas
terdiri atas tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan. Jenis dan jumlah
tenaga kesehatan dan tenaga nonkesehatan dihitung berdasarkan analisis beban
kerja, dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan,
jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah
kerja, serta ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di
wilayah kerja, dan pembagian waktu kerja. Jenis Tenaga Kesehatan paling sedikit
terdiri atas:dokter atau dokter layanan primer; dokter gigi; perawat; bidan; tenaga
kesehatan masyarakat; tenaga kesehatan lingkungan;ahli teknologi laboratorium
medik; tenaga gizi; tenaga kefarmasian; Tenaga nonkesehatan yang harus
dapat mendukung kegiatan ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem
informasi, dan kegiatan operasional lain di Puskesmas. Tenaga kesehatan di
Puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, standar
prosedur operasional, etika profesi, menghormati hak pasien, serta mengutamakan
kepentingan dan keselamatan pasien dengan memperhatikan keselamatan dan
kesehatan dirinya dalam bekerja. Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di
Puskesmas harus memiliki surat izin praktik sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Pelayanan kefarmasian di Puskesmas harus dilaksanakan
oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dan kewenangan untuk
melakukan pekerjaan kefarmasian. Pelayanan laboratorium di Puskesmas harus
memenuhi kriteria ketenagaan, sarana, prasarana, perlengkapan dan peralatan.

F. KATEGORI PUSKESMAS
Dalam rangka pemenuhan Pelayanan Kesehatan yang didasarkan pada
kebutuhan dan kondisi masyarakat, Puskesmas dapat dikategorikan berdasarkan
karakteristik wilayah kerja dan kemampuan penyelenggaraan. Berdasarkan
karakteristik wilayah kerjanya, Puskesmas dikategorikan menjadi, Puskesmas
kawasan perkotaan, Puskesmas kawasan pedesaan, serta Puskesmas kawasan
terpencil dan sangat terpencil.
1. Puskesmas kawasan perkotaan merupakan Puskesmas yang wilayah kerjanya
meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit tiga (3) dari empat (4) kriteria
kawasan perkotaan sebagai berikut.
Aktivitas penduduknya lebih dari 50% pada sektor nonagraris, terutama
industri, perdagangan dan jasa.
a) Memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah beradius 2,5 km, pasar
dengan radius 2km, memiliki rumah sakit beradius kurang dari 5 km,
bioskop, atau hotel.
b) Lebih dari 90% rumah tangga memiliki listrik.
c) Terdapat akses jalan raya dan transportasi menuju fasilitas perkotaan.

2. Puskesmas kawasan pedesaan merupakan Puskesmas yang wilayah kerjanya


meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit tiga (3) dari empat (4) kriteria
kawasan pedesaan seperti berikut.
a) Aktivitas penduduknya lebih dari 50% (lima puluh persen) pada sektor
agraris.
b) Memiliki fasilitas antara lain sekolah beradius lebih dari 2,5 km, pasar dan
perkotaan dengan radius lebih dari 2 km, rumah sakit beradius lebih
dari 5 km, serta tidak memiliki fasilitas berupa bioskop atau hotel.
c) Rumah tangga dengan listrik kurang dari 90%.
d) Terdapat akses jalan dan transportasi menuju fasilitas.

3. Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil merupakan Puskesmas


yang wilayah kerjanya meliputi kawasan dengan karakteristik sebagai berikut.
a) Berada di wilayah yang sulit dijangkau atau rawan bencana, pulau kecil,
gugus pulau, atau pesisir.
b) Akses transportasi umum rutin 1 kali dalam 1 minggu, jarak tempuh pulang
pergi dari ibukota kabupaten memerlukan waktu lebih dari 6 jam, dan
transportasi yang ada sewaktu-waktu dapat terhalang iklim atau cuaca.
c) Kesulitan pemenuhan bahan pokok dan kondisi keamanan yang tidak stabil.
G. UPAYA KESEHATAN
Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat
pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama. Upaya kesehatan
dilaksanakan secara terintegrasi dan berkesinambungan. Upaya kesehatan
masyarakat tingkat pertama meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan
upaya kesehatan masyarakat pengembangan.
Upaya kesehatan masyarakat esensial meliputi, pelayanan promosi
kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana,
gizi, serta pencegahan dan pengendalian penyakit.
Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dilaksanakan dalam
bentuk rawat jalan, pelayanan gawat darurat, pelayanan satu hari (one day
care), home care, dan/atau rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan
pelayanan kesehatan. Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dilaksanakan
sesuai dengan standar prosedur operasional dan standar pelayanan. Untuk
melaksanakan upaya kesehatan, Puskesmas harus menyelenggarakan,
manajemen Puskesmas, pelayanan kefarmasian, pelayanan keperawatan
kesehatan masyarakat, dan pelayanan laboratorium.

H. AKREDITASI
Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan, Puskesmas wajib diakreditasi
secara berkala paling sedikit tiga tahun sekali. Akreditasi dilakukan oleh lembaga
independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri.

I. SISTEM INFORMASI PUSKESMAS


Setiap Puskesmas wajib melakukan kegiatan sistem informasi Puskesmas.
Sistem Informasi Puskesmas dapat diselenggarakan secara elektronik atau
nonelektronik. Sistem informasi Puskesmas paling sedikit mencakup
pencatatan dan pelaporan kegiatan Puskesmas dan jaringannya, survei
lapangan, laporan lintas sektor terkait, dan laporan jejaring fasilitas pelayanan
kesehatan di wilayah kerjanya.
BAB 3
KONSEP KELUARGA

CAPAIAN PEMBELAJARAN :
Setelah menyelesaikan modul ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep
keluarga. Mahasiswa mampu: Menjelaskan definisi keluarga, Mendeskripsikan tipe-
tipe keluarga, Mendeskripsikan fungsi-fungsi keluarga, Mendiskripsikan dimensi
dasar struktur keluarga, Mendeskripsikan peran perawat keluarga

MATERI
A. DEFINISI KELUARGA
Banyak ahli menguraikan pengertian tentang keluarga sesuai dengan
perkembangan social masyarakat. Berikut akan dikemukakan dua pengertian
keluarga.Duvall dan Logan <1986> menguraikan bahwa keluarga adalah
sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan
untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional, serta social dari tiap anggota keluarga.
Bailon dan Maglaya <1978> mengatakan bahwa keluarga adalah dua atau lebih
individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah,
perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain,
mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
budaya. Dari kedua pengertian tentang keluarga maka dapat disipulkan bahwa
karakteristik keluarga adalah :
1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan
atau adopsi.
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain.
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai
peran social: suami, istri, anak, kakak dan adik.
4. Mempunyai tujuan : <a> menciptakan dan mempertahankan budaya, <b>
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan social anggota.
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa keluarga juga merupakan suatu system.
Sebagai system keluarga mempunyai anggota yaitu: ayah, ibu, dan anak atau semua
individu yang tinggal didalam rumah tangga tersebut. Anggota keluarga tersebut
saling berinteraksi, interelasi, dan interdependensi untunk mencapai tujuan bersama.
Keluarga merupakan system yang terbuka sehingga dapat dipengaruhi oleh supra
sistemnya, yaitu lingkungannya <masyarakat>, dan sebaliknya sebagai sub system
dari lingkungan <masyarakat>, keluarga dapat mempengaruhi masyarakat <supra
system>.
Oleh karena itu betapa pentingnya peran dan fungsi keluarga dalam membentuk
manusia sebagai anggota masyarakat yang sehat bio-psiko-sosial-spiritual. Jadi
sangatlah tepat bila keluarga sebagi titik sentral pelayanan keperawatan. Diyakini
bahwa keluarga yang sehat akan mempunyai anggota yang sehat dan mewujudkan
masyarakat yang sehat.

B. TIPE KELUARGA
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola
kehidupan. Sesuai dengan perkembangan social maka tipe keluarga berkembang
mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan
derajat kesehatan maka perawat perlu mengtahui berbagai tipe keluarga.
1. Tipe Keluarga Tradisional, terdiri dari :
a. Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan
anak <kandung atau angkat>.
b. Keluarga besar, yaitu keluarga ini ditambah dengan keluarga lain yang
mempunyai hubunga darah, misalnya kakek, nenek, paman dan bibi.
c. Keluarga “Dyad”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami-istri
tanpa anak.
d. “Single Parent”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
dengan anak <kandung atau angkat>. Kondisi ini dapat disebabkan oleh
perceraian atau kematian.
e. “Single adult”, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang
dewsa.
f. Keluarga lansia, yaitu suatu tumah tangga yang terdiri dari suami-istri
yang berusia lanjut.

2. Tipe Keluarga Non Tradisional, terdiri dari :


a. “Commune family”, yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah hidup
serumah.
b. Orang tua <ayah-ibu> yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah tangga.
c. “Homoseksual”, dua individu yang sejenis hidup bersama dalam satu rumah
tangga.

C. FUNGSI KELUARGA
Friedman <1986> mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, yaitu :
1. Fungsi Afektif
2. Fungsi Sosialisasi
3. Fungsi Reproduksi
4. Fungsi Ekonomi
5. Fungsi Perawat Kesehatan

Fungsi Afektif
Fungsi Afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan
basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi sketif tampak pada kebahagiaan dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling
mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dipelajari dan dikembangkan
melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian, keluarga yang
berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat
mengembangkan konsep diri yang positif.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif
adalah :
a. Saling mengasuh. Cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling
mendukung antar anggota keluarga. Setiap anggota yang mendapatkan kasih
sayang dan dukungan dari anggota yang lain maka kemampuannya untuk
memberikan kasih sayang akan meningkat, yang pada akhirnya tercipta
hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan intim didalam
keluarga merupakan modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang
lain diluar keluarga/masyarakat.
b. Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui
keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan
iklim yang positif maka fungsi afektif akan tercapai.
c. Ikatan dan identifikasi. Ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan melalui
proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota
keluarga. Orang tua harus mengembangkan proses identifikasi yang positif
sehingga anak-anak dapat meniru perialku yang positif tersebut.
Fungsi afektif merupakan sumber “energy” yang menentukan kebahagiaan keluarga.
Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga timbul karena fungsi
afektif yang tidak terpenuhi.

Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang
menghasilkan interaksi social dan belajar berperan dalam lingkungan social
<Friedman, 1986>.
Sosialisasi dimulai sejak lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar
bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui
interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.
Anggota keluarga belajar disiplin, belajar tentang norma-norma, budaya dan perilaku
melalui hubungan dan interaksi dalam keluarga.

Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah
sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga berencana maka fungsi ini
sedikit terkontrol.
Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi seluruh anggota
keluarga, seperti kebutuhan akan makanan, pakaian dan tempat berlindung <rumah>.

Fungsi Perawat Kesehatan


Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk
mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan/atau merawat anggota keluarga yang
sakit. kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi
status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan
kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga
yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah
kesehatan keluarga.
Tugas kesehatan keluarg adalah sebagai berikut <Friedman, 1998>:
a. Mengenal masalah kesehatan
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
d. Mempertahanakan atau menciptakan suasana rumah yang tepat
e. Mempertahankan hubungan dengan <menggunakan> fasilitas kesehatan
masyarakat

D. DIMENSI DASAR STRUKTUR KELUARGA


Menurut Friedman struktur keluarga terdiri atas:
1. Pola dan proses komunukiasi
2. Struktur peran
3. Struktur kekuataan
4. Nilai-nilai keluarga
Pola dan Proses Komunikasi
Pola interaksi keluarga yang berfungsi: <1> bersifat terbuka dan jujur, <2> selalu
menyelesaikan konflik keluarga, <3> berfikiran positif, dan <4> tidak mengaulang-
ulang isu dan pendapat sendiri.
Karakteristik komunikasi keluarga yang berfungsi :

Karakteristik Pengirim
1. Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat
2. Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas
3. Selalu meminta dan menerima umpan balik
Karakteristik Penerima
1. Siap mendengarkan
2. Memberikan umpan balik
3. Melakukan validasi

Struktur Peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi social yang
diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam
masyarakat, misalnya status sebagai istri/suami atau anak.

Struktur Kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan <potensial atau aktual> dari invidu untuk
mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kearah
positif.

Nilai-nilai Keluarga
Nilai merupakan suatu system, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak,
mempersatukan anggota keluarg adalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan
suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan.

Norma keluarga
Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan system nilai
dalam keluarga.
Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan
ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
C. PERAN PERAWAT KELUARGA
Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada
keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarg ayang sehat. Fungsi
perawat, membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara
meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan
kesehatan keluarga.
Peran perawat dalam melakukan perawatan keluarga adalah sebagai berikut :
1. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar <a>
keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri dan
<b> bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga.
2. Coordinator
Koordinasi diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang
comprehensive dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur
program kegiataan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi
tumpang tindih dan pengulangan.
3. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik dirumah, klinik maupun di
rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung. Kontak
pertama perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. perawat
dapat mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan yang diberikan
dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan asuhan langsung kepada anggota
keluarga yang sakit.
4. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan perawat harus melakukan “home visit” atau
kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengakjian
tentang kesehatan keluarga.
5. Konsultan <penasehat>
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah kesehatan.
Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat maka hubungan perawat-
keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat
dipercaya.
6. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit atau
anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang
optimal.
7. Fasilitator
peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga didalam menghadapi
kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Kendala yang sering di alami
keluarga adalah keraguan didalam menggunakan pelayanan kesehatan: masalah
ekonomi, dan social budaya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan
baik maka perawat komunitas harus mengetahui system pelayanan kesehatan,
misalnya system rujukan dan dana sehat.
8. Penemu kasus
Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi
masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan atau wabah.
9. Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat memodifiksai lingkungan baik lingkungan
rumah maupun lingkungan masyarakat agar dapat tercipta lingkungan yang sehat.

Latihan
1. Jelaskan pengertian keluarga dengan kata-kata anda sendiri!
2. Identifikasi tipe-tipe keluarga yang ada di Indonesia dan jelaskan!
3. Apa yang anda ketahui tentang 5 tugas kesehatan keluarga? Jelaskan jawaban
anda!
4. Sebut dan jelaskan tipe-tipe struktur kekuatan keluarga!
DAFTAR PUSTAKA

Allender, J.A., dan Spradley, B.W. (2001). Community health nursing: concepts and
practice. 5th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Bailon, G dan Maglaya. (1978). Family health nursing. Philippines: UP. College of
Nursing
Fiedman, M.M. (1998). Family nursing: theory and practice. 3rd Ed. Alih bahasa: Ina
Debora, R.L & Yoakim Asy. Jakarta: EGC
Friedman, M.M., Bowden, V.R., dan Jones, E.G. (2003). Family nursing: research,
theory, and practice. 5th Ed. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Rekawati, E. (2000). Asuhan keperawatan keluarga. Disajikan pada Pelatihan
“Asuhan Keperawatan Keluarga” oleh FIK-UI. Tidak dipublikasikan.
Sahar, J. (2003). Penerapan asuhan keperawatan keluarga disajikan dalam seminar
seminat komunitas di Semarang. Tidak dipublikasikan.
BAB 4
MODEL KONSEPTUAL
KEPERAWATAN KELUARGA

Teori keperawatan berperan dalam membedakan keperawatandengan disiplin


ilmu lain dan bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan,memperkirakan, dan
mengontrol hasil asuhan atau pelayanan keperawatan yang dilakukan.Model
merupakan sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktek yang bermutu yang
mewakili sesuatu yang nyata. Sedangkan model keperawatan adalah aplikasi dari
struktur itu sendiri yang memungkinkan seorang perawat untuk menerapkan cara
mereka bekerja.
Model konseptual keperawatan memperlihatkan petunjuk bagi organisasi
dimana perawat mendapatkan informasi agar mereka peka terhadap apa yang dengan
apa yang terjadi pada suatu saat juga dan tahu apa yang harus perawat kerjakan.
Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan
kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual tersusun
atas ide-ide (konsep-konsep) abstrak dan umum, dan proposisi yang menspesifikasi
hubungan antara keduanya. Model konseptual sangat penting sebagai landasan
perkembangan disiplin keperawatan.
Hampir semua model keperawatan yang diaplikasikan dalam
praktik keperawatan professional menggambarkan empat jenis konsep yang sama,
yaitu :
1. Orang yang menerima asuhan keperawatan
2. Lingkungan (masyarakat)
3. Kesehatan (sehat/sakit, kesehatan dan penyakit)
4. Keperawatan dan peran perawat (tujuan/sasaran, peran dan fungsi)
Model keperawatan dikembangkan berdasarkan pada asumsi, nilai dan
kepercayaan para ahli teori tentang manusia, kesehatan, lingkungan dan
keperawatan. Tujuan utama dari model keperawatan adalah memandu praktek
keperawatan berdasarkan teori dan mengarahkan penyusunan teori. Tujuan lainnya
adalah memeberikan persepktif unik untuk memandang situasi klien, memberikan
pedoman untuk mengorganikasikan pemikiran dan pengamatan, memfokuskan,
menginterpretasikan data dan mengkomunikasikan temuan pada orang lain,
memandu fokus praktek keperawatan dalam setiap komponen proses keperawatan,
menghubungkan praktek, teori, penelitian dan pendidikan keperawatan. Semua
model keperawatan mengandung beberapa aspek dari ketiga pendekatan, namun
demikian, masing-masing model cendrung menekankan satu katagori diatas katagori
lainnya ( Paula J.C dan Janet W.K 2009 ).
Model keperawatan dapat diaplikasikan dalam dalam kegiatan
praktik, penelitian dan pengajaran, oleh karena itu model harus diperkenalkan
kepada perawat atau calon perawat guna memperkuat profesi keperawatan
khususnyadalam mengkoreksi pemikiran yang salah tentang profesi keperawatan.
Konsep model “self care” Dorothea E. Orem (1971) merupakan model yang
tepat digunakan untuk keperawatan keluarga karena tujuan akhir dari keperawatan
keluarga adalah kemandirian keluarga dalam melakukan upaya kesehatan yang
terkait dengan lima tugas kesehatan keluarga yaitu : Mengenal masalah; Mengambil
keputusan untuk mengatasi masalah; Merawat anggota keluarga yang mengalamai
gangguan kesehatan; Memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang kesehatan;
dan Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan secara tepat.

A. Model Konseptual Keperawatan Keluarga Menurut Dorothea E. Orem


Dorothea Orem adalah salah seorang teoritis keperawatan terkemuka di
Amerika. Dorothe Orem lahir di Baltimore, Maryland di tahun 1914. Ia memperoleh
gelar sarjana keperawatan pada tahun 1939 dan Master Keperawatan pada tahun
1945. Selama karir profesionalnya, dia bekerja sebagai seorang staf keperawatan,
perawat pribadi, perawat pendidik dan administrasi, serta perawat konsultan. Ia
menerima gelar Doktor pada tahun 1976. Dorothea Orem adalah anggota subkomite
kurikulum di Universitas Katolik. Ia mengakui kebutuhan untuk melanjutkan
perkembangan konseptualisasi keperawatan. Ia pertama kali mempubilkasikan ide-
idenya dalam “Keperawatan : Konsep praktik”, pada tahun 1971, yang kedua pada
tahun 1980 dan yang terakhir di tahun 1995.
Dari beberapa model konsep, salah satu diantaranya adalah model self care
yang diperkenalkan oleh Dorothea E. Orem. Orem mengembangkan model konsep
keperawatan ini pada awal tahun 1971 dimana dia mempublikasikannya dengan
judul "Nursing Conceps of Practice Self Care". Model ini pada awalnya berfokus
pada individu, kemudian edisi kedua tahun 1980 dikembangkan pada multi person's
unit (keluarga, kelompok dan komunitas).

B. Pengertian Keperawatan Mandiri (self care) Menurut Orem's

Self care merupakan suatu pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan


dilakukan oleh individu sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahankan
kehidupan, kesehatan dan kesejahteraannya sesuai dengan keadaan, baik sehat
maupun sakit (Orem's, 1980).

Pada dasarnya diyakini bahwa semua manusia itu mempunyai kebutuhan-


kebutuhan self care dan mereka mempunyai hak untuk mendapatkan kebtuhan itu
sendiri, kecuali bila tidak mampu.

Teori Sistem Keperawatan Orem


Teori ini mengacu kepada bagaimana individu memenuhi kebutuhan dan
menolong keperawatannya sendiri, maka timbullah teori dari Orem tentang Self Care
Deficit of Nursing. Dari teori ini oleh Orem dijabarkan ke dalam tiga teori yaitu :

1. Self Care(Perawatan Diri)


Teori self care berisi upaya tuntutan pelayanan diri yang sesuai dengan
kebutuhan. Perawatan diri sendiri adalah suatu langkah awal yang dilakukan oleh
seorang perawat yang berlangsung secara continue sesuai dengan keadaan dan
keberadaannya , keadaan kesehatan dan kesempurnaan.

Perawatan diri sendiri merupakan aktifitas yang praktis dari seseorang dalam
memelihara kesehatannya serta mempertahankan kehidupannya. Terjadi hubungan
antar pembeli self care dengan penerima self care dalam hubungan terapi. Orem
mengemukakan tiga kategori / persyaratan self care yaitu : persyaratan universal,
persyaratan pengembangan dan persyaratan kesehatan.

Penekanan teori self care secara umum :

1) Pemeliharaan intake udara;


2) Pemeliharaan intake air;
3) Pemeliharaan intake makanan;
4) Mempertahankankan hubungan perawatan proses eliminasi dan eksresi;
5) Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat;
6) Pemeliharaan keseimbangan antara solitude dan interaksi sosial
7) Pencegahan resiko-resiko untuk hidup, fungsi usia dan kesehatan manusia
8) Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam kelompok sosial
sesuai dengan potensinya.

Nursing system(Sistem Keperawatan)


Teori yang membahas bagaimana kebutuhan "Self Care" pasien dapat
dipenuhi oleh perawat, pasien atau keduanya. Nursing system ditentukan /
direncanakan berdasarkan kebutuhan "Self Care" dan kemampuan pasien untuk
menjalani aktifitas "Self Care".
Orem mengidentifikasikan klasifikasi Nursing System :

1. The Wholly compensatory system

Merupakan bantuan secara keseluruhan, dibutuhkan untuk klien yang tidak mampu
mengontrol dan memantau lingkungannya dan berespon terhadap rangsangan.

2. The Partly compensantory system

Merupakan bantuan sebagian, dibutuhkan bagi klien yang mengalami keterbatasan


gerak karena sakit atau kecelakaan.

3. The supportive - Educative system

Merupakan dukungan pendidikan dibutuhkan oleh klien yang memerlukannya untuk


dipelajari, agar mampu melakukan perawatan mandiri.

4. Metode bantuan

Perawat membantu klien dengan menggunakan system dan melalui lima metode
bantuan yang meliputi :

1. Acting atau melakukan sesuatu untuk klien;

2. Mengajarkan klien;
3. Mengarahkan klien;

4. Mensupport klien.

C. Keyakinan dan Nilai - Nilai

Kenyakianan Orem's tentang empat konsep utama keperawatan adalah :

1. Klien : individu atau kelompok yang tidak mampu secara terus menerus
memperthankan self care untuk hidup dan sehat, pemulihan dari sakit atau
trauma atu koping dan efeknya.
2. Sehat : kemampuan individu atau kelompoki memenuhi tuntutan self care yang
berperan untuk mempertahankan dan meningkatkan integritas structural fungsi
dan perkembangan.
3. Lingkungan : tatanan dimana klien tidak dapat memenuhi kebutuhan keperluan
self care dan perawat termasuk didalamnya tetapi tidak spesifik.
4. Keperawatan : pelayanan yang dengan sengaja dipilih atau kegiatan yang
dilakukan untuk membantu individu, keluarga dan kelompok masyarakat dalam
mempertahankan self care yang mencakup integritas struktural, fungsi dan
perkembangan.

D. Tiga Kategori Self Care

Model Orem's menyebutkan ada beberapa kebutuhan self care yang


disebutkan sebagai keperluan self care (self care requisite), yaitu :

a. Universal self care requisite ; keperluan self care universal dan ada pada setiap
manusia dan berkaitan dengan fungsi kemanusiaan dan proses kehidupan, biasanya
mengacu pada kebutuhan dasar manusia. Universal requisite yang dimaksudkan
adalah :

1. Pemeliharaan kecukupan intake udara;

2. Pemeliharaan kecukupan intake cairan;

3. Pemeliharaan kecukupan makanan;

4. Pemeliharaan keseimabangan antara aktifitas dan istirahat;


5. Mencegah ancaman kehidupan manusia, fungsi kemanusiaan dan kesejahteraan
manusia;

6. Persediaan asuhan yang berkaitan dengan proses- proses eliminasi;

b. Meningkatkan fungsi human fungtioning dan perkembangan ke dalam kelompok


sosial sesuai dengan potensi seseorang, keterbatasan seseorang dan keinginan
seseorang untuk menjadi normal.

c. Developmental self care requisite : terjadi berhubungan dengan tingkat


perkembangan individu dan lingkungan dimana tempat mereka tinggal yang
berkaitan dengan perubahan hidup seseorang atau tingkat siklus kehidupan.

d. Health deviation self care requisite : timbul karena kesehatan yang tidak sehat dan
merupakan kebutuhan-kebutuhan yang menjadi nyata karena sakit atau
ketidakmampuan yang menginginkan perubahan dalam perilaku self care.

E. Tujuan Keperawatan Keluarga Menurut Orem’s

Tujuan keperawatan pada model Orem's yang diterapkan kedalam praktek


keperawatan keluarga adalah :

1. Menolong klien dalam hal ini keluarga untuk keperawatan mandiri secara
terapeutik;
2. Menolong klien bergerak kearah tidakan-tidakan asuhan mandiri;
3. Membantu anggota keluarga untuk merawat anggota keluarganya yang
mengalami gangguan secara kompeten.

Dengan demikian maka fokus asuhan keperawatan pada model orem's yang
diterapkan pada praktek keperawtan keluaga/komunitas adalah sebagai berikut:

1. Aspek interpersonal : hubungan didalam kelurga;


2. Aspek sosial : hubungan keluarga dengan masyarakat disekitarnya;
3. Aspek prosedural : melatih ketrampilan dasar keluarga sehingga mampu
mengantisipasi perubahan yang terjadi;
4. Aspek tehnis : mengajarkan kepada keluarga tentang tehnik dasar yang dilakukan
di rumah, misalnya melakukan tindakan kompres secara benar.
BAB 5
TREND DAN ISU KEPERAWATAN KELUARGA

A. DEFINISI
Trend adalah sesuatu yang sedang booming, actual, dan sedang hangat
diperbincangkan. Sedangkan isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat
diperkirakan terjadi atau tidak terjadi di masa mendatang, menyangkut ekonomi,
moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat,
kematian, ataupun tentang krisis.
Jadi, trend dan isu keperawatan keluarga merupakan sesuatu yang booming,
actual, dan sedang hangat diperbincangkan serta desas-desus dalam ruang lingkup
keperawatan keluarga. Asuhan keperawatan yang diberikan berdasarkan pada
masalah kesehatan dari setiap anggota keluarga. Agar pelayanan kesehatan yang
diberikan dapat diterima oleh keluarga antara lain :
a) Harus mengerti dan memahami tipe dan struktur keluarga.
b) Tahu tingkat pencapaian keluarga dalam melakukan fungsinya.
c) Perlu pemahaman setiap tahap perkembangan dan tugas perkembangan.

B. TREND DAN ISU KEPERAWATAN KELUARGA


a) Trend dan isu global
1) Dunia tanpa batas (global village) mempengaruhi sikap dan pola perilaku
kekuarga.
2) Kemajuan dan pertukaran iptek yang semakin global sehingga penyebarannya
semakin meluas.
3) Kemajuan teknologi di bidang transportasi sehingga tingkat mobilisasi
penduduk yang tinggi seperti migrasi yang besar-besaran yang berpengaruh
terhadap interaksi keluarga yang berubah.
4) Standar kualitas yang semakin diperhatikan menimbulkan persaingan yang
ketak serta menumbuhkan munculnya sekolah-sekolah yang mengutamakan
kualitas pendidikan.
5) Kompetisi global dibidang penyediaan sarana dan prasarana serta pelayanan
kesehatan menuntut standar profesionalitas keperawatan yang tinggi.
b) Trend dan isu nasional
1) Semakin tingginya tuntutan profesionalitas pelayanan kesehatan.
2) Penerapan desentralisasi yang juga melibatkan bidang kesehatan.
3) Peran serta masyarakat yang semakin tinggi dalam bidang kesehatan.
4) Munculnya perhatian dari pihak pemerintah mengenai masalah kesehatan
masyarakat seperti diberikannya bantuan bagi keluarga miskin serta asuransi
kesehatan lainnya bagi keluarga yang tidak mampu.
Beberapa permasalahan mengenai trend dan isu keperawatan keluarga yang muncul
di indonesia :
1) Penghargaan dan reward yang dirasakan masih kurang bagi para tenaga
kesehatan.
2) Pelayanan kesehatan yang diberikan sebagian besar masih bersifat pasif.
3) Masih tingginya biaya pengobatan khususnya di sarana-sarana pelayanan
kesehatan yang memiliki kualitas baik.
4) Pengetahuan dan keterampilan perawat yang masih perlu ditingkatkan.
5) Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat sistem yang
belum berkembang.
6) Pelayanan keperawatan keluarga yang belum berkembang meskipun telah
disusun.
7) Telah disusun pedoman pelayanan keluarga namun belum disosialisaikan
secara umum.
8) Geografis Indonesia yang sangat luas namun belum di tunjang dengan
fasilitas transfortasi yang cukup.
9) Kerjasama program lintas sektoral belum memadai.
10) Model pelayanan belum mendukung peran aktif semua profesi.
11) Lahan praktek yang terbatas.
12) Sarana dan prasarana pendidikan juga terbatas.
13) Rasio pengajar dan mahasiswa yang tidak seimbang.
14) Keterlibatan berbagai profesi selama menjalani pendidikan juga kurang.
15) Pelayanan keperawatan keluarga yang belum berkembang meskipun telah.
16) Disusun pedoman pelayanan keluarga namun belum disosialisaikan secara
umum.
17) Geografis Indonesia yang sangat luas namun belum di tunjang dengan
fasilitas transfortasi yang cukup.
18) Kerjasama program lintas sektoral belum memadai.
19) Model pelayanan belum mendukung peran aktif semua profesi.
20) Lahan praktek yang terbatas.
21) Sarana dan prasarana pendidikan juga terbatas.
22) Rasio pengajar dan mahasiswa yang tidak seimbang.
DAFTAR PUSTAKA

Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga.Yogyakarta: Pustaka Belajar


http://wulandsri.blogspot.co.id/2013/05/makalah-trend-dan-isu-
dalamkeperawatan.html
BAB 5
KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Capaian Belajar
Untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemampuan keluarga dalam hal
1. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan
yang dihadapi.
2. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah kesehatan
dasar dalam keluarga.
3. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat.
4. Meningkatkan kemampuan keluarga memberikan asuhan keperawatan terhadap
anggota keluarga yang sakit.
5. Meningkatkan produktifitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya.

A. ALASAN KELUARGA SEBAGAI UNIT PELAYANAN PERAWATAN


Alasan utama meninjau keluarga sebagai unitpelayananperawatan rnenurut Ruth B
Freemen, (1981), adalah sebagai berikut :
1. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang
menyangkut kehidupan masyarakat.
2. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan
atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompok.
3. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan apabila saiah
satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap
anggota keluarga yang lain.
4. Dalam memelihara kesehatan, anggota keluarga sebagai pengambil keputusan
dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya.
5. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai usaha-
usaha kesehatan masyarakat.
B. PRINSIP PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA
Ada beberapa prinsip utama yang harus dipegang oleh perawat keluarga yaitu :
1. Keluarga dijadikan sebagai unit dalara pelayanan kesehalan. Dalam konteks ini
keluarga dipandang sebagai klien atau sebagai fokus utama pengkajian
keperawatan. Keluarga dipandang sebagai sistem yang beriteraksi, dimana
fokusnya adalah dinamika dan hubungan internal keluarga, struktur dan fungsi
keluarga serta saling ketergantungan subsistem keluarga dengan kesehatan dan
keluarga dengan lingkungan luarnya.
2. Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga sehat adalah sebagai tujuan
utamanya dengan cara meningkatkan status kesehatan keluarga agar keluarga
dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan keluarga .
3. Asuhan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan kesehatan
keluarga
4. Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga, perawat haras melibatkan
peran serta aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan kebutuhan
keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya
5. Diusahakan lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promotif dan preventif
dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif
Ada 3 tingkatan pencegahan terhadap kesehatan keluarga yaitu:
a. Pencegahan primer, yang meliputi peningkatan kesehatan dan tindakan
preventif khusus yang dirancang untuk mencegah orang bebas dari penyakit
dan cedera
b. Pencegahan sekunder, yang terdiri dari deteksi dini, diagnosis dan pengobatan
c. Pencegahan tersier, yang raencakup tahap penyembuhan dan rehabilitasi,
dirancang untuk meminiinalkan ketidakmampuan klien dan memaksimalkan
tingkat fungsinya
6. Dalam memberikan asuhan keperawatan agar memanfaatkan sumber daya
keluarga semaksimal mungkin
7. Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga. secara
keseluruhan
8. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan asuhan keperawatan adalah
dengan pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses
keperawatan
9. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan adalah penyuluhan
kesehatan dan asuhan keperawatan kesehatan dasar/ perawatan dirumah
10. Diutamakan terhadap keluarga yang resiko tinggi
Dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap keluarga, lebih ditekankan
kepeda keluarga dengan keadaan resiko tinggi, karena keluarga dengan resiko tinggi
berkakan erat dengan berbagai masalah kesehatan yang mereka hadapi yang
disebabkan karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan mengatasi berbagai masalah
yang mereka hadapi.
Keluarga-keluarga yang tergolong resiko tinggi dalam bidang kesehatan antara lain
adalah :
a. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah
sebagai berikut :
- Tingkat sosial ekonomi rendah.
- Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri.
- Keluarga dengan penyakit keturunan.
b. Keluarga dengan ibu resiko tinggi kebidanan.yaitu :
- Waktu hamil umur ibu kurang dari 16 tahun atau lebih 35 tahun
- Waktu hamil menderita kekurangan gizi atau anemia.
- Primipara atau multi para.
- Riwayat persalinan dengan komplikasi.
c. Keluarga dengan anak : :
- Labir premature.
- Berat badan sukar naik.
- Lahir dengan cacat bawaan.
- Asi ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi.
- Ibu menderita penyakit menular.
d. Keluarga mempunyai masalah dalam hubunganya antara anggota keluarga.
- Anak yang tidak dikehendaki dan mencoba untuk digugurkan.
- Sering timbul cekcok.
- Ada anggota keluarga yang sering sakit.
- Salah satu orang tua (suami atau istri) meninggal, cerai, atau lari meninggalkan
rumah.

11. Partisipasi keluarga aktip dilakukan


Dasar pemikiran yang diterapkan adalah bahwa keluarga memiliki hak dan
tanggung jawab untuk membuat keputusan-keputusan menyangkut kesehatan mereka
sendiri, partisipasi aktif dari kelaurga adalah suatu pendefcatan essensial yang
dimaksudkan dalam strategi intervensi keperawatan keluarga, Keteriibatan keluarga
dalam implementasi biasanya dimaksudkan untuk melibatkan keluarga dalam
memecahkan masaiah mutual, juga mendiskusikan serta memutuskan pendekatan-
pendekatan yang paling tepat atau paling rmingkin untuk digunakan agar mencapai
tujuan yang telah disetujui bersama.

C. LANGKAH-LANGKAH DALAM KEPERAWATAN KESEHATAN


KELUARGA
Langkah-langkah dalam perawatan kesehatan keluarga antara lain adalah :
1. Membina hubungan kerja sama yang baik dengan keluarga dengan cara :
a. Mengadakan kontak dengan keluarga, ini bisa dilakukan dengan cara kontrak
sosial yang memandang keluarga sebagai sistem, dimana mereka hidup
dimasyarakat yang raempunyai struktur organisasi kemasyarakatan. Maka
sebelum kontak pertama maka ada baiknya menghubungi RT/RW setempat
untuk menyampaikan maksud dan tujuan keperawatan yang akan dilakukan.
b. Menyampaikan maksud dan tujuan, serta minat untuk membantu keluarga
dalam mengatasi masalah kesehatan mereka.
c. Menyatakan kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan kesehatan yang
dirasakan keluarga.
d. Membina komunikasi dua arah dengan keluarga.
2. Melaksanakan pengkajian untuk menentukan adanya masalah kesehatan keluarga.
Pengkajian dilakukan pada saat kunjungan pertama sesuai kesepakatan dengan
keluarga. Alat pengkajian dengan format keperawatan keluarga dan cara
mengkaji bisa dengan wawancara, studi dokumentasi dan pemeriksaan fisik. Pada
tahap ini yang perlu dibedakan adalah apakah keluarga merupakan kasus yang
ditemukan oieh perawat ataukah kasus rujukan yang memerlukan tindak lanjut
pengkajian lebih detail sesuai studi dokumentasi yang dimiliki klien.
3. Menganalisa data untuk menentukan masalah dan perawatan keluarga dengan
cara mengkelompokkan menjadi data subyektif dan objektif.
4. Merumuskan masalah dengan mengacu kepada tipologi masalah kesehatan serta
berbagai alasan dari ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas dalam
bidang kesehatan
5. Menentukan sifat dan luasnya masalah dan kesanggupan keluarga dalam
melaksanakan tugas keluarga
6. Menentukan diagnosa keperawatan keluarga
7. Menentukan prioritas diagnosa keperawatan yang ditemukan
8. Menyusun rencana asuhan keperawatan sesuai dengan urutan prioritas
9. Melaksanakan asuhan keperawatan
10. Melaksanakan evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang dilakukan
11. Meninjau kembali masalah kesehatan yang belum teratasi dan rnerumuskan
kembali rencana asuhan keperawatan yang baru.

D. CARA MELIHAT KELUARGA SEBAGAI KLIEN


Dalam melihat keluarga sebagai klien ada beberapa karakteristik yang perlu
diperhatikan oleh perawat, yaitu :
1. Setiap keluarga mempunyai cara yang unik daiam menghadapi masalah
kesehatan pada anggotanya.
2. Memperhatikan perbedaan dari tiap-tiap anggota keluarga dari berbagai segi,
yaitu pola komunikasi, pengambilan keputusan, sikap dan nilai-nilai dalam
keluarga, kebudayaan serta gaya hidup.
3. Keluarga perkotaan berbeda dengan keluarga pedesaan.
4. Kemandirian dari tiap-tiap keluarga
E. PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PERAWATAAN KESEHATAN
KELUARGA
Dalam mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga, yang mengambil
keputusan dalam pemecahannya adalah tetap kepala keluarga atau anggota keluarga
yang dituakan. Hal ini didasarkan pemikiran sebagai berikut :
1. Hak dan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga
2. Kewenangan dan otoritas yang telah diakui oleh masing-masing anggota
keluarga.
3. Hak dalam menentukan masalah dan kebutuhan pelayanan terhadap keluarga/
anggota kehiarga yang bermasalah.

F. HAMBATAN PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA


Hambatan yang paling besar dihadapi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan keluarga adalah :

1. Hambatan dari keluarga


a. Pendidikan keluarga rendah, sehingga terkadang sulit menerima masukan
baru dan sering mempertahankan kebiasaan dari nenek moyang mereka yang
tidak sehat
b. Keterbatasan sumber daya keluarga (keungan, sarana dan prasarana).
c. Kebiasaan-kebiasaan yang melekat, seperti misalnya sewaktu hamil seorang
ibu harus tarak (pantangan yang terlalu banyak terhadap berbagai macam
makanan yang sebenamya sangat dibutuhkan oleh anak dalam kandungan.
d. Sosial budaya yang yang tidak memmjang
2. Hambatan dari perawat
a. Sarana dan prasarana yang tidak menunjang
b. Kondisi alam (geografi yang sulit) terutama didaerah luar
c. Jawa yang sulit dijangkau keberadaannya oleh perawat
d. Kesulitan komunikasi (bahasa)
e. Keterbatasan pengetahuan perawat tentang kultur keluarga
G.FAKTOR-FAKTOR YANG MENCIPTAKAN HALANGAN
PERKEMBANGAN KESEHATAN KELUARGA
Ada faktor-faktor tertentu yang akan menciptakan halangan atau rintangan
terhadap perkembangan kesehatan keluarga antara lain adalah :
1. Uang, ini merupakan halangan utama karena kurangnya biaya dari keluarga dan
peran pembiayaan dari pemerintah secara otomatis akan memperlambat proses
keperawatan dirumah.
2. Sikap dan sosialisasi dari para perawat yang hanya berorientasi padapenyakit dan
hanya menyatakan dengan kata-kata tentang betapa pentingnya peningkatan
kesehatan tanpa menunjukkan secara praktis cara yang harus dilakukan oleh
masyarakat melalui tindakan-tindakan nyata.
3. Sisiem nilai yang kita anut, yang masih berpaham materialisme dan akumulasi
harta benda sehingga perawatan yang dilakukan oleh tenaga profesionalisme
berpacu kepada orang yang berduit tanpa raemperhatikan dampak jika yang tidak
berduit tidak ditangani pun akac menular terhadap anggota masyarakat yang lain.
BAB 6
KONSEP PROSES KEPERAWATAN KELUARGA

Capaian Belajar
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan peserta didik mampu :
1) Menjelaskan proses keperawatan keluarga secara umum dengan benar
2) Menjelaskao pengkajian dalam proses keperawatan keluarga dengan benar
3) Menjelaskan perabuatan diagnosis dalam proses keperawatan keluarga dengan
benar
4) Menjeiaskan perencanaan dalam proses keperawatan keluarga dengan benar
5) Menjelaskan implementasi dalam proses keperawatan keluarga dengan benar
6) Menjelaskan evaluasi dalam proses keperawatan keluarga dengan benar.
7) Mengerti format yang dipakai dalam proses keperawatan keluarga dengan benar
Materi
Proses keperawatan keluarga mengikuti pola keperawatan secara umum yang terdiri
dari pengkajian, perencanaan, intervensi dan implementasi serta evaluasi. Dasar dari
proses keperawatan adalah penggunaan cara-cara ilmiah dalam menyelidiki dan
menganalisa data-data sehingga mencapai kesimpulan yang logis dalam penyelesaian
masalah secara rasional.

Bagan 4.1 Langkah-langkah dalam proses keperawatan (dari Alvarno R. (1990.


Application of Nursing Process : 19900)

Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan yang diberikan


melalui praktek keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk
menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan.

Proses keperawatan keluarga disesuaikan dengan fokus perawatan. Jika ia melihat


keluarga sebagai latar belakang atau konteks dari keluarga maka keluarga merupakan
fokus utama tetapi jika ia melihat didalam keluarga ada individu yang rawat, maka
anggota kelurga secara individu merupakan fokus utama.

Dalam praktiknya perawat biasanya bekerja sekah'gus dengan keluarga dan sekaligus
dengan anggota keluarga secara individu. Ini berarti perawat keluarga akan
menggunakan proses keperawatan keluarga dalam beberapa tingkat yaitu tingkat
keluarga dan tingkat individu.

Proses keperawatan keluarga secara khusus mengikuti pola keperawatan yang terdiri
dari pengkajian, perencanaan, intervensi dan implemenrasi serta evaluasi. Hubungan
amara langkah-langkah dalam proses keperawatan keluarga digambarkan pada bagan
3.2

Bagan 4.2 Langkah-langkah dalam proses keperawatan keluarga dan individu


A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan Simana seorang perawat
mulai mengumpulkan informasi tentang keluarga yang dibinanya. Tahap pengkajian
ini merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan keluarga (Lyer et al.,
1996).
Dasar pemikiran dari pengkajian adalah suatu perbandingan, ukuran atau penilaian
mengenai keadaan keluarga dengan menggunakan norma, nilai, prinsip, aturan,
harapan, teori dan konsep yang berkaitan dengan permasalahan. Cara pengumpulan
data tentang keluarga dapat dilakukan antara lain dengan :
1. Wawancara,
Wawancara yaitu menanyakan atau tanya jawab yang berhubungan dengan
masaiah yang dihadapi keluarga dan merapakan suatu komunlkasi yang
direncanakan. Tujuan komunikasi/ wawancara disini adalah :
a. Mendapatkan inforinasi yang diperhikan.
b. Meningkatkan hubungan perawat keluarga dalam komunikasi,
c. Membantu keluarga untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.
Wawancara dengan keluarga dikaitkan dalam hubungannya dengan kejadian-
kejadian pada waktu lalu dan sekarang
2. Pengamatan,
Fengamatan dilakukan yang berkaitan dengan hal-hal yang tidak perlu ditanyakan
(ventilasi, penerangan, kebersihan).
3. Studi dokumentasi,
Studi dokumentasi yang bisa dijadikan acuan oleh perawat antara lain adalah
KMS, kartu keluarga dan catatan kesehatan lainya misalnya informasi-informasi
tertulis maupun lisan dari rujukan dari berbagai lembaga yang menangani
keluarga dan dari anggota tim kesehatan lainnya.
4. Pemeriksaan Fisik,
Pemeriksaan fisik dilakukan hanya pada anggota keluarga yang mempunyai
masalah kesehatan.
Beberapa alat yang dapat dipakai dalam mengumpulkan data antara lain adalah :
a. Berupa quesioner,
b. Daftar ceklist,
c. Invemaris dan lainnya
(dibagian akhir bab ini disediakan contoh format pengkajian keperawatan
keluarga)
Pada awal pengkajian perawat harus membina hubungan yang baik dengan keluarga
dengan cara :
a. Diawali perawat memperkenaikan diri dengan sopan dan ramah.
b. Menjelaskan tujuan kunjungan.
c. Meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah untuk membantu
keluarga menyelesaikan masaiah kesehatan yang ada dikeluarga.
d. Menjelaskan luas kesanggupan banruan perawat yang dapat dilakukan.
e. Menjelaskan kepada keluarga siapa tim kesehatan lain yang menjadi jaringan
perawat.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA


Diagnosa keperawatan adalah keputusan tentang respon keluarga tentang masaiah
kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk
mencapai tujuan asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan kewenangan perawat.
Tahap dalam diagnosa keperawatan keluarga antara lain :
1. Analisa data
2. Perumusan masalah
3. Prioritas masalah

C. ANALISA DATA
Setelah data terkumpul (dalam format pengkajian) maka selanjutnya dilakukan
analisa data yaitu mengkaitkan data dan menghubungkan dengan konsep teori dan
prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah
kesehatan dan keperawatan keluarga.
Cara analisa data adalah :
1. Validasi data, yairu merieliti kembali data yang terkumpul dalam format
pengkajian
2. Mengelompokan data berdasarkan kebutuhan biopsiko-sosial dan spiritual.
3. Membandingkan dengan standart.
4. Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang diketemukan.

Ada 3 norma yang perlu diperhatiakan dalam melihat perkembangan kesehatan


keluarga untuk melakukan analisa data, yaitu :
1. Keadaan kesehatan yang normal bagi setiap anggota keluarga, yang meliputi :
a. Keadaan kesehatan fisik, mental, dan sosial anggota keluarga.
b. Keadaan perrumbuhan dan perkembangan anggota keluarga.
c. Keadaan gizi anggota keluarga
d. Status imunisasi anggota keluarga.
e. Kehamilan dan KB.
2. Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan, yang meliputi :
a. Rumah yang meliputi ventilasi, penerangau, kebersihan, kontruksi, luas
rumah dan sebagainya,
b. Sumber air minum.
c. Jamban keluarga.
d. Tempat pembuangan air limbah.
e. Pemanfatan pekarangan yang ada dan sebagainya.
3. Karakteristik keluarga, yang meliputi :
a. Sifat-sifat keluarga.
b. Dinamika dalam keluarga.
c. Komunikasi dalam keluarga.
d. Interaksi antar anggota keluarga.
e. Kesanggupan keluarga dalam membawa perkembangan anggota keluarga.
f. Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga.
D. PERUMUSAN MASALAH
Langkah berikutnya setelan analisa data adalah perumusan masalah. Perumusan
masalah keperawatan keluarga dapat diarahkan kepada sasaran individu dan atau
keluarga.
Komponen diagnosis keperawatan keluarga meliputi problem, etiologi dan sign/
simpton.
1. Masalah (problem)
Adalah istilah yang digunakan untuk mendefinisikan masaiah (tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar keluarga atau anggota keluarga) yang diidentifikasi
oleh perawat melalui pengkajian. Tujuan penulisan pemyataan masafah adalah
menjelaskan status kesehatan atau masaiah kesehatan secara jelas dan sesingkat
mungkin.
Daftar Diagnosa Keperawatan Keluarga berdasarkan NANDA 1995 adalah
sebagai berikut :
1) Diagnosa Keperawatan Keluarga pada masaiah Lingkungan
a. Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah (Higienis lingkungan)
b. Resiko terhadap cidera
c. Resiko terjadi infeksi (penularan penyakit )
2) Diagnosa Keperawatan Keluarga pada masaiah Struktur
a. Komunikasi Komunikasi Keluarga Disfungsional
3) Diagnosa Keperawatan Keluarga pada masaiah Struktur Peran
b. Berduka dan diantisipasi
c. Berduka disfungsional
d. Isolasi sosial
e. Perubahan dalam proses keluarga (dampak adanya orang yang sakit
terhadap keluarga)
f. Potensial peningkatan menjadi orang tua Penibahan menjadi orang tua
(krisis menjadi orang tua)
g. Perubahan penampilan peran
h. Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
i. Gangguan citra tubuh
4) Diagnosa Keperawatan Keluarga pada masaiah Fungsi Afektif
a. Perubahan proses keluarga
b. Perubahan menjadi orang tua
c. Potensial peningkatan menjadi orang tua
d. Berduka yang diantisipasi
e. Koping keluaiga tidak efektif, menurun
f. Koping keluarga tidak efektif, ketidakmampuan
g. Resiko terhadap tindakan kekerasan
5) Diagnosa Keperawatan Keluarga pada masaiah Fungsi Sosial
a. Perubahan proses keluarga
b. Perilaku mencari bantuan kesehatan
c. Konflik peran orang tua
d. Perubahan menjadi orang tua
e. Potensial peningkatan menjadi orang tua
f. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
g. Perubahan pemeliharaan kesehatan
h. Kurang pengetahuan
i. Isolasi sosial
j. Kerusakan interaksi sosial
k. Resiko terhadap tindakan kekerasan
l. Ketidakpatuhan
m. Gangguan identitas pribadi
6) Diagnosa Keperawatan Keluarga pada masaiah Fungsi Perawatan Kesehatan
a. Perubahan pemeliharaan kesehatan
b. Potensial peningkatan pemeliharaan kesehatan
c. Perilaku mencari pertolongan kesehatan
d. Ketidak efektifan penatalaksanaan aturan terapeutik keluarga
e. Resiko terhadap penularan penyakit
7) Diagnosa Keperawatan Keluarga pada masaiah Koping
a. Potensial peningkatan koping keluarga
b. Koping keluarga tidak efektif, menurun
c. Koping keluarga tidak efektif, ketidakmampuan
d. Resiko terhadap tindakan kekerasan

2. Penyebab (etiologi)
Faktor yang berhubungan yang dapat dicerminkan dalam respon fisiologi yang
dipengaruhi oleh unsur psikososial, spirituai dan faktor-faktor lingkungan yang
dipercaya bermibongan dengan masalah baik sebagi penyebab ataupun faktor resiko.
Dikeperawatan keluarga etiologi ini mengacu kepada 5 tugas keluarga, yaitu :
a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
c. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat
membantu-dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda
d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan ( pemanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada)

3. Taada (sign)
Tanda dan gejala adalah sekumpulan data subyektif dan objektif yang diperoleh
perawat dari keluarga yang mendukung masalah dan penyebab. Perawat hanya boleh
mendokumentasikan tanda dan gejala yang paling signifikan untuk menghindari'
diagnosis keperawatan yang panjang. Tanda dan gejala dihubungkan dengan kata-
kata "yang dimanifestasikan dengan".
Perumusan diagnosa. keperawatan keluarga sama dengan diagnosa diklinik yang
dapat dibedakan menjadi 5 (lima) katagori yaitu ;
1) Aktaal (terjadi defisit/gangguan kesehatan)
Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai data yang ditemukan yaitu dengan
ciri dari pengkajian didapatakan tanda dan gejala dari gangguan kesehatan.
Diagnosa keperawatan aktual memiliki tiga komponen diantaranya adalah problem,
etiologi dan simpton
a. Problem, yang mengacu pada permasalahan yang dihadapi klien.
Contoh problem :
Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan pada balita (anak M), keluarga Bapak
T.

b. Etiologi (faktor yang berhubungan), merupakan etiologi atau faktor penyebab


yang dapat mempengaruhi perubahan status kesehatan. Faktor ini mengacu pada
5 tugas keluarga.
Contoh etiologi :
Berhubungaan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
dengan gangguan nutrisi.

c. Simpton (batasan karakteristik), yang menentukan karakteristik yang mengacu


pada petunjuk klinis, tanda subyektif, dan objektif.
Jadi syarat diagnosa aktual adalah harus ada PES (problem + edologi +
symptom).
Contoh simpton :
Yang dimanifestaikan dengan berat badan kurang, mata cowong, nafsu makan
menurun.
Contoh diagnosa aktual :
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan pada balita (anak M), keluarga
Bapak T Berhubungaan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga dengan gangguan nutrisi.
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif pada Ibu T b/d kurangnya kemampuan
keluarga Bapak T merawat anggota keluarga yang sakit

2) Resiko (ancaman kesehatan)


Diagnosa keperawatan resiko memiliki dua komponen diantaranya adalah
problem dan etiologi. Ciri diagnosa resiko adalah sudah ada data yang menunjang
namun belum terjadi gangguan.
Misalnya : pola makan yang tidak adekuat, lingkungan rumah yang kurang bersih
dan lainnya mengacu pada ancaman kesehatan.
Contoh :
a. Resiko terjadi konflik pada keluarga bapak T berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah komunikasi dalara keluarga.
b. Resiko tinggi terhadap penularan TB paru pada anggota keluarga yang lain
yang berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal gangguan
kesehatan setiap anggotanya

3) Wellness (keadaan sejahtera)


Adalah keputusan klinik tentang keadaan keluarga dalam transisi dari tingkat
sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi sehinggga kesehatan keluarga
dapat ditingkatakan. Cara pembuatan diagnosa ini menggabungkan pemyataan fungsi
positiv dalam masing-masing pola kesehatan fiingsional sebagai alat pengkajian yang
disahkan. Jadi dalam keperawatan menunjukkan terjadi peningkatan fungsi kesehatan
menjadi fungsi yang positif.
Ada 2 kunci yang harus ada dalam diagnosa ini, yaitu :
a. Sesuatu yang menyenangkan pada tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi.
b. Adanya status dan rungsi yang efektif.
Lebih jelas bagan ini memperlihatkan peningkatan kesehatan dari meninggal sampai
dengan sehat.
Contoh pemyataan diagnosa keperawatan sejahtera :
a. Perilaku mencari bantuan kesehatan yang berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang peran sebagai orang ham (Linda Jual Caroenito, 1995).
b. Potensial terjadi peningkatan kesejahteraan pada ibu harm! (ibu N) keluarga
bapak F.
c. Potensial peningkatan status kesehatan pada bayi keluarga bapak X.

4) Sindrom
Adalah diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa aktual dan resiko tinggi
yang diperkirakan akan muncul karena suatu kejadian/situasi tertentu. Menurut
Nanda ada 2 diagnosa keperawatan sindrom, yaitu :
a. Syndrom trauma pemerkosaan (rape trauma Syndrome) Pada kelompok ini
menunjukan adanya tanda dan gejala misalnya : cemas, takut, sedih, gangguan
istirahat dan tidur dan Jain-lain.
b. Resiko sindrom penyalagunaan (risk for disuse Syndrome) Misalnya : resiko
gangguan proses pikir, resiko gangguan gambaran dui dan lain-lain.

3. Prioritas dari diagnosa keperawatan yang ditemukan


Tahap berikutnya setelah ditetapkan rumusan masalahnya adalah
memprioritaskan masalah sesuai dengan keadaan keluarga karena dalam suatu
keluarga perawat dapat menemukan lebih dari satu diagnosa keperawatan.
Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosa keperawatan keluarga yang
ditemukan dihitung dengan menggunaka skala prioritas (skala Baylon dan Maglaya)
sebagai berikut :
a. Tentukan skor untuk tiap kriteria
b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
Skor
x bobot
Angka tertinggi
c. Jumlahkan skor untuk semua kriteria
d. Skor tertinggi adalah 5, dan sama untuk seluruh bobot.

Tabel 3.3 Skala Bailon dan Maglaya


No Kriteria Nilai Bobot
1 Sifat masalah
- Tidak kurang sehat 3
1
- Ancaman kesehatan 2
- Keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat dicegah
- Mudah 2
2
- Sebagian 1
- Tidak dapat 0
3 Potensi masalah untuk dicegah
- Tinggi 3
1
- Cukup 2
- Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
- Masalah berat harus segera 2
1
ditangani 1
- Ada masalah tetapi tidak perlu
segera ditangani 0
- Masalah tidak dirasakan

Penentuan prioritas sesuai dengan kriteria skala :


1. Kriteria I, yaitu sifat masalah, bobot yang lebih berat yaitu tidak/ kurang sehat
karena memerlukan tindakan segera dan disadari dan dirasakan oleh keluarga.
Untuk mengetahui sifat masalah ini mengacu pada tipologi masalah kesehatan.
yang terdiri dari 3 kelompok besar, yaitu :
a. Ancaman kesehatan
Yaitu keadaan yang memungkinkan keadaan terjadinya penyakit, kecelakaan
dan kegagalan dalam mencapai potensi kesehatan.
Keadaan yang disebut dalam ancaman kesehatan antara lain adalah :
1. Penyakit keturunan, seperti asma, DM dan sebagainya.
2. Anggota keiuarga ada yang menderita penyakit menular, seperti TBC,
gonore, hepatitis dan sebagainya.
3. Jumlah anggota terlalu besar dan tidak sesuai dengan kemampuan sumber
daya keluarga.
4. Resiko terjadi kecelakaan seperti tangga rumah terlalu curam, benda tajam
diletakkan disembarangan tempat.
5. Kekurangan atau kelebihan gizi'dari masing-masing anggota keluarga.
6. Keadaan yang menimbulkan stress, antara lain:
- Hubungan keluarga tidak harmonis.
- Hubungan orang tua dan anak yang tegang
- Orang tua yang tidak dewasa
7. Sanitasi lingkungan yang buruk, diantaranya :
- Ventilasi kurang baik.
- Sumber air minum tidak memenuhi syarat.
- Polusi udara.
- Tempat pembuangan sampah yang tidak sesuai dengan syarat.
- Tempat pembuangan tinja yang mencemari sumber air minum.
- Kebisingan

8. Kebiasaan yang meragikan kesehatan, seperti :


- Merokok. Minuman keras.
- Makan obat tanpa resep.
- Makan daging mentah.
- Higiene perseorangan jelek.
9. Sifat kepribadian yang melekat, misalnya pemarah.
10. Riwayat persalinan sulit.
11. Peran yang tidak sesuai, misalnya anak wanita memainkan peran ibu
karena ibunya meninggal.
12. Imunisasi anak yang tidak lengkap.

b. Kurang /tidak sehat


Yaitu kegagalan dalam memantapkan kesehatan.
1. Keadaan sakit (sesudah atau sebelum didiagnosa)
2. Gagal dalam pertumbuhan dan perkembangan yang fidak sesuai dengan
pertumbuhan normal

c. Situasi krisis
1. Perkawinan
2. Kehamilan
3. Persalinan
4. Masa nifas
5. Menjadi orang tua
6. Penambahan anggota keluarga (bayi)
7. Abortus
8. Anak masuk sekolah
9. Anak ramaja
10. Kehilangan pekerjaan
11. Kematian anggota keluarga
12. Pindah rumah

2. Kriteria II, yaitu kemungkinan masalah dapat diubah. Perhatikan terjangkaunya


faktor-faktor sebagai berikut :
a. Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani
masalah.
b. Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga.
c. Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu
d. Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat
dan sokongau masyarakat.

3. Kriteria III, yaitu potensial masalah dapat dicegah. Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan adalah :
a. Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit/masalah
b. Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada.
c. Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat dalam
memperbaiki masalah.
d. Adanya kelompok "High Risk" atau kelompok yang sangat peka menambah
potensi untuk mencegah masalah.

4. Kriteria IV, menonjolnya masalah.


Perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah
kesehatan tersebut.
Prioritas didasarkan pada diagnosa keperawatan yang mempunyai skor tertinggi dan
disusun berurutan sampai skor terendah.
Dari prioritas masalah diatas dapat disusun urutan diagnosa keperawatan sebagai
berikut :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif pada Ibu Romlah b/d kurangnya kemampuan
keluarga Bapak: Jumain merawat anggota keluarga yang sakit (skor 4)
2. Kurangnya pemahaman keluarga Bapak Jumain terhadap pentingnya KB bagi
keselamatan Ibu Romlah b/d ketidakmampuan keluarga Bapak Jumain mengenal
masalah KB (skor 3 2/3)

E. PERENCANAAN KEPERAWATAN KELUARGA


Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan
keluarga yang meliputi penentuan tujuan perawatan (jangka panjang/pendek),
penetapan standart dan kriteria serta menentukan perencanaan untuk mengatasi
masalah keluarga.
1) Penetapan Tujuan
Adalah hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi masalah diagnosa keperawatan
keluarga. Bila dilihat dari sudut jangka waktu, maka tuyuan perawatan keluarga
dapat dibagi menjadi :
a. Tujuan jangka panjang,
Menekankan pada perubahan perilaku dan mengarah kepada kemarapuan
mandiri, Dan lebih baik ada batas waktunya, rnisalnya dalam waktu 2 hari.
Pencaturaan jangka waktu ini adalah untuk mengarahkan evaluasi pencapaian pada
waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
Contoh : Setelah diberikan asuhan keperawatan selatna 2 hari seluruh keluarga
Bapak jumain dapat merawat anggota keluarga yang sakit dan dapat mencegah
penularan penyakit.
b. Tujuan jangka pendek,
Ditekankan pada keadaan yang bisa dicapai setiap harinya yang dihubungkan
dengan keadaan yang mengancam kehidupan
Contoh :
1. Keluarga Bapak Jumain dapat mengenal dampak permasalahan penyakit Ibu
Romlah dengan menjelaskan akibat yang terjadi bila penyakit Ibu Romlah
tidak segera diobati
2. Bayi yang belum diimunisasi dari keluarga tersebut harus segera diberi
imunisasi BCG, DPT dan polio.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan tujuan keperawatan adalah :
1. Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan.
2. Merupakan hasil akhir yang ingin dicapai.
3. Harus objektif atau merupakan tujuan operasional langsung dari kedua belah
pihak (keluarga dan perawat).
4. Mencakup kriteria keberhasilan sebagai dasar evaluasi.
2) Penetapan Kriteria dan Standar
Merupakan standart evaluasi yang merupakan gambaran tentang faktor-faktor
yang dapat memberi petunjuk bahwa tujuan telah tercapai dan digunakan dalam
membuat pertimbangan.
Bentuk dari standar dan kriteria ini adalah pernyataan verbal (pengetahuan), sikap
dan psikomotor.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat standart adalah :
a. Berfokus pada keluarga, outcomes harus ditujukan kepada keadaan keluarga,
"apa yang harus dilakukan keluarga, kapan, dan sejauh mana tindakan akan
dilaksanakan.
b. Singkat dan jelas, untuk memudahkan perawat dalam mengidentifikasi tujuan
dan rencana tindakan. Perawat harus menghindari kata-kata yang terlalu panjang
dan bermakna ganda.
c. Dapat diobservasi dan diukur, tanpa hasil yang dapat diukur proses
keperawatan tidak dapat diselesaikan. Perawat harus menghindari penggunaan
istilah memahami dan mengerti, karena istilah tersebut sulit untuk diukur.
Contoh :Keluarga dapat mendomentrasikan teknik injeksi insulin engan benar.
d. Realistik, ini harus disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang tersedia
dirumah.
Misalnya : Keluarga dapat merawat luka tiga kali sehari, kenyataanya keluarga
jarang dirumah karena bekerja sehingga lebih pas kalau 2 kali sehari.
e. Ditentukan oleh perawat dan keluarga, mulai pengkajian perawat seharusnya
melibatkan keluarga dalam intervensi.

3) Pembuatan Rencana Keperawatan


Intervensi keperawatan adalah suatu tindakan langsung kepada. keluarga yang
dilaksanakan oleh perawat, yang ditujukan kepada kegiatan yang berhubungan
dengan promosi, mempertahankan kesehatan keluarga.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalarn menentukan rencana tindakan adalah :
a. Sebelum menulis cek sumber informasi data.
b. Buat rencana keperawatan yang mudah dimengerti.
c. Tulisan harus jelas, spesifik, dapat diukur dan kriteria hasil sesuai dengan
identifikasi masalah.
d. Memulai instruksi keperawatan harus menggunakan kata kerja.
e. Gunakan pena tinta dalam menulis untuk mencegah penghapusan tulisan atau
tidak jelasnya tulisan.
f. Menggunakan kata kerja, rencana kegiatan harus secara jelas menjabarkan
setiap kegiatan sehingga perlu menggunakan kata kerja yang mudah,
misalnya "ajarkan cara perawatan luka ".
g. Menetapkan teknik dan prosedur keperawatan yang akan
h. Melibatkan keluarga dalam menyusun rencana tindakan. Mempertimbangkan
latar belakang budaya dan agama, Hngkungan, sumber daya dan fasilitas
yang tersedia.
i. Memperhatikan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku. Rencana tindakan
disesuaikan dengan seberapa daya dan dana yang dimiliki oleh keluarga dan
mengarah kemamdirian sehingga tingkat keterganrungan dapat
diminimalisasikan

Fokus dari intervensi keperawatan keluarga antara lain meliputi kegiatan yang
bertujuan :
1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara :
a. Memberi informasi yang tepat
b. Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan
c. Mendorong sikap emosi yang sehat yang mendukung upaya kesehatan
masalah.
2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan keluarga yang tepat,
dengan cara:
a. Mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan. Mengidentifikasi
sumber-sumber yang dimiliki keluarga.
b. Mendiskusikan teatang konsekwensi tiap tindakan.
3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota yang sakit, dengan cara:
a. Mendemonstrasikan cara.perawatan.
b. Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah.
c. Mengawasi keluarga melakukan perawatan.
4. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan
menjadi sehat, dengan cara:
a. Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.
b. Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, dengan
cara :
a. Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga.
b. Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

Rencana tindakan keluarga diarahkan untuk mengubah pengetahuan, sikap dan


tindakan keluarga, sehingga pada akhirnya keluarga mampu memenuhi kebutuhan
kesehatan anggota keiuarganya dengan bantuan minimal dari perawat.

Saat menyusun rencana intervensi sebaiknya perawat harus melibatkan keluaraga


secara aktif untuk memudahkan pelaksanaan tindakan dan ini merupakan salah satu
cara untuk menghormati dan menghargai keluarga. Efektifitas yang akan diperoleh
perawat, yaitu ada efek positif terhadap interaksi dengan keluarga karena keluarga
tidak menentang, karena selalu dilibatkan sebelumnya, dan akhirnya keluarga
cenderung bertanggung jawab.

F. TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA


Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini, perawat
yang mengasuh keluarga sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan
secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan kesehatan di
rumah. Ada 3 tahap dalam tindakan keperawatan keluarga, yaitu :

1. Tahap I : Fersiapan
Persiapan ini meliputi kegiatan-kegiatan :
a. Kontrak dengan keluarga (kapan dilaksanakan, berapa lama waktunya,
materi yang akan didiskusikan, siapa yang melaksanakan, anggota keluarga
yang perlu mendapatkan informasi)
b. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan.
c. Mempersiapkan lingkungan yang kondusif.
d. Mengidentifikasi aspek-aspek hukum dan etik.
Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan perawat mempunyai kesiapan secara
iisik dan psikis pada saat implementasi
2. Tahap 2 : Intervensi
Tindakan keperawatan keluarga berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab
perawat secara professional adalah :
a. Independent
Adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat sesuai dengan
kompetensi keperawatan tanpa petunjuk dan perintah dari tenaga kesehatan
lainya. Lingkup tindakan idepertdent ini adalah :
1) Mengkaji terhadap klien dan keluarga melalui riwayat keperawatan dan
pemeriksaan fisik untuk mengetahui status kesehatan klien.
2) Merumuskan diagnosa keperawatan.
3) Mengidentifikasi tindakan keperawatan.
4) Melaksanakan rencana pengukuran.
5) Merujuk kepada teaaga kesehatan lain.
6) Mengevaluasi respon klien.
7) Partisipasi dengan konsumer atau tenaga kesehatan lainnya dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Tipe tindakan independent keperawatan dapat dikatagorikan menjadi 4, yaitu:


1) Tindakan diagnostik.
a. Wawancara dengan klien.
b. Observasi dan pemeriksaan fisik.
c. Melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana, misalnya (Hb) dan
membaca hasil dari pemeriksaan laboratorium tersebut.
2) Tindakan terapeutik.
Tindakan untuk mencegah mengurangi, dan mengatasi masalah klien.
Misalnya : Untuk mencegah gangguan integritas kulit dengan melakukan
mobilisasi dan memberikan bantal air pada bagian tubuh yang tertekan.
Contoh penulisan :
11/10/2004 lakukan mobilisasi klien tiap 2 jam dan beri bantal air pada
bagian tubuh yang tertekan.
3) Tindakan edukatif.
Tindakan untuk merubah perilaku klien melalui promosi kesehatan dan
pendidikan kesehatan kepada klien.
Misalnya :
Perawat mengajarkan kepada klien cara injeksi insulin.
Contoh penulisan :
11/10/2004 mengajarkan klien cara injeksi insulin
4) Tindakan merujuk.
Tindakan kerja sama dengaa tim kesehatan lainya.
Contoh penulisan :
11/10/2004 Konsul dengan ahli tempi fisik mengenai kemajuan klien
menggunakan walker pada tanggal 12/10/2004.

b. Interdependent.
Yaitu suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerja sama dengan tenaga
kesehatan lainya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi dan dokter dan
yang lainnya.
Misalnya dalam hal :
- Pemberian obat-obatan sesuai dengan terapi dokter. Jadi jenis, dosis dan
efek samping menjadi tanggung jawab dokter, tetapi pemberian obat
sampai atau tidak menjadi tanggung jawab perawat.

c. Dependent.
Yaitu pelaksanaan rencana tindakan medis. Misalnya dokter menuliskan
"perawatan kolostorny'. Tindakan keperawatan adalah mendefinisikan
perawatan kolostomi berdasarkan kebutuhan indifidu dari klien.

3. Tahap 3 :Dokumentasi.
Pelaksanaan tindakan keperawatn harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan
akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.

G. EVALUASI
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistimatis dan terencana
tentang kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan
cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan
Evaluasi adalah untuk meiihat kemampuan keluarga daiam mencapai tujuan.
1) Tahap Evaluasi
Evaluasi disusun menggunakan SOAP secara operaslonal dengan tahapan
dengan sumatif (dilakukan selama proses asuhan keperawatan) dan formatif
yaitu dengan proses dan evaluasi akhir. Evaluasi dapat dibagi dalam 2 jenis,
yaitu:
a. Evaluasi berjalan (sumatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk pengisian format catatan
perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yang dialami oleh
keluarga. Format yang dipakai adalah format SOAR.
b. Evaluasi akhir (formatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingfcan antara tujuan
yang akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan diantara keduanya, mungkin
semua tahap dalam proses keperawatan perlu ditinjau kembaii, agar
didapat data-data, masalah atau rencana yang perlu dimodifikasi.
2) Metode Evaluasi
Metode yang dipakai dalam evaluasi antara lain adalah :
a. Observasi langsung
b. Wawancara
c. Memeriksa laporan
d. Latihan simulasi

3) Mengukur Pencapaian Tujuan Keluarga


Faktor yang dievaluasi ada beberapa komponen, meliputi :
a. Kognitif (pengetahuan)
Lingkup evaluasi pada kognitif adalah :
- Pengetahuan keluarga mengenai penyakitnya.
- Mengontrol gejala-gejalanya.
- Pengobatan.
- Diet, aktifitas, persediaan alat-alat.
- Risiko komplikasi.
- Gejala yang harus dilaporkan.
- Pencegahan.
Informasi ini dapat diperoleh dengan cara :
a. Interview, dengan cara :
- Menanyakan kepada keluarga untuk mengingat beberapa fakta yang sudah
diajarkan.
- Menanyakan kepada keluarga untuk menyatakan informasi yang spesifik
dengan kata-kata keluarga sendiri (pendapat keluarga sendiri).
- Mengajak keluarga pada situasi hipotesa dan tanyakan tindakan yang tepat
terhadap apa yang ditanyakan.
b. Kertas dan pensil.
Perawat menggunakan kertas dan pensil unluk mengevaluasi pengetahuan
keluarga terhadap hal-hal yang telah diajarkan.

2. Afektif (status emosional), dengan cara observasi secara langsung, yaitu dengan
cara observasi ckspresi wajah, postur tubuh, nada suara, isi pesan secara verbal
pada waktu melakukan wawancara.
3. Psikomotor, yaitu dengan cara melihat apa yang dilakukan keluarga sesuai
dengan yang diharapkan.

4) Penentuan Keputusan Pada Tahap Evaluasi


Ada tiga kemungkinan keputusan pada tahap ini, yaitu :
a. Keluarga telah mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan, sehingga
rencana mungkin dihentikan.
b. Keluarga masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan, sehingga
perlu penambahan waktu, resources, dan intervensi sebelum tujuan
berhasil.
c. Keluarga tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan, sehingga
perlu :
- Mengkaji ulang masalah atau respon yang lebih akurat.
- Membuat outcome yang baru, mungkin outcome pertama tidak
realistis atau mungkin keluarga tidak menghendaki terhadap tujuan
yang disusun oleh perawat.
- Intervensi keperawatan harus dievaluasi dalam hal ketepatan untuk
mencapai tujuan sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai