Anda di halaman 1dari 21

MODUL

MODUL
Gawat darurat
Maternal
KONSEP dan neonatal
dan basic life supports
KEBIDANAN
“Retansio plasenta"

DOSEN PEMBIMBING
Sartini Bangun SPD,M.kes
Wardati humaira,SST,M.kes
Hanna Sriyanti SST,M.kes

POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN


PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN
DISUSUN OLEH : MEDAN
KELOMPOK 12
1. Siti Nurbaya (P07524120080)
OLEH:
2. Sopiatun Anisa HALAM PENGESAHAN
( P07524120081)
Tim Pengajar
3. Syinta Pria Hartati
Konsep kebidanan 1.Mata Kuliah : GADAR
( 07524120082)
2.Judul Modul : RETANSIO PLASENTA
3.Penyusun Modul : KELOMPOK 12
 Siti Nurbaya (P07524120080)
 Sopiatun Anisa ( P07524120081)
 Syinta Pria Hartati ( 07524120082)
4.Institusi : POLTEKKES KEMENKES MEDAN

Medan, 18 April 2022

VISI DAN MISI


PROGRAM STUDI KEBIDANAN MEDAN

VISI:

1
Menjadikan institusi yang unggul dan kompetitif,dalam menyediakan tenaga
kesehatan di tingkat nasional dan siap bersaing ditingkat internasional tahun
KATA PENGANTAR

2024

MISI:

1. Menyelenggarakan tri dharma perguruan tinggi,yang kompetitif


mengikuti perkembangan IPTEK
2. Mempersiapkan SDM dibidang kesehtan yang professional,bermoral,dan
beretika,dan siap bersaing ditingkat nasional dan internasional
3. Memperkuat jejaring dengan pemerintah,maupun swasta tingkat nasional
dan internasional

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat dan petunjuknya sehingga modul “Gawat darurat
Maternal dan Neonatal dan Basic life supports dalam judul “Retansio
Plasenta” dapat diselesaikan sebagai mana mestinya meskipun dalam bentuk

2
DAFTAR ISI

yang sederhana dan masih terdapat kekurangan yang masih memerlukan


perbaikan seperlunya.

saya menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian modul ini tidak dapat kami
selesaikan tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu patutlah kiranya saya sampaikan rasa syukur dan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu.Untuk itu semoga modul yang Kami
buat ini dapat bermanfaat untuk kita semua penggunanya.

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ 1
VISI/MISI........................................................................................................ 2
KATA PENGANTAR.................................................................................... 3
DAFTAR ISI................................................................................................... 4
TOPIK.............................................................................................................

3
TI NJAUN KEILMUAN ............................................................................... 5
RINGKASAN MATERI................................................................................ 6
KESIMPULAN...............................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................22

MODUL 1

I. TOPIK
RETANSIO PALSENTA

II. TINJAUAN KEILMUAN

4
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahimnya plasenta hingga atau melebihi
waktu 30 menit setelah bayi lahir (Prawirohardjo, 2002:178), Sebab-sebab dari retensio
plasenta:

a. Plasenta belum lepas dari dinding uterus atau


PENGERTIAN RETANSIO PLASENTA

b. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan

Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perdarahan, jika lepas sebagian terjadi
perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.

Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena :

a. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva).


b. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua
sampai miometrium sampai dibawah peritonium (plasenta akreta perkreta)
(Prawirohardjo, S. 2002:656-657).

Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan oleh tidak
adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III sehingga terjadi
lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta
(inserasio plasenta) (Prawirohardjo, S. 2002:656 657).

Kejadian retensio plasenta berkaitan dengan grandemultipara dengan


implantasi plasenta dalam bentuk plasenta adhesive, plasenta akreta,
plasenta inkreta dan plasenta perkreta (Manuaba, IGB. 1998: 301).

III. RINGKASAN MATERI

Retensio plasenta adalah tertahannya plasenta atau belum lahirnya plasenta hingga Atau
melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir (Saifuddin, 2007).

Retensio plasenta adalah Tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi
waktu 30 menit setelah bayi Lahir.

Plasenta tersebut harus segera dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya Perdarahan dan
dapat menyebabkan infeksi karena dianggap benda asing.

Dalam Prakteknya bidan mempunyai kewenangan dan kompetensi untuk melakukan prosedur
Plasenta manual. Bidan berwenang melakukan tindakan plasenta manual bila terdapat Tanda-

5
tanda adanya perdarahan. Bila setelah 30 menit plasenta tidak lepas dan tidak ada Perdarahan
bidan hasrus segera merujuknya ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap. Perdarahan di sini
menandakan bahwa plasenta telah mengalami pelepasan baik sudah Seutuhnya maupun
hanya sebagian yang berarti menggambarkan retensio plasenta ini karena plasenta inkreta
dan perkreta.

Dan berdasarkan laporan menurut WHO, melaporkan jika 15-20 % kematian seorang ibu itu
dapat diakibatkan oleh retensio plasenta. Dan juga kejadian tersebut dapat berpeluang
sebanyak 0.8-1.2 % pada setiap kelahiran.

ETIOLOGI

Sebab fungsional
 Faktor maternal
 Usia lanjut
 Multiparitas
 Faktor uterus
 Bekas SC (sering plasenta tertanam pada jaringan cicatrix uterus)
 Riwayat Manual Plasenta
 Bekas pembedahan uterus
 Anomali uterus
 His yang kurang adekuat (penyebab utama)
 Bekas kuretase (yang terutama dilakukan setelah abortus)
 Tempat melekatnya yang kurang baik/implantasi cornual
 Kelainan bentuk plasenta (ukuran plasenta terlalu kecil)

PATOFISIOLOGI

1. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh Lebih dalam.

6
Menurut tingkat perlekatannya Retansio plasenta terbagi:

 Plasenta adhesiva/Adheren (60%)


plasenta yang melekat pada desidua Endometrium merupakan kondisi yang
paling sering dijumpai. Hal ini terjadi ketika rahim tidak berkontraksi cukup
kuat untuk mengeluarkan plasenta, sehingga plasenta menempel longgar pada
dinding rahim.

 Plasenta inkreta (15%)


vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus Desidua endometrium
sampai ke miometrium.Sehingga tidak mungkin lepas sendiri, Perlu dilakukan
plasenta manual, tetapi tidak akan lengkap dan Harus diikuti:Kuretase tajam
dan dalam serta Histerektomi.

 Plasenta akreta ( 5-10%)


vili khorialis tumbuh menembus miometrium Sampai ke serosa.Dapat terjadi
tidak diikuti perdarahan karena sulitnya plasenta Lepas.Plasenta manual sering
tidak lengkap seningga perlu diikuti Dengan kuretase

 Plasenta perkreta (5-7%)


vili khorialis tumbuh menembus serosa atau Peritoneum dinding
rahim.Retensio plasenta tidak diikuti perdarahan. Plasenta manual sangan
sukar, bila dipaksa akan terjadi Perdarahan dan sulit dihentikan atau
perforasi.Tindakan defintif hanya histerektomi.

 Plasenta Inkarserata (15%)


Yang terjadi ketika plasenta sudah dapat terlepas dari dinding rahim tetapi
tidak dapat dikeluarkan dari tubuh ibu. Hal ini disebabkan oleh serviks (mulut
rahim) yang biasanya telah menutup sebelum pengeluaran plasenta

2. Plasenta sudah terlepas dari dinding rahim namun belum keluar, karena Atoni uteri
atau adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim (akibat kesalahan
penanganan kala III) yang akan menghalangi plasenta Keluar (plasenta inkarserata).

TANDA DAN GEJALA KLINIS

1) Plasenta tidak lahir setelah 30 menit.


2) Perdarahan segera.
3) KontraksiKontraksi uterus : lemah
4) Tanda dan gejala kadang – kadang timbul : tali pusat putus akibat Traksi berlebihan,
inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjut. (Rukiyah, A. Y. 2010 ).
EN-JENIS IMUNISASI

KOMPLIKASI

7
Menurut Manuaba (2010), plasenta harus dikeluarkan karena Dapat menimbulkan bahaya
diantaranya:
1) menyebabkan pembuluh darah yang melekat pada plasenta terus terbuka dan
mengeluarkan darah. Kondisi ini menyebabkan perdarahan pasca melahirkan yang
dapat mengancam nyawa pasien.
2) Infeksi rahim atau endometritis
Benda mati yang tertinggal di dalam rahim meningkatkan Pertumbuhan bakteri.
3) Subinvolusi uteri, yaitu kondisi ketika rahim tidak kembali ke ukuran normal setelah
melahirkan
4) Polip plasenta atau tumbuhnya jaringan tidak normal pada plasenta

.
PENCEGAHAN RETANSIO PLASENTA

JEN-JENIS IMUNISASI
a) Jika plasenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu untuk mengedan.
b) PastikanPastikan kandung kemih sudah kosong. Jika diperlukan, lakukan Kateterisasi

MANUAL PLASENTA

JEN-JENIS IMUNISASI kandung kemih.


c) Jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10 unit IM. Jika belum Dilakukan pada
penanganan aktif kala III. Jangan berikan ergometrin
d) karena dapat menyebabkan kontraksi uterus yang tonik, yang bisa memperlambat
pengeluaran plasenta.
e) Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit pemberian oksitosin Dan uterus terasa
berkontraksi, lakukan penarikan tali pusat terkendali.
f) Jika traksi tali pusat terkendali belum berhasil, cobalah untuk Melakukakan
pengeluaran plasenta secara MANUAL PLASENTA

8
Plasenta manual adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat Implantasinya pada dinding
uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual. Arti dari manual disini adalah
dengan menggunakan tangan, dimana tangan dari penolong Persalinan akan dimasukkan
langsung ke dalam kavum uteri. Dalam melakukan prosedur Plasenta manual harus
diperhatikan tekniknya sehingga tidak menimbulkan komplikasi Seperti perforasi dinding
uterus,dan infeksi.

YANG PERLU DIPERHATIKAN

Tindakan plasenta manual dilakukan bila plasenta tidak lahir setelah 30 menit bayi Lahir dan
telah dilakukan manajemen aktif kala III . disertai adanya Perdarahan berlanjut.

PENATALAKSANAAN BIDAN

a. Persiapan alat
1) Handscoon panjang steril 1 pasang
2) Handscoon pendek steril 2 pasang
3) Klem tali pusat 2 buah
4) Bak instrument 1 buah
5) Abocath/Surflo 1 buah no 16/18
6) Spuit 5 cc 1 buah
7) Kateter 1 buah
8) Kom sedang + kapas DTT
9) Kom sedang + kassa steril
10) Duk bersih 2 buah
11) Handuk bersih 1 buah
12) Waslap 1 buah
13) Bengkok 1 buah
14) Baskom (berisi air sabun)
15) Baskom (berisi air DTT)
16) Wadah klorin 0,5 %
17) Perlak/Alas Ibu
b. Bahan
1) Uterotonika (oksitosin, ergometrin maleat)

9
2) Analgesik (Pethidin 1-2 mg/kg BB, Ketamin Hcl 0,5 mg/kg BB, Tramadol 1-2
Mg/kg BB)
3) Sedativa (Diazepam 10 mg)
4) Cairan infus RL atau NaCl 0,9%
5) Betadin
6) Larutan klorin 0,5%

c. Persiapan Pasien

1) informed consent, Menginformasikan kepada ibu dan keluarga bahwa akan


dilakukan Manual plasenta dan Meminta persetujuan ibu dan keluarga
2) Menjaga privasi Pasien
3) Kandung Kemih ibu Sudah di kosongkan

d. Langkah Kerja

No Langkah Kerja Ilustrasi Gambar

Siapkan alat
Key point :
1 Alat disusun secara ergonomis dan
dapat dijangkau

10
Jelaskan pada ibu tindakan yang akan
dilakukan dan atur posisi ibu dalm
posisi litotomi
Key point :
2. Jaga privasi pasien, dengarkan
keluhan dan
observasi keadaan umum pasien

Berikan cairan IV
Key point:
Infus NaCl 0.9% atau RL
3.

Cuci tangan
Key point :
Mencuci tangan sesuai standar
4. pencegahan infeksi

Gunakan sarung tangan panjang


Key point :
Gunakan sarung tangan panjang steril

11
atau DTT pada tangan sebelah kanan
5. dan pastikan tidak bocor

Berikan anastesi verbal atau analgesik


per rektal sehingga perhatian ibu
teralihkan dari rasa nyeri atau sakit
6.

7 Bersihkan Vagina da Perineum

Jepit tali pusat 5-10 cm di depan vulva


Key point :
Apabila tali pusat panjang, maka klem
8. di dekatkan ke depan vulva

12
Masukkan tangan secara obstetrik ke
dalam vagina
Key Point :
9. Masukkan tangan secara hati-hati

Pindahkan tangan kiri ke fundus uteri


Key Point :
Fiksasi fundus uteri
10.

Buka tangan obstetrik menjadi seperti


memberi salam
Key Point :
Pastikan tempat implantansi plasenta
11. Temukan tepi plasenta yang telah
terlepas. Bila tepi plasenta berada di
belakang, tali pusat tetap di sebelah
atas. Bila di bagian depan, pindahkan
tangan ke bagian depan tali pusat
dengan punggung tangan menghadap
ke atas.

13
Lakukan pelepasan plasenta
Key Point :
Lakukan secara hati-hati
12. Perhatikan KU ibu

Lakukan eksplorasi
Key Point :
Pastikan uterus teraba licin dan halus
13.

Lahirkan plasenta dengan tangan kiri


berada pada supra simfisis
Key Point :
14. Tangan kiri melakukan dorso kranial

14
Massase uterus
Key poin :
Pastikan kontraksi baik
15.

Identifikasi plasenta
Key poin :
Pastikan plasenta lengkap
16.

Letakkan plasenta di tempatnya


Key Point :
Gunakan bengkok untuk
17. memindahkan plasenta setelah
sebelumnya di cek kelengkapannya

Cek laserasi jalan lahir dan perdarahan


Key Point :
Bila ada laserasi lakukan tindakan
18. heating

15
Dekontaminasi alat-alat
Key Point :
Lepaskan sarung tangan secara
19. terbalik, rendam dalam larutan klorin
0,5 % selama 10 menit

Lakukan cuci tangan


Key Point :
Cuci tangan 6 langkah dengan sabun
20. dan air bersih mengalir

Dokumentasikan
Key Point :
Catat semua tindakan yang telah
21. dilakukan

e. Pencegahan infeksi pasca tindakan

16
1. Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan lain yang
digunakan
2. Lepaskan dan rendam sarung tangan serta peralatan lainnya di dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit
3. Cuci tangan Keringkan tangan dengan handuk bersih

f. Pemantauan pasca tindakan

1. Periksa kembali tanda vital ibu Catat kondisi ibu dan buat laporan tindakan
2. Tuliskan rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukan dan asuhan lanjutan
3. Beritahu pada ibu dan keluarga bahwa tindakan telah selesai
4. Lanjutkan pemantauan pada ibu hingga 2 jam pasca tindakan

g. Pasca Plasenta Manual

 Berikan oksitosin 10 unit dalam 500 mL cairan IV (NaCl atau Ringer Laktat) 60
tetes/menit + masase fundus uteri untuk perangsangan kontraksi  Bila masih
perdarahan banyak:
1. Berikan ergometrin 0,2 mg IM
2. Rujuk ibu ke rumah sakit
3. Selama transportasi, rasakan apakah uterus berkontraksi baik. Bila tidak, tetap
lakukan masase dan beri ulang oksitosin 10 unit IM/IV
4. Lakukan kompresi bimanual atau kompresi aorta bila perdarahan lebih hebat
berlangsung sebelum dan selama transportasi.

RANGKUMAN

Berdasarkan uraian tersebut maka ada beberapa hal yang dapat di simpulkan yaitu sebagai
berikut. Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta tidak lahir selama dalam waktu

17
atau lebih dari 30% menit setelah bayi lahir. Ada dua keadaan yang menyebabkan terjadinya
retensio placenta yaitu

1. Plasenta belum lepas dari dinding rahim dikarenakan placenta tumbuh melekat lebih
dalam
2. Plasenta telah terlepas akan tetapi belum dapat dikeluarkan. (masih ada sisa-sisa
potongan plasenta di rahim)Masalah yang terjadi akibat dari retensio plasenta adalah
perdarahan berakibat syok,anemia berat dan infeksi bahkan kematian.

3.Saran

Penyebab utama kematian ibu sendiri menurut WHO adalah perdarahan.semoga dalam
makalah ini dapat menambah Wawasan kita dan menerapkannya dalam melakukan tindakan
sehingga dapat mencegah terjadinya kematian karena perdarahan akibat dari retensio plasenta

LATIHAN SOAL

Ny. K P5A0, 15 menit yang lalu telah melahirkan bayi laki-laki dan sudah mendapatkan 10
IU oksitosin, plasenta belum lahir PPV : darah ± 600 cc.

1. Berdasarkan data perdarahan yang dialami Ny. K termasuk perdarahan...

a. Perdarahan pasca persalinan late

b. Perdarahan pasca persalinan dini

c. Perdarahan pasca persalinan tersier

d. Perdarahan pasca persalinan primer

18
e. Perdarahan pasca persalinan sekunder

2. Tindakan bidan selanjutnya adalah...

a. Melakukan PTT ulang

b. Kompresi bimanual interna

c. Melakukan manual plasenta

d. Menyuntik 10 UI oksitosin yang ke 2

e. Menunggu lepasnya plasenta sampai 30 menit

3. Setelah tindakan sesuai jawaban soal no 2, dan setelah 30 menit plasenta belum lahir
maka diagnosa Ny. K adalah...

a. H.P.P

b. Atonia uteri

c. Inversio uteri

d. Plasenta restan

e. Retensio plasenta

4. Tindakan bidan selanjutnya apabila 30 menit plasenta belum lahir adalah...

a. KBI

b. Kuretase

c. Digital plasenta

d. Manual plasenta

e. Penegangan tali pusat terkendali

5. Untuk menghindari tuntutan hukuman sebelum melakukan tindakan maka dilakukan...

a. Informed consent

19
b. Komunikasi terapeutik

c. Komunikasi inter personal

d. Komunikasi informasi edukasi

e. Konseling tentang tindakan medis

DAFTAR PUSTAKA

 https://www.academia.edu/13142359/RETENSIO_PLASENTA
 https://eprints.poltekkesjogja.ac.id/6324/4/Chapter%202.pdf
 http://repository.unimus.ac.id/2658/3/BAB%20II%20AIS%20%281%29.pdf
 http://repository.unimus.ac.id/312/3/BAB%20II.pdf
 http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2017/08/
Praktikum-Gadar-Maternal-Neonatal-Komprehensif.pdf

20

Anda mungkin juga menyukai