Oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kami
bahan pembelajaran dalam mata kuliah keperawatan keluarga. Selain itu bahan ajar
ini disusun untuk membekali mahasiswa keperawatan dengan kompetensi pada mata
tentang esensi praktik keperawatan keluarga, maka segala kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat dihargai untuk perubahan ke arah yang lebih baik.
Tim penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
ini. Semoga dapat berguna bagi mahasiswa Program Studi D III Keperawatan
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Capaian Pembelajaran
A. Latar belakang
World Health Essembly tahun 1977 telah menghasilkan kesepakatan global
untuk mencapai “Kesehatan Bagi Semua atau Health For All” Pada Tahun 2000
(KBS 2000 / HFA by The Year 2000), yaitu Tercapainya suatu derajat kesehatan
yang optimal yang memungkinkan setiap orang hidup produktif baik secara social
maupun ekonomi.
Pada tahun 1978, Konferensi di Alma Ata, menetapkan Primary Health Care
(PHC) sebagai Pendekatan atau Strategi Global untuk mencapai Kesehatan Bagi
Semua (KBS) atau Health For All by The Year 2000 ( HFA 2000 ). Dalam
konferensi tersebut Indonesia juga ikut menandatangani dan telah mengambil
kesepakatan global pula dengan menyatakan bahwa untuk mencapai Kesehatan Bagi
Semua Tahun 2000 ( HFA’200 ) kuncinya adalah PHC ( Primary Health Care ) dan
Bentuk Opersional dari PHC tersebut di Indonesia adalah PKMD ( Pengembangan
Kesehatan Masyarakat Desa ).
B. Pengertian
Primary Health Care ( PHC ) adalah pelayanan kesehatan pokok yang
berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat
diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat
melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat terjangkau
oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan mereka
dalam semangat untuk hidup mandiri ( self reliance ) dan menentukan nasib sendiri (
self determination ).
1. Prinsip PHC
Pada tahun 1978, dalam konferensi Alma Ata ditetapkan prinsip-prinsip PHC
sebagai pendekatan atau strategi global guna mencapai kesehatan bagi semua. Lima
prinsip PHC sebagai berikut :
a. Pemerataan upaya kesehatan
Distribusi perawatan kesehatan menurut prinsip ini yaitu perawatan primer dan
layanan lainnya untuk memenuhi masalah kesehatan utama dalam masyarakat
harus diberikan sama bagi semua individu tanpa memandang jenis kelamin, usia,
kasta, warna, lokasi perkotaan atau pedesaan dan kelas sosial.
b. Penekanan pada upaya preventif
Upaya preventif adalah upaya kesehatan yang meliputi segala usaha, pekerjaan
dan kegiatan memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dengan peran serta
individu agar berprilaku sehat serta mencegah berjangkitnya penyakit.
c. Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan
Teknologi medis harus disediakan yang dapat diakses, terjangkau, layak dan
diterima budaya masyarakat (misalnya penggunaan kulkas untuk vaksin cold
storage).
d. Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian
Peran serta atau partisipasi masyarakat untuk membuat penggunaan maksimal dari
lokal, nasional dan sumber daya yang tersedia lainnya. Partisipasi masyarakat
adalah proses di mana individu dan keluarga bertanggung jawab atas kesehatan
mereka sendiri dan orang-orang di sekitar mereka dan mengembangkan kapasitas
untuk berkontribusi dalam pembangunan masyarakat. Partisipasi bisa dalam
bidang identifikasi kebutuhan atau selama pelaksanaan.
2. Ciri-Ciri PHC
Adapun cirri-ciri PHC adalah sebagai berikut :
a. Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat
b. Pelayanan yang menyeluruh
c. Pelayanan yang terorganisasi
d. Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat
e. Pelayanan yang berkesinambungan
f. Pelayanan yang progresif
g. Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga
h. Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah satu aspek saja
3. Unsur Utama PHC
Tiga unsur utama yang terkandung dalam PHC adalah sebagai berikut :
a. Mencakup upaya-upaya dasar kesehatan
b. Melibatkan peran serta masyarakat
c. Melibatkan kerjasama lintas sektoral
4. Tujuan PHC
a. Tujuan Umum
Mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang
diselenggarakan, sehingga akan dicapai tingkat epuasan pada masyarakat yang
menerima pelayanan.
b. TujuanKhusus :
1) Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayanai
2) Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani
3) Pelayanan harus berdasarkan kebutuhanmedis dari populasi yangdilayani
4) Pelayanan harus secara maksimum menggunkantenaga dan sumber –sumber
daya lain dalam memenuhikebutuhan masyarakat.
5. Fungsi PHC
PHC hendaknya memenuhi fungsi-fungsi sebagai berikut :
a. Pemeliharaan Kesehatan
b. Pencegahan Penyakit
c. Diagnosis dan Pengobatan
d. Pelayanan Tindak lanjut
e. Pemberian Sertifikat
6. Elemen-Elemen PHC
Dalam pelaksanaan PHC harus memiliki 8 elemen essensial yaitu :
a. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit
serta pengendaliannya
b. Peningkatan penyedediaan makanan dan perbaikan gizi
c. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar
d. Kesehatan Ibu dan Anak termasuk KB
e. Imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama
f. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemic setempat
g. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa
h. Penyediaan obat-obat essensial
Capaian Pembelajaran :
Setelah memelajari Topik 3 ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang
pengertian Puskesmas, tujuan Puskesmas, prinsip Puskesmas, tugas, fungsi, dan
wewenang Puskesmas, persyaratan Puskesmas, kategori Puskesmas, perizinan dan
registrasi Puskesmas, kedudukan dan organisasi, upaya kesehatan Puskesmas,
akreditasi Puskesmas, jaring pelayanan, jejaring kerja sama dan rujukan, pendanaan,
sistem informasi, pembinaan, dan pengawasan Puskesmas.
A. PENGERTIAN PUSKESMAS
B. TUJUAN PUSKESMAS
1. Paradigma sehat
Berdasarkan prinsip paradigma sehat Puskesmas mendorong seluruh
pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan
mengurangi risiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
2. Pertanggungjawaban wilayah
Berdasarkan prinsip pertanggungjawaban, wilayah Puskesmas menggerakkan
dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
3. Kemandirian masyarakat
Berdasarkan prinsip kemandirian masyarakat Puskesmas mendorong
kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
4. Pemerataan
Berdasarkan prinsip pemerataan, Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan
Kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah
kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya
dan kepercayaan.
5. Teknologi tepat guna
Berdasarkan prinsip teknologi tepat guna, Puskesmas menyelenggarakan
pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai
dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk
bagi lingkungan.
6. Keterpaduan dan kesinambungan
Berdasarkan prinsip keterpaduan dan kesinambungan, Puskesmas
mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) lintas program dan
lintas sektor, serta melaksanakan sistem rujukan yang didukung dengan manajemen
Puskesmas.
D. TUGAS, FUNGSI DAN WEWENANG PUSKESMAS
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas, Puskesmas
menyelenggarakan fungsi penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah
kerjanya dan penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Dalam menyelenggarakan fungsi UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya
Puskesmas berwenang untuk:
E. PERSYARATAN PUSKESMAS
Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan. Dalam kondisi
tertentu, pada 1 (satu) kecamatan dapat didirikan lebih dari 1 (satu) Puskesmas.
Kondisi tertentu ditetapkan berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan,
jumlah penduduk, dan aksesibilitas. Pendirian Puskesmas harus memenuhi
persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, peralatan kesehatan, ketenagaan,
kefarmasian, dan laboratorium.Lokasi pendirian Puskesmas harus memenuhi
persyaratan, yaitu geografis, aksesibilitas untuk jalur transportasi, kontur tanah,
fasilitas parkir, fasilitas keamanan, ketersediaan utilitas publik, pengelolaan
kesehatan lingkungan, dan kondisi lainnya. Pendirian Puskesmas harus
memperhatikan ketentuan teknis pembangunan bangunan gedung negara.
Bangunan Puskesmas harus memenuhi persyaratan yang meliputi
persyaratan administratif, persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja, serta
persyaratan teknis bangunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, bersifat permanen dan terpisah dengan bangunan lain, serta menyediakan
fungsi, keamanan, kenyamanan, perlindungan keselamatan dan kesehatan serta
kemudahan dalam memberi pelayanan bagi semua orang termasuk yang
berkebutuhan khusus, anak-anak, dan lanjut usia. Selain bangunan, setiap
Puskesmas harus memiliki bangunan rumah dinas Tenaga Kesehatan.
Bangunan rumah dinas Tenaga Kesehatan didirikan dengan mempertimbangkan
aksesibilitas tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan. Puskesmas harus
memiliki prasarana yang berfungsi paling sedikit seperti berikut ini.
1. Sistem penghawaan (ventilasi).
2. Sistem pencahayaan.
3. Sistem sanitasi.
4. Sistem kelistrikan.
5. Sistem komunikasi.
6. Sistem gas medik.
7. Sistem proteksi petir.
8. Sistem proteksi kebakaran.
9. Sistem pengendalian kebisingan.
10. Sistem transportasi vertikal untuk bangunan lebih dari 1 (satu) lantai.
11. Kendaraan Puskesmas keliling.
12. Kendaraan ambulans.
Peralatan kesehatan di Puskesmas harus memenuhi persyaratan standar
mutu, keamanan, keselamatan, memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan
perundang- undangan, serta diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi
penguji dan pengkalibrasi yang berwenang. Sumber daya manusia Puskesmas
terdiri atas tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan. Jenis dan jumlah
tenaga kesehatan dan tenaga nonkesehatan dihitung berdasarkan analisis beban
kerja, dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan,
jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah
kerja, serta ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di
wilayah kerja, dan pembagian waktu kerja. Jenis Tenaga Kesehatan paling sedikit
terdiri atas:dokter atau dokter layanan primer; dokter gigi; perawat; bidan; tenaga
kesehatan masyarakat; tenaga kesehatan lingkungan;ahli teknologi laboratorium
medik; tenaga gizi; tenaga kefarmasian; Tenaga nonkesehatan yang harus
dapat mendukung kegiatan ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem
informasi, dan kegiatan operasional lain di Puskesmas. Tenaga kesehatan di
Puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, standar
prosedur operasional, etika profesi, menghormati hak pasien, serta mengutamakan
kepentingan dan keselamatan pasien dengan memperhatikan keselamatan dan
kesehatan dirinya dalam bekerja. Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di
Puskesmas harus memiliki surat izin praktik sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Pelayanan kefarmasian di Puskesmas harus dilaksanakan
oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dan kewenangan untuk
melakukan pekerjaan kefarmasian. Pelayanan laboratorium di Puskesmas harus
memenuhi kriteria ketenagaan, sarana, prasarana, perlengkapan dan peralatan.
F. KATEGORI PUSKESMAS
Dalam rangka pemenuhan Pelayanan Kesehatan yang didasarkan pada
kebutuhan dan kondisi masyarakat, Puskesmas dapat dikategorikan berdasarkan
karakteristik wilayah kerja dan kemampuan penyelenggaraan. Berdasarkan
karakteristik wilayah kerjanya, Puskesmas dikategorikan menjadi, Puskesmas
kawasan perkotaan, Puskesmas kawasan pedesaan, serta Puskesmas kawasan
terpencil dan sangat terpencil.
1. Puskesmas kawasan perkotaan merupakan Puskesmas yang wilayah kerjanya
meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit tiga (3) dari empat (4) kriteria
kawasan perkotaan sebagai berikut.
Aktivitas penduduknya lebih dari 50% pada sektor nonagraris, terutama
industri, perdagangan dan jasa.
a) Memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah beradius 2,5 km, pasar
dengan radius 2km, memiliki rumah sakit beradius kurang dari 5 km,
bioskop, atau hotel.
b) Lebih dari 90% rumah tangga memiliki listrik.
c) Terdapat akses jalan raya dan transportasi menuju fasilitas perkotaan.
H. AKREDITASI
Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan, Puskesmas wajib diakreditasi
secara berkala paling sedikit tiga tahun sekali. Akreditasi dilakukan oleh lembaga
independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri.
CAPAIAN PEMBELAJARAN :
Setelah menyelesaikan modul ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep
keluarga. Mahasiswa mampu: Menjelaskan definisi keluarga, Mendeskripsikan tipe-
tipe keluarga, Mendeskripsikan fungsi-fungsi keluarga, Mendiskripsikan dimensi
dasar struktur keluarga, Mendeskripsikan peran perawat keluarga
MATERI
A. DEFINISI KELUARGA
Banyak ahli menguraikan pengertian tentang keluarga sesuai dengan
perkembangan social masyarakat. Berikut akan dikemukakan dua pengertian
keluarga.Duvall dan Logan <1986> menguraikan bahwa keluarga adalah
sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan
untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional, serta social dari tiap anggota keluarga.
Bailon dan Maglaya <1978> mengatakan bahwa keluarga adalah dua atau lebih
individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah,
perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain,
mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
budaya. Dari kedua pengertian tentang keluarga maka dapat disipulkan bahwa
karakteristik keluarga adalah :
1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan
atau adopsi.
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain.
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai
peran social: suami, istri, anak, kakak dan adik.
4. Mempunyai tujuan : <a> menciptakan dan mempertahankan budaya, <b>
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan social anggota.
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa keluarga juga merupakan suatu system.
Sebagai system keluarga mempunyai anggota yaitu: ayah, ibu, dan anak atau semua
individu yang tinggal didalam rumah tangga tersebut. Anggota keluarga tersebut
saling berinteraksi, interelasi, dan interdependensi untunk mencapai tujuan bersama.
Keluarga merupakan system yang terbuka sehingga dapat dipengaruhi oleh supra
sistemnya, yaitu lingkungannya <masyarakat>, dan sebaliknya sebagai sub system
dari lingkungan <masyarakat>, keluarga dapat mempengaruhi masyarakat <supra
system>.
Oleh karena itu betapa pentingnya peran dan fungsi keluarga dalam membentuk
manusia sebagai anggota masyarakat yang sehat bio-psiko-sosial-spiritual. Jadi
sangatlah tepat bila keluarga sebagi titik sentral pelayanan keperawatan. Diyakini
bahwa keluarga yang sehat akan mempunyai anggota yang sehat dan mewujudkan
masyarakat yang sehat.
B. TIPE KELUARGA
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola
kehidupan. Sesuai dengan perkembangan social maka tipe keluarga berkembang
mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan
derajat kesehatan maka perawat perlu mengtahui berbagai tipe keluarga.
1. Tipe Keluarga Tradisional, terdiri dari :
a. Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan
anak <kandung atau angkat>.
b. Keluarga besar, yaitu keluarga ini ditambah dengan keluarga lain yang
mempunyai hubunga darah, misalnya kakek, nenek, paman dan bibi.
c. Keluarga “Dyad”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami-istri
tanpa anak.
d. “Single Parent”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
dengan anak <kandung atau angkat>. Kondisi ini dapat disebabkan oleh
perceraian atau kematian.
e. “Single adult”, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang
dewsa.
f. Keluarga lansia, yaitu suatu tumah tangga yang terdiri dari suami-istri
yang berusia lanjut.
C. FUNGSI KELUARGA
Friedman <1986> mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, yaitu :
1. Fungsi Afektif
2. Fungsi Sosialisasi
3. Fungsi Reproduksi
4. Fungsi Ekonomi
5. Fungsi Perawat Kesehatan
Fungsi Afektif
Fungsi Afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan
basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi sketif tampak pada kebahagiaan dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling
mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dipelajari dan dikembangkan
melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian, keluarga yang
berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat
mengembangkan konsep diri yang positif.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif
adalah :
a. Saling mengasuh. Cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling
mendukung antar anggota keluarga. Setiap anggota yang mendapatkan kasih
sayang dan dukungan dari anggota yang lain maka kemampuannya untuk
memberikan kasih sayang akan meningkat, yang pada akhirnya tercipta
hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan intim didalam
keluarga merupakan modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang
lain diluar keluarga/masyarakat.
b. Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui
keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan
iklim yang positif maka fungsi afektif akan tercapai.
c. Ikatan dan identifikasi. Ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan melalui
proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota
keluarga. Orang tua harus mengembangkan proses identifikasi yang positif
sehingga anak-anak dapat meniru perialku yang positif tersebut.
Fungsi afektif merupakan sumber “energy” yang menentukan kebahagiaan keluarga.
Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga timbul karena fungsi
afektif yang tidak terpenuhi.
Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang
menghasilkan interaksi social dan belajar berperan dalam lingkungan social
<Friedman, 1986>.
Sosialisasi dimulai sejak lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar
bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui
interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.
Anggota keluarga belajar disiplin, belajar tentang norma-norma, budaya dan perilaku
melalui hubungan dan interaksi dalam keluarga.
Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah
sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga berencana maka fungsi ini
sedikit terkontrol.
Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi seluruh anggota
keluarga, seperti kebutuhan akan makanan, pakaian dan tempat berlindung <rumah>.
Karakteristik Pengirim
1. Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat
2. Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas
3. Selalu meminta dan menerima umpan balik
Karakteristik Penerima
1. Siap mendengarkan
2. Memberikan umpan balik
3. Melakukan validasi
Struktur Peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi social yang
diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam
masyarakat, misalnya status sebagai istri/suami atau anak.
Struktur Kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan <potensial atau aktual> dari invidu untuk
mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kearah
positif.
Nilai-nilai Keluarga
Nilai merupakan suatu system, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak,
mempersatukan anggota keluarg adalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan
suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan.
Norma keluarga
Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan system nilai
dalam keluarga.
Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan
ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
C. PERAN PERAWAT KELUARGA
Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada
keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarg ayang sehat. Fungsi
perawat, membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara
meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan
kesehatan keluarga.
Peran perawat dalam melakukan perawatan keluarga adalah sebagai berikut :
1. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar <a>
keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri dan
<b> bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga.
2. Coordinator
Koordinasi diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang
comprehensive dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur
program kegiataan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi
tumpang tindih dan pengulangan.
3. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik dirumah, klinik maupun di
rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung. Kontak
pertama perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. perawat
dapat mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan yang diberikan
dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan asuhan langsung kepada anggota
keluarga yang sakit.
4. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan perawat harus melakukan “home visit” atau
kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengakjian
tentang kesehatan keluarga.
5. Konsultan <penasehat>
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah kesehatan.
Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat maka hubungan perawat-
keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat
dipercaya.
6. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit atau
anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang
optimal.
7. Fasilitator
peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga didalam menghadapi
kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Kendala yang sering di alami
keluarga adalah keraguan didalam menggunakan pelayanan kesehatan: masalah
ekonomi, dan social budaya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan
baik maka perawat komunitas harus mengetahui system pelayanan kesehatan,
misalnya system rujukan dan dana sehat.
8. Penemu kasus
Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi
masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan atau wabah.
9. Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat memodifiksai lingkungan baik lingkungan
rumah maupun lingkungan masyarakat agar dapat tercipta lingkungan yang sehat.
Latihan
1. Jelaskan pengertian keluarga dengan kata-kata anda sendiri!
2. Identifikasi tipe-tipe keluarga yang ada di Indonesia dan jelaskan!
3. Apa yang anda ketahui tentang 5 tugas kesehatan keluarga? Jelaskan jawaban
anda!
4. Sebut dan jelaskan tipe-tipe struktur kekuatan keluarga!
DAFTAR PUSTAKA
Allender, J.A., dan Spradley, B.W. (2001). Community health nursing: concepts and
practice. 5th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Bailon, G dan Maglaya. (1978). Family health nursing. Philippines: UP. College of
Nursing
Fiedman, M.M. (1998). Family nursing: theory and practice. 3rd Ed. Alih bahasa: Ina
Debora, R.L & Yoakim Asy. Jakarta: EGC
Friedman, M.M., Bowden, V.R., dan Jones, E.G. (2003). Family nursing: research,
theory, and practice. 5th Ed. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Rekawati, E. (2000). Asuhan keperawatan keluarga. Disajikan pada Pelatihan
“Asuhan Keperawatan Keluarga” oleh FIK-UI. Tidak dipublikasikan.
Sahar, J. (2003). Penerapan asuhan keperawatan keluarga disajikan dalam seminar
seminat komunitas di Semarang. Tidak dipublikasikan.
BAB 4
MODEL KONSEPTUAL
KEPERAWATAN KELUARGA
Perawatan diri sendiri merupakan aktifitas yang praktis dari seseorang dalam
memelihara kesehatannya serta mempertahankan kehidupannya. Terjadi hubungan
antar pembeli self care dengan penerima self care dalam hubungan terapi. Orem
mengemukakan tiga kategori / persyaratan self care yaitu : persyaratan universal,
persyaratan pengembangan dan persyaratan kesehatan.
Merupakan bantuan secara keseluruhan, dibutuhkan untuk klien yang tidak mampu
mengontrol dan memantau lingkungannya dan berespon terhadap rangsangan.
4. Metode bantuan
Perawat membantu klien dengan menggunakan system dan melalui lima metode
bantuan yang meliputi :
2. Mengajarkan klien;
3. Mengarahkan klien;
4. Mensupport klien.
1. Klien : individu atau kelompok yang tidak mampu secara terus menerus
memperthankan self care untuk hidup dan sehat, pemulihan dari sakit atau
trauma atu koping dan efeknya.
2. Sehat : kemampuan individu atau kelompoki memenuhi tuntutan self care yang
berperan untuk mempertahankan dan meningkatkan integritas structural fungsi
dan perkembangan.
3. Lingkungan : tatanan dimana klien tidak dapat memenuhi kebutuhan keperluan
self care dan perawat termasuk didalamnya tetapi tidak spesifik.
4. Keperawatan : pelayanan yang dengan sengaja dipilih atau kegiatan yang
dilakukan untuk membantu individu, keluarga dan kelompok masyarakat dalam
mempertahankan self care yang mencakup integritas struktural, fungsi dan
perkembangan.
a. Universal self care requisite ; keperluan self care universal dan ada pada setiap
manusia dan berkaitan dengan fungsi kemanusiaan dan proses kehidupan, biasanya
mengacu pada kebutuhan dasar manusia. Universal requisite yang dimaksudkan
adalah :
d. Health deviation self care requisite : timbul karena kesehatan yang tidak sehat dan
merupakan kebutuhan-kebutuhan yang menjadi nyata karena sakit atau
ketidakmampuan yang menginginkan perubahan dalam perilaku self care.
1. Menolong klien dalam hal ini keluarga untuk keperawatan mandiri secara
terapeutik;
2. Menolong klien bergerak kearah tidakan-tidakan asuhan mandiri;
3. Membantu anggota keluarga untuk merawat anggota keluarganya yang
mengalami gangguan secara kompeten.
Dengan demikian maka fokus asuhan keperawatan pada model orem's yang
diterapkan pada praktek keperawtan keluaga/komunitas adalah sebagai berikut:
A. DEFINISI
Trend adalah sesuatu yang sedang booming, actual, dan sedang hangat
diperbincangkan. Sedangkan isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat
diperkirakan terjadi atau tidak terjadi di masa mendatang, menyangkut ekonomi,
moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat,
kematian, ataupun tentang krisis.
Jadi, trend dan isu keperawatan keluarga merupakan sesuatu yang booming,
actual, dan sedang hangat diperbincangkan serta desas-desus dalam ruang lingkup
keperawatan keluarga. Asuhan keperawatan yang diberikan berdasarkan pada
masalah kesehatan dari setiap anggota keluarga. Agar pelayanan kesehatan yang
diberikan dapat diterima oleh keluarga antara lain :
a) Harus mengerti dan memahami tipe dan struktur keluarga.
b) Tahu tingkat pencapaian keluarga dalam melakukan fungsinya.
c) Perlu pemahaman setiap tahap perkembangan dan tugas perkembangan.
Capaian Belajar
Untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemampuan keluarga dalam hal
1. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan
yang dihadapi.
2. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah kesehatan
dasar dalam keluarga.
3. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat.
4. Meningkatkan kemampuan keluarga memberikan asuhan keperawatan terhadap
anggota keluarga yang sakit.
5. Meningkatkan produktifitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya.
Capaian Belajar
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan peserta didik mampu :
1) Menjelaskan proses keperawatan keluarga secara umum dengan benar
2) Menjelaskao pengkajian dalam proses keperawatan keluarga dengan benar
3) Menjelaskan perabuatan diagnosis dalam proses keperawatan keluarga dengan
benar
4) Menjeiaskan perencanaan dalam proses keperawatan keluarga dengan benar
5) Menjelaskan implementasi dalam proses keperawatan keluarga dengan benar
6) Menjelaskan evaluasi dalam proses keperawatan keluarga dengan benar.
7) Mengerti format yang dipakai dalam proses keperawatan keluarga dengan benar
Materi
Proses keperawatan keluarga mengikuti pola keperawatan secara umum yang terdiri
dari pengkajian, perencanaan, intervensi dan implementasi serta evaluasi. Dasar dari
proses keperawatan adalah penggunaan cara-cara ilmiah dalam menyelidiki dan
menganalisa data-data sehingga mencapai kesimpulan yang logis dalam penyelesaian
masalah secara rasional.
Dalam praktiknya perawat biasanya bekerja sekah'gus dengan keluarga dan sekaligus
dengan anggota keluarga secara individu. Ini berarti perawat keluarga akan
menggunakan proses keperawatan keluarga dalam beberapa tingkat yaitu tingkat
keluarga dan tingkat individu.
Proses keperawatan keluarga secara khusus mengikuti pola keperawatan yang terdiri
dari pengkajian, perencanaan, intervensi dan implemenrasi serta evaluasi. Hubungan
amara langkah-langkah dalam proses keperawatan keluarga digambarkan pada bagan
3.2
C. ANALISA DATA
Setelah data terkumpul (dalam format pengkajian) maka selanjutnya dilakukan
analisa data yaitu mengkaitkan data dan menghubungkan dengan konsep teori dan
prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah
kesehatan dan keperawatan keluarga.
Cara analisa data adalah :
1. Validasi data, yairu merieliti kembali data yang terkumpul dalam format
pengkajian
2. Mengelompokan data berdasarkan kebutuhan biopsiko-sosial dan spiritual.
3. Membandingkan dengan standart.
4. Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang diketemukan.
2. Penyebab (etiologi)
Faktor yang berhubungan yang dapat dicerminkan dalam respon fisiologi yang
dipengaruhi oleh unsur psikososial, spirituai dan faktor-faktor lingkungan yang
dipercaya bermibongan dengan masalah baik sebagi penyebab ataupun faktor resiko.
Dikeperawatan keluarga etiologi ini mengacu kepada 5 tugas keluarga, yaitu :
a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
c. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat
membantu-dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda
d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan ( pemanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada)
3. Taada (sign)
Tanda dan gejala adalah sekumpulan data subyektif dan objektif yang diperoleh
perawat dari keluarga yang mendukung masalah dan penyebab. Perawat hanya boleh
mendokumentasikan tanda dan gejala yang paling signifikan untuk menghindari'
diagnosis keperawatan yang panjang. Tanda dan gejala dihubungkan dengan kata-
kata "yang dimanifestasikan dengan".
Perumusan diagnosa. keperawatan keluarga sama dengan diagnosa diklinik yang
dapat dibedakan menjadi 5 (lima) katagori yaitu ;
1) Aktaal (terjadi defisit/gangguan kesehatan)
Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai data yang ditemukan yaitu dengan
ciri dari pengkajian didapatakan tanda dan gejala dari gangguan kesehatan.
Diagnosa keperawatan aktual memiliki tiga komponen diantaranya adalah problem,
etiologi dan simpton
a. Problem, yang mengacu pada permasalahan yang dihadapi klien.
Contoh problem :
Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan pada balita (anak M), keluarga Bapak
T.
4) Sindrom
Adalah diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa aktual dan resiko tinggi
yang diperkirakan akan muncul karena suatu kejadian/situasi tertentu. Menurut
Nanda ada 2 diagnosa keperawatan sindrom, yaitu :
a. Syndrom trauma pemerkosaan (rape trauma Syndrome) Pada kelompok ini
menunjukan adanya tanda dan gejala misalnya : cemas, takut, sedih, gangguan
istirahat dan tidur dan Jain-lain.
b. Resiko sindrom penyalagunaan (risk for disuse Syndrome) Misalnya : resiko
gangguan proses pikir, resiko gangguan gambaran dui dan lain-lain.
c. Situasi krisis
1. Perkawinan
2. Kehamilan
3. Persalinan
4. Masa nifas
5. Menjadi orang tua
6. Penambahan anggota keluarga (bayi)
7. Abortus
8. Anak masuk sekolah
9. Anak ramaja
10. Kehilangan pekerjaan
11. Kematian anggota keluarga
12. Pindah rumah
3. Kriteria III, yaitu potensial masalah dapat dicegah. Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan adalah :
a. Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit/masalah
b. Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada.
c. Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat dalam
memperbaiki masalah.
d. Adanya kelompok "High Risk" atau kelompok yang sangat peka menambah
potensi untuk mencegah masalah.
Fokus dari intervensi keperawatan keluarga antara lain meliputi kegiatan yang
bertujuan :
1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara :
a. Memberi informasi yang tepat
b. Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan
c. Mendorong sikap emosi yang sehat yang mendukung upaya kesehatan
masalah.
2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan keluarga yang tepat,
dengan cara:
a. Mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan. Mengidentifikasi
sumber-sumber yang dimiliki keluarga.
b. Mendiskusikan teatang konsekwensi tiap tindakan.
3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota yang sakit, dengan cara:
a. Mendemonstrasikan cara.perawatan.
b. Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah.
c. Mengawasi keluarga melakukan perawatan.
4. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan
menjadi sehat, dengan cara:
a. Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.
b. Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, dengan
cara :
a. Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga.
b. Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
1. Tahap I : Fersiapan
Persiapan ini meliputi kegiatan-kegiatan :
a. Kontrak dengan keluarga (kapan dilaksanakan, berapa lama waktunya,
materi yang akan didiskusikan, siapa yang melaksanakan, anggota keluarga
yang perlu mendapatkan informasi)
b. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan.
c. Mempersiapkan lingkungan yang kondusif.
d. Mengidentifikasi aspek-aspek hukum dan etik.
Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan perawat mempunyai kesiapan secara
iisik dan psikis pada saat implementasi
2. Tahap 2 : Intervensi
Tindakan keperawatan keluarga berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab
perawat secara professional adalah :
a. Independent
Adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat sesuai dengan
kompetensi keperawatan tanpa petunjuk dan perintah dari tenaga kesehatan
lainya. Lingkup tindakan idepertdent ini adalah :
1) Mengkaji terhadap klien dan keluarga melalui riwayat keperawatan dan
pemeriksaan fisik untuk mengetahui status kesehatan klien.
2) Merumuskan diagnosa keperawatan.
3) Mengidentifikasi tindakan keperawatan.
4) Melaksanakan rencana pengukuran.
5) Merujuk kepada teaaga kesehatan lain.
6) Mengevaluasi respon klien.
7) Partisipasi dengan konsumer atau tenaga kesehatan lainnya dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
b. Interdependent.
Yaitu suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerja sama dengan tenaga
kesehatan lainya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi dan dokter dan
yang lainnya.
Misalnya dalam hal :
- Pemberian obat-obatan sesuai dengan terapi dokter. Jadi jenis, dosis dan
efek samping menjadi tanggung jawab dokter, tetapi pemberian obat
sampai atau tidak menjadi tanggung jawab perawat.
c. Dependent.
Yaitu pelaksanaan rencana tindakan medis. Misalnya dokter menuliskan
"perawatan kolostorny'. Tindakan keperawatan adalah mendefinisikan
perawatan kolostomi berdasarkan kebutuhan indifidu dari klien.
3. Tahap 3 :Dokumentasi.
Pelaksanaan tindakan keperawatn harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan
akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.
G. EVALUASI
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistimatis dan terencana
tentang kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan
cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan
Evaluasi adalah untuk meiihat kemampuan keluarga daiam mencapai tujuan.
1) Tahap Evaluasi
Evaluasi disusun menggunakan SOAP secara operaslonal dengan tahapan
dengan sumatif (dilakukan selama proses asuhan keperawatan) dan formatif
yaitu dengan proses dan evaluasi akhir. Evaluasi dapat dibagi dalam 2 jenis,
yaitu:
a. Evaluasi berjalan (sumatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk pengisian format catatan
perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yang dialami oleh
keluarga. Format yang dipakai adalah format SOAR.
b. Evaluasi akhir (formatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingfcan antara tujuan
yang akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan diantara keduanya, mungkin
semua tahap dalam proses keperawatan perlu ditinjau kembaii, agar
didapat data-data, masalah atau rencana yang perlu dimodifikasi.
2) Metode Evaluasi
Metode yang dipakai dalam evaluasi antara lain adalah :
a. Observasi langsung
b. Wawancara
c. Memeriksa laporan
d. Latihan simulasi
2. Afektif (status emosional), dengan cara observasi secara langsung, yaitu dengan
cara observasi ckspresi wajah, postur tubuh, nada suara, isi pesan secara verbal
pada waktu melakukan wawancara.
3. Psikomotor, yaitu dengan cara melihat apa yang dilakukan keluarga sesuai
dengan yang diharapkan.