Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PENGANTAR PRAKTEK KEBIDANAN

1.Partnership

2. Critical thinking and critical reasoning (konsep)

3. Informed Choic informed consent

OLEH :

KHAIRANI

LANGKAT

Dosen pembimbing : Dwi Pratiwi kasmara .M,Keb

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDAN SENIOR

TAHUN AJARAN 2021/2022

1.1. PARTNERSHIP
Partnership menurut terjemahan Google adalah “kemitraan, persekutuan, perseroan,
perkongsian, kongsi, perekanan (Translate google, 2011).

Menurut Thoby Mutis, Partnership adalah suatu strategi yang dilakukan oleh dua pihak atau
lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih manfaat bersama maupun keuntungan
bersama sesuai prinsip saling membutuhkan dan saling mengisi sesuai kesepakatan yang
muncul. Keinginan dua pihak menjalin suatu kerja sama pada prinsipnya didasari atas keinginan
masing-masing pihak agar dapat memenuhi kebutuhan usaha satu sama lain.

Dengan demikian, Partnership dapat dimaknai sebagai satu bentuk kerjasama antara dua belah
pihak atas dasar kesepakatan dan rasa saling membutuhkan dalam rangka meningkatkan
kemampuan di suatu bidang usaha tertentu atau tujuan tertentu, sehingga dapat memperoleh
hasil yang lebih baik.

Bidan adalah seorang yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan yang telah diakui
oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktek kebidanan
di negeri itu (Yulianti, Rukiah, 2011).

Pelayanan kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan dalam memberikan asuhan kebidanan
pada klien yang menjadi tanggung jawab bidan mulai dari kehamilan sampai Keluarga
Berencana (KB) termasuk kesehatan reproduksi perempuan dan pelayanan kesehatan
masyarakat.

Pemberdayaan adalah upaya mengembangkan dari keadaan kurang atau tidak berdaya menjadi
punya daya dengan tujuan dapat mencapai / memperoleh kehidupan yang lebih baik (Satria,
2008).

Partnership Bidan dalam Pelayanan Kebidanan Sebagai berikut.

A. Primary Health Care (PHC)


1. Pengertian Primary Health Care

Primary Health Care ( PHC ) adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan kepada
metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum baik oleh
individu maupun keluarga dalam masyarakat melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta
dengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap
tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri (self reliance) dan
menentukan nasib sendiri (self determination).

Pelayanan Kesehatan Primer / PHC merupakan strategi yang dapat dipakai untuk menjamin
tingkat minimal dari pelayanan kesehatan untuk semua penduduk. PHC menekankan pada
perkembangan yang bisa diterima, terjangkau, pelayanan kesehatan yang diberikan adalah
essensial bisa diraih, dan mengutamakan pada peningkatan serta kelestarian yang disertai
percaya pada diri sendiri disertai partisipasi masyakarat dalam menentukan sesuatu tentang
kesehatan.

2. Unsur Utama Primary Health Care

Tiga unsur utama yang terkandung dalam PHC adalah sebagai berikut :

a. Mencakup upaya-upaya dasar kesehatan

b. Melibatkan peran serta masyaraka

Upaya kesehatan Distribusi perawatan kesehatan menurut prinsip ini yaitu perawatan primer
dan layanan lainnya untuk memenuhi masalah kesehatan utama dalam masyarakat harus
diberikan sama bagi semua individu tanpa memandang jenis kelamin, usia, kasta, warna, lokasi
perkotaan atau pedesaan dan kelas sosial.

b. Penekanan pada upaya preventif


Upaya preventif adalah upaya kesehatan yang meliputi segalausaha, pekerjaan dan kegiatan
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dengan peran serta individu agar berprilaku
sehat serta mencegah berjangkitnya penyakit.

c. Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan

Teknologi medis harus disediakan yang dapat diakses, terjangkau, layak dan diterima budaya
masyarakat (misalnya penggunaan kulkas untuk vaksin cold storage).

d. Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian

Peran serta atau partisipasi masyarakat untuk membuat penggunaan maksimal dari lokal,
nasional dan sumber daya yang tersedia lainnya. Partisipasi masyarakat adalah proses di mana
individu dan keluarga bertanggung jawab atas kesehatan mereka sendiri dan orang-orang di
sekitar mereka dan mengembangkan kapasitas untuk berkontribusi dalam pembangunan
masyarakat. Partisipasi bisa dalam bidang identifikasi kebutuhan atau selama pelaksanaan.

e. Kerjasama lintas sektoral dalam membangun kesehatan

Pengakuan bahwa kesehatan tidak dapat diperbaiki oleh intervensi hanya dalam sektor
kesehatan formal; sektor lain yang sama pentingnya dalam mempromosikan kesehatan dan
kemandirian masyarakat. Sektor-sektor ini mencakup, sekurang-kurangnya: pertanian (misalnya
keamanan makanan), pendidikan, komunikasi (misalnya menyangkut masalah kesehatan yang
berlaku dan metode pencegahan dan pengontrolan mereka); perumahan; pekerjaan umum
(misalnya menjamin pasokan yang cukup dari air bersih dan sanitasi dasar) ; pembangunan
perdesaan; industri; organisasi masyarakat (termasuk Panchayats atau pemerintah
daerah ,organisasi-organisasi sukarela , dll).

4. Program - Program Primary health Care

Program – program PHC antara lain :

1. Asuransi kesehatan
2. Pos obat desa (POD)
3. Tanaman obat keluarga (TOGA)
4. Pos kesehatan
5. Kemitraan dengan sector diluar kesehatan
6. Peningkatan pemberdayaan masyarakat
7. Upaya promotif dan preventif
8. Pelayanan kesehatan dasar
9. Tenaga kesehatan sukarela
10. Kader kesehatan
11. Kegiatan peningkatan pendapatan (perkreditan, perikanan, industri rumah tangga)

Dalam pelaksanaan PHC harus memiliki 8 elemen essensial yaitu :

a. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit serta


pengendaliannya
b. Peningkatan penyedediaan makanan dan perbaikan gizi
c. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar
d. Kesehatan Ibu dan Anak termasuk KB
e. Imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama
f. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemic setempat
g. penyakit umum dan ruda paksa
h. Penyediaan obat-obat essensial

5. Tujuan Primary Health Care

a. Tujuan Umum

Mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang diselenggarakan


sehingga akan dicapai tingkat kepuasaan pada masyarakat yang menerima pelayanan.

b. Tujuan Khusus

1. pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayani


2. pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dialami
3. pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang dilayani
4. pelayanan harus secara maksimum menggunakan tenaga dan sumber-sumber daya lain
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

6. Ruang Lingkup primary health care

a. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara

b. pencegahan penyakit serta pengendaliannya.

c. Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi

d. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar.

e. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana

f. Immuniasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama

g. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemik setempat

h. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa.

i. Penyediaan obat-obat essensial.

7. Ciri-Ciri Primary Health Care

a. Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat

b. Pelayanan yang menyeluruh

c. Pelayanan yang terorganisasi

d. Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat

e. Pelayanan yang berkesinambungan

f. Pelayanan yang progresif


g. Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga

h. Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah satu aspek saja

8. Fungsi Primary Health Care

PHC hendaknya memenuhi fungsi-fungsi sebagai berikut:

1. Pemeliharaan kesehatan

2. Pencegahan penyakit

3. Diagnosis dan pengobatan

4. Pelayanan tindak lanjut

5. Pemberian sertifikat

B. Women Centered Care

 PengertianWomen Centered Care

adalah istilah yang digunakanuntuk filosofi asuhan maternitas yang memberi prioritaspada
keinginan dan kebutuhan pengguna, danmenekankan pentingnya informed choice,
kontinuitasperawatan, keterlibatan pengguna, efektivitas klinis, respondan aksesibilitas.

 Prinsip-prinsip Women Centered Care


1. Memastikan perempuan menjadi mitra yang sejajar dalam perencanaan dan pemberian
perawatan maternitas
2. Mengenali layanan yang ada untuk memenuhi kebutuhan merekadan keinginan,
daripada orang-orang staf atau manajer
3. Memberikan informasi pilihan perempuan dalam hal pilihan yang tersedia selama
kehamilan, persalinan dan periodepascanatal -seperti yang menyediakan perawatan, di
mana itu diberikan dan apa yang mengandung
4. Memberikan kesinambungan perempuan sehingga mereka mampu membentuk
hubungan saling percaya dengan orang-orang yang peduli untuk mereka
5. Memberikan kontrol perempuan atas keputusan-keputusan kunci yang mempengaruhi
isi dan kemajuan perawatan mereka.
 Bentuk Women Center Care

Bentuk-bentuk women Center Care di Indonesia merupakan progam untuk menurunkan angka
kematian ibu yang merujuk pada progam sedunia yang didukung oleh WHO yaitu:

1. Safe Motherhood
2. The mother Friendly Movement Tahun 1996 yang diterjemahkansebagai Gerakan
Sayang Ibu (GSI)
3. Live Saving Skill
4. Komunikasi Interpersonal dan konseling
5. Asuhan Persalinan Dasar (APD) yang kemudian berkembang menjadi AsuhanPersalinan
Normal (APN)Tahun 2000
6. Making Pregnancy Safer (MPS) tahun 2000
7. IBI mengeluarkan standar asuhan kebidanan dan usulan peningkatan pendidikan
Kebidanan dari D1, D3, D4, S2

C. Empowering Women

Empowering woman adalah pemberdayaan perempuan. Pemberdayaan adalah suatu


proses memberi kekuatan dan penguatan. Bidan melalui pendekatannya kepada perempuan
akan meningkatkan energi dari dalam diri klien (Morten,2008)

Empowering Women adalah suatu proses dalam memberi kekuasaan dan kekuatan.
Bidan melalui penampilan dan pendekatannya akan meningkatkan energi dan sumber dari
dalam diri klien. Indikatornya antara lain : penguatan/penegasan (affirmation), memvalidasi,
menyakinkan kembali dan memberi dukungan (support).

Contoh dari pemberdayaan wanita salah satunya yaitu Ibu dan keluarga mempunyai
kebijaksanaan dan seringkali tau kapan mereka akan melahirkan. Keyakinan dan kemampuan
ibu untuk melahirkan dan merawat bayi bisa ditingkatkan atau dihilangkan oleh orang yang
memberikan asuhan padanya dan oleh lingkungan dimana ia melahirkan. Jika kita bersikap
negatif atau kritis, hal ini akan mempengaruhi si ibu. Hal ini juga dapat mempengaruhi lamanya
waktu persalinan. Kita, sebagai bidan, harus membantu ibu yang melahirkan daripada untuk
mencoba mengontrol persalinannya. Kita harus menghormati bahwa ibu adalah aktor utama
dan penolong persalinan adalah aktor pembantu selama proses kelahiran.

D.Trustss

Kepercayaan adalah suatu keadaan yang terjadi ketika seorang mitra percaya keandalan serta
kejujuran mitra nya

Kepercayaan melibatkan kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu karena keyakinan
bahwa mitra nya akan memberikan apa yang ia harapkan yang umum nya dimiliki seseorang
bahwa kata,janji atau pernyataan orang lain dapat di percaya ( barnes,2003 :148)

Sheth(2004), Mendefinisikan kepercayaan Sebagai Berikut "Trust is a willingness to reply on the


ability,intergrity and motivation of the other farty to act to serve the need and interests as a
agreed upon lmplicitly or explicitly.

Pengertian kepercayaan tersebut memiliki beberapa hal penting sebagai berikut:

1. Konsumen yang memiliki kepercayaan akan bersedia untuk bergantung pada penyedia
jasa dan juga bersedia untuk melakukan tindakan untuk penyedia jasa.
2. memiliki tiga aspek dari karakteristik penyedia jasa yaitu ability, intergrity,
motivation.pertama Tama konsumen akan menilai apakah provider cukup kompeten
untuk menjalankan kewajibannya dan melayani konsumen.kedua konsumen akan
menilai apakah perusahaan memiliki integritas ,dimana konsumen dapat percaya pada
pekerjaan perusahaan.terakhir konsumen mempercayai bahwa penyedia jasa memiliki
motivasi untuk tidak melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan harapan konsumen.
3. yang dipercaya akan menjaga pihak yang lain, memperlihatkan kebutuhan dan harapan
pihak lain tersebut,bukan hanya memperhatikan kebutuhan dan harapannya sendiri.
1.2.CRITICAL THINKING AND CRITICAL REASONING (KONSEP)

ERPIKIR KRITIS (CRITICAL THINKING)

Berpikir kritis (critical thinking) adalah proses disiplin intelektual aktif dan kemahiran dalam
mengkonsep, menerapkan, mensintesa, dan atau mengevaluasi informasi dari hasil
pengumpulan atau ditimbulkan dari pengamatan, pengalaman,

perenungan, penalaran atau komunikasi sebagai petunjuk yang dapat dipercaya dan dalam
bertindak. Berpikir kritis berdasarkan nilai-nilai akal budi yang sesuai dengan“subject-matter”
dan mencakup kejernihan, ketelitian, ketepatan, bukti, kesempurnaan dan kejujuran. Berpikir
kritis sangat penting dalam mengevaluasi informasi yang diterima, mengurangi resiko bertindak
yang mendasari penalaran salah.

Seseorang dapat dikatakan berpikir kritis bila mempunyai dua aspek, yaitu: cognitif skills dan
kemampuan intelektual untuk menggunakan skills tersebut sebagai petunjuk dalam bertindak.

Berpikir kritis tidak menjamin akan tercapainya suatu kebenaran atau kesimpulan yang benar.
Pertama, mungkin tidak punya semua informasi yang sesuai, mungkin informasi yang penting
tidak diketahui. Kedua, kemungkinan karena bias seseorang dalam menemukan dan
mengevaluasi informasi. Setiap orang harus menyadari kemungkinan keliru dalam dirinya
sendiri, dengan (1) menerima bahwa setiap orang mempunyai bias yang tidak disadari, oleh
karena itu meminta pendapat yang refleksif; (2) mengevaluasi kembali sebelum mempercayai
sesuatu; (3) menyadari bahwa setiap orang memiliki beberapa “blind spot”.

dari berpikir kritis adalah kreatif, logis dan rasional, berhati-hati dan mencari informasi,
sistematik dan sesuai dengan intelektual. Oleh karena itu seorang yang berpikir kritis akan
mengajukan pertanyaan anatara lain sebagai berikut: (1) apa yang bisa saya jadikan jaminan; (2)
apakah saya sudah ‘menjelajahi’ semua pandangan; (3) apakah saya mengerti pertanyaannya;
(4) informasi apa yang saya perlukan.8

Beberapa cara untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis, yaitu:2,6,8,9


1. Meningkatkan kemampuan membaca secara kritis, dengan (a) menggaris bawahi ide utama
yang dibaca; (b) belajar bersama dan mencocokkan apakah ide utama yang dibuat sama dengan
anggota kelompok lainnya; (c) menulis apa yang menjadi ide utama dalam suatu bacaan dalam
kata-kata sendiri.

2. Meningkatkan kemampuan mendengarkan secara kritis, dengan (a) membuat-point-point


yang penting; (b) fokus pada apa yang pembicara katakan dan mendengar point-point
utamaatau kunci.

3. Meningkatkan kemampuan mengamati secara kritis, dengan (a) menghapuskan beberapa


batasan yang ada dalam pikiran; (b) batasi atau kurangi beberapa gangguan;

(c) bertanya pada diri sendiri apakah telah mengerti apa yang menjadi point yang paling
penting; (d) menciptakan ‘jalan baru’ dalam mengamati sesuatu; (e) selalu melihat diluar
situasi.

4. Meningkatkan kemampuan menganalisis secara kritis, dengan (a) ‘memelihara’ beberapa


logika yang jelas dan akurat; (b) mengambil semua perincian sebagai pertimbangan; (c)
menggunakan proses sistematik dan scientifically-based; (d) menggunakan cognitive and
psychomotor skills.

Berpikir kritis dalam clinical practise merupakan suatu proses intelektual dari penerapan proses
penalaran yang mahir, sebagai petunjuk ‘untuk dipercaya’ atau bertindak. Dengan maksud
tertentu, proses berpikir dalam usaha untuk memecahkan masalah. Berpikir kritis adalah
kemampuan yang utama dalam penyediaan pelayanan.kesehatan yang professional. Betapa
pentingnya berpikir kritis ‘dibangun’ dalam praktek kedokteran, sehingga sesuai dengan
intelektual standard serta keahlian dalam menggunakan penalaran, kemampuan untuk
menggunakan “thinking skills” dan kemampuan untuk mengambil pertimbangan klinis yang
aman. Penalaran klinis merupakan proses dalam memecahkan masalah dengan menggunakan
critical thinking.

PENALARAN KLINIS (CLINICAL REASONING)


Seorang dokter haruslah membuat keputusan berdasarkan apa yang menjadi masalah, apa
diagnosanya, apakah yang akan dilakukan, apa yang harus diperbuat. Pada kenyataan, apa yang
dilakukan dokter dalam mempertimbangkan keputusan dan proses apa yang digunakan dalam
pengambilan keputusan, adalah dasar penalaran klinis.

Penalaran klinis (clinical reasoning) adalah suatu proses dimana seorang dokter memusatkan
pikiran mereka ke arah diagnosa yang memungkinkan berdasarkan

campuran pola pengenalan dan penalaran deduktif hipotetik. Proses penalaran tergantung
kepada pengetahuan medis di suatu wilayah seperti prevalensi penyakit dan
mekanismepatofisologi.

Berpikir menuju penentuan suatu diagnosa menjadi bagian dari proses penalara klinis. Ada
beberapa proses penentuan diagnosis, yaitu berdasarkan.

A. Pola induktif

Pola berpikir induktif adalah pola berpikir yang dulu biasanya diajarkan pada pendidikan
kedokteran, berpangkal pada pengumpulan data klinik subjektif dengan anamesis lengkap dan
pengumpulan data klinik objektif dengan pemeriksaan fisik yang lengkap dan pemeriksaan
penunjang. Data klinik tersebut dikumpulkan dan disusun sedemikian rupa sampai terlihat
sesuai dengan satu atau beberapa penyakit. Apabila lebih dari satu, diambil keputusan satu
penyakit yang paling besar kemungkinannya sebagai diagnosis sementara atau diagnosis kerja,
sedangkan yang lain sebagai diagnosis banding.

B. Pola deduktif

hipotetikCara berpikir deduktif hipotetik berpangkal pada pertanyaan: “Apa yang salah pada
pasien ini?” Hipotesis awal yang umum adalah bahwa ada sesuatu penyakit pada pasien
tersebut. Persoalannya adalah apa penyakitnya. Perbedaan dengan cara induktif adalah pada
interpretasi data klinik, pada cara deduktif setiap data yang masuk sudah dilakukan
persangkaan atau hipotesis. Hipotesis awal biasanya banyak dan masih bersifat umum berupa
masalah atau kelainan organ dan sistem atau berbagai kemungkinanpenyakit.

Dengan masuknya data baru, hipotesis menjadi semakin sempit sampai data klinik habis, yang
akhirnya sampai pada diagnosis kerja dan diagnosis banding atau diagnostik pasti. Jadi hipotesis
dapat berubah setiap ada data baru, oleh karena itu hipotesis dibuat berulang-ulang.

Apabila dianalisis secara dalam, sebenarnya ada dua spektrum hipotesis, yaitu:hipotesis yang
paling mungkin dan hipotesis yang paling tidak mungkin. Namun hipotesis yang paling tidak
mungkin hanya dipikiran saja dan secara otomatis disingkirkan. Proses berpikir pola deduktif
hipotetik berpangkal pada urutan dalil pokok yang tidak terbantahkan.

Cara berpikir deduktif hipotetik sangat baik bila gejala dan tanda yang muncul sangat
membingungkan, serta pada pasien dengan berbagai penyakit. Pola berpikir deduktif hipotetik
banyak dipakai oleh para spesialis.

C. Pola deduktif hipotetik integratif.

Pola berpikir deduktif hipotetik integratif memiliki dasar yang sama dengan pola deduktif
hipotetik, perbedaannya terletak pada arah berpikir dan bentuk hipotesisnya. Pada pola
deduktif hipotetik, hipotesis sudah mengarah ke satu atau beberapa kemungkinan penyakit.
Sedangkan pola berpikir deduktif hipotetik integratif, pikiran tidak ditujukan kea rah penyakit,
tetapi dikembangkan ke dua arah, yaitu kearah anatomi dan kearah etiologi yang kemudian
diintegrasikan. Pola berpikir deduktif hipotetik integratif sangat cocok untuk pembelajaran
berdasarkan masalah (problem based learning). Yang diperlukan adalah pemahaman yang
seksama tentang timbulnya gejala, patofisiologi dan patogenesis. Selain itu, diperlukan
penguasaan sistematik ilmu kedokteran secara mendalam sampai tingkat jaringan, sel, bahkan
biomolekuler. Keuntungan yang didapat dari pola berpikir deduktif

hipotetik integratif adalah:

1. Proses berpikir secara bertahap menuju diagnosis.


2. Bila situasi klinik sangat kompleks, telah dapat melokalir masalah.

3. Proses berpikir lebih cepat, sangat bagus bila pasien yang akan diobati banyak.

4. Pemeriksaan jasmani cukup mengikuti hipotesis yang dibut setelah hipotesis pada akhir
anamnesis.

1.3. INFORMED CHOISE DAN INFORMED CONSENT

1. Inform choice

a. Pengertian

Inform choice yaitu membuat pilihan setelah mendapat penjelasan dalam pelayanan kebidanan
tentang alternatif asuhan yang akan didapatkannya.

b. Peran bidan dalam inform choice


Peran bidan tidak hanya membuat asuhan dalam manajemen asuhan kebidanan tetapi juga
menjamin bahwa hak wanita untuk memilih asuhan dan keinginannya terpenuhi. Hal ini sejalan
dengan kode etik internasional bidan yang dinyatakan oleh ICM 1993, bahwa bidan harus
menghormati hak wanita setelah mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk
menerima tanggung jawab untuk hasil dari pilihannya.

Sebagai seorang bidan dalam memberikan inform choice kepada klien harus:

1) Memperlakukan klien dengan baik

2) Berinteraksi dengan nyaman

3) Memberikan informasi obyektif, mudah dimengerti dan diingat serta tidak berlebihan.

4) Membantu klien mengenali kebutuhannya dan membuat pilihan yang sesuai dengan
kondisinya

5) Mendorong wanita memilih asuhannya

Selain itu, beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses inform choice:

1) Bidan harus terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

2) Bidan wajib memberikan informasi secara rinci, jujur dan dimengerti klien

3) Bidan harus belajar untuk membantu klien melatih dari dalam menggunakan haknya dan
menerima tanggungjawab untuk keputusan yang mereka ambil.

4) Asuhan berpusat pada klien

5) Tidak perlu takut pada konflik tetapi menggapnya sebagai suatu kesempatan untuk saling
memberi dan mungkin suatu penilaian ulang yang objektif, bermitra dengan klien dan suatu
tekanan positif terhadap perubahan.

c. Prinsip Inform choice

Hal yang harus diingat dalam inform choice:


1) Inform choice bukan sekedar mengetahui berbagai pilihan namun mengerti manfaat dan
risiko dari pilihan yang ditawarkan

2) inform choicetidak sama dengan membujuk/memaksa klien mengambil keputusan yang


menurut orang lain baik (“...biasanya saya/rumah sakit ...”)

d. Contoh inform choicedalam pelayanan kebidanan

1) Pemeriksaan laboratorium dan screening antenatal

2) Tempat melahirkan dan kelas perawatan

3) Masuk kamar bersalin pada tahap awal persalinan

4) Pendamping waktu melahirkan

5) Metoda monitor denyut jantung janin

6) Percepatan persalinan/augmentasi

7) Diet selama proses persalinan

8) Mobilisasi selama proses persalinan

9) Pemakaian obat penghilang sakit

10) Pemecahan ketuban secara rutin

11) Posisi ketika melahirkan

12) Episiotomy

13) Keterlibatan suami waktu bersalin

14) Cara memberikan minum bayi

2. Inform consent
a. Pengertian

Persetujuan penting dilihat dari sudut pandang bidan, karena berkaitan dengan askep hukum
yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang akan dilakukan oleh bidan. Ada
beberapa pengertian inform consent yaitu:

1) Secara etimologis: inform (sudah diberikan informasi) dan consent(persetujuan atau izin)

2) Persetujuan dari pasien atau keluarganya terhadap tindakan medik yang akan dilakukan
terhadap dirinya atau keluarganya setelah mendapapenjelasan yang adekuat dari
dokter/tenaga medis.

3) Menurut D. Veronika Komalawati, SH, “inform consent” dirumuskan sebagai “suatu


kesepakatan/persetujuan pasien atas upaya medis yang akan dilakukan dokter terhadap dirinya
setelah memperoleh informasi dari dokter mengenai upaya medis yang dapat dilakukan untuk
menolong dirinya disertai informasi mengenai segala resiko yang mungkin terjadi.

Perkembangan inform consent di Indonesia tidak lepas dari perkembangan masalah serupa di
Negara lain. Declaration of Lisbon (1981) dan Patient Bill of Right (American Hospital
Association,1972) pada intinya menyatakan bahwa pasien mempunyai hak menerima dan
menolak pengobatan dan hak menerima informasi dari bidan sebelum memberikan
persetujuan atas tindakan medis. Hal ini berkaitan dengan hak menentukan diri sendiri (the
right to self determination) sebagai dasar hak asasi manusia dan hak pasien untuk
mendapatkan informasi yang jelas tentang penyakitnya dan tindakan maupun alternative
tindakan yang akan dilakukan kepadanya, dari sudut pandang inilah inform consentdapat dilihat
sebagai upaya mencegah terjadinya paksaan atau merupakan pembatasan otoriter bidan
terhadap kepentingan pasien (Hanafiah, 2009).

Pasal 56 ayat (1) Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan: setiap orang berhak
menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan pertolongaan yang akan diberikan
kepadanya setelah menerima dan memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara
lengkap.
Informasi disampaikan dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh pasien, tidak banyak
menggunakan istilah medis, serta tutur bahasa yang dapat menimbulkan kepercayaan pasien
terhadap dokter.

Di Indonesia terdapat ketentuan inform consent yang diatur antara lain pada peraturan
pemerintah no 18 tahun 1981 yaitu:

1) Menusia dewasa sehat jasmani dan rohani berhak sepenuhnya menentukan apa yang
hendak dilakukan terhadap tubuhnya.

2) Semua tindakan medis memerlukan inform consent secara lisan maupun tertulis

3) Setiap tindakaan medis yang mempunyai resiko cukup besar, mengharuskan adanya
persetujuan tertulis yang ditandatangani pasien, setelah sebelumnya pasien memperoleh
informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan medis yang bersangkutan serta resikonya.

4) Untuk tindakan yang tidak termasuk dalam butir 3, hanya dibutuhkan persetujuan lisan atau
sikap diam

5) Informasi tentang tindakan medis harus diberikan kepada pasien, baik diminta muupun tidak
diminta oleh pasien. Menahan informasi tidak boleh, kecuali bila dokter/bidan menilai bahwa
informasi tersebut dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien. Dalam hal ini dokter dapat
memberikan informasi kepada keluarga terdekat pasien. Dalam memberikan informasi kepada
keluarga terdekat dengan pasien, kehadiran seorang perawat/paramedis lain sebagai saksi
adalah penting.

6) Isi informasi mencakup keuntungan dan kerugian tindakanmedis yang direncanakan

b. Bentuk inform consent

Inform consent terdiri dari 2 bentuk yaitu:

1) Implied consent
Yaitu perstujuan yang dianggap telah diberikan walaupun tanpa pernyataan resmi yaitu pada
keadaan emergency yang mengancam jiwa pasien, tindakan penyelamatan kehidupan tidak
memerlukan persetujuan medik.

2) Expressed consent

Yaitu persetujuan tindakan medik yang diberikan secara explicit baik secara lisan maupun
tertulis.

c. Fungsi inform consent

Fungsi inform consentyaitu:

1) Penghormatan terhadap harkat dan martabat pasien selaku manusia

2) Promosi terhadap hak untuk menentukan nasibnya sendiri

3) Membantu kelancaran tindakan medis sehingga diharapkan dapat mempercepat proses


pemulihan

4) Untuk mendorong dokter melakukan kehati-hatian dalam mengobati pasien (rangsangan


pada profesi medis untuk introspeksi/evaluasi diri) sehingga dapat mengurangi efek samping
pelayanan yang diberikan.

5) Menghindari penipuan oleh dokter

6) Mendorong diambil keputusan yang lebih rasiional

7) Mendorong keterlibatan public dalam masalaah kedokteran dan kesehatan

8) Sebagai suuatu proses edukasi masyarakat dalam bidang kedokteran dan kesehatan
(keterlibatan masyarakat)

9) Meningkatkan mutu pelayanan.

d. Tujuan inform consent


Tujuan inform consentyaitu untuk melindungi pasien dan tenaga kesehatan dalam memberikan
tindakan medik baik itu tindakan pembedahan, invasive, tindakan lain yang mengandung risiko
tinggi maupun tindakan medik/pemeriksaan yangbukan pembedahan, tidak invasive, tidak
mengandung risiko tinggi, pasien tidak sadar, dalam keadaan darurat untuk menyelamatkan
jiwa pasien.

e. Unsur inform consent

Suatu inform consent baru sah diberikan oleh pasien jika memenuhi minimal 3 unsur sebagai
berikut:

1) Keterbukaan informasi yang cukup diberikan oleh bidan

2) Kompetensi pasien dalam memberikan persetujuan

3) Kesukarelaan (tanpa paksaan atau tekanan) dalm memberikan persetujuan.

f. Dimensi inform consent

Dimensi inform consentyaitu:

1) Dimensi hukum, merupakan perlindungan baik untuk pasien maupun bidan yang berperilaku
memaksakan kehendak, memuat:

a) Keterbukaan informasi antara bidan dengan pasien

b) Informasi yang diberikan harus dimengerti pasien

c) Memberi kesempatan pasien untuk memperoleh yang terbaik

2) Dimensi Etik, mengandung nilai-nilai:


a) Menghargai kemandirian/otonomi pasien

b) Tidak melakukan intervensi melainkan membantu pasien bila diminta atau dibutuhkan sesuai
dengan informasi yang diberikan

c) Bidan menggali keinginan pasien baik secara subyektif atau hasil pemikiran rasional

g. Penerapan inform consentdi Rumah Sakit

Penerapan persetujuan tindakan medik berdasarkan SK Dirjen Pelayanan Medik No. HR.
00.06.3.5.1866 tanggal 21 April 1999 diantaranya:

1) Persetujuan atau penolakan tindakan medik harus kebijakan dan prosedur (SOP) dan
ditetapkan tertulis oleh pimpinan RS

2) Memperoleh informasi dan pengelolaan, kewajiban dokter

h. Pembuatan dan penggunaan inform consent

Hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan inform consent:

1) Tidak harus selalu tertulis

2) Tindakan bedah (invasive) sebaiknya dibuat tertulis

3) Fungsi inform consenttertulis lebih memudahkan pembuktian bila kelak ada tuntutan

4) inform consenttidak berarti sama sekali bebas dari tuntutan bila dokter melakukan

kelalaian

Menurut Culver and Gert ada 4 komponen yang harus dipahami pada suatu consent atau
persetujuan:

1) sukarela (Voluntariness): tanpa ada unsur paksaan didasari informasi dan kompetensi
2) informasi (information): dalam berbagai kode etik pelayanan kesehatan bahwa informasi
yang lengkap dibutuhkan agar mampu mengambil keputusan yang tepat.

3) Kompetensi (Competence): seseorang membutuhkan sesuatu hal untuk mampu membuat


keputusan yang tepat

4) Keputusan (decision): pengambilan keputusan merupakan suatu proses dimana merupakan


persetujuan tanpa refleksi. Pembuatan keputusan merupakan tahap terakhir proses pemberian
persetujuan. Keputusan

DAFTAR PUSTAKA

 https://id.scribd.com/document/456220634/MAKALAH-MODEL-PRAKTIK-
KEBIDANAN-PARTNERSHIP
 http://repo.unand.ac.id/19718/1/Panduan%20KK%205A.pdf
 https://pdfcoffee.com/makalah-askeb-kehamilan-2-pdf-free.html
 https://veebihai.ee/85241277/
 https://www.academia.edu/40814876/TUGAS_KONSEP_KEBIDANAN

Anda mungkin juga menyukai