Anda di halaman 1dari 5

Tugas Mata Kuliah Evidence Based Dalam

Praktek Kebidanan
" Metode Penelitian"

Disusun Oleh :

Ernawati Br sembiring
Langkat

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SENIOR


MEDAN
TAHUN AJARAN 2021 /2022
HUBUNGAN BBLR DAN ASI EKSLUSIF DENGAN KEJADIAN STUNTING DI

PUSKESMAS LIMA PULUH PEKANBARU | Fitri

Stunting merupakan salah satu indikasi buruknya status gizi pada anak. Prevalensi
stunting di Indonesia sebesar 37,2%. Angka kejadian bayi dengan BBLR sebanyak 10,2%
dan pencapaian ASI ekslusif 30,2%. Survey di Puskesmas Lima Puluh kota Pekanbaru
Provinsi Riau didapatkan dari 18 orang balita yang di ukur, 13 orang diantaranya
mengalami stunting. Hasil wawancara memperlihatkan bahwa 3 orang diantaranya lahir
dengan BBLR dan 5 orang tidak diberikan ASI ekslusif. Tujuan penelitian untuk
mengetahui hubungan berat badan lahir rendah (BBLR) dan ASI ekslusif dengan kejadian
stunting di Puskesmas Lima Puluh Pekanbaru. Jenis penelitian analitik kuantitatif dengan
desain cross sectional. Populasi berjumlah 300 orang balita, sampel 75 responden dengan
teknik accidental sampling. Analisis data secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian
diperoleh sebanyak 25 orang (33,3%) balita mengalami stunting, balita dengan BBLR
sebanyak 22 orang (29,3%) dan yang tidak diberikan ASI ekslusif sebanyak 55 orang
(73,3%). Ada hubungan yang bermakna antara berat badan lahir rendah (BBLR) dengan
kejadian stunting dimana p value 0.000 dan terdapat hubungan antara pemberian ASI
ekslusif dengan kejadian stunting diperoleh nilai p value 0.021 artinya p<0,05. Dapat
disimpulkan terdapat hubungan antara BBLR dan ASI eklusif dengan kejadian stunting,
maka Ha diterima.

Keywords

Exclusive breastfeeding; Low birth weight (BBLR); Stunting


1. Judul Penelitian : hubungan BBLR dan ASI eksklusif dengan
kejadian stunting di pukesmas lima puluh pekan baru
2. Jenis Penelitian : Analitik kuantitatif dengan desain cross sectional
3. Hasil Penelitian :
 Balita mengalami stunting sebanyak 25 orang ( 33,3 %)
 Balita dengan BBLR sebanyak 22 orang ( 29,3%)
 Balita tidak diberikan ASI eksklusif sebanyak 55 orang(73,3 %)
 Kuantitatif/ Kualitatif : jenis analisis adalah penelitian kuantitatif
 Deskriptif/Analitik : Analitik

References

 Almatsier S. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama; 2003.
 Alrahmad, A. H., Miko, A., & Hadi, A. (2010). Kajian Stunting pada anak balita ditinjau
dari pemberian ASI ekslusif, MP-ASI, status imunisasi dan karakteristik keluarga di kota
Banda Aceh. Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes RI Aceh, 1–13.
https://doi.org/10.1103/PhysRevB.69.161303
 Anisa, P. (2012). Faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian Stunting pada balita
usia 25 – 60 bulan di kelurahan Kalibaru Depok Tahun 2012. Universitas Indonesia.
 Anugraheni, H. S., & Kartasurya, M. I. (2012). Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak
Usia 12-36 Bulan Di Kecamatan Pati, Kabupaten Pati. Journal of Nutririon College, 1(1),
30–37.
 Ariani, A. P. (2014). Aplikasi Metodologi Penelitian Kebidanan dan Kesehatan Reproduksi
(Pertama). Yogyakarta.
 Fenn, B., Morris, S. S., & Frost, C. (2004). Do childhood growth indicators in developing
countries cluster ? Implications for intervention strategies, 7(7), 829–834.
https://doi.org/10.1079/PHN2004632
 Festy, P. (2009). Analisis faktor risiko pada kejadian berat badan lahir rendah di
Kabupaten Sumenep, 1–13.
 Fitri. (2012). Berat lahir sebagai faktor dominan terjadinya Stunting pada balita (12-59
bulan) di Sumatera (Analisis Data Riskesdas 2010). Universitas Indonesia.
 Kartiningrum, E. D. (2015). Faktor Resiko Kejadian Gizi Kurang pada Balita di Desa
Gayaman Kecamatan Mojoanyar Mojokerto. Hospital Majapahit, 7(2), 68–80. Retrieved
from http://ejurnalp2m.poltekkesmajapahit.ac.id/index.php/HM/article/view/111/158
 Kemenkes. (2013). Riset kesehatan dasar (RISKESDAS) 2013.

 Martins, V. J. B., Florê, T. M. M. T., Santos, C. D. L., Vieira, M. D. F. A., & Sawaya, A. L.
(2011). Long-Lasting Effects of Undernutrition, 1817–1846.
https://doi.org/10.3390/ijerph8061817
 Oktarina, Z., & Sudiarti, T. (2014). Faktor Risiko Stunting Pada Balita (24—59 Bulan) Di
Sumatera. Jurnal Gizi Dan Pangan, 8(3), 175–180. Retrieved from
http://jesl.journal.ipb.ac.id/index.php/jgizipangan/article/view/7977
 Rahayu, L. S., & Sofyaningsih, M. (2011). Pengaruh BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dan
Pemberian ASI Eksklusif terhadap Perubahan Status Stunting pada Balita di Kota dan
Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Peran Kesehatan Masyarakat Dalam Pencapaian
MDG’s Di Indonesia, (April 2011), 160–169. Retrieved from
http://journal.unsil.ac.id/jurnal/prosiding/9/9leni_19.pdf.pdf
 Saraswati, E., & Sumarno, I. (1998). Risiko Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (Kek) Dan
Anemia Untuk Melahirkan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (Bblr). Jurnal
Penelitian Gizi Dan Makanan. Retrieved from
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/pgm/article/view/2339
 Senbanjo, I. O., Oshikoya, K. A., Odusanya, O. O., & Njokanma, O. F. (2011). Prevalence
of and Risk factors for Stunting among School Children and Adolescents in Abeokuta ,
Southwest Nigeria, 29(4), 364–370.
 Sinaga, S. J. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Stunting pada
balita di Kelurahan Langensari, 1–12.
 The, E., & Journal, T. (2007). Nutritional status and risk factors of chronic malnutrition in
children under five years of age i ...
 Yustiana, K. (2013). Perbedaan panjang badan bayi baru lahir antara ibu hamil KEK dan
tidak KEK, 1–24.

Anda mungkin juga menyukai